Ciri dan corak tersendiri dari sistem pemungutan pajak tersebut adalah:
1. Pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian kewajiban dan peran
serta Wajib Pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban
perpajakan yang diperlukan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional.
2. Tanggung jawab atas kewajiban pelaksanaan pajak, sebagai pencerminan
kewajiban di bidng perpajakan berada pada anggota masyarakat Wajib Pajak sendiri.
Pemerintah, dalam hal ini aparat perpajakan sesuai dengan fungsinya berkewajiban
melakukan pembinaan, penelitian, dan pengawasan terhadap pelaksanaan kewajiban
perpajakan Wajib Pajak berdasarkan ketentuan yang di gariskan dalam peraturan
perundang-undangan perpajakan.
3. Anggota masyarakat Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk dapat melaksanakan
kegotongroyongan nasional melalui sistem menghitung, memperhitungkan dan
membayar sendiiri pajak yang terutang (self asessment), sehingga melalui sistem ini
pelaksanaan administrasi perpajakan diharapkan dapat dilaksanakan dengan rapi,
terkendali, sederhana dan mudah untuk dipahami oleh anggota masyarakat Wajib
Pajak.
Selisih antara pajak yang terutang dengan kredit pajak tersebut dapat berupa:
1. Kurang bayar, yang terjadi karena jumlah pajak yang terutang lebih dari kredit
pajak yang harus di lunasi selambat-lambatnya tanggal dua puluh lima bulan ketiga
setelah tahun pajak atau bagian tahun pajak berakhir sebelum Surat Pemberitahuan
itu disampaikan.
2. Lebih bayar,yang terjadi karena jumlah pajak yang terutang lebih kecil daripada
pajak, yang dapat dimintakan restitusi atau dilakukan kompensasi dengan pajakpajak yang belum dilunasi atau yang akan di lunasi.
3. Nihil bayar, yang terjadi karena jumlah pajak yang terutang sama besar dengan
jumlah kredit pajak.
Cara pendekatan yang diungkapkan oleh kelompok kerja standar akuntansi OECD,
dalam laporan seri harmonisasi standar akuntansi, sebagai solusi antara akuntansi
dan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dilakukan sebagai berikut:
1. Dalam hal ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan secara dominan
mewarnai praktik pajak akuntansi, walaupun telah disusun laporan keuangan
berdasarkan standar akuntansi keuangan, laporan keuangan fiskalnya hendaklah di
selenggarakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan tanpa
eksepsi terhadap ketidaksamaan standar.
Stelsel Akrual
Stelsel akrual adalah suatu metode penghitungan penghasilan dan biaya dalam
arti penghasilan diakui pada waktu diperoleh dan biaya diakui pada waktu terutang.
Jadi, tidak tergantung kapan penghasilan itu diterima dan kapan biaya itu dibayar
secara tunai.
Keunggulan Stelsel Akrual
Stelsel ini mencerminkan penghasilan yang lebih akurat dibandingkan dengan
stelsel kas, karena penghasilan dan pengeluaran wajib pajak dapat dicocokkan satu
sama lainnya dan hal ini akan mendekati kebenaran apabila wajib pajak
menggunakan natural business year
Pengawasan terdapatnya penghasilan dapat dilakukan dengan cara menentukan
kapan penghasilan tersebut dianggap sebagai penghasilan.
Apabila digunakan periode waktu yang kurang lebih sama setiap tahunnya dan
kurang lebih sama pula tarifnya, maka penghasilan setiap tahunnya identik pula.
Wajib pajak yang menggunakkan stelsel akrual dapat mengurangi fluktuasi
tersebut secara berhati- hati dalam menangani masalah piutang ragu- ragu.
Kendala Yang Terdapat Pada Stelsel Akrual
Wajib pajak harus melaporkan penghasilannya yang secara pasti belum
diterimanya dalam bentuk kas (tunai) dan sebagai akibatnya perusahaan harus
menyisihkan sebagian dari hasil penerimaan kasnya untuk keperluan pembayaran
pajak penghasilan yang belum pasti diterima.
Tidak terdapat pengendalian terhaap biaya-biaya yang sesungguhnya dibayar dan
biaya-biaya yang masih harus dibayar, yang ada hanyalah pengendalian terhadap
tanggal tanggal pembayaran yang bener-benar sudah terjadi.
Formula Perhitungan Pajak Penghasilan Yang Terhutang
1
Jumlah seluruh penghasilan
2
(-)
Penghasilan yang tidak Objek Pajak Penghasilan
(=)
Penghasilan Bruto
3
(-)
Biaya fiskal dapat dikurangkan
4
(+/-) Koreksi Biaya fiskal tidak dapat dikurangkan
(=)
Penghasilan Neto
5
(-)
Kompensasi kerugian (bila ada)
6
(-)
Penghasilan Tidak Kena Pajak (WP Perseorangan)
(=)
Penghasilan Kena Pajak
7
(x)
Tarif
(=)
Pajak penghasilan Terhutang
8
(-)
Kredit Pajak
(=)
Pajak Penghasilan Lebih bayar/ Kurang bayar/ Nihil
1. Pengertian penghasilan diatur dalam pasal 4 ayat (1) dan pasal 5 ayat (1) khusus
Bentuk Usaha Tetap
Pasal 4 ayat 1 yang berbunyi: Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu
setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak,
baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai
untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan,
dengan nama dan dalam bentuk apa pun.
2. Penghasilan yang tidak Objek Pajak Penghasilandi atur dalam pasal 4 ayat (3)
3. Biaya fiskal dapat dikurangkan diatur dalam pasal 5 ayat (2) dan ayat (3) khusus
untuk Bentuk Usaha Tetap, pasal 6 ayat (1), pasal 11 dan pasal 11A sepanjang yang
menyangkut penyusutan harta berwujud dan amortisasi harta tidak berwujud
4. Koreksi Biaya fiskal tidak dapat dikurangkan diatur dalam pasal 9 ayat (1) dan
ayat (2)
5. Kompensasi kerugian diatur dalam pasal 6 ayat (2)
6. Penghasilan Tidak Kena Pajak diatur dalam pasal 6 ayat (3) dan pasal 7
7. Tarif pajak diatur dalam pasal 17
8. Kredit Pajak diatur dalam pasal 20, pasal 21, pasal 22, pasal 23, pasal 24, dan
pasal 25.
A.
PENGHASILAN
Semua jenis penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu tahun pajak
digabungkan untuk mendapatkan dasar pengenaan pajak. Dengan demikian apabila
dalam satu tahun pajak ssuatu usaha atau kegiatan mengalami kerugian maka
kerugian tersebut dapat dikompensasikan dengan penghasilan lainnya, kecuali
kerugian tersebut terjadi pada kegiatan atau usaha di luar negeri. Namun demikian
apabila suatu jenis penghasilan dikenakan pajak dengan tarif yang bersifat final atau
dikecualikan dari objek pajak maka penghasilan tersebut tidak boleh digabungkan
dengan penghasilan lain yang dikenakan tarif umum.
B.
Devinisi
beban
menurut
Standar
Akuntansi
Keuangan
Bab
Pendahuluan pargraf 70 (b) disebutkan bahwa : Beban adalah penurunan manfaat
ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya
aktiva atau terjadinya kewajibanyang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak
menyangkut pembagian kepada penanaman modal.
Pengertian Beban/ Biaya Menurut Ketentuan Peraturan Perundang-undangan
Perpajakan.
Seperti halnya penghasilan, ketentuan peraturan perundang undangan perpajakan
tidak menetapkan secara spesifik definisi beban dan pengakuannya akan tetapi
disatukan dalam pengertian penguranganyang diperkenankan dari penghasilan bruto
dalam rangka menghitung besarnya penghasilan kena pajak. Pasal yang terkait
dengan pengertian biaya fiskal dapat yang dikurangkan terlihhat pada pasal 6
Undang-undang Pajak Penghasilan.
C. Tarif Pajak
Untk menghitung besarnya pajak yang terutang, penghasilan kena pajak di kalikan
dengan tariff umum yang diatur dalam pasal 17 berikut ini:
Pasal 17
Tarif pajak yang diterapkan atas penghasilan kena pajak bagi:
a. Wajib pajak orang pribadi dalam negri adalah sebagai berikut:
Lapisan Penghasilan kena pajak
Tarif Pajak
Sampai dengan Rp 25.000.000 (dua puluh 5% (lima persen)
lima juta rupiah)
Di atas Rp 25.000.000 (dua puluh lima juta 10% (sepuluh persen)
rupiah) s/d Rp 50.000.000 (lima puluh juta
rupiah
Di atas Rp 50.000.000 (lima puluh juta 15% (dua puluh lima persen)
rupiah) s/d 100.000.000 (seratus juta
rupiah)
Di atas Rp 100.000.000 (seratus juta 25% (dua puluh lima persen)
Kredit Pajak
Besarnya pajak yang terutang dapat diperhitungkan dengan kredit pajak yang
dilunasi oleh wajib pajak dalam waktu berjalan. Perihak kredit pajak ini diatur dalam
pasal 20, pasal 28, pasal 29, pasal 21, pasal 22, pasal 23, pasal 24, pasal 25 Undangundang pajak penghasilan.
Contoh Soal :
Penghasilan PT. X tahun 2000
Sisa kerugian tahun sebelumnya yang masih
dapat di kompensasi
Sisa kerugian yang belum dikompensasikan tahun 2000
Rp. 120.000.000
Rp. 150.000.000
Rp. 30.000.000