“INVESTIGASI PENGADAAN”
Dosen : Ni Made Sunarsih, SE.,M.Si
2020
INVESTIGASI PENGADAAN
A. PENGANTAR
Pengadaan merupakan salah satu sumber korupsi terbesar dalam sektor keuangan
publik. Tiap-tiap tahun BPK maupun BKPP, melaporkan kasus pengadaan yang mengandung
unsur tindak pidana korupsi.
Pembaca dapat memperkirakan potensi kerugian Negara, hanya dari beberapa
pengeluaran dalam Realisasi Belanja Negara di tingkat Pemerintah Pusat yang berikut :
Realisasi seluruh belanja Negara (Pusat dan Daerah) untuk tahun 2004 adalah Rp 294
triliun, sedangkan untuk tahun 2005, Rp 357 triliun.
Majalah Tempo melaporkan dugaan korupsi di BUMN per 17 Oktober 2005. Dari 17
BUMN dengan 30 dugaan kasus korupsi, 10 BUMN dengan 15 kasus diantaranya merupakan
kasus pengadaan barang dann jasa.
Kerugian Negara
No. BUMN Kasus Modus
Rp US$
Pengadaan barang Manipulasi harga 70
1. PT BRI, Tbk
dan Jasa IT
Pembangunan kapal Rekayasa proses kerja 24
2. PT ASDP
Cina sama, mark-up harga
Pembellian kapal Rekayasa proses 22
3. PT ASDP Korea pengadaan kapal, mark-up
harga
Pengadaan Customer Pelanggaran terhadap 337
Information System prosedur pengadaan
4. PT PLN,Tbk
barang & jasa, mark-up
harga
Pembelian Gedung Pelanggaran terhadap 55
PT Pupuk Siemens Kebon Sirih prosedur pengadaan
5.
Kaltim, Tbk barang & jasa, mark-up
harga
6. PT Pengadaan barang Pelanggaran ketentuan 45
Indofarma, pengadaan barang
Tbk
Penyimpangan Pelanggaran ketentuan 1,8
kerjasama pengadaan barang
7. PT Pelindo II
pengoperasian
container
Pengadaan 2 unit Pelanggaran terhadap 0,1
kapal tunda prosedur pengadaan
8. PT Pelindo II
barang & jasa, mark-up
harga
Pekerjaan docking Pelanggaran terhadap 2
9. PT Pelindo II kapal tunda prosedur pengadaan
barang & jasa
Mark-up Penyimpangan prosedur 2
pembangunan unit pengadaan
10. Perum Bulog
pengelolaan gabah
beras
Manipulasi dalam Pelanggaran terhadap 1
PT Jakarta pengadaan kapal prosedur pengadaan
11.
Lloyd Caraka Jaya Niaga barang & jasa, mark-up
III harga
Dugaan mark-up Pelanggaran terhadap 4,8
dalam impor kcl prosedur pengadaan
PT Petro
12. barang & jasa, Pengadaan
Kimia Gresik
dilakukan melebihi
kebutuhan
Proyek Rehabilitasi Dugaan mark-up 6
PT Petro dan Fleksibilitas
13.
Kimia Gresik Operasi Pabrik
Pupuk Fosfat
PT Penyelewengan Pelanggaran terhadap 7.150
14. Pembangkit dalam pembangkit prosedur pengadaan
Jawa Bali PLTU Cilacap barang & jasa
Penyelewengan Pelanggaran terhadap 540
PT
dalam pengadaan prosedur pengadaan
15 Pembangkit
pembangkit PLTG barang & jasa
Jawa Bali
Muara Tawar
Jumlah 8.232 8,9
Catatan : Kerugian dalam rupiah dinyatakan dalam miliadran rupiah. Sedangkan angka
U.S.dollar dinyatakan dalam jutaan.
PENGADAAN PUBLIK – SUMBER UTAMA KEBOCORAN NEGARA
Sistem pengadaan publik Indonesia secara luas diyakini merupakan sumber utama bagi
kebocoran anggaran, yang memungkinkan korupsi dan kolusi yang memberikan sumbangan
besar terhadap kemerosotan pelayanan jasa bagi rakyat miskin Indonesia. Suatu sistem
pengadaan efektif harus dipusatkan pada upaya untuk memastikan bahwa dana publik
dibelanjakan dengan baik guna meningkatkan efektivitas pembangunan.
Apa yang membuat sistem pengadaan yang baik ? Supaya berfungsi efektif, suatu rezim
pengadaan perlu mencakup ciri-ciri sebagai berikut :
Kerangka hukum yang jelas, komprehensif dan transparan yang mewajibkan
Kejelasan tentang tangungjawab-tanggungjawab dan akuntabilitas fungsional
Suatu organisasi yang bertanggung jawab untuk kebijakan pengadaan dan untuk
pengawasan penerapan tepat dari kebijakan tersebut
Suatu mekanisme penegakan
Staf pengadaan yang terlatih baik
5. Pengauditan lemah
Proses audit, satu-satunya instrument yang tersedia untuk menegakkan aturan
main dan ketentuan-ketentuan seperti telah dicatat, untuk sebagian besar tidak efektif.
Efektivitasnya untuk menegakkan praktek-praktek pengadaan yang lebih lanjut
disesuaikan oleh auditor pemerintah yang kurang mengenal dengan aturan dan prinsip
pengadaan.
G. INVESTIGASI PENGADAAN
Cara-cara investigasi yang dijelaskan di bawah, diterapkan dalam pengadaan yang
menggunakan sistem tender atau penawaran secara terbuka. Dalam sistem ini,lazimnya ada
tiga tahapan besar sebagai berikut :
1. Tahap pra tender (presolicitation phase)
Auditor harus mengenali penyimpangan dari prosedur baku atau prosedur yang
sudah lazim diterima. Ia juga perlu mewaspadai ketidaklengkapan dokumen.
Ada dua skema fraud atau bentuk permainan yang utama dalam tahap ini.
Pertama, dalam penentuan kebutuhan. Kedua, dalam penentuan spek.
Dalam menentukan kebutuhan, seringkali terjadi persengkongkolan antara pejabat
atau pegawai dari lembaga yang membeli dengan kontraktor atau pemasok. Pejabat
atau pegawai bagian pembelian terang-terangan memberikan wewenang kepada
pemasok untuk menentukan kebutuhan lembaga pembeli.
Dalam rancangan fraud yang kedua, yang menjadi sasaran adalah spek-nya.
Gejala-gejala berikut patut diwaspadai.
Kontrak dibuat secara ceroboh, melemahkan kedua pembeli dan/atau menguatkan
kedudukan pemasokan.
Spek-nya yang “ngambang” memudahkan pemasok mengirimkan barang atau
jasa dengan harga yang lebih mahal.
Spek-nya dibuat dengan “pengertian” bahwa ia akan diubah. Spek sementara
membuat peesaing lain sulit memenuhi persyaratan.
Berikut ini tanda-tanda (red-flag) yang perlu dikenali auditor.
Orang-orang memberikan informasi atau nasehat yang menguntungkan satu
kontraktor
Pembeli menggunakan jasa konsultasi, masukan, atau spek yang dibuat oleh
kontraktor yang diunggulkan
Pembeli membolehkan konsultan yang ikut dalam penentuan dan pengembangan
spek, menjadi sub kontraktor atau konsultan dalm proyek itu
Biaya dipecah-pecah dan disebar ke bermacam akun atau rincian sehingga lolos
dari pengamatan atau reviu
Pejabat dengan sengaja membuat aspek yang tidak konsisten dengan spek
sebelumnya untuk pengadaan serupa.
2. Tahap penawaran dan negosiasi (solicitation and negotiation phasei)
Skema fraud dalah tahap ini umumnya berupa persekongkolan antara pembeli
dan kontraktor yang diunggulkan dan kontraktor “pendamping” atau “pemantas”, yang
meramaikan proses penawaran.
Beberapa skema fraud akan dibahas dibawah ini:
Permainan yang berkenaan dengan pemasukan dokumen penawaran, misalnya :
membuka dokumen penawaran lebih awal, menerima dokumen penawaran
meskipun telah melewati batas waktu, mengubah secara tidak sah dokumen
penawaran (setelah berhasil “mengintip” dokumen saingan), mengatur harga
penawaran, memalsukan berita acara dan dokumen proses tender lainnya
Permainan yang berkenaan dengan manipulasi dalam proses persaingan terbuka.
Ini dilakukan dengan persekongkolan di antara pembeli dan sebagian peserta
tender.
Tender arisan (bid rotation). Persekongkolan ini dilakukan untuk menentukan
pemenang (kontraktor dengan persyaratan atau terms terbaik) sebelum dokumen
penawaran dibuka.
Menghalang-halangi penyampaian dokumen penwaran, seseorang atau beberapa
peserta tender tiba-tiba (dengan atau tanpa alasan mengundurkan diri). Peserta
tender ditolak karena menggunakan”formulir” yang salah atau “lupa” merekatkan
materai. Beberapa peserta mengatur persyaratan tambahan, seperti izin dari
asosiasi pengusaha sejenis atau “putra daerah”, dan lain-lain. Yang tidak jarang
terjadi, pengusaha daftar “hitam” justru yang mengendalikan asosiasi pengusaha
sejenis. Asosiasi semacam ini tidak lain dari penikmat rente ekonomi.
Menyampaikan dokumen penawaran pura-pura (complementary bids). Yang
berisi harga yang relative lebih tinggi atau persyaratan yang sudah pasti akan
mengalahkannya. Penyampaian complementary bids memang dimaksudkan untuk
“meramaikan bursa” tender itu kelihatan sahih.
Memasukkan dokumen penawaran “hantu” (phantom bids). Perusahaa
menciptakan banyak perusahaan lain yang bohong-bohongan. Perusahaan-
perusahaan bodong ini bergentayangan dalam arena tender. Yang terjadi adalah
mereka terkait kepada seseorang pemilik yang sama. Tanda-tanda yang cepat
dikenal adalah : alamat dan nomor telepon sama, akte notaris (akte pendirian)
dibuat pada hari yang sama di notaris yang sama dengan nomor urut yang teratur.
Pada hari pembukaan dokumen penawaran, ke 10 perusahaan bonding ini
diwakili satu orang; ia juga menandatangani berita acara untuk dan atas nama ke
10 perusahaan bonding.
Permainan harga. Kontraktor dengan sengaja memainkan harga. Sesudah ia
terpilih, dalam proses negosiasi ia”menafsirkan kembali” data harganya. ini
berakhir dengan harga yang lebih mahal dari kontraktor yang dikalahkannya.
Bentuk lain adalah penggantian subkontraktor atau konsultan yang lebih rendah
mutu atau kualifikasinya. Atau, tidak mengungkapkan nilai dari barang-barang
proyek (laptop, mesin fotocopy, dan lain-lain) sesudah proyek berakhir.
3. Tahap pelaksanaan dan penyelesaian administrative (performance and
aministration phase)
Tahap ini meliputi kegiatan-kegiatan yang berikut :
Perubahan dalam order pembelian
Reviu yang tepat waktu atas bagian pekerjaan yang sudah selesai dikerjakan dan
untuk bagian mana kontraktor berhak menerima pembayaran
Ada dua rancanga fraud atau bentuk permainan dalam tahap ini, yakni substitusi
atau penggantian produk dan “kekeliruan” dalam perhitungan pembebanan.
Untuk menaikkan keuntungan, kontraktor mengganti barang atau produk atau
bahan baku/pembungkus yang dipasoknya. Substitusi produk ini bisa bermacam-
macam bentuknya :
Pengiriman barang yang mutunya lebih rendah
Pengiriman barang yang belum diuji
Pemalsuan hasil pengujian
Pengiriman barang palsu
Pemalsuan sertifikasi, misalnya mengenai keaslian barang, mutu, atau persyaratan
lain (termasuk sertifikasi “putra daerah” kalau kualifikasi ini memang
disyaratkan)
Pembuatan sample yang khusus untuk pengujian dan memang lulus pengujian,
namun sebagaian besar produk yang dikirimkan tidak sebaik sample ini.
Pemindahan tags yang bertanda “Sudah Diperiksa” dari barang yang sudah
diperiksa ke barang-barang yang belum diperiksa
Penggantian dengan barang-barang yang kelihatannya (rupanya) sama.
Untuk mendeteksi permainan di atas, auditor harus melakukan :
Pengecekan secara rutin maupun kunjungan mendadak
Secara cermat mereviu laporan inspeksi atau laporan laboratorium pengujian
Uji produk di laboratorium independen
Reviu dokumen dan bandingkan dengan produk atau jasa yang diterima untuk
memastikan adanya kepatuhan
Penilaian atas barang dan jasa yang diserahkan untuk memastikan bahwa
ketentuan yang disepakati telah dipenuhi, termasuk di dalamnya, pengendalian
mutu
Bentuk permainan kedua, kekeliruan dalam pembebanan, bisa berupa kekeliruan
perhitungan (misalnya ada biaya yang boleh dan tidak boleh dibebankan ke proyek),
kekeliruan dalam pembebanan biaya material atau tenaga kerja. Contoh yang paling
sederhana adalah dalam kontrak penggunaan tenaga konsultan yang pembebanannya
meliputi jumlah waktu (man-hours, man-days, man-months, dan seterusnya) dikalikan
tarif per satuan waktu. Yang bisa dimainkan adalah jumlah waktunya, tariff seharusnya,
dan hasil perkalian.
H. DIAGRAM
Diagram 17.1 ini terlihat pembayaran uang suap dilakukan sesudah kontraktor
menerima pembayaran kontrak. Ini dikenal sebagai kickback.
Komputer sebagai alat bantu
Adanya teknologi komputasi, membantu auditor dalam mendeteksi fraud dalam
pengadaan barang. Program komputer dapat khusus dibuat (atau sudah tersedia, seperti ACL)
untuk mengidentifikasi :
Pemasok dengan alat P.O. Box
Pemasok dengan alamat yang sama dengan alamat pegawai
Kontrak yang gagal dalam proses tender, tapi sekarang menjadi subkontraktor
Pembayaran-pembayaran kepada pemasok tertentu selama suatu jangka waktu (untuk
mendeteksi kemungkinan pembayaran yang berulang-ulang, atau pembayaran ganda)
Pembayaran kepada pemasok yang tidak melalui sistem yang ada
Pegawai atau konsultan yang dalam hari yang sama menangani beberapa proyek, atau
proyek yang bukan untuk pembeli
I. CONTOH KASUS
Contoh kasus kecurangan pengadaan barang dan jasa
Proses “tender terbuka” tidak akan dapat menghalangi fraud karena kolusi antara pejabat atau
pegawai dari lembaga yang bersangkutan dengan pihak penyuplai atau supplier. Bahkan,
dokumentasi yang rapi seringkali berhasil mengelabui auditor.Ia mungkin mulai curiga ketika
melihat, membaca, atau mendengar berita bahwa gedung perkantoran atau sekolah ambruk,
jalan bebas hambatan berulang kali jebol dalam waktu yang singkat, obat-obatan yang tidak
dapat digunakan, dan seterusnya. Defisiensi dalam mutu produk atau jasa yang dibeli, apalagi
kalau terjadidalam masa pengelolaan pimpro tertentu atau pengadaannya dipasok oleh
penyuplai yang itu-itu juga. Dalam sidang pengadilan, pada hari kamis, 14 Januari 2010,
Hengky Samuel (Direktur PT.Istana Sarana Raya) dituntut 10 tahun penjara, denda
Rp.200.000.000atau hukum pidana pengganti selama enam bulan penjara), dan uang
pengganti kerugian negara. Jumlah uang pengganti, Rp.82,65 miliar, dikurangi 29 unit mobil
pemadam kebakaran yang disita dan akan dilelang setelah putusan berkekuatan hukum tetap.
Majelis hakim Pengadilan tindak pidana korupsi memvonis Hengky Samuel Daud 15 tahun
penjara, denda sebesar Rp.500.000.000 (subsider enam bulan penjara),dan uang pengganti
sebesar Rp.82,6 miliar pada persidangan kamis 4 februari 2010. Pengadilan tinggi tindak
pidana korupsi pada pengadilan tinggi DKI Jakarta menambah vonis penjara selama tiga
tahun menjadi 18 tahun, denda Rp.500.000.000 (subsider enam bulan penjara), dan
diwajibkan membayar uang pengganti sebesarRp.82 miliar dikurangi nilai 10 unit mobil
pemadam kebakaran jenis V80 ASM yang sudah disita. Jika uang pengganti itu tidak
dibayarkan, Hengky diwajibkan menjalani pidana penjara selama lima tahun, atau dua tahun
lebih lama daripada keputusan pengadilan tingkat pertama. Putusan itu diambil dalam sidang
pada 14 April 2010
DAFTAR PUSTAKA
Tuanakotta, Theodorus M. 2012. Akuntansi Forensik & Audit Investigatif. Jakarta: Salemba
Empat.