Oleh:
KELOMPOK 5
1
BAB I
PENDAHULUAN
jasa yang diberikan pada pengguna. Penting bagi pemakai laporan keuangan untuk
memandang Kantor Akuntan Publik (KAP) sebagai pihak yang independen dan kompeten,
karena akan mempengaruhi berharga atau tidaknya jasa yang telah diberikan oleh KAP
kepada pemakai. Jika pemakai merasa KAP memberikan jasa yang berguna dan berbarga
maka nilai audit atau kualitas audit juga meningkat, sehingga KAP dituntut untuk
melaksanakan tugas auditnya harus berpedoman pada standar audit yang ditetapkan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), yakni standar umum, standar pekerjaan lapangan dan
standar pelaporan. Dimana standar umum merupakan cerminan kualitas pribadi yang harus
dimiliki oleh seorang auditor yang mengharuskan auditor untuk memiliki keahlian dan
pelatihan teknis yang cukup dalam melaksanakan prosedur audit. Sedangkan standar
pekerjaan lapangan dan standar pelaporan mengatur auditor dalam hal pengumpulan data dan
kegiatan lainnya yang dilaksanakan selama melakukan audit serta mewajibkan auditor untuk
menyusun suatu laporan atas laporan keuangan yang diauditnya secara keseluruhan.
Akuntan publik atau auditor independen dalam tugasnya mengaudit perusahaan klien
memiliki posisi yang strategis sebagai pihak ketiga dalam lingkungan perusahaan, klien
yakni ketika akuntan publik mengemban tugas dan tanggung jawab dari manajemen untuk
2
mengaudit laporan keuangan perusahaan yang dikelolanya (Wibowo 2010). Dalam hal ini
manajemen ingin supaya kinerjanya terlihat selalu baik dimata pihak ekstemal perusahaan
terutama pemilik. Akan tetapi disisi lain pernilik menginginkan supaya auditor
melaporkan dengan sejujumya keadaan yang ada pada perusahaan yang telah dibiayainya.
Dari uraian di atas terlihat adanya suatu kepentingan yang berbeda antara manajemen dan
pemakai laporan keuangan. Kepercayaan yang besar dari pemakai laporan keuangan auditan
dan jasa lainnya yang diberikan oJeh akuntan publik inilah yang akhimya mengharuskan
Kualitas audit ini penting karena dengan kualitas audit yang tinggi maka akan
dihasilkan laporan keuangan yang dapat dipcrcaya sebagai dasar pengambilan keputusan.
Seiain itu adanya kekhawatiran akan merebaknya skandal keuangan, dapat mengikis
kepercayaan publik terhadap laporan keuangan auditan dan profesi akuntan publik.
kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini berarti bahwa kualitas
audit dapat dicapai jika auditor memiliki kompetensi yang baik dimana kompetensi tersebut
terdiri dari dua dimensi yaitu pengalaman dan pengetahuan. Penelitian ini juga
audit. Hal ini berarti kualitas audit didukung oleh sampai sejauh mana auditor mampu
bertahan dari tekanan klien disertai dengan perilaku etis yang dimiliki. De Angelo dalam
Alim Hapsari dan Trisni (2007) mendefinisikan kualitas audit sebagai kernungkinan (joint
probability) dimana seorang auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada
dalam sistem akuntansi kliennya. Kemungkinan dimana auditor akan menemukan salah saji
3
salah saji tergantung pada independensi auditor. Sementara itu AAA Financial ccounting
Commite (2000) dalam Christiawan (2002) menyatakan bahwa kualitas audit ditentukan oleh
2 hal yaitu kompetensi dan independensi. Kedua hal tersebut berpengaruh langsung terhadap
kualitas audit.
Susanto (2000) dalam Alim, Hapsari dan Trisni (2007) definisi tentang kompetensi
yang sering dipakai adalah karakteristik - karakteristik yang mendasari individu untuk
kemampuan yang berhubungan dengan pekerjaan, serta kemampuan yang dibutuhkan untuk
pekerjaan-pekerjaan non-rutin. Alim, Hapsari dan Trisni (2007) menunjukkan bahwa dalam
literatur psikologi, pengetahuan spesifik dan lama pengalaman bekerja sebagai faktor penting
untuk meningkatkan kompetensi. Ukuran kompetensi tidak cukup hanya pengalaman tetapi
diperlukan pertimbangan pertimbangan lain dalam pembuatan keputusan yang baik karena
keuangan suatu perusahaan maka akuntan publik tidak hanya perlu - memiliki kompetensi
atau keahlian saja tetapi juga harus independen dalam pengauditan. Tanpa adanya
independensi, auditor tidak berarti apa-apa, Masyarakat tidak percaya akan hasil auditan dari
auditor sehingga masyarakat tidak akan meminta jasa pengauditan dari auditor. Atau dengan
Sisi yang menarik untuk diangkat dalam penelitian ini adalah konflik audit dan
dilemma etka, pengalaman kerja auditor, komitmen professional, orientasi etika, nilai etika
4
1.2 Rumusan Masalah yang diangkat
Solusi yang diberikan untuk mengatasi permaslahan dalam riset ini dengan penulis
menggunakan uji kausalitas. Data diperoleh melalui penyebaran kuesioner dengan skala
likert interval yang diadopsi dari Sasongko (2007). Alat analisis yang digunakan untuk
Tujuan dari riset/penulisan artikel ini yaitu untuk menganalisa pengaruh pengalaman
audit, komitmen profesional, orientasi etika, dan nilai etika organisasi terhadap pengambilan
5
BAB II
DISKUSI
Solusi yang digunakan penulis untuk menjawab pertanyaan risetnya yaitu dengan
menggunakan beberapa teori sesuai variabel penelitan yang digunakan seperti konflik
audit dan dilema etika, pengalaman kerja auditor, komitmen profesional, orientasi
etika, dan nilai etika organisasi. Selain menggunakan teori-teori tersebut, penulis juga
hanya satu daerah dimana ada perbedaan yang signifikan antara pria dan wanita pada
apa yang mereka dianggap etis. Namun,ada perbedaan signifikan dalam 16 dari 17
situasi ketika mereka menilai perilaku etis dari rekan-rekan pria/wanita mereka, para
lelaki menilai wanita kurang etis secara signifikan dibanding diri mereka sendiri dan
Variabel dibagi menjadi yang khas untuk pembuat keputusan individu dan yang
orientasi etika, dan komitmen professional baik secara individu maupun simultan
auditor dalam situasi dilema etika. Dalam penelitian ini tidak ditemukan pengaruh
6
pengalaman kerja dalam hubungannya dengan komitmen profesional dan
Dari hasil olah data yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner dengan skala likert
interval yang diadopsi dari Sasongko (2007), maka hipotesis yang dibuat oleh penulis
terbukti. Hal ini dapat dilihat dari hasil pembahasan sebagai berikut:
sebesar 0.000< 0.05 sehingga Hal diterima dan HOI ditolak dengan sehingga Hal
diterima dan HOI ditolak. Artinya pengalaman audit berpengaruh positif terhadap
pengalaman kerja yang lebih banyak akan cenderung mempunyai tanggapan etis
sebesar 0.000 < O. Ha2 diterima dan H02 ditolak dengan sehingga Ha2 diterima
etis, hal ini sesuai dengan model yang diajukan oleh Trevino (1986) tentang
7
menjelaskan bahwa pengambilan sebuah keputusan etis dipengaruhi oleh faktor-
Dari hasil perhitungan, variabel orientasi etika memiliki tingkat signifikan sebesar
0.000 < 0.05 sehingga Ha3 diterima dan H03 ditolak dengan sehingga Ha3
diterima dan H03 ditolak. Artinya orientasi etika berpengaruh positif terhadap
pengambilan keputusan. Orientasi etika yang diterapkan oleh auditor dengan baik
Dari hasil perhitungan, variabel nilai etika organisasi memiliki tingkat signifikan
sebesar 0.000 < 0.05 sehingga Ha4 diterima dan H04 ditolak dengan sehingga
Ha4 diterima dan H04 ditolak. Artinya nilai etika organisasi berpengaruh positif
Sasongko (2007) yang menyatakan bahwa nilai etika organisasi, orientasi etika,
8
Penulis membahas penyebab terbuktinya hipotesis tersebut dengan cara
seratus responden sebagai sampel KAP di Jakarta yang terdaftar dalam Direktori
Institut Akuntan Publik Indonesia yang dikategorikan sebagai The Big Four. Alasan
dipilihnya responden berjumlah seratus karena jumlah tersebut dirasa telah cukup
mewakili populasi auditor dari keempat KAP tersebut. Selain itu, penulis merasa
jumlah sampel telah melebihi batas minimal yang diperbolehkan dalam suatu
Setelah data tersebut diperoleh dari hasil jawaban kuisioner, selanjutnya data diolah
1) Uji Kualitas
Untuk menguji kualitas data mengenai kebenaran dan valid atau tidaknya
a. Uji Validitas
Suatu cara yang digunakan dalam melakukan uji validitas adalah dengan
Jika nilai signifikansi yang dihasilkan < 0,05 maka data dinyatakan valid
Jika nilai signifikansi yang dihasilkan > 0,05 maka data dinyatakan tidak
valid
b. Uji Reliabilitas
(1969) dalam Ghozali (2009), suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan
9
nilai cronbach alpha lebih besar dari 0,60. Butir pertanyaan yang hasilnya
menunjukkan nilai yang tidak valid maupun tidak reliabel, tidak akan diikut
unreliable)
2) Uji Hipotesa
etika, dan nilai etika organisai terhadap pengambilan keputusan etis auditor dalam
dependen. Beberapa kriteria pengujian yang lazim digunakan antara lain adalah
Chisquare Statistic 12, dan Goodness Fit Index (GFI). Besamya nilai R 2 adalah di
antara nol dan satu (O < 1). Nilai R2 yang kecil menunjukkan kemampuan
koefisien regresi antara hubungan antar variabel adalah nol atau tidak ada
10
hubungan kausalitas. Pengujian hipotesis tersebut dapat dilakukan dengan uji
terhadap bobot dari masing-masing kausalitas. Uji ini dalam aplikasi AMOS versi
coefficient). Nilai t-hitung dalam proses ini adalah Critical Ratio masing-masing
kausalitas dan dibandingkan dengan nilai t-tabel dengan tingkat signifikan 0,05
Jika nilai Critical Ratio (atau t-hitung) > 0,05 maka hipotesis nol (Ho) ditolak.
Jika nilai Critical Ratio (atau t-hitung) < 0.05 maka hipotesis nol (Ha) diterima
11
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Ya. Berdasarkan hasil analisis data seperti yang telah diuraikan sebelumnya, maka
pengalaman kerja auditor, maka keputusan yang diambil auditor juga akan semakin
baik dan auditor yang berpengalaman cenderung lebih teguh memegang prinsip
yang dianutnya dalam menghadapi situasi dilema etika. Hasil ini mendukung
penelitian yang dilakukan oleh Kidwell (1987) bahwa seorang dengan pengalaman
kerja yang lebih lama mempunyai hubungan yang positif dengan pengambilan
keputusan etis
komitmen profesional, maka keputusan yang diambil auditor akan semakin baik
pengambilan keputusan etis auditor. Artinya bahwa semakin baik orientasi etika
oleh auditor, maka keputusan yang diambil auditor juga semakin baik dan tepat
sesuai dengan etika yang berlaku. Hal ini akan membuat perusahaan terhindar dari
12
penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi. Hasil ini mendukung
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sasongko (2007) bahwa orientasi etika
pengambilan keputusan etis auditor. Artinya bahwa semakin baik nilai etika
organisasi yang diterapkan maka keputusan etis yang diambil auditor juga semakin
baik. Hal ini sesuai dengan penelitian Widyastuti (2011) yang menyatakan nilai
bank. Hal ini dikarenakan organisasi yang telah terbina etikanya dengan baik maka
akan membuat karyawannya berperilaku dengan baik juga karena adanya sanksi
Letak konstribusi dalam penelitian ini dapat dilihat dari beberapa implikasi
pengambilan keputusan auditor. Oleh karena itu, pemahaman tentang etika ini
mengenai kode etik auditor dalam tes untuk menjadi seorang auditor.
2. Para auditor, diharapkan untuk menjaga dan menjunjung tinggi nilai-nilai etika
organisasi dan menerapkan orientasi etika dengan baik agar dapat memiliki
13
komitmen profesionalisme yang tinggi terhadap profesinya sehingga auditor dapat
megambil keputusan dengan baik sesuai dengan kode etik audior yang berlaku
3. Pada Kantor Akuntan Publik (KAP), diharapkan dapat menjaga kualitas Kantor
auditor yang semakin baik, yang berarti kualitas audit yang dilakukan semakin
baik pula.
situasi dilemma yang menyebabkan dan memungkinkan akuntan tidak dapat independen.
Akuntan diminta untuk tetap independen dari klien, tetapi pada saat yang sama kebutuhan
mereka bergantung kepada klien dan fee yang diterimanya, sehingga seringkali akuntan
berada dalam situasi dilematis. Hal ini akan berlanjut jika hasil temuan auditor tidak
sesuai dengan harapan klien, sehingga menimbulkan konflik audit. Konflik audit ini akan
berkembang menjadi sebuah dilema etika ketika auditor diharapkan membuat keputusan
yang mungkin terjadi. Kemampuan auditor untuk membuat keputusan yang akan diambil
ketika menghadapi situasi dilema etika sangat bergantung kepada berbagai hal, karena
keputusan yang diambil oleh internal auditor juga akan banyak berpengaruh kepada
organisasi dan konsisten dimana dia berada. Maka dari itu auditor secara terus menerus
14
dihadapkan pada situasi dilema etika yang melibatkan pilihan-pilihan antara nilai-nilai
3.4 Kelemahan
Dari segi bahasa yang digunakan sangat baku, sehingga ada beberapa kata
dan/atau kalimat yang sulit dipahami.
15
DAFTAR PUSTAKA
Alim, M.N.; T. Hapsari & L. Purwanti (2007). "Pengaruh Kompetensi dan Independensi
terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai Variabel Moderasi".
Simposium Nasional Akuntansi X, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Arens, Alvin A. (2008). Auditing dan Jasa Assurance: Pendekatan Terintegrasi, Edisi
keduabelas, Prentice Hall International Inc. New Jersey.
Douglas, P.C., R.A. Davidson dan B.N. Schwartz (2001), "The Effect of Organizational
Culture and Ethical Orientation on Accountants' Ethical Judgments", Journal of
Business Ethics: 34(2), hal. 101-121.
Ford, R.C. clan W.D. Richardson (1994). "Ethical Decision Making: A review of The
Empirical Literature". Journal of Bussiness Ethics 13, hal. 461-470.
Hunt, S.D.; V.R. Wood dan L.B. Chonko (1989), "Corporate Ethical Values and
Organizational Commitment in Marketing'', Journal of Marketing, Vol. 53
(July). Hal. 79-90.
Jones, T.M. (1991), "Ethical Decision Making by Individuals in Organizations: An
Issue-Contingent Model", Academy of Management Review, Vol. 16 No. 2, hal.
366-395.
Kidwell, J.M., R.E. Stevens dan A.L. Bethke (1987), "Differences in Ethical
PerceptionsBetween Male and Female Managers: Myth or Reality?", Journal of
Businesslithics, 6 (6), hal. 489-494.
Kusuma, H.S. (2011). "Pengaruh Pelaksanaan Etika Profesi dan Kecerdasan Emosional
terhadap Pengambilan Keputusan bagi Auditor: Studi Empiris pada KAP dan
BPK di Semarang". Skripsi SI, Universitas Diponegoro, Semarang.
Larkin, J.M. (2000), "The Ability of Internal Auditors to Identify Ethical Dilemmas",
Journal of Business Ethics: 23, hal. 401-409.
Leiwakabessy, Audry. (2009). "Pengaruh Orientasi Etis dan Budaya Jawa terhadap
Perilaku Etis Auditor: Studi Empiris pada Auditor di Semarang". Tesis 82,
Universitas Diponegoro, Semarang.
Lauwers, T.J.; L.A. Ponemon dan R.R. Radtke (1997), "Examining Accountants'
EthicalBehavior: A Review and Implications for Future Research" dalam
Behavioral.Accounting Research: Foundation and Frontiers, Editor Vicky Arnold dan
SteveG. Sutton, hal. 188-221.
Novius, Andri. Tanpa Tahun. "Perbedaan Persepsi Intensitas Moral Mahasiswa
Akuntansi dalam Proses Pembuatan Keputusan Moral".
http://www.SolidD()(.uments.com(diakses 21 Maret 2012).
Nurwanah, A. (2008). "Dilema Etika Profesi Akuntan dalam Mempertahankan
Kredibilitasnya". Jurnal Jchsan Gorontalo, 3(2): 1615-1629.
Pramono, Hadi (2011). Perilaku Etis dalam Pengambilan Keputusan Akuntan dalam
Perspekiif lslam. httJ>://www.e-journal.stieaub.ac.id (diakses 2 April 2012). Santoso,
Singgih. (2009). Panduan Lengkap Menguasai SPSS 16. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo.
Sasongko, Budi. (2007). Internal Auditor dan Dilema Etika.
http://www.theAkuntan.com (cliakses 29 Maret 2012).
Sims, R.L. (1999). "The Development of Six Ethical Business Dilemma". The
16
Leadership & Organization Development Journal, Vol. 20 No. 4, hal. 189-197.
Trevino, L.K. (1986), "Ethical Decision Making in Organizations: A Person•
Situationlnteractionist Model", Academy of Management Review, Vol. 11. No.
3, hal. 601-617.
Wibowo, A.E. (2010). "Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor terhadap
Kualitas Audit : Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jawa Tengah",
Skripsi SI, Universitas Muhammadiyah, Jakarta.
Widyastuti, Harumi (2011). "Pengaruh Orientasi Etika, Nilai Etika Organisasi,
Komitmen Profesional, dan Kompensasi Manajemen terhadap Pengambilan
Keputusan Auditor Internal". Skripsi SI, Universitas Trisakti, Jakarta.
Windsor, C.A. dan N.M. Ashkanasy (1995), "The Effect Of Client
Management Bargaining Power, Moral Reasoning Development, and Belief in a Just
World on Auditor Independence", Accounting, Organizations and Society, Vol 20. No.
7/8,hal 701-720.
Ziegenfuss, D.E. dan 0.B. Martinson (2002), "The IMA Code of Ethics and
IMAMembers' Ethical Perception and Judgment", Managerial Auditing Journal,
Vol.17 No. 4. Hal. 165-173
17