Anda di halaman 1dari 17

ETIKA DAN PROFESI AKUNTAN

PENGARUH PENGALAMAN AUDIT, KOMITMEN PROFESIONAL, ORIENTASI


ETIKA, DAN NILAI ETIKA ORGANISASI TERHADAP PENGAMBILAN
KEPUTUSAN ETIS AUDITOR DALAM SITUASI DILEMA ETIKA

Oleh:

KELOMPOK 5

1. I Gst. Agung Made Nanda Mahendra (08 /1702622010261)


2. Ni Kadek Anika Murjani (17 /1702622010270)
3. Putu Clara Novianti (38 /1702622010291)
4. Putu Risma Yunika (44 /1702622010297)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MAHASARASWATI
DENPASAR
2020

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Dalam melaksanakan tugasnya, auditor memerlukan kepercayaan terhadap kualitas

jasa yang diberikan pada pengguna. Penting bagi pemakai laporan keuangan untuk

memandang Kantor Akuntan Publik (KAP) sebagai pihak yang independen dan kompeten,

karena akan mempengaruhi berharga atau tidaknya jasa yang telah diberikan oleh KAP

kepada pemakai. Jika pemakai merasa KAP memberikan jasa yang berguna dan berbarga

maka nilai audit atau kualitas audit juga meningkat, sehingga KAP dituntut untuk

bertindak dengan profesionalisme tinggi (Herawaty, 2007).

Guna menunjang profesionalismenya sebagai akuntan publik maka auditor dalam

melaksanakan tugas auditnya harus berpedoman pada standar audit yang ditetapkan oleh

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), yakni standar umum, standar pekerjaan lapangan dan

standar pelaporan. Dimana standar umum merupakan cerminan kualitas pribadi yang harus

dimiliki oleh seorang auditor yang mengharuskan auditor untuk memiliki keahlian dan

pelatihan teknis yang cukup dalam melaksanakan prosedur audit. Sedangkan standar

pekerjaan lapangan dan standar pelaporan mengatur auditor dalam hal pengumpulan data dan

kegiatan lainnya yang dilaksanakan selama melakukan audit serta mewajibkan auditor untuk

menyusun suatu laporan atas laporan keuangan yang diauditnya secara keseluruhan.

Akuntan publik atau auditor independen dalam tugasnya mengaudit perusahaan klien

memiliki posisi yang strategis sebagai pihak ketiga dalam lingkungan perusahaan, klien

yakni ketika akuntan publik mengemban tugas dan tanggung jawab dari manajemen untuk

2
mengaudit laporan keuangan perusahaan yang dikelolanya (Wibowo 2010). Dalam hal ini

manajemen ingin supaya kinerjanya terlihat selalu baik dimata pihak ekstemal perusahaan

terutama pemilik. Akan tetapi disisi lain pernilik menginginkan supaya auditor

melaporkan dengan sejujumya keadaan yang ada pada perusahaan yang telah dibiayainya.

Dari uraian di atas terlihat adanya suatu kepentingan yang berbeda antara manajemen dan

pemakai laporan keuangan. Kepercayaan yang besar dari pemakai laporan keuangan auditan

dan jasa lainnya yang diberikan oJeh akuntan publik inilah yang akhimya mengharuskan

akuntan publik memperhatikan kualitas audit yang dihasilkannya.

Kualitas audit ini penting karena dengan kualitas audit yang tinggi maka akan

dihasilkan laporan keuangan yang dapat dipcrcaya sebagai dasar pengambilan keputusan.

Seiain itu adanya kekhawatiran akan merebaknya skandal keuangan, dapat mengikis

kepercayaan publik terhadap laporan keuangan auditan dan profesi akuntan publik.

Dalam penelitiannya, Alim, Hapsari dan Trisni, (2007) membuktikan bahwa

kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini berarti bahwa kualitas

audit dapat dicapai jika auditor memiliki kompetensi yang baik dimana kompetensi tersebut

terdiri dari dua dimensi yaitu pengalaman dan pengetahuan. Penelitian ini juga

menemukan bukti empiris bahwa independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas

audit. Hal ini berarti kualitas audit didukung oleh sampai sejauh mana auditor mampu

bertahan dari tekanan klien disertai dengan perilaku etis yang dimiliki. De Angelo dalam

Alim Hapsari dan Trisni (2007) mendefinisikan kualitas audit sebagai kernungkinan (joint

probability) dimana seorang auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada

dalam sistem akuntansi kliennya. Kemungkinan dimana auditor akan menemukan salah saji

tergantung pada kualitas pemahaman auditor (kompetensi) sementara tindakan melaporkan

3
salah saji tergantung pada independensi auditor. Sementara itu AAA Financial ccounting

Commite (2000) dalam Christiawan (2002) menyatakan bahwa kualitas audit ditentukan oleh

2 hal yaitu kompetensi dan independensi. Kedua hal tersebut berpengaruh langsung terhadap

kualitas audit.

Susanto (2000) dalam Alim, Hapsari dan Trisni (2007) definisi tentang kompetensi

yang sering dipakai adalah karakteristik - karakteristik yang mendasari individu untuk

mencapai kinerja superior. Kompetensi juga merupakan pengetahuan, ketrampilan, dan

kemampuan yang berhubungan dengan pekerjaan, serta kemampuan yang dibutuhkan untuk

pekerjaan-pekerjaan non-rutin. Alim, Hapsari dan Trisni (2007) menunjukkan bahwa dalam

literatur psikologi, pengetahuan spesifik dan lama pengalaman bekerja sebagai faktor penting

untuk meningkatkan kompetensi. Ukuran kompetensi tidak cukup hanya pengalaman tetapi

diperlukan pertimbangan pertimbangan lain dalam pembuatan keputusan yang baik karena

pada dasamya manusia memiliki sejumlah unsur lain selain pengalaman.

Sesuai dengan tanggungjawabnya untuk menaikkan tingkat keandalan laporan

keuangan suatu perusahaan maka akuntan publik tidak hanya perlu - memiliki kompetensi

atau keahlian saja tetapi juga harus independen dalam pengauditan. Tanpa adanya

independensi, auditor tidak berarti apa-apa, Masyarakat tidak percaya akan hasil auditan dari

auditor sehingga masyarakat tidak akan meminta jasa pengauditan dari auditor. Atau dengan

kata lain, keberadaan auditor ditentukan oleh independensinya (Kusuma, 2011).

Sisi yang menarik untuk diangkat dalam penelitian ini adalah konflik audit dan

dilemma etka, pengalaman kerja auditor, komitmen professional, orientasi etika, nilai etika

seorang akuntan publik.

4
1.2 Rumusan Masalah yang diangkat

1) Apakah pengalaman audit berpengaruh terhadap pengambilan keputusan etis

auditor dalam situasi dilema etis?

2) Apakah komitmen profesional auditor berpengarub terhadap pengambilan

keputusan etis auditor dalam situasi dilema etis?

3) Apakah orientasi etika auditor berpengaruh terhadap pengambilan keputusan etis

auditor dalam situasi dilema etis?

4) Apakah nilai etika organisasi berpengaruh terhadap pengambilan keputusan etis

auditor dalam situasi dilema etis?

1.3 Solusi yang ditawarkan

Solusi yang diberikan untuk mengatasi permaslahan dalam riset ini dengan penulis

menggunakan uji kausalitas. Data diperoleh melalui penyebaran kuesioner dengan skala

likert interval yang diadopsi dari Sasongko (2007). Alat analisis yang digunakan untuk

pengujian hipotesa adalah uji parsial.

1.4 Tujuan dari riset artikel ini

Tujuan dari riset/penulisan artikel ini yaitu untuk menganalisa pengaruh pengalaman

audit, komitmen profesional, orientasi etika, dan nilai etika organisasi terhadap pengambilan

keputusan etis auditor dalam situasi dilema etika

5
BAB II

DISKUSI

2.1 Solusi yang dipakai

Solusi yang digunakan penulis untuk menjawab pertanyaan risetnya yaitu dengan

menggunakan beberapa teori sesuai variabel penelitan yang digunakan seperti konflik

audit dan dilema etika, pengalaman kerja auditor, komitmen profesional, orientasi

etika, dan nilai etika organisasi. Selain menggunakan teori-teori tersebut, penulis juga

membandingkan antara teori dengan beberapa penelitian sebelumnya seperti

penelitian Trevino (1986) untuk memahami, menginvestigasi, dan memprediksi

pembuatan keputusan etis dalam organisasi, Kidwell (1987) penelitian menunjukkan

hanya satu daerah dimana ada perbedaan yang signifikan antara pria dan wanita pada

apa yang mereka dianggap etis. Namun,ada perbedaan signifikan dalam 16 dari 17

situasi ketika mereka menilai perilaku etis dari rekan-rekan pria/wanita mereka, para

lelaki menilai wanita kurang etis secara signifikan dibanding diri mereka sendiri dan

sebaliknya, Ford dan Richardson (1994) penelitian mengidentifikasikan mana

variabel yang didalilkan me.mpengaruhi keyakinan etis dan pengambilan keputusan.

Variabel dibagi menjadi yang khas untuk pembuat keputusan individu dan yang

dianggap situasional, Sasongko (2007) mengatakan bahwa nilai etika organisasi,

orientasi etika, dan komitmen professional baik secara individu maupun simultan

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pengambilan keputusan etis intemal

auditor dalam situasi dilema etika. Dalam penelitian ini tidak ditemukan pengaruh

6
pengalaman kerja dalam hubungannya dengan komitmen profesional dan

pengambilan keputusan etis.

2.2 Pembuktian hipotesis

Dari hasil olah data yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner dengan skala likert

interval yang diadopsi dari Sasongko (2007), maka hipotesis yang dibuat oleh penulis

terbukti. Hal ini dapat dilihat dari hasil pembahasan sebagai berikut:

1) Pengaruh Pengalaman Audit terhadap Pengambilan Keputusan

Dari hasil perhitungan, variabel pengalaman audit memiliki tingkat signifikan

sebesar 0.000< 0.05 sehingga Hal diterima dan HOI ditolak dengan sehingga Hal

diterima dan HOI ditolak. Artinya pengalaman audit berpengaruh positif terhadap

pengambilan keputusan. Hasil penelitian tersebut mendukung penelitan yang

dilakukan oleh Kidwell (1987) yang menyatakan bahwa seseorang dengan

pengalaman kerja yang lebih banyak akan cenderung mempunyai tanggapan etis

yang lebih baik.

2) Pengaruh Komitemen Profesional terhadap Pengambilan Keputusan

Dari hasil perhitungan, variabel komitmen profesional memiliki tingkat signifikan

sebesar 0.000 < O. Ha2 diterima dan H02 ditolak dengan sehingga Ha2 diterima

dan H02 ditolak. Artinya komiünen profesional berpengaruh positif terhadap

pengambilan keputusan etis. Berdasarkan hasil tersebut terbukti bahwa memang

ada pengaruh positif antara komitmen profesional dengan pengambilan keputusan

etis, hal ini sesuai dengan model yang diajukan oleh Trevino (1986) tentang

person-situation interactionist dalam pengambilan keputusan etis. Model tersebut

7
menjelaskan bahwa pengambilan sebuah keputusan etis dipengaruhi oleh faktor-

faktor individual dan faktor-faktor situasional

3) Pengaruh Orientasi Etika terhadap Pengambilan Keputusan

Dari hasil perhitungan, variabel orientasi etika memiliki tingkat signifikan sebesar

0.000 < 0.05 sehingga Ha3 diterima dan H03 ditolak dengan sehingga Ha3

diterima dan H03 ditolak. Artinya orientasi etika berpengaruh positif terhadap

pengambilan keputusan. Orientasi etika yang diterapkan oleh auditor dengan baik

dapat membantunya dalam membuat keputusan dengan tepat sehingga organisasi

dapat terhindar dari penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi. Hasil

penelitian tersebut dapat mendukung kebenaran penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Sasongko (2007) yang menyatakan bahwa orientasi etika

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pengambilan keputusan etis

auditor dalam situasi dilema etika.

4) Pengaruh Nilai Etika Organisasi terhadap Pengambilan Keputusan

Dari hasil perhitungan, variabel nilai etika organisasi memiliki tingkat signifikan

sebesar 0.000 < 0.05 sehingga Ha4 diterima dan H04 ditolak dengan sehingga

Ha4 diterima dan H04 ditolak. Artinya nilai etika organisasi berpengaruh positif

terhadap pengambilan keputusan etis. Hasil penelitian ini mendukung penelitian

Sasongko (2007) yang menyatakan bahwa nilai etika organisasi, orientasi etika,

dan komitmen profesional secara individu maupun bersama-sama mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap pengambilan keputusan etis auditor.

2.3 pembahasan penyebab

8
Penulis membahas penyebab terbuktinya hipotesis tersebut dengan cara

mengumpulkan data untuk dibuktikan kebenarannya. Dalam penelitian ini dipilih

seratus responden sebagai sampel KAP di Jakarta yang terdaftar dalam Direktori

Institut Akuntan Publik Indonesia yang dikategorikan sebagai The Big Four. Alasan

dipilihnya responden berjumlah seratus karena jumlah tersebut dirasa telah cukup

mewakili populasi auditor dari keempat KAP tersebut. Selain itu, penulis merasa

jumlah sampel telah melebihi batas minimal yang diperbolehkan dalam suatu

penelitian kuantitatif yaitu 30 sampel.

Setelah data tersebut diperoleh dari hasil jawaban kuisioner, selanjutnya data diolah

dan diuji kebenarannya dengan beberapa metode analisis sebagai berikut:

1) Uji Kualitas

Untuk menguji kualitas data mengenai kebenaran dan valid atau tidaknya

kuesioner tersebut digunakan dua pengujian, yaitu :

a. Uji Validitas

Suatu cara yang digunakan dalam melakukan uji validitas adalah dengan

menggunakan Pearson Correlation, dimana dasar pengambilan keputusannya

menurut Ghozali (2001) adalah sebagai berikut:

 Jika nilai signifikansi yang dihasilkan < 0,05 maka data dinyatakan valid

 Jika nilai signifikansi yang dihasilkan > 0,05 maka data dinyatakan tidak

valid

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dengan menggunakan metode cronbach alpha. Menurut Nunnaly

(1969) dalam Ghozali (2009), suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan

9
nilai cronbach alpha lebih besar dari 0,60. Butir pertanyaan yang hasilnya

menunjukkan nilai yang tidak valid maupun tidak reliabel, tidak akan diikut

sertakan dalam analisis data selanjutnya untuk pengujian hipotesa. Dasar

pengambilan keputusan uji reliabilitas :

 Cronbach alpha> 0,60-4 Cronboach alpha acceptable (construct reliable)

 Cronbach alpha < 0,60 Cronboach alpha poor acceptable (construct

unreliable)

2) Uji Hipotesa

Dalam penelitian ini pengujian hipotesa dilakukan untuk memperoleh gambaran

mengenai hubungan antara pengalaman audit, komitmen profesional, orientasi

etika, dan nilai etika organisai terhadap pengambilan keputusan etis auditor dalam

situasi dilema etika.

a Goodness of Fit Model (R2)

Goodness of Fit Model digunakan untuk mengetahui seberapa besar variabel

independen yang digunakan dalam penelitian menjelaskan variasi dari variable

dependen. Beberapa kriteria pengujian yang lazim digunakan antara lain adalah

Chisquare Statistic 12, dan Goodness Fit Index (GFI). Besamya nilai R 2 adalah di

antara nol dan satu (O < 1). Nilai R2 yang kecil menunjukkan kemampuan

variabelvariabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat

terbatas, dan begitu juga sebaliknya.

b Uji T (Uji individu)

Pengujlan ini berlandaskan dengan hipotesis nol yang menyatakan bahwa

koefisien regresi antara hubungan antar variabel adalah nol atau tidak ada

10
hubungan kausalitas. Pengujian hipotesis tersebut dapat dilakukan dengan uji

terhadap bobot dari masing-masing kausalitas. Uji ini dalam aplikasi AMOS versi

4 mirip dengan uji-t terhadap regression weights (atau loadingfactor, I-

coefficient). Nilai t-hitung dalam proses ini adalah Critical Ratio masing-masing

kausalitas dan dibandingkan dengan nilai t-tabel dengan tingkat signifikan 0,05

dan degree of freedom masingmasing kausalitas. Syarat pengambilan

keputusannya adalah sebagai berikut :

 Jika nilai Critical Ratio (atau t-hitung) > 0,05 maka hipotesis nol (Ho) ditolak.

 Jika nilai Critical Ratio (atau t-hitung) < 0.05 maka hipotesis nol (Ha) diterima

11
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Ya. Berdasarkan hasil analisis data seperti yang telah diuraikan sebelumnya, maka

dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut:

1. Variabel pengalaman audit berpengaruh secara positif terhadap variabel

pengambilan keputusan etis auditor. Artinya bahwa semakin baik (banyak)

pengalaman kerja auditor, maka keputusan yang diambil auditor juga akan semakin

baik dan auditor yang berpengalaman cenderung lebih teguh memegang prinsip

yang dianutnya dalam menghadapi situasi dilema etika. Hasil ini mendukung

penelitian yang dilakukan oleh Kidwell (1987) bahwa seorang dengan pengalaman

kerja yang lebih lama mempunyai hubungan yang positif dengan pengambilan

keputusan etis

2. Variabel komitmen profesional berpengaruh secara positif terhadap variabel

dependen pengambilan keputusan etis auditor. Artinya bahwa semakin baik

komitmen profesional, maka keputusan yang diambil auditor akan semakin baik

3. Variabel orientasi etika berpengaruh secara positif terhadap variabel dependen

pengambilan keputusan etis auditor. Artinya bahwa semakin baik orientasi etika

oleh auditor, maka keputusan yang diambil auditor juga semakin baik dan tepat

sesuai dengan etika yang berlaku. Hal ini akan membuat perusahaan terhindar dari

12
penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi. Hasil ini mendukung

penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sasongko (2007) bahwa orientasi etika

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pengambilan keputusan etis auditor

dalam situasi dilema etika.

4. Variabel nilai etika organisasi berpengaruh secara positif terhadap variabel

pengambilan keputusan etis auditor. Artinya bahwa semakin baik nilai etika

organisasi yang diterapkan maka keputusan etis yang diambil auditor juga semakin

baik. Hal ini sesuai dengan penelitian Widyastuti (2011) yang menyatakan nilai

etika organisasi berpengaruh signifikan pengambilan keputusan internal auditor

bank. Hal ini dikarenakan organisasi yang telah terbina etikanya dengan baik maka

akan membuat karyawannya berperilaku dengan baik juga karena adanya sanksi

yang diberikan bila karyawannya melakukan pelanggaran dan akan membuat

kinerja perusahaan meningkat.

3.2 Letak kontribusi

Letak konstribusi dalam penelitian ini dapat dilihat dari beberapa implikasi

manajerial sebagai berikut:

1. Penelitian ini memberikan bukti bahwa pengalaman audit, komitmen profesional,

orientasi etika, dan nilai etika organisasi mempunyai pengaruh terhadap

pengambilan keputusan auditor. Oleh karena itu, pemahaman tentang etika ini

sebaiknya diterapkan didalam perusahaan atau dengan cara penambahan soal-soal

mengenai kode etik auditor dalam tes untuk menjadi seorang auditor.

2. Para auditor, diharapkan untuk menjaga dan menjunjung tinggi nilai-nilai etika

organisasi dan menerapkan orientasi etika dengan baik agar dapat memiliki

13
komitmen profesionalisme yang tinggi terhadap profesinya sehingga auditor dapat

megambil keputusan dengan baik sesuai dengan kode etik audior yang berlaku

3. Pada Kantor Akuntan Publik (KAP), diharapkan dapat menjaga kualitas Kantor

Akuntan Publik dengan menjaga profesionalisme para auditornya sehingga dapat

meningkatkan kinerja mereka serta memberikan pelatihan/pendidikan yang dapat

menambah pengalaman dan pengetahuannya dalam profesinya sehingga dapat

meningkatkan kualitas audit. Kantor auditor yang besar menunjukkan kredibilitas

auditor yang semakin baik, yang berarti kualitas audit yang dilakukan semakin

baik pula.

3.3 Masalah penelitian yang belum diselesaikan

Dalam penelitian ini menyatakan bahwa akuntan seringkali dihadapkan pada

situasi dilemma yang menyebabkan dan memungkinkan akuntan tidak dapat independen.

Akuntan diminta untuk tetap independen dari klien, tetapi pada saat yang sama kebutuhan

mereka bergantung kepada klien dan fee yang diterimanya, sehingga seringkali akuntan

berada dalam situasi dilematis. Hal ini akan berlanjut jika hasil temuan auditor tidak

sesuai dengan harapan klien, sehingga menimbulkan konflik audit. Konflik audit ini akan

berkembang menjadi sebuah dilema etika ketika auditor diharapkan membuat keputusan

yang bertentangan dengan independensi dan integritasnya dengan imbalan ekonomis

yang mungkin terjadi. Kemampuan auditor untuk membuat keputusan yang akan diambil

ketika menghadapi situasi dilema etika sangat bergantung kepada berbagai hal, karena

keputusan yang diambil oleh internal auditor juga akan banyak berpengaruh kepada

organisasi dan konsisten dimana dia berada. Maka dari itu auditor secara terus menerus

14
dihadapkan pada situasi dilema etika yang melibatkan pilihan-pilihan antara nilai-nilai

yang saling bertentangan.

3.4 Kelemahan

Dari segi bahasa yang digunakan sangat baku, sehingga ada beberapa kata
dan/atau kalimat yang sulit dipahami.

15
DAFTAR PUSTAKA

Alim, M.N.; T. Hapsari & L. Purwanti (2007). "Pengaruh Kompetensi dan Independensi
terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai Variabel Moderasi".
Simposium Nasional Akuntansi X, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Arens, Alvin A. (2008). Auditing dan Jasa Assurance: Pendekatan Terintegrasi, Edisi
keduabelas, Prentice Hall International Inc. New Jersey.
Douglas, P.C., R.A. Davidson dan B.N. Schwartz (2001), "The Effect of Organizational
Culture and Ethical Orientation on Accountants' Ethical Judgments", Journal of
Business Ethics: 34(2), hal. 101-121.
Ford, R.C. clan W.D. Richardson (1994). "Ethical Decision Making: A review of The
Empirical Literature". Journal of Bussiness Ethics 13, hal. 461-470.
Hunt, S.D.; V.R. Wood dan L.B. Chonko (1989), "Corporate Ethical Values and
Organizational Commitment in Marketing'', Journal of Marketing, Vol. 53
(July). Hal. 79-90.
Jones, T.M. (1991), "Ethical Decision Making by Individuals in Organizations: An
Issue-Contingent Model", Academy of Management Review, Vol. 16 No. 2, hal.
366-395.
Kidwell, J.M., R.E. Stevens dan A.L. Bethke (1987), "Differences in Ethical
PerceptionsBetween Male and Female Managers: Myth or Reality?", Journal of
Businesslithics, 6 (6), hal. 489-494.
Kusuma, H.S. (2011). "Pengaruh Pelaksanaan Etika Profesi dan Kecerdasan Emosional
terhadap Pengambilan Keputusan bagi Auditor: Studi Empiris pada KAP dan
BPK di Semarang". Skripsi SI, Universitas Diponegoro, Semarang.
Larkin, J.M. (2000), "The Ability of Internal Auditors to Identify Ethical Dilemmas",
Journal of Business Ethics: 23, hal. 401-409.
Leiwakabessy, Audry. (2009). "Pengaruh Orientasi Etis dan Budaya Jawa terhadap
Perilaku Etis Auditor: Studi Empiris pada Auditor di Semarang". Tesis 82,
Universitas Diponegoro, Semarang.
Lauwers, T.J.; L.A. Ponemon dan R.R. Radtke (1997), "Examining Accountants'
EthicalBehavior: A Review and Implications for Future Research" dalam
Behavioral.Accounting Research: Foundation and Frontiers, Editor Vicky Arnold dan
SteveG. Sutton, hal. 188-221.
Novius, Andri. Tanpa Tahun. "Perbedaan Persepsi Intensitas Moral Mahasiswa
Akuntansi dalam Proses Pembuatan Keputusan Moral".
http://www.SolidD()(.uments.com(diakses 21 Maret 2012).
Nurwanah, A. (2008). "Dilema Etika Profesi Akuntan dalam Mempertahankan
Kredibilitasnya". Jurnal Jchsan Gorontalo, 3(2): 1615-1629.
Pramono, Hadi (2011). Perilaku Etis dalam Pengambilan Keputusan Akuntan dalam
Perspekiif lslam. httJ>://www.e-journal.stieaub.ac.id (diakses 2 April 2012). Santoso,
Singgih. (2009). Panduan Lengkap Menguasai SPSS 16. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo.
Sasongko, Budi. (2007). Internal Auditor dan Dilema Etika.
http://www.theAkuntan.com (cliakses 29 Maret 2012).
Sims, R.L. (1999). "The Development of Six Ethical Business Dilemma". The

16
Leadership & Organization Development Journal, Vol. 20 No. 4, hal. 189-197.
Trevino, L.K. (1986), "Ethical Decision Making in Organizations: A Person•
Situationlnteractionist Model", Academy of Management Review, Vol. 11. No.
3, hal. 601-617.
Wibowo, A.E. (2010). "Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor terhadap
Kualitas Audit : Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jawa Tengah",
Skripsi SI, Universitas Muhammadiyah, Jakarta.
Widyastuti, Harumi (2011). "Pengaruh Orientasi Etika, Nilai Etika Organisasi,
Komitmen Profesional, dan Kompensasi Manajemen terhadap Pengambilan
Keputusan Auditor Internal". Skripsi SI, Universitas Trisakti, Jakarta.
Windsor, C.A. dan N.M. Ashkanasy (1995), "The Effect Of Client
Management Bargaining Power, Moral Reasoning Development, and Belief in a Just
World on Auditor Independence", Accounting, Organizations and Society, Vol 20. No.
7/8,hal 701-720.
Ziegenfuss, D.E. dan 0.B. Martinson (2002), "The IMA Code of Ethics and
IMAMembers' Ethical Perception and Judgment", Managerial Auditing Journal,
Vol.17 No. 4. Hal. 165-173

17

Anda mungkin juga menyukai