DISUSUN OLEH :
MIFTAHUL JANNAH
A031171310
Riset akuntansi perilaku, riset pasar modal, dan riset teori keagenan dapat disebut juga
riset “positif” dalam pengertian bahwa riset tersebut sama-sama fokus dalam hal menemukan
“fakta”.Riset pasar modal mempertanyakan “bagaimana pasar modal bereaksi terhadap
informasi akuntansi”; teori keagenan mempertanyakan “apa saja insentif ekonomi yang
menentukan pemilihan metode akuntansi?”; dan riset perilaku mempertanyakan “bagaimana
sebenarnya orang menggunakan dan memproses informasi akuntansi?”. Akan tetapi, mereka
juga sangat berbeda dalam banyak hal. Seumpamanya, riset pasar modal memandang pada
tingkat makro dari pasar sekuritas secara keseluruhan, sebagaimana teori keagenan dan
akuntansi perilaku fokus pada tingkat mikro pada manajer secara individu dan perusahaan.
Riset pasar modal dan teori keagenan keduanya merupakan turunan dari disiplin ilmu
ekonomi dan terlepas dari motivasi sebenarnya orang-orang pada umumnyadengan
mengasumsikan bahwa setiap orang merupakan pribadi yang rasional yang mempunyai tujuan
memaksimalkan kekayaan. Akuntansi perilaku, di lain pihak, merupakan turunan dari disiplin
ilmu lainnya seperti psikologi, sosiologi, dan teori organisasi, dan secara umum tanpa adanya
asumsi terkait bagaimana orang berperilaku; daripada, tujuannya untuk menemukan mengapa
orang berperilaku sebagaimana mereka berperilaku. Maka dari itu, setiap dari disiplin ilmu
riset akuntansi tersebut dibuat untuk menjawab jenis pertanyaan yang berbeda terkait praktik
akuntansi.
b. Riset dapat menyediakan gagasan yang berharga dalam berbagai jeniskeputusan yang
dihasilkan oleh pembuat keputusan dalam menghasilkan, memproses, dan bereaksi
terhadap atribut-atribut informasi akuntansi dan metode komunikasi. Dari gagasan
tersebut, dapat dipergunakan untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dalam
berbagai cara sebagaimana dijelaskan nanti dalam bab ini pada bahasan pengambilan
keputusan “Brunswik LensModel”.
c. Riset akuntansi perilaku dapat secara potensial menyediakan informasi akuntansi untuk
para regulator akuntansi seperti Australian Accounting Standards Board (AASB).
Sebagaimana tujuan utama daripada akuntansi adalah untuk menyediakan informasi yang
berguna dalam pengambilan keputusan, anggota dari AASB secara terus-menerus
memegang masalah yang mana metode akuntansi dan tipe pengungkapan seperti apa
yang akan membuktikan kebermanfaatan terhadap pengguna laporan keuangan. Peneliti
akuntansi perilaku dapat secara langsung mempelajari pilihan akuntansi secara spesifik
dan pelaporan untuk penyusun standar yang mana pada metode dan pengungkapan yang
secara langsung meningkatkan kualitas pengambilan keputusan olehpengguna.
d. Penemuan riset akuntansi perilaku juga dapat mengarahkan pada keefisienan dalam
praktik kerja akuntan dan para professional lainnya. Sebagai contoh, senior ahli dan
anggota yang berpengalaman akuntansi dari perusahaan dapat dicatatdan dimanfaatkan
oleh metode riset akuntansi perilaku untuk mengembangkan komputerisasi ahli sistem
untuk berbagai konteks pembuatan keputusan. Kegiatan rutin ini yang akan sebaliknya
mengikat berharganya waktu pengalaman dari staf.
Sejak pertengahan tahun 1970-an, model lensa Brunswik telah digunakan sebagai
sebuahkerangka analitis dan dasar untuk kebanyakan pembelajaran keputusan yang berkaitan
dengan prediksi (semisal: kebangkrutan) dan/atau evaluasi (misal: pengendalian internal).
Peneliti menggunakan model lensa untuk menyelidiki hubungan antara insyarat berganda
(atau pecahan dari informasi) dan keputusan, penilaian atau prediksi, dengan mencari
kebiasaan dalam merespon isyarat tersebut. Pengambil keputusan (misal: petugas pinjaman
bank) dipandang sebagai melihat melalui isyarat lensa (misal: rasio keuangan) yang mana
kemungkinannya berhubungan dengan kejadian, dalam rangka untuk mencapai sebuah
kesimpulan terkait kejadian tersebut (misalnya: kemungkinan kegagalan/ketidakgagalan
pinjaman.
Kemungkinan Penilaian
Model kemungkinan penilaian berguna untuk melihat berbagai situasi dalam
akuntansi di mana kepercayaan pertama kali tentang prediksi atau evaluasi perlu untuk
direvisi setidaknya sekali sejauh bukti menjadi tersedia. Revisi dari investor terkait keputusan
investasi dalam keterangan bukti baru yang memusatkan pada outcome dari sebuah perkara
hukum melawan perusahaan merupakan contoh situasi semacam ini.
Model ini berpendapat bahwa ‘normatifnya’ cara yang paling tepat untuk merevisi
kepercayaan pertama kalinya, dinyatakan sebagai kemungkinan subjektif, adalah dengan
menerapkan teorema Bayes, sebuah dasar prinsip teori kemungkinan bersayarat. Teorema
Bayes menyatakan bahwa kemungkinan yang direvisi (yang kemudian) dalam keterangan
bukti tambahan setara dengan kepercayaan aslinya berganda (berdasarkan tingkat) dengan
jumlah yang mana perkiraan utamanya harus direvisi, yang mana, oleh keinformasian atau
percobaan data baru.
c. Melabuhkan dan menyesuaikan. Aturan utama ini merujuk pada proses penilaian pada
umumnya yang mana utamanya diciptakan ataumemberikan respon berperan sebagai
sebuah jangkar, dan informasi lainnya digunakan untuk menyesuaikan respon tersebut.
Konsekuensi dari aturan ini adalah kemungkinan penyesuaian yang tidak sesuai dengan
keterangan keadaan perubahan.
C. Keterwakilan: Pembuktian
Kahneman dan Tversky pertama kali melaporkan keberadaan keterwakilan dan
kecenderungan untuk mengabaikan dasar tingkat. Sejak saat itu, penelitian baik pada
lingkungan psikologi maupun akuntansi telah menyelidiki berbagai fenomena. Hal ini
menjadi bukti yang tidak meyakinkan dalam yang mana hakl ini menunjukkan informasi
dasar-tingkat terkadang diabaikan dan terkadang digunakan dengan wajar dalam menilai
kemungkinan suatu kejadian. Penggunaan informasi dasar-tingkat nampaknya cukup
sensitive untuk berbagai penugasan dan konteks, dan hal ini telah mengarahkan pada
hipotesis bahwa penalaran kemungkinan berkaitan dengan kebergantungan pemrosesan.
Ketersediaan: Bukti
Dasar dari aturan utama yang mungkin menilai berdasarkan pencarian keterangan dari
ingatan perumpamaan yang relevan atau struktur skenario yang logis. Semakin kejadian itu
timbul, atau semakin besar ketentraman dengan yang mana satu dapat terjadi kejadian atau
menciptakan kelogisan penjelasan terhadap suatu kejadian, akan semakin tinggi kemungkinan
penilaian keterjadian sebuah kejadian. Akan tetapi, hal ini memerlukan contoh kemungkinan
yang besar untuk meningkatkan keakuratan prediksi.
Keterlabuhan dan Penyesuaian: Pembuktian
Joyce dan Biddle menggunakan lagi praktik auditor sebagai subjek dalam menyelidiki
pengaruh perubahan dalam sistem pengendalian internal pada pencarian yang luas terhadap
pengujian substantif (pengujian audit dibuat untuk mencari keberadaan kesalahan mata uang
dalam laporan keuangan). Hal ini telah diperkirakan bahwa subjek akan menyesuaikan untuk
perubahan dalam pengendalian internal dengan menyesuaikan ruang lingkup audit, namun
demikian penyesuaian tersebut akan menjadi tidak cukup sebagai perlabuhan pada
pengendalian internal yang utama akan terjadi. Tidak ada bukti melabuhkan dan penyesuaian
dalam reviu analytical (analisis rasio) dan pengujian kepatuhan penugasan (pengujian audit
dari pengendalian internal).