Behavioral Accounting Research merupakan studi terhadap perilaku akuntan atau perilaku non-akuntan
sebagaimana mereka dipengaruhi oleh fungsi akuntansi dan pelaporan (T.hofstedt & J.Kinard, 1970 ,p.43)
Behavioral Accounting Research (BAR), Capital Market Research, dan Agency Theory Research dapat disebut
positive research mengingat hal tersebut menekankan pada penemuan fakta berupa:
Ketiga hal tersebut berbeda dalam sejumlah hal. Capital Market Research memperhatikan Aggregate Securities
Market dalam level makro, dimana Agency Theory dan Behavioral Accounting berfokus pada perusahaan dan
managerial dalam level mikro. Capital Market Research dan Agency Theory merupakan turunan dari ilmu
ekonomi dan terlepas dari motivasi manusia yang aktual (diasumsikan motivasi setiap orang adalah
memaksimalkan kesejahteraannya).
Behavioral Accounting di sisi lain merupakan turunan dari disiplin ilmu lainnya seperti psikologi, sosiologi, serta
teori organisasi dan secara umum tidak membuat asumsi terhadap bagaimana manusia berperilaku. Namun
tujuannya adalah menemukan mengapa manusia berperilaku demikian. Akibatnya tiap-tiap research di atas
didesain untuk menjawab tipe pertanyaan yang berbeda mengenai praktek akuntansi.
Research in Behavioral Accounting melingkupi berbagai aktivitas akuntansi yang berbeda (G.Siegel &
H.Ramanauskas-Marconi, 1989, p.4). Sejumlah studi BAR telah diaplikasikan dalam praktek Auditing untuk
meningkatkan kualitas proses pengambilan keputusan auditor. Sebagai contoh, ketika auditor membuat
perencanaan audit atas klien, mereka harus menilai risiko terkait klien. Makin tinggi risiko, makin buanyak proses
audit yang harus dilaksanakan.. menilai risiko merupakan pekerjaan yang highly complex serta memiliki
dampak serius bagi auditor dan investor jika terjadi penilaian yang tidak tepat. BAR juga digunakan untuk
analisis penilaian risiko oleh auditor serta memperbaikinya. Lingkup BAR yang lain telah menjadi bagian atas
akuntansi manajemen. Sebagai contoh, BAR digunakan untuk membantu proses pemeriksaan dan pemahaman
berbagai masalah insentif dan disinsentif terkait tipe proses penganggaran serta bagaimana bentuk organisasi
dan sistem akuntansi dapat mempengaruhi perilaku individu di dalam perusahaan.
Sejak hal tersebut merupakan bagian dari akuntansi keuangan, fokus utama dari chapter ini adalah informasi
yang berisi Financial Statements untuk para pengguna di luar perusahaan. Tipe BAR pada pembahasan kali ini
dikenal sebagai Human Judgement Theory (HJT) atau Human Information Processing (HIP) yang meliputi
proses penilaian dan pengambilan keputusan bagi akuntan dan auditor serta pengaruh fungsi tersebut bagi para
pengguna (E.M.Bamber, 1993, p.1-29). Sasaran dari research ini seringkali lebih dari proses penjelasan serta
prediksi terhadap perilaku pada level individu maupun golongan. Hal tersebut juga memperhatikan proses
peningkatan kualitas pengambilan keputusan. Dalam konteks akuntansi keuangan, sasarannya adalah
meningkatkan proses pengambilan keputusan bagi produser (auditor) dan pengguna accounting reports.
Ada sejumlah alasan penting mengapa BAR itu penting bagi praktisi akuntansi atau pihak lain:
Capital Market dan Agency Theory gak mampu menjawab pertanyaan bagaimana manusia menggunakan dan
mengolah informasi akuntansi. Untuk mengisi hal tersebut, kita memerlukan research yang secara khusus
memeriksa aktivitas pengambilan keputusan oleh perencana, pengguna, serta auditor.
BAR mampu menyediakan wawasan berharga berhadap berbagai macam cara pengambil keputusan dalam
menciptakan, mengolah serta bereaksi terhadap sejumlah bagian informasi akuntansi dan metode komunikasi.
Kita dapat mempergunakan wawasan tersebut untuk meningkatkan proses pengambilan keputusan dalam
berbagai cara sebagaimana dijabarkan kemudian dalam Brunswik Lens Model. Meningkatkan proses
pengambilan keputusan itu penting, mengingat pengguna informasi keuangan (sebagai pihak yang ingin
menghindari pengambilan keputusan yang salah) dan perencana dan auditor (sebagai pihak yang gak mau
dituntut). Pemahaman aspek proses pengolahan informasi juga penting bagimu dan bagi karirmu. Sebagai
profesional informasi, akuntan perlu mengembangkan keahlian tingkat tinggi dalam pengumpulan informasi,
pengolahan dan komunikasi. BAR dapat membantu proses pelatihan yang meningkatkan keahlian tersebut, yang
mempermudah anda dalam menunjukkan kinerja yang lebih baik di dunia kerja, meningkatkan kesempatan
memperoleh pekerjaan (yang lain), dapat promosi serta memperoleh kompensasi yang lebih baik.
Aamiin.. :-) :-) :-)
BAR mampu menyediakan informasi yang berguna bagi accounting regulator seperti Australian Accounting
Standard Board (AASB). Sebagai tujuan utama akuntansi yakni menyediakan informasi yang berguna
anggota AASB senantiasa bergumul dengan problem dimana metode akuntansi dan tipe pengungkapan seperti
apa yang akan bermanfaat bagi para pengguna. Behavioral Accounting Research secara langsung dapat
melakukan studi khusus tentang accounting option dan melaporkannya kepada pembuat standar mengenai
metode dan pengungkapan tersebut.
Penemuan BAR juga membawa efisiensi terhadap praktek kerja akuntan dan profesional lainnya. Sebagai
contoh, para ahli dan anggota KAP berpengalaman lainnya dapat mengembangkan Computerised Expertise
Systems untuk sejumlah konteks pengambilan keputusan. Sistem ini dapat dipergunakan untuk melatih praktisi
yang kurang berpengalaman serta mengambil alih pekerjaan rutin. Sejumlah KAP menggunakan metode BAR
untuk membangun sistem tersebut untuk menjalankan penilaian risiko audit atas klien. Pada masa silam,
pekerjaan ini dilakukan oleh anggota senior, tetapi proses screening detail dapat dijalankan oleh anggota yang
lain dengan menggunakan Computerised Expertise Systems yang bersangkutan.
Kata BAR pertama kali muncul tahun 1967 (S.W.Becker, 1967), akan tetapi HJT Research pertama kali muncul
dalam literatur psikologi dalam proses kerja Ward Edwards tahun 1954. Aplikasi research terhadap akuntansi
dan auditing tercatat tahun 1974 ketika Ashton mempublikasikan studi eksperimen terkait Penilaian Internal
Control oleh Auditor.
Dalam 30 tahun terakhir, terjadi peledakan BAR secara umum dan HJT research dimana penilaian proses audit
adalah penting buangeet (Paramount). Dalam beberapa hal, pengembangan Behavioral Research terhadap
akuntansi keuangan dilangkahi oleh dominasi contacting theory sejak 1980an.
Sejumlah disiplin ilmu memainkan peranan penting dalam perkembangan BAR. Akan tetapi, ilmu pengetahuan
terkait perilaku yang paling mempengaruhi nya adalah psikologi. Perkembangan HJT Research dalam akuntansi
mengadaptasi metode research yang telah lama digunakan dalam literatur psikologi, The Brunswik Lens Model.
Ashton tercatat sebagai peneliti akuntansi pertama yang menggunakan teknik ini, diikuti Libby yang pertama kali
menggunakannya dalam konteks berorientasi pengguna. Kedua peneliti tersebut di kemudian hari menjalani
peran dominan di dalam pengembangan BAR.
Objek dasar dari Human Judgement Theory (HJT) adalah untuk mendeskripsikan cara bagaimana orang
menggunakan dan memproses bagian informasi akuntansi dalam konteks pembuatan keputusan tertentu.
Model Lensa dari Brunswick memungkinkan untuk mengakui secara eksplisit mengenai saling ketergantungan
antara variable-variabel lingkungan dengan individual secara khusus. Model ini terutama digunakan untuk
menilai situasi yang membutuhkan penilaian mengenai manusia, yang di dalamnya orang membuat penilaian
dengan dasar sekumpulan petunjuk eksplisit yang diperoleh dari lingkungan. Model ini menekankan pada
kemiripan antara lingkungan dengan tanggapan subjek. Sebagian besar penelitian akuntansi menggunakan
model lensa, yang didorong oleh kebutuhan untuk membangun model matematis yang menunjukkan keunggulan
relatif dari petunjuk petunjuk informasi yang berbeda beda (sering disebut penghimpunan kebijakan atau "policy
capturing"), didorong oleh kebutuhan untuk mengukur keakuratan ketetapan dengan konsistensi, konsensus,
dan prediktabilitasnya.
Dibawah kondisi dimana sistem yang ahli/model perilaku manusia mengungguli manusia
Derajat pandangan pengambil keputusan berdasarkan pola mereka atas penggunaan data
a) Banyak peneliti menggunakan brunswick Lens model untuk memeriksa prediksi manusia atas
kegagalan bisnis
c) Menganalisis kemampuan cues untuk memprediksi kejadian yang masih menjadi pertanyaan
e) Banyak peneliti menggunakan brunswick Lens model untuk memeriksa prediksi manusia atas
kegagalan bisnis
g) Menganalisis kemampuan cues untuk memprediksi kejadian yang masih menjadi pertanyaan
Persamaan lens model memrediksi suatu kejadian dengan lebih baik karena lens model menghilangkan banyak
kesalahan acak yang mempengaruhi keputusan manusia seperti kelelahan, sakit, atau konsentrasi kacau. Akan
tetapi, keterbatasan dari lens model adalah ketidakmampuan untuk menjelaskan bagaimana orang membuat
keputusan sebenarnya. Penggunaan equation format secara tidak langsung mengansumsikan bahwa pembuat
keputusan mampu secara simultan memproses seluruh informasi, tapi mayoritas pembuat keputusan
melaporkan bahwa mereka menganalisis problem step-bystep, melihat satu bagian informasi terlebih dahulu,
menilainya, beralih ke bagian informasi selanjutnya dan seterusnya sampai keputusan diperoleh.
Meskipun memiliki sebuah model yang mampu memprediksi dengan baik itu penting, para peneliti dan pratisi
juga perlu penjelasan bagaimana keputusan itu dibuat. Sebuah penjelasan tentang keputusan dapat membantu
mengungkapkan kelemahan dalam proses pembuatan keputusan, sehingga kelemahan ini dapat dihilangkan
dengan pelatihan dan perbaikan-perbaikan lainnya, sehingga prediksi yang lebih baik dapat diciptakan.
Dalam proses tracing, pembuat keputusan diberikan sebuah studi kasus untuk dianalisi tapi pertama-tama
pembuat keputusan diminta untuk secara verbal mendeskripsikan setiap tahapan yang dilewati ketika membuat
suatu keputusan. Deskripsi verbal tersebut dicatat oleh peneliti kemudian dianalisis untuk membuat diagram
pohon keputusan yang mewakili proses pembuatan keputusan oleh pembuat keputusan.
Kelemahan proses tracing: tidak selalu menjadi predictor yang handal, salah satu alasannya adalah pembuat
keputusan seringkali kesulitan dalam menjelaskan semua langkah. Proses tracing bekerja dengan baik untuk
pengambilan keputusan terkait tugas rutin atau sering dilakukan karena tugas tersebut sudah familiar.
Para peneliti berusaha untuk mengatasi keterbatasan tersebut dengan menggabungkan kekuatan prediktif dan
deskriptif (lens dan tracing) dengan teknik yang dikeanl dengan classification and regression tress (CART).
CART menggunakan metode statistic untuk memecah keluaran menjadi decision nodes yang memaksimalkan
power dari model.
Brunswik lens model dan process tracing style adalah teknologi berbeda dengan kesamaan objek dari model
pengambilan keputusan selengkap mungkin.
Lens model memperlakukan proses pengambilan keputusan sebagai kombinasi linier sederhana atas isyarat
informasi
Decision Trees yang berasal dari proses tracing yang mengakui langkah demi langkah sifat pengambilan
keputusan, di mana isi informasi dari satu bagian data berinteraksi dengan potongan data lain
Banyak studi telah menginvestigasi pendapat terkait pembuat keputusan secara linear, menyimpulkan bahwa
asumsi dari kombinasi linear sederhana dari isyarat informasi adalah dibenarkan, tetapi beberapa studi dalam
konteks bisnis menemukan bukti interaksi yang signifikan secara statistik antara item-item informasi
menyarankan bahwa metode tracing proses adalah teknik modeling yang berguna dalam menyajikan pembuatan
keputusan dalam beberapa konteks.
Lacker dan Lessig: menemukan bahwa process tracing lebih unggul daripda model linier statistic dalam
beberapa scenario
Kesimpulan: setiap tipe penyimpulan membutuhkan tipe atau model proses pengambilan keputusan yang
berbeda. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui tipe karakteristik pekerjaan penyimpulan manakah
yang paling pas untuk memproses informasi.
Ditemukan oleh Herman Chernoff pada tahun 1973, yakni suatu metode visualisasi data yang menggambarkan
beberapa variasi data melalui bentuk-bentuk wajah manusia. Masing-masing bagian dalam wajah, misalnya
mata, mulut, dan hidung merepresentasikan nilai dari variabel-variabel/dimensi menurut bentuk, ukuran,
penempatan, dan orientasinya (arah). Ide yang melatarbelakangi penggunaan wajah manusia adalah karena
wajah manusia mudah dikenal dan diketahui jika terdapat perubahan kecil. Chernoff faces dapat membuat
tampilan visualisasi data lebih menarik (Wikipedia).
Ketertarikan pada model penyajian seperti ini muncul pada tahun 1979, ketika Moriarty melaporkan bahwa
subyek yang menggunakan grafik untuk menggambarkan informasi keuangan menggungguli model tekanan
finansial yang diterima dengan baik (bahasa yang pas apa ya?). Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, hal
ini telah menjadi penyajian yang secara konsisten memberikan kemajuan (menjanjikan). Stock dan Watson
menyimpulkan bahwa:
....... pendekatan grafis multidimensi akan berguna bila biaya atau ketersediaan data untuk membuat model
statistik yang baik adalah mustahil dibangun, terutama jika hasil dari grafis multidimensi setidaknya sama
baiknya dengan hasil model (model Lens).
Hingga saat ini, para pembuat laporan keuangan belum siap untuk menyajikan grafik seperti yang disajikan
dalam Chernoff faces. Namun, penggunaan warna dan grafik konvensional adalah umum dipakai (wajar). Para
peneliti di bidang statistic, psikologi, sistem informasi, dan pendidikan telah meneliti keunggulan relative dari
berbagai macam grafik dan bentuk tabular penyajian secara visual untuk menampilkan informasi keuangan dan
non-keuangan. Hingga saat ini, hasilnya masih bertentangan dan dipertanyakan, tetapi dalam konteks akuntansi,
penyajian informasi mempengaruhi proses pembuatan keputusan.
Sebagai contoh, Blocher, Moffie, dan Zmud meneliti dampak dari berbagai macam bentuk penyajian
(menggunakan tabel dan grafis berwarna) pada akurasi dan tingkat bias keputusan auditor internal. Mereka
menemukan bahwa efektivitas itu relatif dari berbagai macam bentuk penyajian tergantung dari jumlah informasi
yang disajikan pada, informasi yang harus diproses oleh, para pengambil keputusan.
Davis meneliti dampak dari penggunaan tiga jenis format grafis dari laporan keuangan (diagram garis, diagram
batang, dan diagram lingkaran) dan tabel konvensional. Penelitian tersebut menemukan bahwa upaya para
pengambil keputusan untuk menjawab/bertindak berdasarkan laporan dan bentuk penyajiannya akan
berpengaruh pada kinerja. Tidak satupun bentuk penyajian laporan keuangan yang merupakan terbaik dalam
semua situasi.
Peramalan/perkiraan keuangan adalah tugas yang dipilih oleh Desanctis dan Javerpaa untuk menilai dampak
dari penggunaan diagram batang dibandingkan dengan tabel. Mereka menemukan fakta bahwa hanya
perbaikan moderat pada akurasi dalam akurasi penilaian perkiraan yang berhubungan dengan format grafis.
Para penulis memperingatkan bahwa ketika data akuntansi disajikan dalam format grafik, pengguna memerlukan
proses penyesuaian atau pembelajaran sebelum informasi grafis menjadi bermakna.
Dalam konteks audit, Ricchiute menemukan fakta bahwa penilaian mengenai penyesuaian yang diperlukan ke
dalam akun-akun kemungkinan dipengaruhi oleh modus/motif dari penyajian informasi kepada auditor, secara
visual atau auditory (audio). Semenjak sebagian besar penelitian audit menyajikan bahan-bahan tertulis, ia
memperingatkan bahwa penemuan tersebut dapat mengancam kemampuan generalisasi dari hasil.
Penelitian terbaru menegaskan bahwa dampak dari format dan gaya penyajian yang berbeda menyisakan
sesuatu yang kompleks yang memerlukan investigasi khusus lebih lanjut. Dalam dua studi yang didasarkan pada
scenario prediksi kebangkrutan, So dan Smith meneliti dampak dari grafik berwarna, gender, kompleksitas tugas,
dan format penyajian yang berbeda pada keakuratan prediksi sampel, terutama yang terdiri dari mahasiswa
sarjana bisnis. Di dalam salah satu penelitian, para pengambil keputusan menggunakan diagram batang warna
atau hitam-putih untuk rasio keuangan sebagai dasar penilaian mereka dalam tugas yang berbeda-beda, baik
dalam kondisi yang kompleks ataupun sederhana.
Dalam studi yang lain, So dan Smith memperoleh hasil yang menegaskan pernyataan dari Desanctis dan
Jarvenpaa sebelumnya untuk lebih banyak berpendidikan pada penggunaan gambar. So dan Smith meminta
kepada para pengambil keputusan untuk bekerja dengan serangkaian data dari: kombinasi tabel dan diagram
batang, atau tabel dengan Chernoff faces, atau menggunakan tabel saja. Mereka mendapati bahwa dalam
kondisi dimana kompleksitas informasi itu tinggi, penggunaan tabel saja akan memberikan hasil yang paling
akurat, dengan kata lain bahwa penggunaan grafik dan representasi gambar akan memberikan data yang
kurang efektif dalam pengambilan keputusan. Salah satu alasan yang memungkinkan adalah keinginan dari para
pengambil keputusan untuk memilih opsi yang lebih mudah ketika situasinya kompleks/rumit, akan tetapi
representasi bergambad dan grafis bersifat lebih abstrak dan kurang rinci jika dibandingkan dengan data tabel.
Temuan ini menjadi perhatian pada zaman ketika banyak peusahaan yang beralih menggunakan internet dan
gaya penyajian multimedia untuk berkomunikasi dengan para pemangku kepentingan (stakeholders)
Contoh-contoh di atas membuktikan kebenaran klaim Wainer dan Thiessen dimana tidak ada teori yang
dikembangkan dan teruji secara baik dapat digunakan untuk menentukan bentuk penyajian seperti apa yang
sesuai dengan berbagai jenis kondisi.
PROBABILISTIC JUDGEMENT
Probabilistic judgement, berguna untuk situasi akuntansi dimana keyakinan awal mengenai suatu prediksi atau
evaluasi perlu direvisi saat ditemukannya bukti lebih lanjut. Contoh, adanya perubahan keputusan investasi dari
para investor akibat telah adanya kemungkinan hasil keputusan kasus hukum perusahaan.
Cara yang benar secara normative untuk merubah keyakinan awal, menurut teori ini adalah menggunakanTeori
Bayess.
Posterior odds: revised probability
Model ini telah diteliti secara luas di bidang psikologi. Menurut studi, banyak akuntan dan auditor meminta
serangkaian aturan praktis, karena kompleksitas dari judgement yang harus mereka buat dengan keterbatasan
informasi yang ada.
Misalnya anda adalah seorang satpam di mall besar. Audit terakhir mengindikasikan bahwa ada pencurian
barang yang dilakukan oleh pegawai sebesar 10% dari penjualan. Oleh karenanya, anda melakukan wawancara
untuk karyawan dengan pendeteksi kebohongan. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa:
Bahwa pengambilan keputusan manusia tidak sesuai dengan Bayess, teori, ditemukan saat banyaknya
pembahasan perubahan keyakinan awal di literature human judgement teori. Para peneliti menemukan bahwa
penjelasan mengenai permintaan akuntan akan aturan praktis untuk memudahkan pekerjaan judgement adalah
tidak tepat. Bukan berarti bahwa penggunaan aturan praktis tersebut secara otomatis akan menurunkan kualitas
judgement seseorang.
3 kategori aturan praktid yang diidentifikasikan dalam literature psikologi adalah representative, availability dan
anchoring.
_EVIDENCE_
HJT research mengenai model ini secara konsisten telah menunjukkan bahwa manusia memiliki level skill yang
bervariasi, observe terhadap tugas yang bervariasi, kemungkinan mereka merubah prior belief lebih rendah
ketimbang apa yang diresepkan oleh Bayess. Konservatisme ini berkontribusi dalam penggunaan 3 aturan
praktis yang diadopsi untuk memudahkan proses judgement yang kompleks.
a. Representativeness
Semakin representative suatu event atau item atas suatu populasi, maka semakin tinggi probabilitas
keterjadian/kebenarannya.
Contoh loan officer, dalam mengasses calon debiturnya, mereka mengkomparasikan ciri-ciri
perusahaan gagal/akan gagal dengan peng-apply permohonan.
Seperti dibahas sebelumnya, judgement akan menjadi kurang begitu tepat jika decission maker hanya
melihat pada satu panduan saja, mengabaikan factor relevan lainnya.
b. Availability
Assessment atas probabilitas suatu event berdasarkan tendency dari decission maker saat membuat
keputusan.
c. Anchoring and adjusment
Menetapkan penilaian awal sebagai dasar, kemudian menyesuaikannya dengan penemuan-penemuan
bukti. Contoh dalam audit, auditor menetapkan terlebih dahulu resiko IC nya, kemudian dilakukan
beberapa proses untuk mengadjust penilaian resiko awal dan penyesuaian penetuan scope audit.
Limitations of BAR
Studi terhadap topik yang sama menghasilkan hasil yang kontradiktif, mencegah penciptaan
panduan yang bersifat konklusif bagi pengambilan keputusan (dalam perumusan kebijakan)
Subjek dan setting eksperimen yang digunakan seringkali berbeda dengan kenyataannya
Intinya, keterbatasan utama BAR adalah kurangnya teori dasar yang membantu proses unifikasi research yang
tersebar. Gak seperti Capital Market dan Agency Theory yang mendasari aktivitas penelitian dan pengembangan
teoritis pada lingkup ilmu ekonomi, periset BAR menggunakan sejumlah konteks dan disiplin ilmu serta gak
punya rerangka (framework) umum untuk mengembangkan kesimpulan yang bermanfaat.
Namun demikian, adalah benar jika BAR merupakan research yang berharga. Metode BAR telah dipergunakan
secara umum untuk mengembangkan expert system dan perangkat lain untuk mengolah informasi dan pelatihan
di dunia kerja. BAR juga mampu mengungkap kesalahan sistematis yang telah dibuat dan berdapak pada level
makro.
Saat ini, kepentingan lain menyeruak dalam pengembangan non-financial measures terhadap kinerja
perusahaan seperti indikator kinerja lingkungan dan sosial sebagaimana diajukan dalam triple bottom-line
reporting.