Anda di halaman 1dari 9

Nama : Mifta Hul Jannah

NIM : A031171310
TAFSIR JUZ 6
BISNIS
 QS. Al-Maidah ayat 1

‫ت لَ ُك ْم بَ ِه ْي َمةُ ااْل َ ْن َع ِام اِاَّل َما يُ ْت ٰلى َعلَ ْي ُك ْم َغ ْي َر‬


2ْ َّ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذي َْن ٰا َمنُ ْٓوا اَ ْوفُ ْوا بِ ْال ُعقُ ْو ۗ ِد اُ ِحل‬
‫هّٰللا‬
١ - ‫ُر ْي ُد‬ ِ ‫ص ْي ِد َواَ ْنتُ ْم ُح ُر ۗ ٌم اِ َّن َ يَحْ ُك ُم َما ي‬ َّ ‫ُم ِحلِّى ال‬
Artinya :
“Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah janji-janji (akad). Hewan ternak
dihalalkan bagimu, kecuali yang akan disebutkan kepadamu, dengan tidak menghalalkan
berburu ketika kamu sedang berihram (haji atau umrah). Sesungguhnya Allah menetapkan
hukum sesuai dengan yang Dia kehendaki.”
Penjelasan :
Adapun yang dimaksud dengan “penuhilah janji-janji itu” adalah bahwa setiap
mu’min berkewajiban menunaikan apa yang telah dia janjikan dan akadkan baik berupa
perkataan maupun perbuatan, selagi tidak bersifat menghalalkan barang haram atau
mengharamkan barang halal. Misalnya, dalam bisnis tentu selalu melibatkan perjanjian
(kontrak) di mana pihak-pihak yang bersepakat harus mematuhi berbagai aturan dan
ketentuan yang terdapat dalam kontrak tersebut. Hal ini bertujuan untuk menciptakan
keadilan dan agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan.

 QS. Al-Maidah ayat 2

‫ي َواَل ْال َقاَل ۤ ِٕٕى َد َوٓاَل‬ ‫هّٰللا‬


َ ‫ٰ ٓيا َ ُّي َها الَّ ِذي َْن ٰا َم ُن ْوا اَل ُت ِحلُّ ْوا َش َع ۤا ِٕٕى َر ِ َواَل ال َّشه َْر ْال َح َرا َم َواَل ْال َه ْد‬
ۤ
‫ْت ْال َح َرا َم َي ْب َت ُغ ْو َن َفضْ اًل مِّنْ رَّ ب ِِّه ْم َو ِرضْ َوا ًنا َۗوا َِذا َح َل ْل ُت ْم َفاصْ َطا ُد ْوا َۗواَل‬ َ ‫ٰا ِّمي َْن ْال َبي‬
ِّ‫ص ُّد ْو ُك ْم َع ِن ْال َمسْ ِج ِد ْال َح َر ِام اَنْ َتعْ َت ُد ۘ ْوا َو َت َع َاو ُن ْوا َع َلى ْال ِبر‬ َ ْ‫َيجْ ِر َم َّن ُك ْم َش َن ٰانُ َق ْو ٍم اَن‬
ِ ‫ان َۖوا َّتقُوا هّٰللا َ ۗاِنَّ هّٰللا َ َش ِد ْي ُد ْال ِع َقا‬
‫ب‬ ِ ‫َوال َّت ْق ٰو ۖى َواَل َت َع َاو ُن ْوا َع َلى ااْل ِ ْث ِم َو ْالع ُْد َو‬
Artinya :
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu melanggar syi’ar-syi’ar
kesucian Allah, dan jangan (melanggar kehormatan) bulan-bulan haram, jangan
(mengganggu) hadyu (hewan-hewan kurban) dan Qala'id (hewan-hewan kurban yang diberi
tanda), dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitulharam;
mereka mencari karunia dan keridaan Tuhannya. Tetapi apabila kamu telah menyelesaikan
ihram, maka bolehlah kamu berburu. Jangan sampai kebencian(mu) kepada suatu kaum
karena mereka menghalang-halangimu dari Masjidil haram, mendorongmu berbuat
melampaui batas (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.
Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksaan-Nya.”
Penjelasan :
Seperti yang kita ketahui tolong-menolong (ta’awun) adalah salah satu asas (prinsip)
dalam bermuamalah dan bentuk penerapannya dalam bisnis adalah dengan adanya akad yang
kita kenal dengan sebutan akad tabarru’. Akad tabarru’ (gratuitos contract) adalah segala
macam perjanjian yang menyangkut non-profit transaction  (transaksi nirlaba). Transaksi ini
pada hakikatnya bukan transaksi bisnis untuk mencari keuntungan komersil. Akad tabarru’
dilakukan dengan tujuan tolong-menolong dalam rangka berbuat kebaikan (tabarru’ berasal
dari kata birr dalam bahasa arab, yang artinya kebaikan).
Dalam Akad tabarru’, pihak yang berbuat kebaikan tersebut tidak berhak
mensyaratkan imbalan apapun kepada pihak lainnya. Imbalan dari akad tabarru’ adalah dari
Allah Swt bukan dari manusia. Namun demikian, pihak yang berbuat kebaikan tersebut boleh
meminta kepada counter part-nya (rekanan/mitra) untuk sekadar menutupi biaya (cover the
cost) yang dikeluarkannya untuk dapat melakukan akad tabarru’ tersebut. Namun ia tidak
boleh sedikitpun mengambil laba dari akad tabarru’ itu. Contoh akad-akad tabarru’
adalah qardh, rahn, hiwalah, wakalah, kafalah, wadi’ah, hibah, wakaf, dan lain-lain. Contoh
penerapan asas tolong-menolong ini bisa kita lihat dalam transaksi utang-piutang (qardh),
dimana pemberi utang ketika meminjamkan uangnya tidak boleh meminta adanya tambahan
(bunga) pada saat pengembalian karena hal tersebut termasuk dalam transaksi yang dilarang.
Selain itu, pemberi utang juga diharuskan untuk memberikan tambahan waktu jika misal pada
saat jatuh tempo pihak yang berutang belum mampu untuk melunasi hutangnya.

MANAJEMEN
 Surah An-Nisa ayat 176
‫هّٰللا‬
ُ‫ت َف َل َها ِنصْ ف‬ ٌ ‫ْس َل ٗه َو َل ٌد وَّ َل ٗ ٓه ا ُ ْخ‬ َ ‫ك َلي‬ َ ‫ك قُ ِل ُ ُي ْف ِت ْي ُك ْم فِى ْال َك ٰل َل ِة ۗا ِِن امْ رُؤٌ ا َه َل‬ َ ۗ ‫َيسْ َت ْف ُت ْو َن‬
ْ‫ك َۗو ِان‬ َ ‫الثلُ ٰث ِن ِممَّا َت َر‬
ُّ ‫ْن َف َل ُه َما‬ ِ ‫ك َوه َُو َي ِر ُث َهٓا ِانْ لَّ ْم َي ُكنْ لَّ َها َو َل ٌد ۚ َف ِانْ َكا َن َتا ْاث َن َتي‬ َ ۚ ‫َما َت َر‬
‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
ُ ‫ْن ُي َبيِّنُ ُ َل ُك ْم اَنْ َتضِ لُّ ْوا ۗ َو‬ ِ ۗ ‫َكا ُن ْٓوا ا ِْخ َو ًة رِّ َجااًل َّون َِس ۤا ًء َفل َِّلذ َك ِر م ِْث ُل َح ِّظ ااْل ُ ْن َث َيي‬
‫ِب ُك ِّل َشيْ ٍء َعلِ ْي ٌم‬
Artinya :
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi
fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak
tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu)
seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh
harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan
itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika
mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian
seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan
(hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
Penjelasan :
Berdasarkan penjelasan di atas, bisa kita lihat bagaimana “ilmu manajemen” Allah
SWT dalam mengatur pembagian warisan dengan cara yang seadil-adilnya dan tentunya
sesuai dengan proporsi masing-masing ahli waris. Penentuan besarnya hak masing-masing
ahli waris oleh Allah SWT tentu dipertimbangkan dari berbagai sisi untuk menghindari
kemungkinan adanya perselisihan di antara para ahli waris.
Cara Allah SWT dalam hal pembagian hak tentu bisa kita tiru untuk diterapkan dalam
kehidupan kita, termasuk dalam hal manajemen bisnis. Misalnya, untuk pihak-pihak yang
melaksanakan akad kerjasama seperti musyarakah dimana pembagian keuntungan harus
sesuai dengan kesepakatan sedangkan, pembagian kerugiaannya berdasarkan besarnya
proporsi modal yang dimiliki. Hal ini tentu dilakukan untuk memberikan keadilan di antara
pihak-pihak yang melakukan akad tersebut dan agar tidak ada pihak yang merasa terzalimi.

SUMBER DAYA MANUSIA


 QS. Al-Maidah ayat 2

‫ي َواَل ْال َقاَل ۤ ِٕٕى َد َوٓاَل‬ ‫هّٰللا‬


َ ‫ٰ ٓيا َ ُّي َها الَّ ِذي َْن ٰا َم ُن ْوا اَل ُت ِحلُّ ْوا َش َع ۤا ِٕٕى َر ِ َواَل ال َّشه َْر ْال َح َرا َم َواَل ْال َه ْد‬
ۤ
‫ْت ْال َح َرا َم َي ْب َت ُغ ْو َن َفضْ اًل مِّنْ رَّ ب ِِّه ْم َو ِرضْ َوا ًنا َۗوا َِذا َح َل ْل ُت ْم َفاصْ َطا ُد ْوا َۗواَل‬ َ ‫ٰا ِّمي َْن ْال َبي‬
ِّ‫ص ُّد ْو ُك ْم َع ِن ْال َمسْ ِج ِد ْال َح َر ِام اَنْ َتعْ َت ُد ۘ ْوا َو َت َع َاو ُن ْوا َع َلى ْال ِبر‬ َ ْ‫َيجْ ِر َم َّن ُك ْم َش َن ٰانُ َق ْو ٍم اَن‬
ِ ‫ان َۖوا َّتقُوا هّٰللا َ ۗاِنَّ هّٰللا َ َش ِد ْي ُد ْال ِع َقا‬
‫ب‬ ِ ‫َوال َّت ْق ٰو ۖى َواَل َت َع َاو ُن ْوا َع َلى ااْل ِ ْث ِم َو ْالع ُْد َو‬
Artinya :
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu melanggar syi’ar-syi’ar kesucian
Allah, dan jangan (melanggar kehormatan) bulan-bulan haram, jangan (mengganggu)
hadyu (hewan-hewan kurban) dan Qala'id (hewan-hewan kurban yang diberi tanda), dan
jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitulharam; mereka mencari
karunia dan keridaan Tuhannya. Tetapi apabila kamu telah menyelesaikan ihram, maka
bolehlah kamu berburu. Jangan sampai kebencian(mu) kepada suatu kaum karena mereka
menghalang-halangimu dari Masjidil haram, mendorongmu berbuat melampaui batas
(kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah
kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksaan-Nya.”
Penjelasan :
Seperti yang kita ketahui tolong-menolong (ta’awun) adalah salah satu asas (prinsip)
dalam bermuamalah. Penerapan asas tolong-menolong dalam bidang pengembangan Sumber
Daya Manusia (SDM) misalnya dengan mengikuti kegiatan volunteering sebagai tenaga
pengajar ke daerah-daerah yang mungkin kurang dalam sarana dan prasarana pendidikan.
Selain itu, kita juga bisa memberikan pelatihan kepada masyarakat sekitar tentang bagaimana
memaksimalkan pemanfaatan potensi sumber daya alam yang ada di wilayah mereka yang
tentunya juga akan berdampak pada peningkatan taraf ekonomi masyarakat.

PEMASARAN
 QS. Al-Maidah ayat 2

‫ي َواَل ْال َقاَل ۤ ِٕٕى َد َوٓاَل‬ ‫هّٰللا‬


َ ‫ٰ ٓيا َ ُّي َها الَّ ِذي َْن ٰا َم ُن ْوا اَل ُت ِحلُّ ْوا َش َع ۤا ِٕٕى َر ِ َواَل ال َّشه َْر ْال َح َرا َم َواَل ْال َه ْد‬
ۤ
‫ْت ْال َح َرا َم َي ْب َت ُغ ْو َن َفضْ اًل مِّنْ رَّ ب ِِّه ْم َو ِرضْ َوا ًنا َۗوا َِذا َح َل ْل ُت ْم َفاصْ َطا ُد ْوا َۗواَل‬ َ ‫ٰا ِّمي َْن ْال َبي‬
ِّ‫ص ُّد ْو ُك ْم َع ِن ْال َمسْ ِج ِد ْال َح َر ِام اَنْ َتعْ َت ُد ۘ ْوا َو َت َع َاو ُن ْوا َع َلى ْال ِبر‬ َ ْ‫َيجْ ِر َم َّن ُك ْم َش َن ٰانُ َق ْو ٍم اَن‬
ِ ‫ان َۖوا َّتقُوا هّٰللا َ ۗاِنَّ هّٰللا َ َش ِد ْي ُد ْال ِع َقا‬
‫ب‬ ِ ‫َوال َّت ْق ٰو ۖى َواَل َت َع َاو ُن ْوا َع َلى ااْل ِ ْث ِم َو ْالع ُْد َو‬
Artinya :
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu melanggar syi’ar-syi’ar kesucian
Allah, dan jangan (melanggar kehormatan) bulan-bulan haram, jangan (mengganggu)
hadyu (hewan-hewan kurban) dan Qala'id (hewan-hewan kurban yang diberi tanda), dan
jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitulharam; mereka mencari
karunia dan keridaan Tuhannya. Tetapi apabila kamu telah menyelesaikan ihram, maka
bolehlah kamu berburu. Jangan sampai kebencian(mu) kepada suatu kaum karena mereka
menghalang-halangimu dari Masjidil haram, mendorongmu berbuat melampaui batas
(kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah
kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksaan-Nya.”
Penjelasan :
Seperti yang kita ketahui tolong-menolong (ta’awun) adalah salah satu asas (prinsip)
dalam bermuamalah. Contoh penerapan asas tolong-menolong dalam bidang pemasaran, kita
bisa memanfaatkan media sosial untuk membantu mempromosikan produk-produk UMKM
dimana si pemilik usaha tidak memiliki akses atau tidak memiliki pengetahuan dalam
menggunakan media sosial, dengan catatan bahwa semua yang kita lakukan murni hanya
karena ingin menolong tanpa mengharapkan imbalan/pujian dari manusia melainkan hanya
dari Allah swt.

PRODUKSI
 QS. Al-Maidah ayat 1

‫ت لَ ُك ْم بَ ِه ْي َمةُ ااْل َ ْن َع ِام اِاَّل َما يُ ْت ٰلى َعلَ ْي ُك ْم َغ ْي َر‬


2ْ َّ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذي َْن ٰا َمنُ ْٓوا اَ ْوفُ ْوا بِ ْال ُعقُ ْو ۗ ِد اُ ِحل‬
‫هّٰللا‬
١ - ‫ُر ْي ُد‬ ِ ‫ص ْي ِد َواَ ْنتُ ْم ُح ُر ۗ ٌم اِ َّن َ يَحْ ُك ُم َما ي‬ َّ ‫ُم ِحلِّى ال‬
Artinya :
“Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah janji-janji (akad). Hewan ternak
dihalalkan bagimu, kecuali yang akan disebutkan kepadamu, dengan tidak menghalalkan
berburu ketika kamu sedang berihram (haji atau umrah). Sesungguhnya Allah menetapkan
hukum sesuai dengan yang Dia kehendaki.”
Penjelasan :
Adapun yang dimaksud dengan “penuhilah janji-janji itu” adalah bahwa setiap
mu’min berkewajiban menunaikan apa yang telah dia janjikan dan akadkan baik berupa
perkataan maupun perbuatan, selagi tidak bersifat menghalalkan barang haram atau
mengharamkan barang halal. Dalam bidang produksi, salah satu akad yang sering digunakan
adalah akad Istishna yaitu akad dimana pembeli memesan barang kepada penjual (produsen)
untuk kemudian dibuatkan. Pihak penjual berkewajiban untuk memenuhi pesanan dengan
spesifikasi yang sesuai dengan keinginan pembeli sebagaimana yang telah ditetapkan dalam
kontrak (akad), sedangkan pihak pembeli berkewajiban untuk membayar sejumlah yang
disepakati dalam kontrak.
KEUANGAN
 Surah An-Nisa (160-161)

‫ص ِّد ِه ْم َعنْ َس ِبي ِْل هّٰللا ِ َك ِثيْرً ۙا‬ َ ‫ت َل ُه ْم َو ِب‬ ُ ‫َف ِب‬
ٍ ‫ظ ْل ٍم م َِّن الَّ ِذي َْن َها ُد ْوا َحرَّ مْ َنا َع َلي ِْه ْم َطي ِّٰب‬
ْ َّ‫ت ا ُ ِحل‬
‫اس ِب ْالبَاطِ ِل َۗواَعْ َت ْد َنا ل ِْل ٰكف ِِري َْن ِم ْن ُه ْم‬ِ ‫َّواَ ْخ ِذ ِه ُم الرِّ ٰبوا َو َق ْد ُنه ُْوا َع ْن ُه َواَ ْكل ِِه ْم اَ ْم َوا َل ال َّن‬
‫َع َذابًا اَلِ ْيمًا‬
Artinya :
“Karena kezaliman orang-orang yahudi, Kami haramkan bagi mereka makanan yang
baik-baik yang (dahulu) pernah dihalalkan; dan karena mereka sering menghalangi (orang
lain) dari jalan Allah (4:160), dan karena mereka menjalankan riba, padahal sungguh
mereka telah dilarang darinya, dan karena mereka memakan harta orang dengan cara tidak
sah (batil). Dan Kami sediakan untuk orang-orang kafir di antara mereka azab yang pedih
(4:161).”
Penjelasan :
Surah An-Nisa ayat 160-161 ini mengisahkan akibat dari perbuatan-perbuatan tercela
yang dilakukan oleh orang Yahudi, yaitu di dunia diharamkan kepada mereka makanan-
makanan yang baik yang dahulunya dihalalkan bagi mereka dan di akhirat disediakan bagi
mereka siksa yang amat pedih. Hal ini karena pada zaman dahulu bangsa Yahudi sesudah
mereka bertaubat dari menyembah anak sapi, setiap mengerjakan sesuatu dosa, maka
perbuatan itu diharamkan, meskipun semula perbuatan tersebut dihalalkan, ini sebagai bentuk
hukuman/pengajaran bagi mereka, agar tidak berbuat dzalim lagi. Akan tetapi mereka tetap
saja berdusta kepada Allah SWT.
Bentuk kedzaliman lain yang dilakukan oleh bangsa Yahudi adalah mereka
mengambil harta riba dari orang lain dan memakannya dengan meyakini bahwa riba itu halal.
Dalam kitab Taurat yang sebagian isinya sudah diubah penjelasan yang menyebutkan bahwa
riba itu halal, jika diambil dari orang lain (bukan orang Yahudi). Apabila diambil dari sesama
Yahudi adalah haram hukumnya. Selain itu, mereka juga memakan harta-harta manusia
dengan jalan yang bathil, seperti menerima suap, melakukan korupsi, berkhianat, dan
sebagainya.
Saat ini, juga sudah banyak kita temukan perilaku-perilaku seperti yang dijelaskan
pada surah An-Nisa ayat 160-161. Salah satunya yaitu mengenai riba yang paling banyak kita
temukan terutama di perbankan. Namun, meskipun banyak dari kita yang sudah mengetahui
bahwa hukum riba tersebut haram, rupanya belum cukup untuk membuat kita takut akan
dampak yang akan ditimbulkan dari melakukan sesuatu yang sudah jelas sangat dibenci oleh
Allah SWT. Contoh yang paling sederhana bisa kita lihat dari kurangnya minat nasabah
untuk menabung di bank syariah, karena berfikir bahwa bank syariah tidak ada bedanya
dengan bank konvensional. Selain itu, kita juga bisa melihat bagaimana perilaku manusia saat
ini yang rela melakukan segala cara untuk mewujudkan keinginannya, walaupun dengan
cara-cara yang tidak benar (bathil). Dalam hal ini, yang paling sering kita lihat adalah
maraknya tindak pidana korupsi yang justru banyak dilakukan oleh kalangan pejabat yang
notabene adalah orang-orang yang berpendidikan.
Berdasarkan beberapa sumber yang penulis baca, ternyata orang yang melakukan
praktik riba memang cenderung akan selalu berpikir egois dan mengedepankan hawa
nafsunya. Selain itu, orang yang senang melakukan praktik riba selalu memiliki pandangan
bahwa tujuan akhir dari hidupnya hanyalah  ingin memperoleh harta sebanyak-banyaknya
tanpa memperdulikan itu halal atau haram. Oleh karena itu, merupakan sebuah kewajiban
bagi kita semua untuk terus saling mengajak dalam berbuat kebaikan.

 QS. Al-Maidah ayat 1

‫ت لَ ُك ْم بَ ِه ْي َمةُ ااْل َ ْن َع ِام اِاَّل َما يُ ْت ٰلى َعلَ ْي ُك ْم َغ ْي َر‬


2ْ َّ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذي َْن ٰا َمنُ ْٓوا اَ ْوفُ ْوا بِ ْال ُعقُ ْو ۗ ِد اُ ِحل‬
‫هّٰللا‬
١ - ‫ُر ْي ُد‬ ِ ‫ص ْي ِد َواَ ْنتُ ْم ُح ُر ۗ ٌم اِ َّن َ يَحْ ُك ُم َما ي‬ َّ ‫ُم ِحلِّى ال‬
Artinya :
“Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah janji-janji (akad). Hewan ternak
dihalalkan bagimu, kecuali yang akan disebutkan kepadamu, dengan tidak menghalalkan
berburu ketika kamu sedang berihram (haji atau umrah). Sesungguhnya Allah menetapkan
hukum sesuai dengan yang Dia kehendaki.”
Penjelasan :
Adapun yang dimaksud dengan “penuhilah janji-janji itu” adalah bahwa setiap
mu’min berkewajiban menunaikan apa yang telah dia janjikan dan akadkan baik berupa
perkataan maupun perbuatan, selagi tidak bersifat menghalalkan barang haram atau
mengharamkan barang halal. Dalam bidang keuangan khususnya pembiayaan, akad yang
paling sering kita temui adalah akad mudharabah.
Akad mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak
pertama (shahibul mal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya
menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang
dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama
kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena
kecurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian
tersebut. Hal ini tentu sudah harus dibicarakan selama proses negosiasi akad berlangsung
agar di kemudian hari pihak-pihak yang terlibat tidak ada yang merasa dirugikan dan
berkomitmen untuk menjalankan segala konsekuensi dari akad tersebut.

KONSUMSI
 QS. Al-Maidah ayat 3

‫ير َو َما أ ُ ِه َّل لِ َغي ِْر هَّللا ِ ِب ِه َو ْال ُم ْن َخ ِن َق ُة‬


ِ ‫ت َع َل ْي ُك ُم ْال َم ْي َت ُة َوال َّد ُم َو َلحْ ُم ْال ِخ ْن ِز‬ْ ‫حُرِّ َم‬
‫ب‬
ِ ‫ص‬ ُ ‫يح ُة َو َما أَ َك َل ال َّس ُب ُع إِاَّل َما َذ َّك ْي ُت ْم َو َما ُذ ِب َح َع َلى ال ُّن‬ َ ِ‫وذةُ َو ْال ُم َت َر ِّد َي ُة َوال َّنط‬ َ ُ‫َو ْال َم ْوق‬
‫ِين َك َفرُوا ِمنْ دِي ِن ُك ْم َفاَل َت ْخ َش ْو ُه ْم‬ َ ‫ِس الَّذ‬ َ ‫َوأَنْ َتسْ َت ْقسِ مُوا ِباأْل َ ْزاَل ِم َذلِ ُك ْم ِفسْ ٌق ْال َي ْو َم َيئ‬
‫يت َل ُك ُم اإْل ِسْ اَل َم دِي ًنا‬ ُ ِ‫ْت َع َل ْي ُك ْم ِنعْ َمتِي َو َرض‬ ُ ‫ت َل ُك ْم دِي َن ُك ْم َوأَ ْت َمم‬
ُ ‫اخ َش ْو ِن ْال َي ْو َم أَ ْك َم ْل‬ ْ ‫َو‬
‫ف إِل ِ ْث ٍم َفإِنَّ هَّللا َ َغفُو ٌر َرحِي ٌم‬ ٍ ‫ص ٍة َغي َْر ُم َت َجا ِن‬ َ ‫طرَّ فِي َم ْخ َم‬ ُ ْ‫َف َم ِن اض‬
Artinya :
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, dan (daging) hewan
yang disembelih bukan atas (nama) Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang
ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu sembelih. Dan
(diharamkan pula) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan pula) mengundi nasib
dengan azlam (anak panah); (karena) itu suatu perbuatan fasik. Pada hari ini orang-orang
kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada
mereka, tetapi takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu
untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai
agamamu. Tetapi barangsiapa terpaksa karena lapar bukan karena ingin berbuat dosa,
maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
Penjelasan :
Dari surah Al-Maidah ayat 3 diatas, kita bisa lihat bahwa : (1) Allah mengharamkan
beberapa macam binatang untuk dijadikan makanan yaitu bangkai, darah, daging babi, hewan
yang disembelih untuk berhala, hewan yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang
ditanduk, dan yang diterkam binatang buas dan tidak sempat disembelih dengan nama Allah,
(2) Larangan mengundi nasib menggunakan anak panah seperti yang dilakukan orang arab
jahiliyah. Karena mengundi nasib dengan anak panah sama halnya dengan bermain judi, dan
(3) Agama Islam adalah agama yang paling sempurna. Sehingga siapapun tidak boleh
membuat syariat baru atau menghapus syariat yang ada.
Aturan dalam agama Islam mengenai halal dan haram bukanlah untuk menghalangi-
halangi manusia. Tetapi untuk mengarahkan manusia agar lebih cermat dan teliti dalam
memilih makanan dan minuman yang berguna bagi dirinya dengan jalan yang halal. Sebab
sesuatu yang kita konsumsi akan berpengaruh pada perilaku kita. Seseorang yang selalu
mengkonsumsi makanan yang halal, setiap tingkah lakunya mencerminkan sikap yang baik.
Gaya hidup sehat akan membuat seseorang jauh dari penyakit sehingga dapat meningkatkan
ketakwaannya kepada Allah swt.

Anda mungkin juga menyukai