Anda di halaman 1dari 9

Nama : Mifta Hul Jannah

NIM : A031171310
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
DASAR HUKUM
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan undang-undang Nomor 42 Tahun 2009.

PENGERTIAN
Berikut yang meliputi Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
(Direktorat Jenderal Pajak, 2009):
1. Daerah pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat,
perairan, dan ruang udara di atasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi
Eksklusif dan landas kontinen yang di dalamnya berlaku Undang-undang yang
mengatur mengenai kepabeanan.
2. Barang adalah barang berwujud, yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa
barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud.
3. Barang Kena Pajak adalah barang yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang
PPN.
4. Penyerahan Barang Kena Pajak adalah setiap kegiatan penyerahan Barang Kena
Pajak.
5. Jasa adalah setiap kegiatan pelayanan yang berdasarkan suatu perikatan atau
perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang, fasilitas, kemudahan, atau hak
tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang
karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan.
6. Jasa Kena Pajak adalah jasa yang dikenai pajak berdasarkan Undang-undang PPN.
7. Penyerahan Jasa Kena Pajak adalah setiap kegiatan pemberian Jasa Kena Pajak.
8. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean adalah setiap kegiatan
pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.
9. Impor adalah setiap kegiatan memasukkan barang dari luar Daerah Pabean ke dalam
Daerah Pabean.
10. Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean adalah
setiap kegiatan pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah
Pabean di dalam Daerah Pabean.
BARANG KENA PAJAK DAN PENGECUALIAN BARANG KENA PAJAK
Barang Kena Pajak (BKP)
Barang adalah barang berwujud, yang menurut sifat dan hukumnya dapat berupa barang
bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud.
Barang Kena Pajak adalah barang yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang PPN.
Barang Kena Pajak Tidak Berwujud
Pengertian Barang Kena Pajak Tidak Berwujud adalah:
1. Penggunaan atau hak menggunakan hak cipta di bidang kesastraan, kesenian ayau
karya ilmiah, paten, desain atau model, rencana, formula atau proses rahasia, merek
dagang, atau bentuk hak kekayaan intelektual/industrial, atau hak serupa lainnya.
2. Penggunaan atau hak menggunakan peralatan/perlengkapan industrial, komersial, atau
ilmiah.
3. Pemberian pengetahuan atau informasi di bidang ilmiah, teknis, industrial, atau
komersial.
4. Pemberian bantuan tambahan atau pelengkap sehubungan dengan penggunaan atau
hak menggunakan hak-hak tersebut pada poin 1, penggunaan atau hak menggunakan
peralatan/perlengkapan tersebut pada poin 2, atau pemberian pengetahuan atau
informasi tersebut pada poin 3, yakni:
a. Penerimaan atau hak menerima rekaman gambar, rekaman suara, atau keduanya
yang disalurkan kepada masyarakat melalui satelit, kabel, serat optik, atau
teknologi yang serupa.
b. Penggunaan atau hak menggunakan rekaman gambar atau rekaman suara atau
keduanya untuk siaran televisi atau radio yang disiarkan/dipancarkan melalui
satelit, kabel, serat optik, atau teknologi yang serupa.
c. Penggunaan atau hak menggunakan sebagian atau seluruh spektrum radio
komunikasi.
5. Penggunaan atau hak menggunakan film gambar hidup (motion picture films), film,
atau pita video untuk siaran televisi, atau pita suara untuk siaran radio.
6. Pelepasan seluruhnya atau sebagian hak yang berkenaan dengan penggunaan atau
pemberian hak kekayaan intelektual/industrial atau hak-hak lainnya sebagaiman
tersebut diatas.
Pengecualian Barang Kena Pajak
Jenis barang yang tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai adalah barang tertentu dalam
kelompok barang sebagai berikut:
1. Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari
sumbernya, meliputi:
a. Minyak mentah (crude oil);
b. Gas bumi, tidak termasuk gas bumi seperti elpiji yang siap dikonsumsi langsung
oleh masyarakat;
c. Panas bumi;
d. Asbes, batu tulis,batu setengah permata, batu kapur, batu apung, batu permata,
bentonit, dolomit, felspar, garam batu (halit), grafit, granit/andesit, gips, kalsit,
kaolin, leusit, magnesit, mika, marmer, nitrat, obsidian, oker, pasir dan kerikil,
pasir kuarsa, perlit, fosfat, talk, tanah serap (fullers earth), tanah diatom, tanah
liat, tawas (alum), teras, yarosif, zeolit, basal, dan trakkit;
e. Batu bara sebelum diproses menjadi briket batu bara; dan
f. Bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel, bijih perak, dan bijih
bauksit.
2. Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak, meliputi:
a. Beras;
b. Gabah;
c. Jagung;
d. Sagu;
e. Kedelai;
f. Garam, baik yang beryodium maupun yang tidak beryodium;
g. Daging, yaitu daging segar yang tanpa diolah, tetapi telah melalui proses
disembelih, dikuliti, dipotong, didinginkan, dibekukan, dikemas atau tidak
dikemas, digarami, dikapur, diasamkan, diawetkan dengan cara lain, dan/atau
direbus; dan
h. Telur yaitu telur yang tidak diolah, termasuk telur yang dibersihkan, diasinkan,
atau dikemas.
3. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan
sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat maupun
tidak, termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau
katering.
4. Uang, emas batangan, dan surat berharga.
JASA KENA PAJAK DAN PENGECUALIAN JASA KENA PAJAK
Jasa Kena Pajak
Jasa adalah setiap kegiatan pelayanan yang berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan
hukum yang menyebabkan suatu barang, fasilitas, kemudahan, atau hak tersedia untuk
dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau
permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan.
Jasa Kena Pajak adalah jasa yang dikenai pajak berdasarkan Undang-undang PPN.
Pengecualian Jasa Kena Pajak
Jenis jasa yang tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai adalah jasa tertentu dalam kelompok
jasa sebagai berikut:
1. Jasa pelayanan kesehatan medis
2. Jasa pelayanan sosial
3. Jasa pengiriman surat dengan perangko meliputi jasa pengiriman surat dengan
menggunakan perangko tempel dan menggunakan cara lain pengganti perangko
tempel.
4. Jasa keuangan
5. Jasa asuransi
6. Jasa keagamaan
7. Jasa pendidikan
8. Jasa kesenian dan hiburan meliputi semua jenis jasa yang dilakukan oleh pekerja seni
dan hiburan.
9. Jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan meliputi jasa penyiaran radio atau televisi
yang dilakukan oleh instansi pemerintah atau swasta yang tidak bersifat iklan dan
tidak dibiayai oleh sponsor yang bertujuan komersial.
10. Jasa angkutan umum di darat dan di air, serta jasa angkutan udara dalam negeri yang
menjadi bagian yang tidak dipisahkan dari jasa angkutan udara luar negeri.
11. Jasa tenaga kerja
12. Jasa perhotelan
13. Jasa penyediaan tempat parkir
14. Jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam
15. Jasa pengiriman uang dengan wesel pos
16. Jasa boga atau katering
PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK (BKP)
Pengertian penyerahan Barang Kena Pajak meliputi hal-hal berikut:
1. Penyerahan hak atas BKP karena suatu perjanjian.
Perjanjian meliputi jual-beli, tukar menukar, jual beli dengan angsuran, atau
perjanjian lain yang mengakibatkan penyerahan hak atas barang.
2. Pengalihan BKP karena suatu perjanjian sewa beli dan/atau perjanjian sewa guna
usaha (leasing).
Pengertian pengalihan BKP karena suatu perjanjian sewa beli dan/atau perjanjian
sewa guna usaha (leasing) adalah penyerahan BKP yang disebabkan oleh perjanjian
sewa guna usaha (leasing) dengan hak opsi.
3. Penyerahan BKP kepada pedagang perantara atau melalui juru lelang.
4. Pemakaian sendiri dan/atau pemberian cuma-cuma atas BKP.
Pengertian pemakaian sendiri adalah pemakaian untuk kepentingan pengusaha
sendiri, pengurus, atau karyawan, baik barang produksi sendiri maupun bukan
produksi sendiri. Pengertian pemberian cuma-cuma adalah pemberian yang diberikan
tanpa pembayaran baik barang produksi sendiri maupun bukan produksi sendiri.
5. BKP berupa persediaan dan/atau aset yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, disamkan
dengan pemakaian sendiri, sehingga dianggap sebagai penyerahan BKP.
6. Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau penyerahan BKP
antar-cabang.
7. Penyerahan BKP secara konsinyasi
8. Penyerahan BKP oleh PKP dalam rangka perjanjian pembiayaan yang dilakukan
berdasarkan prinsip syariah yang peyerahannya dianggap langsung dari PKP kepada
pihak yang membutuhkan BKP.

DIKECUALIKAN DARI PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK (BKP)


Beberapa hal yang tidak termasuk dalam pengertian penyerahan Barang Kena Pajak adalah:
1. Penyerahan BKP kepada makelar sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Dagang.
2. Penyerahan BKP untuk jaminan utang-piutang.
3. Penyerahan BKP sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf (f) Undang-Undang PPN
dalam hal PKP melakukan pemusatan tempat pajak terutang.
4. Pengalihan BKP dalam rangka penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan,
dan pengambilalihan usaha dengan syarat pihak yang melakukan pengalihan dan
menerima pengalihan adalah PKP.
5. BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan yang
masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, dan pajak masukan atas
perolehannya tidak dapat dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat 8
huruf b dan c Undang-Undang PPN.

OBJEK PAJAK
Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas hal-hal berikut:
1. Penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha.
Pengusaha yang melakukan kegiatan penyerahan BKP meliputi pengusaha-
pengusaha, baik yang telah dikukuhkan menjadi PKP sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3A ayat 1 UU PPN maupun yang seharusnya dikukuhkan menjadi PKP, tetapi
belum dikukuhkan.
2. Impor Barang Kena Pajak.
3. Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha.
Pengusaha yang melakukan kegiatan penyerahan Jasa Kena Pajak meliputi pengusaha
baik yang telah dikukuhkan menjadi PKP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3A
ayat 1 UU PPN maupun yang seharusnya dikukuhkan menjadi PKP, tetapi belum
dikukuhkan.
4. Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam
Daerah Pabean.
5. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.
6. Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak.
7. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak.
8. Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.
9. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau
pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau
digunakan pihak lain.
10. Penyerahan BKP berupa aset yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan oleh PKP, kecuali tas penyerahan aset yang Pajak Masukannya tidak
dapat dikreditkan.
PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH (PPnBM)
Penyerahan Barang Kena Pajak yang tergolong mewah oleh produsen atau atas impor Barang
Kena Pajak yang tergolong mewah. Di samping dikenai Pajak Pertambahan Nilai juga
dikenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan pertimbangan bahwa:
1. Perlu keseimbangan pembebanan pajak antara konsumen yang berpenghasilan rendah
dan konsumen yang berpenghasilan tinggi;
2. Perlu adanya pengendalian pola konsumsi atas BKP yang tergolong mewah;
3. Perlu adanya perlindungan terhadap produsen kecil atau tradisional; dan
4. Perlu untuk mengamankan penerimaan negara.
Barang Kena Pajak yang tergolong mewah adalah:
1. Barang yang bukan merupakan barang kebutuhan pokok;
2. Barang yang dikonsumsi oleh masyarakat tertentu;
3. Barang yang pada umunya dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan tinggi;
dan/atau
4. Barang yang dikonsumsi untuk menunjukkan status.

Barang Kena Pajak Tergolong Mewah Selain Kendaraan Bermotor yang Dikenakan
PPnBM
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 620/PMK.03/2004 tentang jenis
Barang Kena Pajak yang tergolong mewah selain kendaraan bermotor yang dikenakan
PPnBM yang telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
103/PMK.03/2009, maka dikelompokkan sebagai berikut.
1. Barang Kena Pajak yang tergolong mewah selain kendaraan bermotor yang dikenakan
PPnBM dengan tarif sebesar 10 persen.
a. Kelompok alat rumah tangga, pesawat pendingin, pesawat pemanas, dan pesawat
penerima siaran televisi.
b. Kelompok peralatan dan perlengkapan olahraga.
c. Kelompok mesin pengatur suhu udara
d. Kelompok alat perekam atau reproduksi gambar, pesawat penerima siaran radio.
e. Kelompok alat fotografi, alat sinematografi, dan perlengkapannya.
2. Barang Kena Pajak yang tergolong mewah selain kendaraan bermotor yang dikenakan
PPnBM dengan tarif sebesar 20 persen.
a. Kelompok alat rumah tangga, pesawat pendingin, dan pesawat pemanas selain
yang disebut pada poin 1
b. Kelompok hunian mewah seperti rumah mewah, apartemen, kondominium, town
house, dan sejenisnya.
c. Kelompok pesawat penerima siaran televisi dan antena serta refllektor antena,
selain yang disebut pada poin1.
d. Kelompok mesin pengatur suhu udara, mesin pencuci piring, mesin pengering,
pesawat elektromagnetik, dan instrumen musik, selain yang disebut pada poin 1.
e. Kelompok wangi-wangian.
3. Barang Kena Pajak yang tergolong mewah selain kendaraan bermotor yang dikenakan
PPnBM dengan tarif sebesar 30 persen.
a. Kelompok kapal atau kendaraan air lainnya, sampan, dan kano, kecuali untuk
keperluan negara atau angkutan umum.
b. Kelompok peralatan dan perlengkapan olahraga selain yang disebut pada poin 1.
4. Barang Kena Pajak yang tergolong mewah selain kendaraan bermotor yang dikenakan
PPnBM dengan tarif sebesar 40 persen.
a. Kelompok minuman yang mengandung alkohol.
b. Kelompok barang yang terbuat dari kulit atau kulit tiruan.
c. Kelompok permadani yang terbuat dari sutra atau wol.
d. Kelompok barang kaca dari kristal timbal dari jenis yang digunakan untuk meja,
dapur, rias, kantor, dekorasi dalam ruangan atau keperluan semacam itu.
e. Kelompok barang-barang yang sebagian atau seluruhnya terbuat dari logam mulia
atau dari logam yang dilapisi logam mulia atau campuran daripadanya.
f. Kelompok kapal atau kendaraan air lainnya, sampan, kano, selain yang disebut
pada pon 3, kecuali untuk keperluan negara atau angkutan umum.
g. Kelompok balon udara dan balon udara yang bisa dikemudikan, pesawat udara
lainnya tanpa penggerak.
h. Kelompok peluru senjata api dan senjata api lainnya, kecuali untuk keperluan
negara.
i. Kelompok jenis alas kaki.
j. Kelompok barang-barang perabot rumah tangga dan kantor
5. Barang Kena Pajak yang tergolong mewah selain kendaraan bermotor yang dikenakan
PPnBM dengan tarif sebesar 50 persen.
a. Kelompok permadani yang terbuat dari bulu hewan halus.
b. Kelompok peswat udara selain yang dimaksud pada poin 4, kecuali untuk
keperluan negara atau angkutan udara niaga.
c. Kelompok peralatan dan perlengkapan olahraga selain yang disebut pada pon 1
dan 3.
d. Kelompok senjata api dan senjata api lainnya, kecuali untuk keperluan negara.
6. Barang Kena Pajak yang tergolong mewah selain kendaraan bermotor yang dikenakan
PPnBM dengan tarif sebesar 75 persen.
a. Kelompok minuman yang mengandung alkohol selain yang disebut pada poin 4.
b. Kelompok barang-barang yang sebagian atau seluruhnya terbuat dari batu mulia
dan/atau mutiara atau campuran daripadanya.
c. Kelompok kapal pesiar mewah, kecuali untuk keperluan negara atau angkutan
umum.

Anda mungkin juga menyukai