Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH AUDIT

“MENERIMA DAN MELANJUTKAN PENUGASAN”

OLEH

ADE ELINA 17080694008

JULIETTA FAIRUZAR A 17080694017

NURUL AFIFAH 17080694020

NUR MARFI’AH 17080694031

DAMIANUS JOHN SESO 17080694040


Bab ini membahas kewajiban auditor dalam rangka menerima penugasan dari klien baru
(engagement acceptance) atau melanjutkan penugasan dari klien lama (engagement
continuance). Sehubungan dengan keputusan ini, kewajiban auditor adalah:

 Mengidentifikasi dan menilai faktor risiko yang relevan dalam menentukan apakah
auditor menerima (accept ) atau menolak (decline) penugasan audit tersebut. Jika ia
menjadi auditor pada tahun atau periode sebelumnya, berdasarkan penilaian
risikonya, ia harus menentukan untuk melanjutkan (continue) atau menolak (decline)
penugasan audit tersebut
 Menyepakati dan mendokumentasikan syarat-syarat perikatan (terms of the
engagement).

Pada gambar 18-2 terdapat pertanyaan-pertanyaan yang digunakan sebagai dasar dari
keputusan menerima atau menolak penugasan. Apabila keputusannya menerima penugasan
maka ada kondisi-kondisi yang perlu diperhatikan :

1. Apakah syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh entitas sebelum penugasan di terima
sudah ada?
2. Apakah ada pembatasan dalam lingkup penugasan?
3. Apakah kedua pihak baik KAP dan entitas menyepakati syarat-syarat penugasan?

Jika semua kondisi tersebut dirasa sudah memenuhi, maka akan dikeluarkan surat atau akta
perikatan untuk di tandatangani. Dan dari setiap proses ini auditor harus
mendokumentasikan, apabila terdapat ancaman atau masalah dalam proses tersebut, dan
harus diselesaikan, maka auditor harus mendokumentasikan masalah atau ancaman
tersebut beserta penyelesaiannya.

ISA 210.3

Tujuan Auditor yaitu menerima dan melanjutkan penugasan audit hanya jika dasar untuk
melaksanakan penugasan sudah disetuji dengan:

a. Memastikan bahwa prasyarat untuk suatu audit memang ada


b. Menegaskan adanya pemahaman yang sama antara auditor dan manajemen, jika
perlu dengan TCWG mengenai syarat-syarat penugasan audit.
ISQC 1.26

Kebijakan dan prosedur yang di rancang KAP untuk memberikan asurans yang wajar bahwa
KAP hanya akan melangsungkan atau melanjutkan hubungan dan penugasan dalam hal KAP:

a) Kompeten untuk melaksanakan penugasan dan memiliki kemampuan termasuk


waktu dan sumber daya untuk itu
b) Dapat mematuhi persyaratan atau kewajiban etika yang relevan
c) Telah mempertimbangkan integrasi klien dan tidak memiliki informasi yang
mengarah pada kesimpulan bahwa integrasi klien dipertanyakan.

ISQC 1.27

Kebijakan dan prosedur tersebut mengharuskan:

a) KAP mendapat informasi yang menurutnya diperlukan dalam situasi yang


bersangkutan, sebelum menerima penugasan dari klien baru
b) Jika ada potensi benturan kepentingan dalam menerima penugasan dari klien baru
atau yang sudah ada, KAP harus memutuskan apakah tepat menerima penugasan
tersebut
c) Jika ditemukan adanya masalah KAP harus memutuskan menerima atau melanjutkan
hubungan atau penugasana tertentu, dan didokumentasikan

ISQC 1.28

kebijakan dan prosedur itu harus meliputi pertimbangan mengenai:

a) Tanggungjawab profesional dan tanggungjawab hukum yang berlaku, termasuk


kewajiban KAP untuk melaporkan orang yang memberi penugasan kepada otoritas
sesuai dengan perundang-undangan
b) Kemungkinan untuk mengundurkan diri dari penugasan dan hubungan dengan klien.

ISA 210.4

Prasyarat untuk audit - penggunaan oleh manajemen suatu kerangka pelaporan keuangan
yang dapat diterima dalam pembuatan laporan keuangan dan persetujuan manajemen atau
kalau perlu dengan TCWG mengenai premis.
ISA 210.12

Partner penugasan wajib meyakinkan bahwa prosedur yang tepat untuk menerima dan
melanjutkan hubungan dengan klien dan penugasan audit telah diikuti, dan berkewajiban
memastikan bahwa kesimpulan sudah tepat.

ISA 210.13

Jika partner penugasan memperoleh informasi yang menyebabkan KAP menolak penugasan
audit apabila informasi diterima sejak dini, dan wajib mengkomunikasikan informasi
tersebut secepatnya kepada KAP, sehingga KAP dan partner penugasan dapat mengambil
tindakan yang tepat.

SELAYANG PANDANG

KAP diharuskan mengambil keputusan terpenting untuk menerima / melanjutkan


penugasan klien ataupun memutuskan untuk menolak penugasan dari klien yang mana.
Keputusan yang tidak tepat dapat menyebabkan berbagai masalah pada KAP itu sendiri
seperti fee atau imbalan yang tidak dibayar oleh klien ( unpaid fees) , waktu produktif yang
tidak bisa dibebankan kepada klien ( unbillable time) , rusak atau hilangnya reputasi , beban
psikologis bagi karyawan dan lain sebagainya. Untuk itu ISQC 1 DAN ISA 220 mewajibkan
KAP untuk mengembangkan , mengimplementasi dam mendokumentasikan prosedur
pengendalian mutunya terkait kebijakan penerimaan dan mempertahankan klien . berikut
pedoman IFAC mengenai pengendalian mutu untuk KAP kecil dan menengah atau QC guide.

Sebelum KAP memutuskan untuk menerima atau mempertahankan suatu penugasan


, auiditor harus :

1. Memutuskan dapat diterimanya kerangka laporan keuangan yang diusulkan


digunakan entitas.
2. Menilai apakah KAP dapat menaati ketentuan etika yang relevan.
3. Dapatkan persetujuan manajemen bahwa ia memahaminya sepenuhnya akan
tanggung jawabnya berkenaan dengan :
a. Penyusunan laporan keuangan entitas sesuai dengan FRF yang
diterapkan,
b. Pengendalian internal sebagaimana dianggap perlu oleh manajemen
untuk menyusun laporan keuangan yang bebas dari salah saji material ,
apakah yang disebabkan oleh kecurangan atau kesalahan .
c. Memberikan kepada auditor akses kepada semua informasi yang relevan
dan informasi tambahan yang dapt diminta auditor , serta akses tanpa
batas kepada orang – orang dalam entitas yang menurut pendapat
auditor diperlukan untuk mendapatkan bukti ,
d. Prosedur menerima dan melanjutkan penugasan. Ini adalah serangkaian
prosedur yang serupa dengan prosedur penilaian resiko . jika penugasan
diterima , hasil atau temuan prosedur ini dapat digunakan sebagai bagian
dari prosedur penilaian resiko.

Penilaian atas resiko penugasan di tahun pertama dan tahun – tahun selanjutnya ,
membantu memastikan bahwa KAP :

a. Independen dan tidak mempunyai benturan kepentingan


b. Kompeten utnuk melaksanakan tugasnya dengan sumber daya yang
diperlukan dan dalam batas waktu yang tersedia
c. Bersedia menerima dan meanggung resiko audit . ini meliputi penilaian
atas integritas manajemen dan sikapa manjemen terhadapa pengendalian
inern , tren industry , cukup tersedianya bukti audit yang tepat dan factor
lain seperti kemampuan klien membayar fees.
d. Tidak tahu atau tidak mempunyai informasi baru mengenai klien yang
dapat menyebabkan KAP menolak penugasan

Sesudah diputuskan untuk menerima atau melanjutkan penugasan ,langkah


selanjutnya adalah :

a. Memastikan apakah persyaratan awal atau prakondisi bagi suatu audit


memang ada
b. Menegaskan pemahaman bersama antara auditor dan manajemen
mengenai syarat – syarat perikatan audit

MENERIMA PENUGASAN

Langkah pertama dalam proses menerima / melanjutkan klien adalah menilai


kemampuan KAP melaksankana penugasan dan risiko terkait. Seperti menyajikan contoh
pertanyaan sebagai berikut :

1. Penugasan audit?

- Apa sifat dan lingkup audit ?


- Kerangka akuntansi dan pelaporan apa yang akan digunakan?

2. Apakah KAP mempunyai kompetensi , sumber daa dan waktu yang


diperlukan?
- Apakah KAP mempunyai cukup orang dengan kompetesi dan
kemampuan memadai ?
- Apakah orang yang dipilihnya mempunyai kemampuan , pengalaman
dan kemampuan menyerap keterampilan secara efektif dan relevan?

3. Apakah KAP independen ?

- Apakah KAP dan anggota tim dapat memenuhi kewajiban etika dan
independensi ?

4. Apakah risiko penugasan dapat diterima ?

- Apakah entitas membantu KAP dalam menyediakan informasi dan


membuat daftar , rincian , analisis saldo dan lain lain?
- Untuk penugasan baru , KAP berkomunikasi dengan audiotor
terdahulu untuk mempertanyakan alsan menolak penugasan

5. Apakah klien dapat dipercaya ?

- Apakah ada pembatasan lingkup , seperti tenggat waktu yang tidak


realistis atau tidak bias memperoleh bukti audit yang diperlukan ?
- Bagaiman reputasi indentitas dan bisnis berkenaan dengan related
parties?

PENGECEKAN LATAR BELAKANG ( BACKGROUND CHECKS)

Untuk memastikan bahwa informasi yang diperoleh entitas memang akurat, lihat
keteresediaan informasi dari pihak ketiga untuk memvalidasi aspek penting dalam penilaian
risiko. Langkah ini dapat menghindari masalah di kemudian hari.

Butir pertimbangan

Sebelum menghubungi pihak ketiga untuk mengumpulkan infomasi mengenai calon klien,
pastikan bahwa semua partner menyadari dan memahami :

- Kebijakan KAP untuk menjaga kerahasiaan informasi dan calon klien


- Ketentuan perundangan mengenai hak dan kerhasiaan pribadi
- Kode etik yang berlaku

PRAKONDISI UNTUK SUATU AUDIT

Terjemahan ISA 210 Alinea 6

Untuk memastikan apakah prakondisi bagi suatu audit memang ada ,auditor wajib :
a) Menentukan apakah kerangka pelaporan keuangan yang digunakan membuat
laporan keuangan dapat diterima
b) Dapatkan persetujuan manajemen bahwa ia sadar dan memahami sepenuhnya akan
tanggungjawab berkenaan dengan :
I. Penyusunan laporan keuangan entitas sesuai dengan FRF yang diterapkan,
termasuk ketentuan mengenai penyajian yang wajarr
II. Pengendalian internal sebagaimana dianggap perlu oleh manajemen untuk
menyusun laporan keuangan bebas dari salah saji yang material, apakah yang
disebabkan oleh kecurangan atau kesalahan
III. Memberikan kepada auditor :
A. Akses kepada semua informasi yang diketahui manajemen adalah relevan
unuk membuat laporan keuangan , seperti catatan pembukuan ,
dokumentasi, dan lain-lain
B. Informasi tambahan yang dapat diminta auditor dari manajemen untuk
keperluan audit
C. Akses tanpa batas kepada orang orang di dalam entitas yan menurut
pendapat auditor diperlukan untuk mendapatkan bukti audit

Contoh pertanyaan untuk prakondisi suatu audit

Pertimbangan Pertanyaan yang diajukan


Apakah entitas memiliki prakondisi suatu Apakah kerangka pelaporan keuangan
audit ? (seperti ifrs aray kerangka lokal) yang
digunakan untuk membuat laporan
keuangan, dapat diterima ?
Jika demikian, pertimbangannya :
-sifat entitas (bisnisnya , sektor publik,
nirlaba)
- tujuan laporan keuangan (tujuan umum,
pemakai tertentu )
-sifat laporan keuangan (seperangkat
laporan keuangan yang lengkap atau
laporan keuangan tunggal
- apakah undang – undang menetapkan
kerangka pelaporan keuangan
Apakah manajemen menyetujui dan
mengakui / memahami tanggung jawabnya
atas :
- Pembuatan laporan keuangan
sesuai kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku, termasuk
jika (relevan ) penyajian secara
wajar
- Pengendaliab intern yang menurut
manajemen diperlukab untuk
membuat laporan keuangan yang
bebas dari salah saji material, yang
disebabkan kecungan atau
kesalahan
- Memberikan kepada auditor :
A. Akses atas semua informasi yang
relevan seperti catatan,
dokumentasi dan hal – hal lain
B. Informasi tambahan yang
diminta dari manajemen untuk
tujuan audit (seperti represntasi
tertulis)
C. Akses tidak terbatas kepada
pegawai/orang didalam entitas
untuk memperoleh bukti audit
yang diperlukan
Apakah ada pembatasan lingkup audit ? Apakah manajemen atau TCWG
menetapkan pembatasan lingkup audit
dalam bentuk apapun ?
Contoh : tenggat waktu yang tidak realistis ,
tidak memperkenankan staf tertentu
melaksanakan suatu perkerjaan audit ,
pembatasan / penolakan akses kepada
fasiliras , personel , atau dokumen lain lain.
Jika pembatasan lingkup audit itu akan
menyebabkan penolakan pemberian
pendapat KAP harus menolak penugaan,
kecuali jika dilarang oleh ketentuan
perundangan.

MENYEPAKATI SYARAT – SYARAT PERIKATAN

Terjemahan dalam ISA 210 yang relevan dengan syarat perikatan audit

ISA 210.7

Jika manajemen atau TCWG membatasi lingkup kerja auditor dalam usulan surat perikatan
yang menurut auditor akan mengakibatkan penolakan opini atas laporan keuangan , auditor
tidak diperkenankan menerima penugasan dengan pembatasan , kecuali jika diharuskan
oleh ketentuan perundang – undangan

ISA 210.9
Auditor wajib menyepakai syarat – syarat dalam penugasan audit dengan manajemen atau
jika perlu dengan TCWG

Catatan mengenai terjemahan ISA 210.9

a. Terjemehan diatas dapat memberikan kesan yang keliru. Seolah – olah ISA 210.9
memaksa auditor mencapai kesepakatan tentang syarat – syarat dalam penugasan
audit tanpa memperhatikan isi dari syarat – syarat tersebut. Tentunya tidak
demikian maksudnya
b. Yang dimaksudkan ISA 210.9 ialah : (A) auditor harus bekerja dengan aturan main
yang jelas dan benar. Oleh karena itu , auditor dan manajemen atau TCWG harus
menyepakati syarat – syarat penugasan dan menuangkannya dalam surat penugasan
audit (b) syarat – syarat penugasan harus sesuai dengan ketentuan ISAs dan ISQC

ISA 210.10

Syarat perikatan audit yang disetujui harus dicantumkan dalam suatu perikatan audit atau
bentuk perjanjian tertulis yang tepat dan harus memuat :

a. Tujuan dan lingkup audit atas laporan keuangan


b. Tanggung jawab auditor
c. Tanggungjawab manajemen
d. Penegasan mengenai kerangka pelaporan keuangn yang diterpkan untuk membuat
laporan keuangan
e. Referensi atau acuan kepada bentuk dan isi laporan yang akan diterbitkan auditor
dan pernyataan bahwa ada keadaan atau situasi yang menyebabkan laporan
sebenarnya berbeda dari bentuk dan isi laporan yang diharapkan

ISA 210.11

Jika undang – undang atau ketentuan perundang – undangan menetapkan dengan cukup
rinci syarat perikatan audit pada Alinea 10, auditor tidak perlu (mengulangi)
mencantumkannya dalam perjanjian tertulis, kecuali (menyebutkan) bahwa undang undang
atau ketentuan perundang – undangan itu berlaku dan manajemen mengakui dan
memahami tanggung jawabnya.

ISA 210.12
Apabila undang-undang atau ketentuan perundang-undangan menetapkan tanggungjawab
manajemen serupa dengan yang dijelaskan dalam alinea 6(b), auditor dapat berkesimpulan
bahwa ketentuan perundang-undangan tersebut setara dengan yang dinyatakan dalam
alinea 6(b) tersebut.

ISA 210.13
Dalam audit yang berulang, auditor wajib menilai apakah situasi mengharuskan syarat
perikatan audit direvisi dan apakah perlu mengingatkan kembali entitas itu akan syarat
perikatan audit yang ada.

ISA 210.14
Uditor tidak boleh menerima perubahan dalam syarat perikatan audit yang tidak beralasan.

ISA 210.15
Jika sebelum menyelesaikan perikatan audit, auditor diminta mengubah perikatan audit ke
perikatan yang mengisyaratkan asurans pada tingkat yang lebih rendah, auditor
berkewajiban memastikan apakah permintaan tersebut mempunyai alasan yang layak untuk
dipenuhi ( lihat alinea A32-A33).

ISA 210.16
Jika syarat perikatan audit diubah, auditor dan manajemen wajib menyepakati dan
mencatat syarat perikatan audit yang baru dalam surat perikatan audit atau bentuk
perjanjian tertulis yang tepat.

ISA 210.17
Jika auditor tidak dapat menyepakati perubahan syarat perikatan audit dan tidak
diperkenankan oleh manajemen untuk melanjutkan syarat perikatan audit semula, auditor
wajib:
a. Menundurkan diri dari perikatan audit jika pengunduran diri dimungkinkan oleh
ketentuan perundang-undangan yang berlaku
b. Menentukan apakah ada kewajiban, menurut perjanjian atau ketentuan lain untuk
melaporkan hal tersebut kepada pihak lain seperti TCWG, regulator atau pemilik.
Note: Alinea 18-22 dari ISA 210 berisikan pertimbangan-pertimbangan tambahan dalam
menerima penugasan. Contohnya, ketika standar laporan keuangan diikuti dengan
ketentuan tambahan oleh hukum atau ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam rangka memastikan adanya pengertian yang jelas antara manajemen dan auditor
mengenai syarat-syarat perikatan audit, surat perikatan audit atau dokumen lainnya dinuat
dan disetujui oleh wakil dari manajemen senior.
Untuk menghindari kemungkinan salah pengertian, surat perikatan dibuat dan
ditandatangani sebelum penugasan dimulai.

MEMUTAKHIRKAN SURAT PENUGASAN


Hal ini berkaitan dengan kemungkinan KAP menerima penugasan untuk bebrapa periode
audit. Seorang auditor wajib menilai apakah perlu untuk mengingatkan kembali syarat-
syarat perikatan audit yang disepakati. Tidak perlu meminta surat perikatan audit baru
setiap periode audit, melainkan hanya menegaskan kembali mengenai syarat-syarat
tersebut.
Akan tetapi, apabila terjadi perubahan keadaan maka surat perikatan audit harus direvisi.
Berikut ini adalah hal-hal yang terkait dengan perubahan keadaan:
 Penugasan dalam senior management baru-baru ini
 Setiap perubaha syarat penugasan atau diperlukannya syarat penugasan yang
khusus untuk periode tersebut
 Perubaha yang signifikan dalam kepemilikan entitas
 Perubahan dalam kewajiban hukum atau ketentuan perundang-undangan yang
berlaku
 Perubahan signifikan dalam sifat atau ukuran bisnis dari entitas yang bersangkutan
 Perubahan dalam FRF (financial reporting framework) yang diadopsi dalam
pembuatan laporan keuangan
 Perubahan lain dalam kewajiban atau persyaratan pelaporan
 Adanya indikasi bahwa manajemen keliru memahami tujuan dan lingkup audit

PERUBAHAN SYARAT PENUGASAN


apabila manajemen meminta perubahan dalam syarat-syarat perikatan audit maka auditor
perlu mempertimbangkan apakah permintaan mempunyai dasar dan apa implikasinya
terhadap lingkup penugasan. Permintaan untuk mengubah syarat perikatan audit layak
untuk dipertimbangakan apabila adanya perubahan dalam situasi yang dihadapi klien, atau
kesalahpahaman mengenai sifat dari jasa yang diminta. Sebaliknya, hal tersebut tidak layak
dipertimbangkan apabila dilatarbelakangi oleh temuan atau issues yang timbul dalam audit,
misalnya, temuan audit tidak mendukung pernyataan manajemen, serta ketidaksanggupan
memperoleh informasi audit tertentu. Jika permintaan untuk mengubah syarat penugasan
memang layak, surat penugasan baru dapat dibuat atau perjanjian tertulis lainnya diperoleh
KAP. Sebaliknya, apabila auditor tidak dapat menyetujui perubahan syarat penugasan dan
tidak diijinkan oleh manajemen untuk melanjutkan audit dengan syarat semula, auditor
wajib:
 Mengundurkan diri, jika memang dimungkinkan oleh hukum atau peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
 Memastikan apakah ada kewajiban berdasarkan perjanjian atau kewajiban lain,
untuk melaporkan pengunduran diri KAP kepada pihak lain, seperti TCWG, regulator,
atau pemilik.

LAMPIRAN

Contoh: Surat Perikatan Audit

Kertas Surat KAP Usadhi, Angie & Wilona


17 Mei 20X2
Saudara I Gde Komang
Direktur Utama
PT Bali Asri Furniture
Renong Business District
Denpasar, Bali

Saudara I Gde Komang:


Anda meminta kami mengaudit laporan keuangan PT Bali Asri Furniture, yang terdiri atas
laporan posisi keuangan tanggal 31 Desember 20X2, serta laporan laba-rugi, laporan
perubahan ekuitas, dan laporan arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut,
dan ringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelasan lainnya. Kami
menegaskan bahwa kami menerima penugasan ini dan kami ingin menegaskan pemahaman
kami mengenai penugasan audit melalui surat ini. Audit kami dilaksanakan dengan tujuan
memberikan opini atas laporan keuangan.

Tanggung jawab kami


Kami akan mengaudit sesuai dengan International Standards on Auditing (ISAs). Standar-
standar ini mengharuskan kami mematuhi kewajiban etika serta merencanakan dan
melaksanakan audit untuk memperoleh asurans yang layak mengenai apakah laporan
keuangan bebas dari salah saji material. Suatu audit meliputi pelaksanaan prosedur untuk
memperoleh bukti audit mengenai jumlah/angka dan pengungkapan dalam laporan
keuangan. Prosedur yang dipilih tergantung pada pendapat auditor, termasuk penilaian
risiko salah saji material dalam laporan keuangan, apakah karena kecurangan atau
kesalahan. Suatu audit juga mencakup evaluasi mengenai tepatnya kebijakan akuntansi
yang digunakan dan kelayakan estimasi akuntansi yang dibuat manajemen, maupun evaluasi
atas penyajian laporan keuangan secara menyeluruh. Karena kendala bawaan dari suatu
audit, bersama kendala bawaan dari pengendalian intern, ada risiko yang tidak dapat
dihindari bahwa beberapa salah saji material mungkin tidak terdeteksi, sekalipun audit itu
sudah direncanakan dan dilaksanakan dengan saksama sesuai ISAs.

Dalam membuat penilaian risiko, kami mempertimbangkan pengendalian internal yang


relevan dalam membuat laporan keuangan untuk merancang prosedur audit yang tepat,
tetapi tidak untuk memberikan pendapat mengenai efektifnya pengendalian internal.
Namun, kami akan mengomunikasikan kepada anda secara tertulis semua kelemahan
pengendalian internal yang signifikan (yang kami temukan selama audit) dan relevan dengan
audit atas laporan keuangan.

Kecuali jika kami menemukan kesulitan, yang tidak kami antisipasi pada saat ini, laporan
kami secara substansial akan dituangkan dalam bentuk sebagai berikut:

[Bentuk dan isi laporan auditor tidak disajikan disini.]


Bentuk dan isi laporan kami mungkin perlu diubah mengingat temuan audit kami

Tanggung jawab manajemen

Audit kami dilaksanakan atas dasar bahwa Direksi dan Dewan Komisaris mengakui dan
memahami bahwa mereka bertanggung jawab:

a) Atas pembuatan dan penyajian laporan keuangan secara wajar sesuai IFRS;
b) Atas pengendalian internal yang menurut manajemen diperlukan untuk membuat
laporan keuangan bebas dari salah saji material, apakah karena kecurangan atau
kesalahan; dan
c) Memberikan kepada kami:
i. Akses kepada semua informasi yang anda tahu adalah relevan untuk
membuat laporan keuangan seperti catatan pembukuan, dokumentasi dan
hal lain-lain
ii. Informasi tambahan yang kami minta untuk tujuan audit; dan
iii. Akses yang tidak terbatas kepada orang-orang di dalam perusahaan yang
menurut kami diperlukan untuk memperoleh bukti audit.

Sebagai bagian dari proses audit kami, kami akan meminta dari manajemen dan mereka
yang bertanggungjawab terhadap governance, penegasan tertulis tentang representasi yang
diberikan kepada kami sehubungan dengan audit ini.

Kami mengharapkan kerja sama penuh dari staf anda selama berlangsungnya audit kami.

Fee

Fee kami, yang akan dibebankan seiring dengan kemajuan pekerjaan, didasarkan pada
waktu yang diperlukan dari setiap orang yang ditugaskan ditambah out-of-pocket expenses.
Beban fee per jam berbeda, tergantung pada tingkat tanggung jawab serta pengalaman dan
keterampilan yang diperlukan.

Surat ini berlaku untuk periode yang akan datang kecuali jika penugasan ini diakhiri, diubah,
atau diganti dengan surat penugasan yang lain. Harap tanda tangani dan kembalikan
fotokopi surat ini, menyetujui bahwa surat ini sesuai dengan pemahaman anda mengenai
pengaturan audit kami atas laporan keuangan.

Hormat kami,
Dr. Anisa Usadhi
Kantor Akuntan Publik
Usadhi, Angie & Wilona

Disetujui a/n PT Bali Asri Furniture


Oleh I Gde Komang
Direktur Utama
26 Mei 20X2

CONTOH KASUS

Jakarta - Setelah PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL), kini giliran saham PT Bakrieland
Development Tbk (ELTY) yang sahamnya dibekukan oleh PT Bursa Efek Indonesia (BEI).
Alasannya lantaran belum menyampaikan laporan keuangan 2018.

Melansir keterbukaan informasi, Senin (1/7/2019), saham ELTY disuspensi berbarengan


dengan 9 saham lainnya. Di antaranya saham PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk, PT Apexindo
Pratama Duta Tbk, PT Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk, PT Golden Plantation Tbk, PT
Sugih Energy Tbk, PT Sigmagold Inti Perkasa Tbk, PT Cakra Mineral Tbk, PT Evergreen
Invesco Tbk dan PT Nipress Tbk.

Sebelumnya pada 27 Mei 2019 saham BTEL disuspensi oleh BEI. Alasannya lantaran laporan
keuangan perusahaan bermasalah.

Laporan keuangan BTEL selama 2 tahun bermasalah dan memperoleh opini disclaimer atau
tidak mendapatkan pendapat pada laporan keuangan 2017 dan 2018.

Melansir CNBC Indonedia, manajemen BTEL sudah menanggapi keputusan tersebut dan
menyampaikan bahwa opini disclaimer diberikan karena proses restrukturisasi Wesel Senior
oleh Bakrie Telecom Pte. Ltd belum selesai atau masih dalam tahap finalisasi.

Alhasil, KAP menilai perusahaan belum memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban
berdasarkan perjanjian perdamaian yang telah disahkan dalam proses Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) oleh Pengadilan Niaga Jakarta Pusat pada 9 Desember
2014.

Manajemen perusahaan menambahkan bahwa aktivitas bisnis BTEL masih berjalan seperti
biasa dan terkait proses restrukturisasi tersebut, perusahaan terus menjalin komunikasi
dengan para kreditur agar dapat segera diselesaikan.

Perusahaan juga akan menyelenggarakan public expose insidentil untuk memberikan


penjelasan terkait isu di atas.

Sebagai informasi opini disclaimer umumnya diberikan ketika KAP merasa bahwa ruang
lingkup pemeriksaannya dibatasi sehingga auditor tidak melaksanakan pemeriksaan sesuai
dengan standar audit yang berlaku.
Alasan lainnya termasuk meragukan nilai yang disajikan pada laporan keuangan, perusahaan
sedang menjalani kasus hukum, dan atau auditor tidak yakin atas keberlangsungan bisnis
perusahaan di masa mendatang. (sumber: finance.detik.com)

Anda mungkin juga menyukai