PEMBAHASAN KASUS
Laporan Keuangan yang accountable dan auditable sangatlah penting, baik bagi
perusahaan itu sendiri maupun bagi para pelaku bisnis lainnya. Disini peran akuntan
publik sangatlah penting. Akuntan publik sebagai suatu profesi yang mengemban
kepercayaan publik harus bekerja dalam kerangka peraturan perundang-undangan, kode
etik dan standar profesi yang jelas.
Berbagai pelanggaran etika yang dilakukan para akuntan telah banyak terjadi saat
ini, misalnya berupa perekayasaan laporan keuangan untuk menunjukkan kinerja
perusahaan agar terlihat lebih baik, ini merupakan pelanggaran akuntan terhadap kode
etik profesinya yang telah melanggar kode etik akuntan karena akuntan telah memiliki
seperangkat kode etik tersendiri yang disebut sebagai aturan tingkah laku moral bagi para
akuntan dalam masyarakat.
Oleh karena itu, sikap profesional dan ketaatan pada kode etik profesi akuntansi
sangat penting untuk dimiliki oleh setiap akuntan.Akuntan tidak independen apabila
selama periode Audit dan periode Penugasan Profesioanalnya, baik Akuntan, Kantor
Akuntan Publik (KAP) maupun orang dalam KAP memberikan jasa-jasa non-audit kepada
klien, seperti pembukaan atau jasa lain yang berhubungan dengan jasa akuntansi klien,
desain sistem informasi keuangan, aktuaria dan audit internal. Konsultasi kepada kliennya
dibidang itu menimbulkan benturan kepentingan.
Oleh karena itu, Akuntan Profesional diharuskan untuk mematuhi prinsip-prinsip
fundamental sebagai berikut:
1. Integritas, Akuntan Profesional harus bersikap jujur dalam semua hubungan
professional dan bisnis.
2. Objektivitas, Akuntan Profesional tidak boleh membiarkan hal-hal yang biasa terjadi,
tidak boleh membiarkan terjadinya benturan kepentingan, atau tidak boleh
mempengaruhi kepentingan pihak lain secara tidak pantas yang dapat
mengesampingkan pertimbangan professional atau pertimbangan bisnis.
3. Kompetensi dan sikap kehati-hatian professional, Akuntan Profesional memiliki
ANALISIS
Dalam kasus tersebut, sanksi pembekuan izin diberikan karena akuntan publik
tersebut melakukan pelanggaran terhadap Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP).
Berdasarkan etika profesi akuntansi, auditor tersebut telah melanggar prinsip keempat,
yaitu prinsip objektivitas. Dimana setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan
bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.
Pelanggaran itu berkaitan dengan pelaksanaan audit atas Laporan Keuangan PT
Muzatek Jaya tahun buku berakhir 31 Desember 2004 yang dilakukan oleh Drs. Petrus
Mitra Winata. Selain itu, Petrus juga telah melakukan pelanggaran atas pembatasan
penugasan audit umum dengan melakukan audit umum atas laporan keuangan PT
Muzatek Jaya, PT Luhur Artha Kencana dan Apartemen Nuansa Hijau sejak tahun buku
2001 sampai dengan 2004.
Sebagai seorang akuntan publik, Drs. Petrus Mitra Winata seharusnya mematuhi
Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) yang berlaku. Ketika memang dia harus melakukan
Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) yang berlaku. Ketika memang dia harus melakukan
jasa audit, maka audit yang dilakukan pun harus sesuai dengan Standar Auditing (SA)
dalam SPAP. Penelitian terhadap perilaku akuntan telah banyak dilakukan baik di luar
negeri maupun di Indonesia. Penelitian ini dipicu dengan semakin banyaknya pelanggaran
etika yang terjadi. Dari kondisi tersebut banyak peneliti yang ingin mencari tahu mengenai
“faktor – faktor apa saja yang menjadi penentu atau mempengaruhi pengambilan
keputusan tidak etis atau pelanggaran terhadap etika.
Trevino (1990) menyatakan bahwa terdapat dua pandangan mengenai faktor –
faktor yang mempengaruhi tindakan tidak etis yang dibuat oleh seorang individu.
Pertama, pandangan yang berpendapat bahwa tindakan atau pengambilan keputusan
tidak etis lebih dipengaruhi oleh karakter moral individu. Kedua, tindakan tidak etis lebih
dipengaruhi oleh lingkungan, misalnya sistem reward dan punishment perusahaah, iklim
kerja organisasi dan sosialisasi kode etik profesi oleh organisasi dimana individu tersebut
bekerja.
Sementara Volker menyatakan bahwa para akuntan profesional cenderung
mengabaikan persoalan etika dan moral bilamana menemukan masalah yang bersifat
teknis, artinya bahwa para akuntan profesional cenderung berperilaku tidak bermoral
apabila dihadapkan dengan suatu persoalan akuntansi.
Selain itu Finn Etal juga menyatakan bahwa akuntan seringkali dihadapkan pada
situasi adanya dilema yang menyebabkan dan memungkinkan akuntan tidak dapat
independen. Akuntan diminta untuk teta independen dari klien, tetapi pada saat yang
sama kebutuhan mereka tergantung kepada klien karena fee yang diterimanya, sehingga
seringkali akuntan berada dalam situasi dilematis. Hal ini akan berlanjut jika hasil temuan
auditor tidak sesuai dengan harapan klien, sehingga menimbulkan konflik audit. Konflik
audit ini akan berkembang menjadi sebuah dilema etika ketika auditor diharuskan
membuat keputusan yang bertentangan dengan independensi dan integritasnya dengan
imbalan ekonomis yang mungkin terjadi atau tekanan di sisi lainnya.
Situasi dilematis sebagaimana yang digambarkan di atas adalah situasi yang sangat
sering dihadapi oleh auditor. Situasi demikianlah yang menyebabkan terjadinya
pelanggaran terhada etika dan sangat wajarlah apabila ketika para pemakai laporan
keuangan seperti investor dan kreditur mulai mempertanyakan kembali eksistensi
akuntan sebagai pihak independen yang menilai kewajaran laporan keuangan.
Referensi:
http://angeliamitchols-angelia.blogspot.co.id/2013/12/kasus-pelanggaran-kode-etik-
profesi.html
Unknown di 04.49
Berbagi
Posting Komentar