0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
104 tayangan40 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang Sarbanes Oxley Act (SOX) dan tata kelola perusahaan yang baik. SOX ditetapkan pada tahun 2002 sebagai tanggapan atas skandal-skandal keuangan besar seperti Enron untuk meningkatkan akuntabilitas dan transparansi laporan keuangan perusahaan publik."
Dokumen tersebut membahas tentang Sarbanes Oxley Act (SOX) dan tata kelola perusahaan yang baik. SOX ditetapkan pada tahun 2002 sebagai tanggapan atas skandal-skandal keuangan besar seperti Enron untuk meningkatkan akuntabilitas dan transparansi laporan keuangan perusahaan publik."
Dokumen tersebut membahas tentang Sarbanes Oxley Act (SOX) dan tata kelola perusahaan yang baik. SOX ditetapkan pada tahun 2002 sebagai tanggapan atas skandal-skandal keuangan besar seperti Enron untuk meningkatkan akuntabilitas dan transparansi laporan keuangan perusahaan publik."
Latar Belakang Publik Amerika Serikat dikejutkan oleh skandal keuangan yang terjadi di Enron, Worldcom dan beberapa perusahaan lain Skandal tersebut merupakan pukulan berat bagi pasar modal di Amerika Serikat. Menurut beberapa survey, masyarakat telah kehilangan kepercayaan terhadap sistem penyusunan dan pemeriksaan laporan keuangan. Mereka memiliki sentimen negatif dan menganggap kasus-kasus yang ditemukan tersebut merupakan puncak gunung es dari kebobrokan perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat. Skandal tersebut bukan hanya melibatkan pucuk pimpinan perusahan-perusahaan ternama di Amerika Serikat tetapi juga melibatkan Arthur Andersen, salah satu dari lima akuntan publik terbesar di dunia Rekayasa keuangan yang dilakukan oleh pucuk pimpinan dan akuntan publik tersebut, bisa dikategorikan tindakan kriminal, karena mereka dengan beraninya menghancurkan dokumen, memalsu dokumen dan tindakan lainnya yang sangat merugikan para pemegang saham. Kasus enron ini merupakan salah satu contoh tidak ditetapkan Good Corporate Governance pada perusahaan. Meskipun skandal akuntansi itu telah berlalu, tapi diperoleh dampak besar pengaruhnya terhadap reformasi di dunia praktek akuntansi dan profesi akuntan terutama yang terkait dengan perusahaan publik dan hal ini membawa pelajaran yang sangat besar. Rakyat Amerika Serikat yang diwakili oleh Konggres Amerika segera mengambil langkah komprehensif dengan menetapkan undang- undang keuangan yang kemudian dikenal dengan Sarbanes Oxley Act 2002. Konggres berangapan bahwa skandal-skandal keuangan tersebut tidak bisa dilihat sebagai kasus, namun sebuah indikasi perlunya sebuah peraturan yang lebih ketat yang mengatur penyiapan dan pemeriksaan laporan keuangan Sarbanes-Oxley Act (SOA) Sarbanes-Oxley Act (SOA) merupakan sebuah produk hukum (Undang- Undang) di Amerika Serikat (AS) yang mengatur tentang akuntabilitas, praktik akuntansi dan keterbukaan informasi, termasuk tata cara pengelolaan data di perusahaan publik. Sarbanes Oxley Act ditetapkan pada 30 Juli 2002 sebagai tanggapan terhadap sejumlah skandal akuntansi perusahaan besar yang termasuk di antaranya melibatkan Enron, Tyco International, Adelphia, Peregrine Systems dan WorldCom Undang-undang ini disetujui oleh Dewan dengan suara 423-3 dan oleh Senat dengan suara 99-0 serta disahkan menjadi hukum oleh Presiden George W. Bush Sarbox terdiri dari 130 halaman dan terbagi menjadi 11 bab Undang –undang ini dinamakan Sarbanes- Oxley Act (SOX) berdasarkan dua sponsornya, Senator Paul Sarbanes (D- MD) and Representatif Michael G. Oxley (R-OH). Hal-hal yang Diatur dalam Sarbanes-Oxley Act Dalam Sarbanes-Oxley Act diatur tentang akuntansi, pengungkapan dan pembaharuan governance; yang mensyaratkan adanya pengungkapan yang lebih banyak mengenai informasi keuangan, keterangan tentang hasil-hasil yang dicapai manajemen, kode etik bagi pejabat di bidang keuangan, pembatasan kompensasi eksekutif, dan pembentukan komite audit yang independen. Selain itu diatur pula mengenai hal-hal sebagai berikut: Menetapkan beberapa tanggung jawab baru kepada dewan komisaris, komite audit dan pihak manajemen Mendirikan the Public Company Accounting Oversight Board, sebuah dewan yang independen dan bekerja full- time bagi pelaku pasar modal Penambahan tanggung jawab dan anggaran SEC secara signifikan - Mendefinisikan jasa “non-audit” yang tidak boleh diberikan oleh KAP kepada klien - Memperbesar hukuman bagi terjadinya corporate fraud - Mensyaratkan adanya aturan mengenai cara menghadapi conflicts of interest - Menetapkan beberapa persyaratan pelaporan yang baru. Dalam hal pelaporan, Sarbanes-Oxley Act mewajibkan semua perusahaan publik untuk membuat suatu sistem pelaporan yang memungkinkan bagi pegawai atau pengadu (whistleblowers) untuk melaporkan terjadinya penyimpangan. Sistem pelaporan ini diselenggarakan oleh komite audit. Perusahaan dapat menggunakan jasa pelaporan hotlines seperti ACFE’s EthicsLine. ACFE membantu menyusun hotlines pengaduan yang akan menerima dan merahasiakan pengaduan, dan memberikan informasi kepada perusahaan agara dapat mengambil tindakan yang tepat. Sistem hotlines ini akan mendorong para pegawai untuk melaporkan karena mereka merasa aman dari tindakan pembalasan dari yang dilaporkan, dan inilah elemen penting dan kritis bagi program pencegahan fraud yang kuat (a robust fraud prevention program). Sarbanes-Oxley Act juga meningkatkan program perlindungan bagi pegawai yang menjadi pengadu atau pemberi informasi, yang mendapatkan perlakuan buruk dari perusahaannya setelah membeberkan adanya fraud dan membantu investigasi seperti: dipecat, didemosikan, diskors, diancam, dilecehkan dan berbagai perlakuan diskriminatif lainnya Pegawai tersebut dapat mencari perlindungan melalui Departemen Tenaga Kerja dan pengadilan distrik setemp Tindakan pembalasan terhadap pengadu dianggap sebagai pelanggaran Federal (a Federal offense) sehingga terdapat konsekuensi hukum pidana bagi orang yang melakukannya berupa hukuman penjara sampai dengan 10 tahun! Perusahaan atau organisasi yang diatur oleh Sarbanes-Oxley Act Perusahaan-perusahaan yang sahamnya telah diregistrasi berdasarkan Section 12 of the Exchange Act of 1934, perusahaan-perusahaan yang wajib membuat laporan diregistrasi berdasarkan Section 15(d) of the Exchange Act, perusahaan-perusahaan yang sedang dalam proses registrasi, dan Kantor Akuntan Publik yang menerbitkan laporan audit. Undangundang ini tidak mengecualikan perusahaan asing yang listing di Amerika Serikat dan KAP dari luar Amerika Serikat yang menerbitkan laporan auditnya bagi perusahaan terse Persyaratan bagi independensi auditor yang diatur dalam Sarbanes- Oxley Act menghindari beberapa aktivitas yang dilarang (§201), semua jasa audit harus telah disetujui oleh komite audit, adanya rotasi dari partner yang melakukan audit, menghindari konflik kepentingan, dan penelaahan oleh Comptroller General terhadap dampak potensial dari rotasi yang telah diwajibkan. Tujuan dari Sarbanas Oxley adalah melindungi investor melalui : Pengungkapan keuangan yang lebih Akurat Tepat waktu Komprehensif Dapat dimengerti Tata kelola perusahaan yang lebih baik Pengawasan yang lebih ketat dengan pembentukan PCAOB (Public Company Accounting Oversight Board). Pengendalian internal yang lebih baik. Peraturan ini mengikat semua perusahaan publik yang mencatatkan bursanya di pasar modal Amerika Serikat (NYSE dan NASDAQ) dan kantor akuntan yang memeriksanya baik kantor akuntan tersebut berada dalam yurisdiksi Amerika Serikat maupun bukan. Peraturan ini mulai berlaku 15 November 2004 untuk perusahaan yang memiliki float melebihi USD75 juta dan 15 Juli 2005 untuk sisa perusahaan lainnya. Public Company Accounting Oversight Board Dewan ini dibentuk berdasarkan Sarbanes-Oxley Act Title I yang berbunyi: “....to oversee the audit of public companies that are subject to the securities laws.” Dewan ini mempunyai 5 orang anggota yang dipilih oleh SEC setelah berkonsultasi dengan Menteri Keuangan (Secretary of Treasury) dan Gubernur Bank Sentral (Chairman of the Federal Reserve Board). Tugas-tugas dari PCAOB Melakukan registrasi terhadap KAP yang mengaudit perusahaan publik Menetapkan atau mengadopsi, atau melakukan keduanya: standar audit, quality control, etika, independensi, dan beberapa standar lain yang berkaitan dengan proses audit Melaksanakan inspeksi terhadap KAP-KAP Melakukan investigasi, penegakan disiplin dan pengenaan sanksi terhadap KAP dan partner dari KAP yang melakukan pelanggaran Melakukan tugas-tugas dan fungsi-fungsi lain sebagai dewan yang dianggap perlu demi kepentingan publik. INDEPENDENSI AUDITOR A. Jasa tambahan yang tidak diperbolehkan. Untuk menjaga independensi auditor maka sebuah kantor akuntan publik atau perseorangan yang berasosiasi dengan kantor tersebut apabila mendapatkan penugasan audit maka dilarang untuk melayani jasa tambahan berikut ini (Section 201): Jasa pembukuan Desain sistem informasi keuangan dan pemasangannya Apraisal atau jasa penilaian lain Jasa aktuaria Outsourcing audit intern Fungsi manajemen atau personalia Menjadi pialang, penasehat investasi atau jasa konsultasi investasi perbankan Jasa hukum dan jasa tenaga ahli lainnya yang tidak terkait dengan audit. Jasa lain yang ditentukan oleh PCAOB B. Persetujuan Komite Audit. Sebelum melaksanakan penugasan audit, sebuah kantor akuntan publik harus mendapatkan persetujuan dari Komite Audit terlebih dahulu. C. Rotasi partner. Sarbanas Oxley menetapkan rotasi partner tiap 5 tahun sekali untuk satu klien yang sama dimulai dari tahun fiscal 6 Mei 2003 kecuali ssebelumnya telah menjadi partner audit klien tersebut selama 7 tahun berturut-turut. D. Pelaporan ke Komite Audit Auditor harus melaporkan kebijakan dan praktek akuntansi yang penting (critical), alternatif pencatatan sesuai GAAP terkait dengan isu penting dalam audit, dan komunikasi tertulis antara auditor dan manajemen. E. Pengungkapan dalam laporan keuangan Laporan keuangan harus mengungkapkan fee untuk auditor baik untuk jasa pemeriksaan, jasa lain yang terkait audit, jasa perpajakan, dan jasa yang lainnya. F. Perekrutan mantan auditor Seorang auditor tidak boleh menjabat sebagai anggota dewan direktur, CEO, CFO, COO, CAO, controller, direktur audit intern dan jabatan-jabatan lainnya tanpa ada tenggang waktu karir. G. Kompensasi partner kantor akuntan publik Partner kantor akuntan publik tidak boleh menerima kompensasi dari klien selain jasa audit, perpajakan dan jasa atestasi lainnya. PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN SEC mengeluarkan beberapa peraturan baru terkait dengan pengungkapan laporan keuangan yang lebih transparan dan tepat waktu bagi para investor. Beberapa ketentuan baru ada terlihat seperti dibawah ini : Semua koreksi keuangan yang material harus terungkap dalam laporan keuangan. Pengungkapan tambahan terhadap pengungkapan- pengungkapan yang tidak disyaratkan oleh standar akuntansi keuangan (GAAP). Informasi-informasi tersebut antara lain, core earnings, free cash flow, EBITDA, dan pre-FAS 133 income. Pengungkapan informasi tambahan tersebut bisa dicantumkan di laporan tahunan, laporan tertulis lainnya atau dalam web site perusahaan. SEC menambahkan pengungkapan transaksi diluar neraca (off balance sheet) yang harus disertakan dalam penjelasan dan analisis manajemen (management’s discussion and analysis – MD&A) yaitu pengungkapan tentang pengaturan transaksi diluar neraca dan tabel yang menjelaskan informasi tentang kewajiban kontraktual yang pasti akan terjadi. Misalnya standby LC, performance guarantee dll. AUDIT INTEGRAL Perbedaan audit integral dan audit keuangan terletak pada pengujian pengendalian internal. Dalam audit keuangan sebelumnya, pengujian pengendalian bertujuan untuk menentukan bentuk, waktu dan tingkat kedalaman pemeriksaan. Apabila dari hasil pengujian tersebut ditemukan bahwa kita tidak bisa mengandalkan pengendalian internal klien maka kita akan menggunakan pendekatan full substantive. Dalam audit integral, pengujian pengendalian internal merupakan proses untuk menyatakan pendapat terhadap keandalan pengendalian internal klien. Apabila dalam pengujian tersebut kita menemukan bahwa pengendalian internal klien tidak dapat diandalkan maka temuan bisa menjadi kelemahan mendasar (material weaknesses) dalam pengendalian internal. Kelemahan mendasar akan menyebabkan pendapat tidak wajar (adverse opinion) dalam pengendalian internal. Auditor tidak dapat melakukan pemeriksaan laporan keuangan terhadap perusahaan publik di Amerika Serikat tanpa sekaligus melakukan pemeriksaan terhadap pengendalian internal yang ada di perusahaan tersebut. Penugasan pemeriksaan laporan keuangan dan pengendalian internal merupakan penugasan yang integral dan tidak dapat dipisahkan. Hal-hal yang baru dalam audit integral (Section 404) 1. Auditor harus menyatakan pendapat terhadap kewajaran laporan keuangan sekaligus menyatakan pendapat atas atestasi manajemen terhadap pengendalian internal. Proses pernyataan pendapat tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan (audit integral). 2. Pekerjaan dalam pemeriksaan untuk menyatakan kewajaran atas laporan keuangan maupun pemeriksaan terhadap pengendalian internal harus saling terkait. Standar yang ditetapkan oleh PCAOB merupakan standar yang integral, mencakup pekerjaan yang diperlukan dalam audit laporan keuangan dan audit pengendalian internal. Audit integral akan menghasilkan tiga opini 1. Pendapat tentang keefektifan pengendalian internal terhadap penyusunan laporan keuangan. 2. Pendapat tentang keefektifan penilaian manajemen terhadap pengendalian internal. 3. Pendapat tentang kewajaran laporan keuanga Tujuan utama Sarbanas Oxley meningkatkan kepercayaan publik terhadap implementasi prinsip GCG bagi perusahaan yang telah go publik. Sarbanas Oxley Act mewajibkan perusahaan yang listed di NYSE untuk mematuhi berbagai ketentuan yang berlaku untuk menjamin transparansi dalam penyusunan laporan keuangan. Sarbanas Oxley Act menjamin adanya kepastian terhadap integritas pelaporan keuangan (integrity of financial reporting). United States – Securities Exchange Commission (US-SEC) juga telah mengadopsi Sarbanas Oxley Act sebagai syarat untuk memperketat persyaratan disclosure laporan keuangan serta menjamin akuntabilitas laporan keuangan perusahaan. Sarbanas Oxley mewajibkan perusahaan publik untuk mereformasi tanggungjawab manajemen perusahaan perihal keterbukaan informasi keuangan serta mencegah terjadinya kecurangan pelaporan keuangan (fraudulent financial reporting) yang bermula dari kecurangan akuntansi (accounting fraud). Amerika Serikat menerapkan regulasi ini secara ketat, antara lain meliputi pelaporan keuangan yang akurat dan tidak bias, review pengendalian intern serta kewajiban untuk menerapkan Code of Ethics dan Code of Corporate Governance. SOA juga menuntut standar yang sangat tinggi terhadap operasi bisnis dan pelaksanaan audit atas pengendalian intern. Manfaat Manfaat implementasi SOA bagi perusahaan publik, yaitu pertama, perusahaan publik akan memiliki sistem pengendalian intern yang lebih baik, sehingga akuntabilitas dan integritas pelaporan keuangannya lebih dapat dipercaya dan diandalkan. Kedua, kepercayaan investor lebih meningkat. Ketiga, memiliki citra (image) yang positif di mata publik dan pemangku kepentingan lainnya. Bapepam-LK pada tahun lalu (2007) telah mengkaji kemungkinan mewajibkan audit terhadap sistem pengendalian internal di perusahaan publik untuk meningkatkan akuntabilitas laporan keuangannya beserta manfaat dan biayanya. Mengingat pentingnya implementasi Sarbanas Oxley dalam rangka mencegah praktik kecurangan pelaporan keuangan di perusahaan publik, maka sudah saatnya Bapepam-LK mengadopsi salah satu ketentuan dalam Sarbanas Oxley tersebut yaitu pemberlakuan audit pengendalian internal pada perusahaan yang telah go publik. Semoga implementasi GCG melalui Sarbanas Oxley di perusahaan publik di Indonesia dapat segera terwujud, sehingga fraudulent financial reporting dapat dicegah atau dihindari. Pengaruh Sarbanas Oxley Sarbanas Oxley di Amerika telah mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam pengembangan praktek good corporate governance. Sarbanas Oxley sangat luas pengaruhnya, mengarah pada perubahan yang ekstensif dalam sistem pengungkapan dan pelaporan keuangan, serta menyatakan beberapa pembatasan mengenai perusahaan publik dan para akuntannya berkegiatan. Hal yang paling berpengaruh adalah adanya ketetapan yang terpadu yang berfokus pada masalah- masalah mendasar yang menjadi penyebab skandal akuntansi, berupa prinsip-prinsip fundamental mengenai ethical corporate conduct prinsip-prinsip fundamental mengenai ethical corporate conduct, yang berisi: 1. Laporan keuangan harus menyajikan secara wajar (fairly) tentang kondisi bisnis (Sections 401). 2. Chief Executive harus bertanggungjawab secara personal tentang akurasi (accuracy) dan kelengkapan (completness) mengenai laporan keuangan perusahaan (Sections 302). 3. Jasa Non-Audit yang dilakukan oleh eksternal auditor harus dibatasi untuk menjaga adanya kemungkinan conflict of interest yang da pat menyangsikan kemungkinan integritas sebuah pelaksanaan audit (audit integrity) (Sections 201, 202 dan 206). 4. Perusahaan harus memiliki sebuah Boards dan Komite Audit yang independen, yang menjunjung tinggi kepentingan pemegang saham dengan mengawasi isu-isu utama dan penting dari aktivitas manajemen dan auditor (Sections 301 dan 305). 5. Sebuah sistem pengendalian intern yang kuat dan memadai harus ditegakkan untuk mencegah penyalahgunaan wewenang dan fraud (Section 404). 6. Perusahaan harus menjunjung tinggi dan menunjukkan budaya etis mulai dari pucuk pimpinan hingga ke bawah (Section 406 Penerapan Undang-Undang semacam Sarbanes Oxley Act di Indonesia Walaupun pasar modal di Indonesia belum semaju atau sebesar pasar modal di AS, prinsip prinsip dasar dari Sarbanes Oxley act sebenarnya relevan untuk diterapkan di Indonesia. Pada saat ini Indonesia tidak memiliki undang-undang yang mengatur industri audit sekomprehensif Sarbanes‐Oxley. Walaupun demikian ada beberapa peraturan yang dikeluarkan beberapa pihak yang berwenang yang secara terpisah memiliki beberapa kesamaan dengan komponen dari Sarbanes Oxley, antara lain adalah sebagai berikut: Pernyataan Standar Audit (PSA) no 62
Pernyataan Standar Audit (PSA) no 62 yang dikeluarkan
oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang isinya mensyaratkan agar KAP yang sedang memeriksa klien milik negara ataupun mendapat bantuan dari keuangan negara untuk memeriksa kondisi IC dan memberikan atestasi atas tingkat kepatuhan klien terhadap peraturan dan undang‐undang. PSA ini sampai sekarang masih diperdebatkan oleh beberapa pihak; ada yang setuju ada yang menentang. IAI sendiri kabarnyha akan melakukan perubahan dan menggantikan PSA 62 ini dengan PSA 75 Bank Indonesia telah mengeluarkan beberapa peraturan yang mengharuskan direksi bank untuk membuat pernyataan mengenai kondisi IC dan juga mengenai tingkat kepatuhan. Bahkan untuk perbankan, salah seorang direktur harus ditetapkan sebagai direktur kepatuhan dan tidak diperkenankan untuk melakukan kegiatan operasional. Badan Pengelola Pasar Modal telah mengeluarkan peratuan Bapepam no:VIII.G.1, pada tanggal Des. 2003 mengenai tanggung jawab direksi terhadap laporan keuangan dengan cara menandatangani suatu pernyataan bahwa direksi bertanggung jawab terhadap IC perusahaan. Perbedaannya dengan versi Sarbanes‐Oxley adalah bahwa dalam Sarbanes‐Oxley direksi juga diminta untuk membuat asesmen terhadap kondisi IC diperusahaannya