Disusun Oleh :
UNIVERSITAS PADJAJARAN
Bandung, 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
waktu, kesehatan, dan pemikiran yang baik sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah
Akuntansi Syariah ini sesuai dengan waktu yang kami rencanakan. Makalah ini membahas
tentang Sistem Keuangan Syariah.
Tujuan kami dalam penyusunan makalah ini tidak bermaksud untuk mengubah materi
yang sudah tersusun. Namun, hanya lebih pendekatan pada studi banding atau
membandingkan beberapa materi yang sama dari berbagai referensi. Semoga makalah ini
dapat memberi tambahan pada hal yang terkait dengan kepentingan masyarakat dalam
perkembangan Akuntansi Syariah di Indonesia.
Kami sebagai penyusun pastinya tidak pernah lepas dari kesalahan. Begitu pula dalam
penyusunan makalah ini yang mungkin memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami
mohon maaf atas segala kekurangannya dan mengharapkan kritik dan saran yang
membangun.
Kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Hj. Tettet Fitrijanti, S.E., M.Si.,Ak.
sebagai Dosen mata kuliah Akuntansi Syariah yang telah memberi arahan kami dalam
penyusunan makalah ini, tidak lupa pula kepada rekan – rekan yang telah ikut berpartisipasi.
Sehingga makalah ini selesai tepat pada waktunya.
Penulis
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 2
2
BAB 1
PENDAHULUAN
Sistim keuangan syariah adalah merupakan bagian dari konsep yang lebih luas
tentang ekonomi Islam, yang tujuannya, sebagaimana dianjurkan oleh para ulama,
adalah memperkenalkan sistim nilai dan etika Islam ke dalam lingkungan ekonomi.
Karena dasar etika ini maka keuangan dan perbankan Islam bagi kebanyakan muslim
adalah bukan sekedar sistem transaksi komersial. Persepsi Islam dalam transaksi
finansial itu dipandang oleh banyak kalangan muslim sebagai kewajiban agamis.
Kemampuan lembaga keuangan Islam menarik investor dengan sukses bukan hanya
tergantung pada tingkat kemampuan lembaga itu menghasilkan keuntungan, tetapi
juga pada persepsi bahwa lembaga tersebut secara sungguh-sungguh memperhatikan
restriksi-restriksi agamis yang digariskan oleh Islam
Seiring dengan terjadinya krisis global dalam sistem keuangan kapitalis, kini
para ekonom Barat mulai mengadopsi sistem keuangan syariah. Banyak dari mereka
yang melakukan kajian mendalam terhadap perekonomian yang berlandaskan prinsip-
prinsip Syariat Islam. Sistem yang bersumber dari ajaran Allah Swt ini terbukti tetap
tangguh menghadapi hempasan serangan krisis bertubi-tubi, baik yang terjadi tahun
1998 maupun 2008 dan hingga kini, insya Allah sampai dunia kiamat.
3
2. Untuk menambah referensi pengetahuan tentang Sistem Keuangan
Syariah.
1.4. Metode Penulisan
4
BAB 2
PEMBAHASAN
Memelihara harta, bertujuan agar harta yang dimiliki oleh manusia diperoleh
dan digunakan sesuai dengan syariah sehingga harta yang dimiliki halal dan sesuai
dengan keinginan pemilik mutlak dari harta kekayaan tersebut yaitu Allah SWT.
Islam menganjurkan manusia untuk bekerja atau berniaga, dan menghindari
kegiatan meminta-minta dalam mencari harta kekayaan. Manusia memerlukan harta
kekayaan sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari termasuk
memenuhi sebagian perintah Allah seperti infak, zakat, pergi haji, perang (jihad), dan
sebagainya.
“Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan
carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”.
(QS 62:10)1
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-
orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk
(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk
mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan
Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”.2
Harta yang paling baik menurut Rasulullah, adalah yang diperoleh dari hasil
kerja atau perniagaan, sebagaimana diriwayatkan oleh hadis-hadis berikut:
“Harta yang paling baik adalah harta yang diperoleh oleh tangannya sendiri...”
(HR. Bazzar At Thabrani)3
“Barang siapa membuka bagi dirinya satu pintu meminta-minta (yakni
membiasakan diri meminta-minta meski belum benar-benar terpaksa) niscaya Allah
akan membukakan baginya tujuh puluh pintu kemiskinan”. (HR. Bukhari dan Muslim
dari Abu Hurairah)4
Harta yang baik harus memenuhi dua kriteria, yaitu diperoleh dengan cara
yang sah dan benar (legal and fair), serta dipergunakan dengan dan untuk hal-hal yang
baik di jalan Allah SWT.
5
Menurut Islam, kepemilikan harta kekayaan pada manusia terbatas pada
kepemilikan kemanfaatannya selama masih hidup di dunia, dan bukan kepemilikan
secara mutlak.
Dari ayat di atas dapat kita simpulkan, dalam pengunaan harta, manusia tidak
boleh mengabaikan kebutuhannya di dunia, namun disis lain juga harus cerdas dalam
mengunakan hartanya untuk mencari pahala akhirat.6
6
3. Membayar zakat sesuai ketentuan
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya
doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar
lagi Maha mengetahui”. (QS 9:103)
“Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, Maka berilah tangguh
sampai Dia berkelapangan. dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu,
lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui”. (QS 2:280)7
”Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di
bumi untukmu semua (sebagai rahmat) dari-Nya. Sesungguhnya, dalam hal yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang
yang berfikir.” (QS 45:13)
”Yang halal ialah apa yang dihalalkan oleh Allah di dalam kitabNya, dan apa
yang haram ialah apa yang diharamkan Allah di dalam kitabNya; sedangkan apa yang
didiamkan oleh Nya berarti dimaafkan (diperkenakan) untukmu.” (HR. At-Tirmidzi
dan Ibnu Majab)
Dapat disimpulkan bahwa hukum dasar muamalah adalah boleh, karena tidak
mungkin Allah menciptakan segala sesuatu dan menundukkannya bagi manusia kalau
akhirnya semua itu diharamkan atau dilarang.
7
2.3 Akad atau Kontrak
Karim mengelompokkan akad menjadi dua yaitu sebagai berikut:
Dalam akad harus memenuhi ketentuan rukun dan syarat sahnya suatu akad
ada tiga yaitu:
1. Pelaku yaitu para pihak yang melakukan akad. Pihak yang melakukan akad
harus memenuhi syarat yaitu orang yang merdeka, mukalaf dan orang yang
sehat akalnya.
2. Objek akad merupakan sebuah konsekuensi yang harus ada dengan
dilakukannya suatu transaksi tertentu. Objek jual beli adalah barang dagangan,
objek mudharabah dan musyarakah adalah mudal dan kejasama, objek sewa
menyewa adalah manfaat atas barang yang disewakan dan seterusnya.
3. Ijab kabul merupakan kesepakatan dari para pelaku dan menunjukkan mereka
saling rida.
8
2.4 Transaksi Yang Dilarang
Transaksi yang dilarang adalah sebagai berikut:
1. Semua aktivitas bisnis terkait dengan barang dan jasa yang diharamkan Allah
2. Riba
Dalam Al Qur’an secara bertahap namun jelas dan tegas memperingatkan kita
tentang riba. Hal ini dapat dilihat dari turunnya ayat-ayat Al Qur’an secara berturut-
turut dari QS 3:130
Larangan riba sebenarnya tidak hanya berlaku untuk agama Islam, melainkan
juga diharamkan oleh seluruh agama samawi selain Islam. Yahudi melarang
pengambilan bunga (riba). Baik dalam Old Testament (Perjanjian Lama) maupun
undand-undang Talmud. Dan dalam kalangan Kristiani dalam Kitab Perjanjian Baru
dalam ayat Lukas 6:34-35 merupakan ayat yang mengecam praktik pengambilan
bunga (riba).
3. Penipuan
Penipuan terjadi apabila salah satu pihak tidak mengetahui pihak lain dan
dapat terjadi di dalam empat hal, yakni dalam kuantitas, kualitas, harga dan waktu
penyerahan.
Transaksi penjudian adalah teransaksi yang melibatkan dua pihak atau lebih,
di mana mereka menyerahkan uang/harta kekayaan lainnya, kemudian mengadakan
permainan tertentu, baik dengan kartu, adu ketangkasan, atau media lainnya.
6. Ikhtikar/penimbunan barang
7. Monopoli
10
pembentang dan pemberi rizeki. Aku berharap agar bertemu dengan Allah, tak ada
seorangpun yang meminta padaku tentang adanya kezaliman dalam urusan darah dan
harta.” (HR. Ashabus sunan)
9. Suap
Suap dilarang karena suap dapat merusak sistem yang ada dalam masyarakat,
sehingga menimbulkan ketidak adilan sosial dan permasalahan perlakuan. Pihak
yang membayar suap pasti akan diuntungkan dibandingkan yang tidak membayar.
”... dan janganlah kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim ...” (QS
2:188)
Ta’alluq terjadi apabila ada dua akad saling dikaidkan di mana berlakunya
akad pertama tergantung pada akad kedua, sehingga dapat mengakibatkan tidak
terpenuhinya rukun (suatu yang harus ada dalam akad) yaitu objek akad.
11
12. Jual beli dengan cara talaqqi al- rukban
Jual beli dengan cara mencegat atau menjumpai pihak penghasil atau
pembawa barang perniagaan dan membelinya, di mana pihak penjual tidak
mengetahui harga pasar atas barang yang dibawanya sementara pihak pembeli
mengharapkan keuntungan yang berlipat dengan memanfaatkan ketidak tahuan
mereka.
12
Jadi, prinsip keuangan syariah mengacu kepada prinsip rela sama rela
(antaraddim munkum), tidak ada pihak yang menzalimi dan dizalimi (la tazhlimuna
wa la tuzhlamun), hasil usaha muncul bersama biaya (al kharaj bi al dhaman), dan
untung bersama risiko (al ghunmu bi al ghurni).15
Instrumen Keungan Syariah
Instrumen keuangan syariah dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Akad investasi yang merupakan jenis akad tijarah dengan bentuk uncertainty
contract. Kelompok akad ini adalah sebagai berikut:
- Mudharabah, yaitu bentuk kerja sama antara dua pihak atau lebih, di mana
pihak pemilik modal (shahibul maal) mempercayakan sejumlah modal
kepada pengelola (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha dengan
nisbah bagi hasil atas keuntungan yang diperoleh menurut kesepakatan di
muka, sedang apabila terjadi kerugian hanya ditanggung pemilik dana
sepanjang tidak ada unsur kesengajaan atau kelalain oleh mudharib.
- Musyarakah adalah akad kerja sama yang terjadi antara pemilik modal
untuk mengabungkan modal dan melakukan usaha secara bersama dalam
suatu kemitraan, dengan nisbah bagi hasil sesuai dengan kesepakatan,
sedang kerugian ditanggung secara proporsional sesuai dengan kontribusi
modal.
- Sukuk (obligasi syariah), merupakan surat utang yang sesuai dengan
prinsip syariah.
- Saham syariah produknya harus sesuai dengan syariah.
2. Akad jual beli/sewa menyewa yang merupakan jenis akat tijarah dengan
bentuk certainty contract. Kelompok akad ini adalah sebagai berikut:
- Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan biaya perolehan dan
keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.
- Salam adalah transaksi jual beli di mana barang yang dijual belikan belum
ada.
- Istishna’ memiliki sistem yang mirip dengan salam, namun dalam istishna’
pembayaran dapat dolakukan di muka cicilan dalam beberapa kali (termin)
atau ditangguhkan dalam jangka waktu tertentu.
- Ijarah adalah akad sewa menyewa antara pemilik objek sewa dan penyewa
untuk mendapakan manfaat atas objek sewa yang disewakan.
3. Akad lainnya meliputi:
13
- Sharf adalah perjanjian jual beli suatu valuta dengan valuta lainnya.
- Wadiah adalah akad penitipan dari pihak yang mempunyai uang/barang
kepada pihak yang menima titipan dengan catatan kapan pun titipan
diambil pihak penerima titipan wajib menyerahkan kembali uang/barang
titipan tersebut.
- Qardhul Hasan adalah pinjaman yang mempersyaratkan adanya imbalan,
waktu pengambilan pinjaman ditetapkan bersama antara pemberi dan
penerima pinjaman.
- Al-Wakalah adalah jangka pemberian kuasa dari satu pihak kepihak yang
lain.
- Kaflah adalah perjanjian pemberian jaminan atau penanggungan atas
pembayaran utang atas suatu pihak atau pihak lain.
- Hiwalah adalah pengalian utang atau piutang dari pihak pertama (al-muhil)
kepada pihak lain (al-muhal ’alaih) atas dasar saling mempercayai.
- Rahn merupakan sebuah perjanjian pinjaman dengan pinjaman aset.
14
BAB 3
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
15
DAFTAR PUSTAKA
Sri Nurhayati dan Wasilah. Akuntansi Syariah di Indonesia Edisi 2. (Jakarta: Salemba Empat.
2008). hal. 66
Ismail Nawawi. Ekonomi Islam. (Surabaya: CV. Putra Media Nusantara. 2009). hal. 108
Sri Nurhayati dan Wasilah. Akuntansi Syariah di Indonesia Edisi 2. (Jakarta: Salemba Empat.
2008). hal. 66
Ismail Nawawi. Ekonomi Islam. (Surabaya: CV. Putra Media Nusantara. 2009). hal. 122
Sri Nurhayati dan Wasilah. Akuntansi Syariah di Indonesia Edisi 2. (Jakarta: Salemba Empat.
2008). hal. 67
Sri Nurhayati dan Wasilah .Akuntansi Syariah di Indonesia Edisi 2. (Jakarta: Salemba Empat.
2008). hal.. 79-83
Ibid, hal. 69
Sofian Syafri Harahap. Akuntansi Islam. (Jakarta: Bumi Aksara. 2001), hal. 121
Muhammad Syafi’i Antonio. Bank Syariah dari Teori ke Praktek. (Jakarta: Gemi Insani.
2001), hal. 43-45
16