Anda di halaman 1dari 54

AKUNTANSI INFLASI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan dan Prinsip Akuntansi

Akuntansi keuangan merupakan media informasi yang disusun oleh manajemen selaku pengelola bisnis untuk
kepentingan publik khususnya investor dan kreditor. Informasi akuntansi terjadi pada keuangan perusahaan yang
memberikan gambaran mengenai kondisi keuangan perusahaan pada saat tertentu (neraca) serta hasil usahanya pada
periode tertentu (laba/rugi). Penelitian di USA, Inggris dan NZ (Harahap, 1996) menunjukkan bahwa laporan
keuangan merupakan sumber informasi pertama dalam keputusan investasi, memprediksi potensi arus kas yang akan
diterima dan dikaitkan dengan ketidakpastian, menilai kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba, menilai
kemampuan manajemen dalam mencapai tujuan utama perusahaan, dan yang terakhir memberikan informasi yang
aktual dan interpretatif tentang transaksi dan kejadian lainnya. Untuk mencapai tujuan akuntansi dan laporan
keuangan tersebut, perlu diketahui perbedaan antara postulat, konsep, prinsip, dan standar (tekhnik) akuntansi.

Postulat merupakan asumsi dasar yang terkait dengan lingkungan bisnis tempat akuntansi beroperasi. Konsep
akuntansi, yaitu pernyataan yang dapat membuktikan kebenaran atau aksioma yang sudah diterima umum karena
sesuai dengan tujuan laporan keuangan. Prinsip merupakan pendekatan umum yang digunakan dalam pengakuan dan
pengukuran kejadian akuntansi. Sedangkan standart (tekhnik) akuntansi merupakan peraturan khusus yang berisikan
tentang bagaimana standart perlakuan pencatatan dan pelaporan terhadap semua transaksi yang di alami suatu
entitas (Harahap, 2001).

Indonesia adalah salah satu negara berkembang. Masalah umum yang sering dihadapi negara berkembang adalah
tingginya tingkat inflasi. Sejak krisis moneter tahun 1998, harga-harga di pasaran cenderung naik. Tahun 2007 saja
tingkat inflasi di Indonesia adalah 6,59 persen. Hal ini bisa diartikan bahwa aktiva yang dimiliki harganya akan
berkurang sebesar 6.59 persen sedangkan pendapatan dinilai terlalu tinggi sebesar angka yang sama.

Banyak study mengenai inflasi di negara-negara berkembang, menunjukan bahwa inflasi bukan semata-mata
merupakan fenomena moneter, tetapi juga merupakan fenomena struktural atau cost push inflation. Hal ini
disebabkan karena struktur ekonomi negara-negara berkembang pada umumnya yang masih bercorak agraris.
Sehingga, goncangan ekonomi yang bersumber dari dalam negeri, misalnya gagal panen (akibat faktor eksternal
pergantian musim yang terlalu cepat, bencana alam, dan sebagainya), atau hal-hal yang memiliki kaitan dengan
hubungan luar negeri, misalnya memburuknya term of trade; utang luar negeri; dan kurs valuta asing, dapat
menimbulkan fluktuasi harga di pasar domestik.

Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus
(kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi
masyarakat yang meningkat atau adanya ketidak lancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan
proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-
rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi
dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-mempengaruhi.
Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai
penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan
adalah CPI dan GDP Deflator.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Inflasi

Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan
mekanisme pasar dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat atau
adanya ketidak lancaran distribusi barang.[1] Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata
uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya,
tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi dianggap terjadi jika proses kenaikan
harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-mempengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk
mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada
banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator.

2.1.1 Penyebab Inflasi

Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan atau desakan biaya produksi. Inflasi tarikan
permintaan (demand pull inflation) terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan sehingga terjadi
perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya
permintaan terhadap faktor-faktor produksi. Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian
menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan
total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment.

Inflasi desakan biaya (cost push inflation) terjadi akibat meningkatnya biaya produksi (input) sehingga
mengakibatkan harga produk-produk (output) yang dihasilkan ikut naik. Meningkatnya biaya produksi dapat
disebabkan 2 hal,yaitu kenaikan harga,misalnya bahan baku dan kenaikan upah/gaji, misalnya kenaikan gaji PNS
akan mengakibatkan usaha-usaha swasta menaikkan harga barang-barang.

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya inflasi adalah sebagai berikut:

 Tingkat pengeluaran agregat yang melebihi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan barang dan jasa
 Tuntutan kenaikan upah dari pekerja.
 Kenaikan harga barang impor
 Penambahan penawaran uang dengan cara mencetak uang baru
o Kekacauan politik dan ekonomi seperti yang pernah terjadi di Indonesia tahun 1998. akibatnya
angka inflasi mencapai 70%.

2.1.2 Penggolongan Inflasi

Berdasarkan asalnya, inflasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu inflasi yang berasal dari dalam negeri dan inflasi
yang berasal dari luar negeri. Inflasi berasal dari dalam negeri misalnya terjadi akibat terjadinya defisit anggaran
belanja yang dibiayai dengan cara mencetak uang baru dan gagalnya pasaryang berakibat harga bahan makanan
menjadi mahal. Sementara itu, inflasi dari luar negeri adalah inflasi yang terjadi sebagai akibat naiknya harga
barang impor. Hal ini bisa terjadi akibat biaya produksi barang di luar negeri tinggi atau adanya kenaikan tarif impor
barang.
Inflasi juga dapat dibagi berdasarkan besarnya cakupan pengaruh terhadap harga. Jika kenaikan harga yang terjadi
hanya berkaitan dengan satu atau dua barang tertentu, inflasi itu disebut inflasi tertutup (Closed Inflation). Namun,
apabila kenaikan harga terjadi pada semua barang secara umum, maka inflasi itu disebut sebagai inflasi terbuka
(Open Inflation). Sedangkan apabila serangan inflasi demikian hebatnya sehingga setiap saat harga-harga terus
berubah dan meningkat sehingga orang tidak dapat menahan uang lebih lama disebabkan nilai uang terus merosot
disebut inflasi yang tidak terkendali (Hiperinflasi).

Berdasarkan keparahannya inflasi juga dapat dibedakan :

1. Inflasi ringan (kurang dari 10% / tahun)


2. Inflasi sedang (antara 10% sampai 30% / tahun)
3. Inflasi berat (antara 30% sampai 100% / tahun)
4. Hiperinflasi (lebih dari 100% / tahun)

2.1.3 Mengukur inflasi

Inflasi diukur dengan menghitung perubahan tingkat persentase perubahan sebuah indeks harga. Indeks harga
tersebut di antaranya:

 Indeks harga konsumen (IHK) atau consumer price index (CPI), adalah indeks yang mengukur harga rata-rata
dari barang tertentu yang dibeli oleh konsumen.
 Indeks biaya hidup atau cost-of-living index (COLI).
 Indeks harga produsen adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang-barang yang dibutuhkan
produsen untuk melakukan proses produksi. IHP sering digunakan untuk meramalkan tingkat IHK di masa
depan karena perubahan harga bahan baku meningkatkan biaya produksi, yang kemudian akan
meningkatkan harga barang-barang konsumsi.
 Indeks harga komoditas adalah indeks yang mengukur harga dari komoditas-komoditas tertentu.
 Indeks harga barang-barang modal
 Deflator PDB menunjukkan besarnya perubahan harga dari semua barang baru, barang produksi lokal,
barang jadi, dan jasa.

2.1.4 Dampak Inflasi

Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif- tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan,
justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan
pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya,
dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian
menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau
mengadakan investasidan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti
pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga
sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.

Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan. Kita ambil contoh seorang pensiunan
pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun
di tahun 2003 -atau tiga belas tahun kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya,
uang pensiunnya tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya, orang yang mengandalkan
pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti misalnya pengusaha, tidak dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga
halnya dengan pegawai yang bekerja di perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi.
Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang semakin menurun. Memang,
tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila orang
enggan menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang. Karena, untuk berkembang dunia usaha
membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat.

Bagi orang yang meminjam uang kepada bank (debitur), inflasi menguntungkan, karena pada saat
pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam.
Sebaliknya, kredituratau pihak yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian
lebih rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman.

Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya
produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada
pengusaha besar). Namun, bila inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan
produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya untuk
sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut
(biasanya terjadi pada pengusaha kecil).

Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga,
mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan
ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.

2.2 Perubahan dari Konsep Stable Monetary Unit

Stable Monetary Unit merupakan salah satu prinsip dasar akuntansi yang menyatakan bahwa kesatuan moneter itu
dianggap stabil. Nilai uang yang ditetapkan dari pos-pos laporan keuangan, misalnya kas, piutang, hutang atau
kewajiban lainnya. Pos ini memiliki angka dan jumlah nilai uangnya yang tetap itulah yang akan ditagih, dibayar
dimasa yang akan datang tanpa ada perubahan (Harahap,2001). Padahal dimana saja didunia ini kita tidak pernah
mendengar ada valuta yang memiliki nilai yang stabil. Ada yang mengalami apresiasi dimana nilai tukarnya atau daya
belinya naik (deflasi) dan yang paling umum nilai tukar atau daya belinya justru menurun (inflasi). Di Indonesia pada
tahun 1965 tertinggi sampai 650 %, pada tahun 1999 saja tingkat inflasi di Indonesia mencapai 9,35%. Ini menunjukkan
bahwa prinsip Stable Monetary Unit hanya dalam asumsi tidak pernah ditemukan dalam kenyataan. Prinssip ini
adalah untuk memudahkan perumusan teori dan asumsi akuntansi keuangan.

Permasalahan diatas memunculkan sebuah kritik yang menyatakan informasi yang disajikan laporan keuangan pada
masa inflasi justru sia-sia karena nilai-nilai yang terdapat didalamnya tidak relevan dan tidak sesuai dengan
kenyataan. Dari permasalahan tersebut muncul usulan yang moderat yang artinya kita masih bisa
menggunakan historical cost accounting, tetapi harus dibuat informasi atau laporan suplemen yang memuat dampak
inflasi itu terhadap laporan keuangan, selain itu terdapat usulan lain yaitu menggunakan akuntansi inflasi.

Akuntansi inflasi ini berupaya untuk menyusun laporan keuangan yang memuat dampak dari inflasi atau penurunan
nilai beli uang itu pada laporan keuangan sehingga laporan. keuangan menunjukkan satuan mata uang pada tingkat
harga yang berlaku saat itu bukan lagi harga historis.

2.3 Akuntansi Inflasi

Metode yang digunakan dalam akuntansi inflasi ini sama dengan metode penentuan laba. Penekanan penentuan laba
adalah pada nilai laba yang lebih relavan yang digambarkan oleh laporan keuangan, sedangkan inflasi nilai semua
item yang terdapat dalam laporan keuangan. Untuk menyusun laporan keuangan pada masa inflasi agar lebih relevan
dapat digunakan beberapa metode, yaitu :

1. General Price Level

Dalam metode General Price Level misalnya metode historical cost disesuaikan dengan perubahan tingkat harga
sehingga pada masa inflasi GPL ini lebih besar daripada nilai historical cost.

Keuntungan GPL adalah sebagai berikut :

 Dapat menjelaskan pengaruh inflasi pada perusahaan


 Dapat meningkatkan kegunaan perbandingan laporan antar periode
o Membantu pemakai laporan menilai arus kas dimasa yang akan datang secara lebih baik
o Memperbaiki tingkat kepercayaan rasio laporan keuangan yang dihitung dari angka-angka laporan
keuangan yang sudah disesuaikan.

Kelemahan GPL adalah sebagai berikut :

 Inflasi itu terjadi pada barang yang berbeda dan perusahaan yang berbeda jadi tidak bisa disamaratakan
 GPL tidak bermakna bagi perusahaan
 Angka yang disesuaikan tidak menggambarkan arus kas
 Rasio itu adalah indikator mentah

1. Current Cost Accounting

Menurut Edgar Edwards dan Philips Bell (1961) merupakan tokoh yang paling gencar konsep CCA ini. Menurut merka
yang dibutuhkan oleh manajer adalah bagaimana mereka mengalokasikan sumber-sumber ekonomi yang ada. Berikut
ini adalah beberapa bentuk current cost :

 Replacement cost adalah nilai yang diukur saat ini (current cost) untuk mendapatkan aktiva baru atau
menggantinya dengan kapasitas produksinya yang sama. Dalam praktik nilai ganti ini hanya diterapkan pada
aktiva nonmoneter, sepertinya persediaan, aktiva tetap. Aktiva tetap disajiakan menurut nilai gantinya,
nilai bersih setelah digambarkan nilai yang sudah dipakai. Penyusutan dihitung berdasarkan pada nilai ganti
itu. Pada masa inflasi sering terjadi backlog depreciation atau penyusutan yang bersaldo negatif. Dalam
penyajiannya hutang ini harus disajikan nilai diskontonya. Pada masa inflasi nilai dari replacement value ini
lebih besar dari general price level.

Metode ini dikritik dalam hal :

 Subjektivitas penilaian atau taksiran harganya sehingga angka-angka yang timbul tidak didasarkan pada
transaksi yang sebenarnya.
 Dalam hal harga suatu aktiva menurun maka penurunan itu akan menimbulkan pembebanan ke laba rugi
(misalnya penyusutan dan harga pokok produksi) lebih rendah dari beban pada historical cost. Akhirnya
income akan lebih tinggi dari historical cost.
 Perubahan harga umum tidak tergambar dalam metode replacement cost ini, karena hanya untuk aktiva
tertentu. Oleh karenanya metode replacement cost ini dianggap bukan merupakan metode akuntansi inflasi
 Sukar melakukan perbandingan antar perusahaan yang saling berbeda.

Walaupun ada kritik ini, sebagai pihak menganggap bahwa metode ini paling mudah diterapkan dalam akuntansi
inflasi.
 Reproduction cost adalah istilah lain yang hampir sama dengan replacement cost ini. Disini harga itu diukur
berdasarkan harga sekarang jika aktiva itu dibuat atau diduplikasi seperti barang yang dimiliki itu tanpa
melihat perubahan teknologi yang mungkin mempengaruhi aktiva yang dibuat itu.
 Net Realizable Value

Harga pasar sekarang adalah harga atau kas yang di peroleh jika suatu aktiva dijual sekarang. Namun, harga ini
didasarkan pada prinsip likuidasi bukan prinsip going concern sehingga menyalahi prinsip akuntansi. Salah satu
metode current market value ini adalah net realizable value.

NRV merupakan harga jual dikurangi taksiran biaya penjulan. Pada masa inflasi nilai dari net relizable value ini lebih
besar dari replacement cost karena manajemen tidak mungkin menjual barangnya tanpa mengharapkan laba marjin
general price level. Penyusutan dalam metode ini dihitung berdasarkan perbedaan antara harga jual aktiva itu pada
awal dibandingkan dengan pada akhir periode.

 Selling Price

Di sini nilai yang dipakai adalah harga jual tanpa dikurangi biaya penjualan sehingga laporan keuangan yang disusun
menurut selling price ini akan lebih besar daripada net realizable value dan metode lain yang disebut sebelumnya.

 Expected value

Metode ini sangat tergantung pada pengharapan seseorang jadi bisa lebih besar atau lebih kecil dibanding dengan
metode lain karena expected value ini merupakan gambaran dari present value kas di masa yang akan datang.

2.4 Monetary Non-Monetary Items

Monetary Item adalah aktiva atau kewajiban yang dinilai atau disajikan dalam unit uang yang tetap misalnya kas,
piutang, hutang atau kewajiban lainnya yang angka dan jumlah nilai uangnya yang tetap itulah yang akan ditagih,
dibayar di masa yang akan datang tanpa ada perubahan. Nilai ini adalah nilai historis dan nanti nilai net realizable
value-nyalah yang akan direalisasi. Karena nilainya itu juga menggambarkan nilai sekarang (current value) untuk
aktiva jenis ini tidak perlu disesuaikan kecuali untuk mengetahui present value dari nilai yang diharapkan ditagih
(expected value) di masa yang akan datang.

Non-monetary items adalah nilai dimana jumlah uangnya tidak ditetapkan menurut kontrak perjanjian. Dalam
metode historical cost ini digambarkan sebagai old cost bukan nilai sekarang. Dalam metode current value harga
baru itu yang dicoba digambarkan dengan harga sekarang.

2.5 Model Akuntansi

Ada tiga model akuntansi yang berbeda, yaitu :

1. Historical Cost Accounting


2. Replacement Cost Accounting
3. Net Realizable Value Accounting

2.5.1 Atribut yang Akan Dinilai

Atribut yang dinilai untuk masing-masing model akuntansi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
 Dalam model Historical Cost Accounting, Atribut yang dinilai adalah jumlah uang atau kas atau sejenisnya
yang dibayar untuk mendapatkan aktiva atau membayar sejumlah hutang yang dibebankan dalam unit uang
yang timbul dari perolehan aktiva itu.
 Dalam model Replacement Cost Accounting, atribut yang dibayar adalah uang kas atau sejenisnya yang akan
dibayar untuk memperoleh aktiva yang sama dan sejenis saat sekarang atau jumlah hutang yang akan
dibebankan untuk memperolah aktiva tersebut.
 Dalam model Net Realizable, atribut yang dinilai adalah jumlah uang kas atau sejinsnya yang akan diperoleh
dengan menjual aktiva sekarang atau jumlah uang yang harus dibayar untuk menebus kewajiban itu
sekarang.
 Dalam model Present Value atau Capitalized Value, atribut yang dinilai adalah arus kas masuk bersih yang
diharapkan akan diterima dari penggunaan aktiva atau arus kas keluar net yang diharapkan akan dibayar
untuk membayar kembali hutang.

Atribut itu dapat kita golongkan dalam tiga cara sebagai berikut :

 Fokus penilaian dapat berupa masa lalu (historical cost), masa kini (replacement cost dan net realizable
value), dan masa yang akan datang (present value).
 Jenis transaksi : historical cost dan replacement cost merupakan transaksi perolehan atau pembebanan
hutang, net realizable value dan present value menyangkut penjualan aset dan pembayaran hutang.
 Sifat kejadian awalnya : historical cost didasarkan pada kejadian yang sebenarnya, present value
berdasarkan kejadian yang diharapkan, dan replacement cost dan net realizable value didasarkan pada
kejadian yang sifatnya hipotesis (anggapan).

2.5.2 Unit Measure

Ada dua jenis unit ukuran yang dipakai, yaitu sebagai berikut :

 Unit Moneter (Uang)

Dalam model ini yang menjadi unit pengukuran adalah unit uang.

 Unit Daya Beli (Purchasing Power)

Dalam model ini yang menjadi alat ukur adalah daya beli uangnya yang tentu berbeda apabila waktunya berbeda.

2.6 Penilaian dan Perbandingan terhadap Model Akuntansi

Dalam menilai dan membandingkan model penilaian akuntansi tersebut, model Present Value sengaja tidak diikutkan
karena beberapa kelemahan sebagai berikut.

1. Sukarnya menaksir penerimaan kas di masa yang akan datang.


2. Pemilihan tingkat diskonto yang sangat bervariasi
3. Alokasi arbitrer dari taksoran arus kas dalam menilai aset
4. Alokasi arbitrer dan taksiran arus kas dari masing-masing aktiva secara individual

Dalam menilai dan membandingkan model-model ini maka yang menjadi dasar penilaian adalah.

1. Kesalahan yang timbul akibat masalah waktu (timing error)

Timing error timbul akibat perubahan nilai yang terjadi dalam suatu periode tertentu, tetapi dicatat,
diperhitungkan, dan dilaporkan pada periode yang lain.
1. Kesalahan akibat alat ukur ( measuring unit errors)

Kesalahan akibat alat ukur ini terjadi apabila laporan keuangan tidak disajikan dengan menggunakan dan
mempertimbangkan tenaga beli dari mata uang tersebut.

1. Kesulitan dalam penafsiran (interpretability)

Laporan keuangan harus dipahami tanpa salah pengertian. Dalam menafsirkan laporan keuangan kita harus
memahami masalah pengertian dan penggunaanya. Dengan perkataan lain, agar model akuntansi dapat dipahami
maka kita harus menggunakan rumus :

“Jika…………………, maka………………….” atau (if……….them).

Dengan rumus ini maka para pembaca lapoiran keuangan akan memahami arti serta kegunaanya. Akuntansi memiliki
alat ukur yang menghasilkan ukuran tertentu, misalnya model akuntansi yang menggunakan unit sebagai alat ukur
berarti hasilnya adalah bahwa itu dinyatakan dalam jumlah rupiah (Number of Dollars = NOD).

Demikian juga jika kita gunakan konsep Historical Cost dengan “ukuran tenaga beli umum”, akan tetap menghasilkan
jumlah rupiah (Number of Dollars). Sementara itu, apabila konsep Current Value yang diukur dengan tenaga beli
umum, akan menghasilkan ukuran barang atau Command of Goods (COG)

1. Relevansi

Informasi akuntansi harus relevan artinya harus bermanfaat bagi pemakainya khususnya untuk digunakan dalam
proses pengambilan keputusan. Namun, karena model akuntansi yang ada masih memiliki makna yang masih kabur
seperti masalah NOD dan COG tadi, sulit bagi pembaca menjadikan informasi akuntansi itu relevan tanpa menguasai
ilmu akuntansi lebih mendalam.

2.7 Ilustrasi Beberapa Alternatif Model Akuntansi

Untuk memberikan gambaranyang jelas antara beberapa alternative model akuntansi ini kita misalkan PT Sipangko
Jaya yang didirikan pada tanggal 21 Maret 2005 akan memasarkan produk baru yang disebut ESTIMA. Mdal berjumlah
Rp 30.000,-, utangnya Rp 30.000,-, dengan bunga 10 %. Pada tanggal 1 Januari PT Sipangko Jaya memulai kegiatannya
dengan membeli 6.000 unit ESTIMA dengan harga Rp 10,- per unit. Pada tanggal 1 Mei perusahaan menjual 5.000
unit dengan harga Rp 15,- per unit.

Sementara itu, perubahan tingkat harga selama tahun 2005 adalah sebagai berikut:

Januari 1 Mei 1 Desember 1


Replacement Cost 10 12 13
Net Realizable Value – 15 17
General Price Level Index 100 130 156

1. 1. Alternatif dengan Melihat Sudut “Unit of Money”

Alternatif yang kita bahas disini adalah menyangkut kesalahan yang timbul karena waktu. Untuk itu, model yang
akan kita bahas adalah:
1. Historical Cost Accounting
2. Replacement Cost Accounting
1. Net Realizable Value Accounting

Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi untuk ketiga model itu adalah sebagai berikut:

PT Sipangko Jaya

Laporan Laba Rugi

Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2005

Keterangan Historical Replacement Net Realizable

Cost Value Value

Hasil 75.000 92.000

Harga Poko Penjualan 50.000 60.000 73.000

Laba Kotor 25.000 15.000 19.000

Bunga 10% 3.000 3.000 3.000

Laba Operasi 22.000 12.000 16.000

Realisasi holding gain and loss sudah termasuk 10.000 10.000

Holding gain and loss yang tidak dihitung 3.000 3.000

Tidak direalisasi

General Price level gain tidak dihitung tidak dihitung tidak dihitung

and loss

Laba bersih 22.000 25.000 29.00

PT Sipangko Jaya

Neraca

31 Desember 2005

Keterangan Historical Reolacement Net Realizable


Cost Value Value

Harta

Kas 72.000 72.000 72.000

Persediaan 10.000 13.000 17.000

Total Harta 82.000 85.000 89.000

Utang & Modal

Kewajiban 30.000 30.000 30.000

Modal :

Modal Saham 30.000 30.000 30.000

Laba ditahan

Realisasi 22.000 22.000 22.000

Belum realisasi – 3.000 7.000

Total laba ditahan 22.000 25.000 29.000

Total Modal Setor 52.000 55.000 59.000

Total Utang & Modal 82.000 85.000 89.000

Analisis perbedaan akibat waktu

Total Laba HC RC NRV


Laba yang Kesalahan Laba yang Kesalahan Laba yang Kesalahan
dilaporkan dilaporkan dilaporkan
29.000 22.000 7.000 25.000 4.000 29.000 0

1. 2. Alternatif Dengan Menggunakan Model Akuntansi yang Diukur Dengan Unit Tenaga Beli Umum

Dalam model ini yang kita bahas adalah:

1. General Price Level Adjusted Historical Accounting


2. General Price Level Adjusted Replacement Cost Accounting
3. General Price Level Adjusted Net Realizable Value Accounting
PT Sipangko Jaya

Laporan Laba Rugi

Untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2005

Keterangan GPLA GPLA GPLA

HC RC NRVA
Hasil 90.000 90.000 107.000

Harga Pokok Penjualan 78.000 72.000 85.000


Laba Kotor 12.000 18.000 22.000

Bunga 10% 3.000 3.000 3.000


Laba Operasi 9.000 15.000 19.000

Real Realized Holding Gain and Loss termasuk (6.000) (6.000)

Real Unrealized Holding Gain and Loss tidak dihitung (2.600) (2.600)

General Price Level Gain and Loss 1.800 1.800 1.800


Laba Bersih 10.800 8.200 12.200

PT Sipangko Jaya

Neraca Menurut General Price Level

Per 31 desember 2005

Keterangan GPL GPL GPL

HC RC NRVA
Aktiva: 72.000 72.000 72.000

Kas 15.600 13.000 17.000

Persediaan
Total Aktiva 87.600 85.000 89.000
30.000 30.000 30.000
Pasiva:
46.800 46.800 46.800
Obligasi 9.000 9.000 9.000

Modal (0) (2.600) 1.400

Laba Ditahan: 1.800 1.800 1.800

Realized

Unrealized

Laba/Rugi GPL
Total Pasiva 87.600 85.000 89.000

Perhitungan Laba/Rugi General Price Level

Keterangan Belum Faktur Setelah

Di Adjust Konversi di Adjust


Net Monetary Asset

Tanggal 1 Januari 2005: 30.000 156/100 46.800

Ditambah:

Monetary Receipts 75.000 156/30 90.000

105.000 136.800

Dikurangi:

Monetary Payments 60.000 156/100 93.600

Bunga (10%) 3.000 156/156 3.000

63.000 96.600

Net 42.000 40.200

Net Monetary Asset 31-12-2005 40.200

Actual Monetary Asset per 31-12-2005 42.000

Laba Akibat General Price Level 1.800


Analisis Tipe Kesalahan Masing-masing Model

No Accounting Model Timing error Measureng- Interpretation Relevance


Operating Holding Unit Error NOD COG
Profit Gains
(Number of (Command of
dollars) Goods)
1 Historical-cost accounting Ya Ya Ya Ya Tidak Tidak
2 Replacement-cost Ya Hilang Ya Ya Ya Ya

Laba Rugi Harta Harta


3 Net-realizable-value accounting Hilang Hilang Ya Ya Ya Aktiva
Moneter
Laba Rugi Aktiva Moneter dan
dan Utang Utang
4 General price-level-adjusted Ya Ya Hilang Ya Ya Ya
historical cost accounting
5 General Price-level-adjusted Ya Hilang Hilang Hilang Ya Ya
replacement-cost accounting
6 General Price-level-adjusted net- Hilang Hilang Hilang Hilang Ya
realizable-value accounting
1. Apa ringkasan/ abstrak penelitian tersebut ?
2. Apa tujuan penelitian tersebut ?
3. Jelaskan fenomena penelitian itu ?
4. Dimana penelitian perusahaan dan tahun berapa ?
5. Variable yang di teliti apa dan bagaimana mengukur variable tersebut ?
6. Bagaimana kesimpulan penelitian ?
7. Apa saran dari penelitian ini ?

Jawaban:

1. Akuntansi keuangan merupakan media informasi yang disusun oleh manajemen selaku pengelola bisnis untuk
kepentingan publik khususnya investor dan kreditor. Informasi akuntansi terjadi pada keuangan perusahaan
yang memberikan gambaran mengenai kondisi keuangan perusahaan pada saat tertentu (neraca) serta hasil
usahanya pada periode tertentu (laba/rugi). Penelitian di USA, Inggris dan NZ (Harahap, 1996) menunjukkan
bahwa laporan keuangan merupakan sumber informasi pertama dalam keputusan investasi, memprediksi
potensi arus kas yang akan diterima dan dikaitkan dengan ketidakpastian, menilai kemampuan perusahaan
untuk mendapatkan laba, menilai kemampuan manajemen dalam mencapai tujuan utama perusahaan, dan
yang terakhir memberikan informasi yang aktual dan interpretatif tentang transaksi dan kejadian lainnya.
Untuk mencapai tujuan akuntansi dan laporan keuangan tersebut, perlu diketahui perbedaan antara
postulat, konsep, prinsip, dan standar (tekhnik) akuntansi.

2. Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan atau desakan biaya produksi. Inflasi tarikan
permintaan (demand pull inflation) terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan sehingga terjadi
perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan
bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi. Meningkatnya permintaan terhadap faktor
produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu
kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment.
Inflasi desakan biaya (cost push inflation) terjadi akibat meningkatnya biaya produksi (input) sehingga
mengakibatkan harga produk-produk (output) yang dihasilkan ikut naik. Meningkatnya biaya produksi dapat
disebabkan 2 hal,yaitu kenaikan harga,misalnya bahan baku dan kenaikan upah/gaji, misalnya kenaikan gaji
PNS akan mengakibatkan usaha-usaha swasta menaikkan harga barang-barang.

3. Fenomena penelititan :
 Tingkat pengeluaran agregat yang melebihi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan barang
dan jasa
 Tuntutan kenaikan upah dari pekerja.
 Kenaikan harga barang impor
 Penambahan penawaran uang dengan cara mencetak uang baru
 Kekacauan politik dan ekonomi seperti yang pernah terjadi di Indonesia tahun 1998. akibatnya
angka inflasi mencapai 70%.
4. Di Indonesia tahun 2007

5. Inflasi diukur dengan menghitung perubahan tingkat persentase perubahan sebuah indeks harga. Indeks
harga tersebut di antaranya:
 Indeks harga konsumen (IHK) atau consumer price index (CPI), adalah indeks yang mengukur harga
rata-rata dari barang tertentu yang dibeli oleh konsumen.
 Indeks biaya hidup atau cost-of-living index (COLI).
 Indeks harga produsen adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang-barang yang
dibutuhkan produsen untuk melakukan proses produksi. IHP sering digunakan untuk meramalkan
tingkat IHK di masa depan karena perubahan harga bahan baku meningkatkan biaya produksi, yang
kemudian akan meningkatkan harga barang-barang konsumsi.
 Indeks harga komoditas adalah indeks yang mengukur harga dari komoditas-komoditas tertentu.
 Indeks harga barang-barang modal
 Deflator PDB menunjukkan besarnya perubahan harga dari semua barang baru, barang produksi
lokal, barang jadi, dan jasa.

6. Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa pada masa inflasi, laporan keuangan GPLA lebih informatif
dibanding historical cost, namun material atau tidaknya perbedaan yang ditimbulkan GPLA tergantung
pengaruhnya terhadap perusahaan tersebut, sehingga GPLA bukan dimaksudkan untuk mengganti laporan
keuangan historical cost, tetapi hanya sebagai supplement report untuk digunakan sebagai informasi
tambahan dalam pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang membutuhkan informasi laporan keuangan
sehingga tujuan dari pelaporan akuntansi terpenuhi. Hal ini didasari oleh pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan di Indonesia bahwa informasi tambahan antara lain mengenai pengungkapan pengaruh perubahan
harga bersifat tidak mengikat.

7. Adapun saran atau rekomendasi yang dapat penulis berikan terkait dengan pengembangan studi teori
akuntansi adalah diharapkan kita memahami lebih dalam tentang teori-teori akuntansi yang ada dan bisa
mengimplementasikan ke dunia bisnis. Namun keberadaan makalah ini diharapkan dapat menjadi referensi
positif baik bagi mahasiswa untuk lebih memahami materi mata kuliah teori akuntansi ini.

AKUNTANSI SDM
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Asset yang paling berharga dalam perusahaan adalah Sumber Daya Manusia (SDM) khususnya intellectual

capital-nya. Karena kalau kita perhatikan dalam perusahaan mulai dari perkiraan kas, aktiva tetap, aktiva berwujud

sampai kepada aktiva tidak berwujud nonmanusia, kesemuanya dikendalikan oleh manusia. Tanpa adanya manusia

maka sumber daya perusahaan tidak dapat dijalankan dan tidak mungkin akan menghasilkan laba atau menambah

nilainya sendiri.

Perkembangan akuntansi saat ini telah mengalami kemajuan yang cukup pesat, saat ini akuntansi dituntut

untuk lebih memberikan kontribusi yang positif terhadap para pemakai dan penggunanya. Pihak-pihak yang

berkepentingan diantaranya adalah investor dan kreditor yang menggunakan akuntansi sebagai sumber informasi

utama untuk pengambilan keputusan mereka. Karena itu, agar kepentingan mereka bisa terpenuhi, informasi yang

disajikan dalam laporan keuangan harus mencakup penjabaran yang lengkap. Asset merupakan salah satu elemen

dalam laporan keuangan tepatnya neraca. Dalam kerangka konseptualnya, IASB mendefinisikan mengenai asset yaitu

asset is a resource controlled by the entity as a result of past events and from which future economic benefits are

expected to flow to the entity.

Sumber daya manusia (Human Resource) merupakan asset penting yang harus dimiliki dan diperhatikan oleh

manajemen. Human Resource adalah elemen yang pasti ada dalam suatu organisasi. Perusahaan tidak dapat

memaksimalkan produktifitas dan laba tanpa adanya sumber daya manusia yang kompeten dan berdedikasi terhadap

tujuan perusahaan. Adanya gagasan baru di bidang akuntansi yaitu Human Resource Accounting (HRA) yang

dicetuskan oleh Likert (1967) bahwa keputusan yang diambil oleh investor dan kreditor kadang-kadang keliru sebab

mengabaikan salah satu faktor yang penting yaitu sumber daya manusia.

Saat ini, informasi akuntansi konvensional belum mengungkapkan sumber daya manusia. Tujuan menyajikan

sumber daya manusia adalah untuk mengindentifikasi perubahan nilai sumber daya manusia dengan demikian dapat

diketahui sumber daya manusia di perusahaan itu mengalami peningkatan atau penurunan nilai pada periode tertentu.

Dari uraian diatas, penting untuk mengukur dan menyajikan human resources dalam stetement keuangan.

Teori elemen statemen keuangan tidak terbatas pada penalaran tentang pendefinisian tetapi meliputi pula penalaran
tentang pengukuran, penilaian, pengakuan, penyajian, dan pengungkapan. Dalam lingkup perusahaan, akuntansi dapat

didefinisikan sebagai proses pengindentifikasian, pengukuran, dan penyajian suatu objek pelaporan keuangan dengan

cara tertentu untuk menyediakan informasi relevan kepada pihak yang berkepentingan sebagai dasar dalam

pengambilan keputusan ekonomi. Sehingga, pengukuran diperlukan untuk menyajikan atau memberikan informasi

kepada pihak yang berkepentingan.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka permasalahan yang akan dibahas dapat diidentifikasi sebagai

berikut :

1. Apakah Sumber Daya Manusia itu ?

2. Apakah Akuntansi Sumber Daya Manusia itu?

3. Bagaimana pengukuran sumber daya manusia sebagai asset perusahaan?

4. Bagaimana Akuntansi Sumber Daya Manusia itu disajikan dalam laporan keuangan?

C. TUJUAN DAN MANFAAT PAPER

1. Tujuan Paper

Adapun tujuan berdasarkan identifikasi masalah diatas dapat diungkapakan sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui mengenai arti pentingnya Sumber Daya Manusia

b. Untuk mengetahui arti Akuntansi Sumber Daya Manusia.

c. Untuk mengetahui pengukuran sumber daya manusia sebagai asset dalam perusahaan

d. Untuk mengetahui penyajian Akuntansi Sumber Daya Manusia dalam laporan keuangan.

2. Manfaat Paper

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari paper ini antara lain :

a. Bagi penulis, untuk memenuhi salah satu syarat untuk tugas mata kuliah teori Akuntansi di Sekolah

Tinggi Ilmu Ekonomi ( STIE ) Sultan Agung Kota Pematangsiantar.


b. Bagi pembaca, sebagai bahan masukan bagi pembaca yang berniat membahas masalah mengenai

akuntansi Sumber Daya Manusia.

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN SUMBER DAYA MANUSIA

Perencanaan Sumber Daya Manusia akan dapat dilakukan dengan baik dan benar apabila kita mengetahui

apa dan bagaimana sumber daya manusia itu. Sumber Daya Manusia merupakan kemampuan yang dimiliki oleh

seorang manusia. Sumber daya manusia terdiri dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki seorang manusia. Sumber

daya manusia menjadi unsur pertama dan utama dalam setiap aktivitas perusahaan yang dilakukan.

I. Daya Pikir

Daya Pikir adalah kecerdasan yang dibawa sejak lahir (modal dasar), sedangkan kecakapan diperoleh dari

suatu usaha yang dilakukannya baik melalui suatu pembelajaran maupun pelatihan.

Intelegence Quotient (IQ) merupakan tolak ukur kecerdasan. Sedangkan Emotion Quality (EQ) adalah

kemampuan manusia untuk mengendalikan emosi dan bersosialisasi (bermasyarakat). Apabila IQ didukung

EQ maka realisasi pendapat-pendapatnya akan disambut baik dan antusias oleh berbagai pihak baik dalam

perusahaan maupun diluar perusahaan.

Fisis rasa dan fisis pikir selalu terdapat dalam diri setiap individu. Fisis dapat diartikan sebagai cara seseorang

dalam menilai lingkungannya (bawahannya).

Menurut arah perhatiannya, manusia dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu :

1. Tipe Introverse, yaitu jika perhatiannya diarahkan ke dalam dirinya sendiri. Orangnya

disebut introvert dengan ciri-cirinya, egoistis, senang menyendiri, pendiam, kurang bergaul dan selalu

mengutamakan kepentingan pribadinya diatas kepentingan umum.

2. Tipe Extroverse, yaitu jika perhatiannya terutama ditujukkan ke sekelilingnya. Orang tipe ini

disebut extrovert yang ciri-cirinya, berhati terbuka, gembira, ramah-tamah dalam pergaulan, sosial dan

menempatkan kepentingan umum diatas kepentingan pribadinya.

3. Tipe Ambriverse, yaitu orang-orang yang berada diantara extrovert dan introvert.
II. Daya Fisik

Dimaksudkan sebagai kekuatan dan ketahanan seseorang untuk melakukan pekerjaan yang

berat dan bekerjanya lama, maupun ketahanan dalam menghadapi serangan berbagai macam penyakit.

Kualitas Sumber Daya Manusia harus ditingkatkan supaya produktivitas kerjanya meningkat

sehingga kehidupan sejahteranya tercapai. Hidup sejahtera diartikan secara relatif dapat memenuhi

kebutuhan-kebutuhannya dan merasa aman dalam menikmatinya.

III. Pendekatan Sumber Daya Manusia

a. Pendekatan Mikro

Pendekatan Mikro diartikan yaitu sumber daya manusia dianalisis dan dikaji dari ruang lingkup yang lebih

sempit dalam perusahaan. Masalah-masalah pokok yang dianalisis dan dikaji pada pendekatan mokri yaitu :

1. Hubungan dan peranan tenaga kerja dalam perusahaan.

2. Fungsi-fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia dalam perusahaan.

3. SDM dipelajari dari sudut kepentingan perusahaan dan karyawan.

4. SDM dipelajari dari produktivitas dan kesejahteraan karyawan.

5. SDM dikaji dari peraturan-peraturan perburuhan pemerintah.

b. Pendekatan Makro

Pendekatan makro atau Ekonomi SDM, dimana SDM dikaji dan dianalisis secara luas dan menyeluruh baik

secara nasional maupun secara internasional. Hal-hal pokok yang dikaji dan dianalisis pada pendekatan

makro diantaranya :

1. Kualitas dan kuantitas SDM yang tersedia.

2. Perbandingan SDM dengan lapangan kerja yang ada.

3. Susunan umur dan tingkat pendidikan SDM.

4. Tingkat pertambahan penduduk dan penyebarannya.

5. Latar belakang kultur, budaya dan agama SDM.

6. Tingkat produktivitas SDM.

7. Pendidikan dan kesehatan SDM.

8. Disiplin dan Loyalitas SDM.


Perkembangan pendekatan SDM dipengaruhi oleh kemajuan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan hak asasi manusia.

Sumner daya manusia adalah totalitas terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang bersumber dari manusia.

B. PENGERTIAN AKUNTANSI SUMBER DAYA MANUSIA (HUMAN RESOURCE

ACCOUNTING)

Human Resource Accounting (HRA) adalah pencatatan manajemen dan pelaporan personnel cost

(Cashin dan Polimeni, 1981). Sedangkan menurut Accounting Association Committee In Human Resource

Accounting, HRA adalah proses pengindentifikasian dan pengukuran data mengenai sumber daya manusia dan

pengkomunikasian informasi ini terhadap pihak-pihak yang berkepentingan.

Dari definisi ini terkandung tiga pengertian HRA, yaitu:

1. Identifikasi nilai-nilai sumber daya manusia

2. Pengukuran cost dan nilai bagi organisasi itu

3. Penyelidikan mengenai dampak kognitif dalam perilaku sebagai akibat dari

informasi itu.

Menurut Flamholtz (1968), HRA itu berarti akuntansi untuk manusia sebagai suatu organisasi. Hal

ini menyangkut biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk merekrut, memilih, memperkerjakan, melatih dan

mengembangkan aset SDM, serta berhubungan dengan pengukuran nilai ekonomis dari pekerja atau pegawai suatu

organisasi atau perusahaan.

C. INFORMASI YANG DISAJIKAN AKUNTANSI

Adanya gagasan baru di bidang akuntansi yaitu Human Resource Accounting (HRA) yang

dicetuskan oleh Likert bahwa keputusan yang diambil oleh investor dan kreditor kadang-kadang keliru sebab

mengabaikan salah satu faktor yang penting yaitu sumber daya manusia. Informasi akuntansi konvensional belum

mengungkapkan sumber daya manusia. Tujuan menyajikan sumber daya manusia adalah untuk mengindentifikasi

perubahan nilai sumber daya manusia, dengan demikian dapat diketahui sumber daya manusia di perusahaan itu

mengalami peningkatan atau penurunan nilai pada periode tertentu.


Pengeluaran yang berkaitan dengan sumber daya manusia lebih tepat dianggap sebagai investasi

SDM. Sebab pengeluaran terdiri dari cost untuk menarik, memilih, melatih, mengembangkan dan mendayagunakan

sumber daya manusia merupakan pengeluaran untuk pembentukan human capital. Pengeluran tersebut seharusnya

dikapitalisasi agar manfaatnya dapat diukur. Data yang diukur dan dicatat, dan dilaporkan adalah data mengenai

pengeluaran untuk sumber daya manusia dalam organisasi. Serta mengukur hasil yang diharapkan diperoleh pada

masa mendatang dari berbagai investasi.

Tiga hal penting yang terdapat pada akuntansi sumber daya manusia, yaitu:

1. Mengkapitalisasi biaya sumber daya manusia secara konseptual lebih dibenarkan daripada

menganggapnya sebagai beban.

2. Informasi sumber daya manusia memungkinkan lebih relevannya keputusan yang diambil pihak intern

atau ekstern perusahaan.

3. Manusia merupakan sumber daya yang bernilai dan merupakan bagian integral dari sumber daya

perusahaan.

D. SEJARAH PERKEMBANGAN AKUNTANSI SUMBER DAYA MANUSIA

Akuntansi sumber daya manusia atau HRA merupakan cabang baru dari akuntansi manajerial atau

akuntansi biaya, hal ini ditekankan pada penerapan konsep dan prosedur akuntansi untuk personnel (Cashin dan

Polimeni, 1981). Publikasi yang dilakukan oleh perusahaan dan adanya iklan melalui media televisi sering menyatakan

bahwa “our employees are our important asset”. Dikatakan bahwa karyawan sebagai sumber daya perusahaan

merupakan aset yang penting bagi perusahaan. Namun pada kenyataannya, sebagian besar perusahaan tidak

menetapkan secara aktual dan pasti nilai dari aset SDM, dan bagian akuntansi yang mereka miliki tidak banyak

membantu dalam hal ini. Disisi lain timbul suatu keyakinan untuk mengakui keberadaan akuntansi sumber daya

manusia, dan pengakuan tersebut dari beberapa akuntan senior.

Pada tahun 1922, Paton menyebutkan bahwa in the business enterprise, a well organized and loyal personel

may be a more important ‘asset’ than a stock merchandise. at present there seem to be no way of measuring such

factor in term of dollar. but let us, accordingly, admit the serious limitation of the convensional balance sheet as a

statement of financial conditing. Pernyataan ini semakin memperkuat konsep untuk mengakui human resource sebagai

suatu aset dan mendorong timbulnya penelitian-penelitian yang berhubungan dengan human resource. Sejak tahun

1960-an, suatu badan yang berkembang untuk riset, percobaan, dan teori di Amerika Serikat telah mengembangkan
metode-metode akuntansi untuk aset manusia suatu organisasi. Riset ini merupakan pengakuan yang lebih besar

bahwa human asset dan human capital memainkan peranan yang lebih besar dalam ekonomi sekarang dari pada

dimasa lalu.

Sesuai dengan GAAP (Generally Accepted Accounting Principles) biaya sumber daya manusia itu

diperlakukan sebagai biaya pada saat terjadinya. Hal tersebut menimbulkan pertentangan atas kegagalan prinsip

akuntansi memberikan informasi yang relevan bagi investor dan manajemen. Seorang ahli jiwa sosial Amerika Serikat

yang bernama Rensist Linkert dan pihak-pihak lain yang sepaham menyatakan keberatannya (1960an) bahwa

kegagalan akuntansi untuk mengakui human resource secara tepat telah menimbulkan kesimpulan yang tidak akurat

dan hal ini mempengaruhi laba perusahaan untuk jangka panjang, efektifitas manajemen, dan motivasi karyawan atau

tenaga kerja. Setelah itu, muncul beberapa perdebatan dan keberatan terhadap prinsip akuntansi yang dianggap gagal

dalam menyediakan informasi yang relevan bagi decision makers. Pernyataan keberatan kemudian muncul dari

Participative School of Management dan mendapat dukungan dari Likert yang menyebutkan bahwa pernyataan

keberatan yang diajukan sekolah-sekolah manajemen tersebut didukung pula oleh peryataan atau teori dalam text book

on management.

Likert menyatakan bahwa pada saat manajer berusaha untuk menurunkan biaya produksi, manajemen

cenderung mengurangi jumlah pesonel, menambah supervisi, membatasi hak tenaga kerja dan menurunkan

keuntungan yang seharusnya diterima oleh karyawan. Laba akan meningkat untuk jangka pendek karena adnya

pemotongan biaya dan peningkatan produktifitas. Namun, menurut Participative School of Management hal tersebut

akan mendatangkan dampak yang kurang menguntungkan bagi perusahaan dalam jangka panjang. Likert

menyebutkan bahwa kerugian tersebut akan muncul dalam beberapa hal yaitu:

a. Tingkat petentangan antara karyawan dan manajer (The Level Of Hostility)

b. Keinginan untuk membatasi produksi (The Desire to Restrict Production)

c. Ketidakpuasan (Grievances)

d. Ketidakhadiran (Absenteeism)

e. Perputaran (Turn over)

Kegagalan-kegagalan akuntansi konvensional yang dianggap bersifat prinsip menurut para pendukung HRA, dapat

dirangkum sebagai berikut:

1) Biaya sumber daya manusia diperlakukan sebagai biaya. Sebagian biaya


HRA sekaligus memiliki kompenen aset dan biaya. Untuk itu manfaat (benefit) pada periode dimasa yang akan

datang seperti biaya akuisisi dan pengembangan harus dikapitalisasi dan dijabarkan berdasarkan product

life dari karyawan yang bersangkutan.

2) Biaya jangka panjang HRA diabaikan.

Tanpa adanya informasi HRA yang berkecukupan, manajemen hanya akan memiliki ide atau gagasan yang

kurang memadai tentang investasi total dalam human resource.

3) Keterbatasan data yang dibutuhkan dalam perencanaan dan pengendalian. Manajemen membutuhkan data

personel sebagaimana mereka membutuhkan data tentang material dan overhead, untuk perencanaan dan

pengendalian. Saat ini sistem akuntansi belum menyediakan data tersebut. Sebagai contoh, HRA akan

menyediakan informasi biaya yang sangat penting bagi penganggaran, seperti biaya penarikan dan pelatihan

bagi karyawan baru. Pengendalian terhadap sumber daya manusia membantu memberikan kepastian atau

menjamin bahwa sasaran sumber daya manusia itu dapat dicapai.

4) Keterbatasan pertanggungjawaban sosial.

Para pendukung HRA mengkritik beberapa perusahaan besar karena keterbatasan tanggungjawab

mereka. Para pendukung tersebut menyatakan bahwa saat ini profit bukan lagi menjadi satu-satunya tujuan

yang harus dipenuhi oleh perusahaan. Mereka juga harus mempertimbangkan adanya aspek lingkungan

sosial. Misalnya ada beberapa permasalahan yang harus mereka perhatikan, apakah produk yang mereka

hasilkan dapat meningkatkan polusi udara dan dapat mengancam kesehatan konsumen atau manusia serta

alam sekitarnya.

5) Pengabaian terhadap kebutuhan karyawan.

Para pendukung HRA menyatakan bahwa manajer pada setiap tingkatan harus memperhatikan kemampuan,

keterampilan, dan kreativitas para karyawannya. Para pekerja memiliki keinginan untuk berpartisipasi dan

memiliki kontribusi dalam manajemen perusahaan.

Pada tahun 1973, American Accounting Association (AAA) membentuk komite yang disebut American

Accounting Association on Human Resources Accounting yang pada dasarnya menekankan pada tiga masalah utama

yaitu:

a) Memperkenalkan model-model pengukuran kos dan nilai sumber daya manusia


b) Aplikasi HRA

c) Mengidentifikasi dampak-dampak perilaku kognitif HRA.

E. METODE PENGUKURAN AKUNTANSI SUMBER DAYA MANUSIA

Terdapat dua pandangan dalam pengukuran sumber daya manusia, yaitu pendangan dari segi biaya (cost

based) dan segi nilai (value based).

1. Pandangan dari segi biaya (cost based)

Definisi biaya dalam arti luas adalah “pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan yang telah

terjadi ataupun yang kemungkinan akan terjadi dimasa yang akan datang” (Mulyadi, 2000).

Konsep yang digunakan dalam metode pengukuran dari akuntansi sumber daya manusia meliputi:

a. Mencari investasi sumber daya manusia melalui proses kapitalisasi

b. Mencatat bagian dari kapitalisasi yang telah dikonsumsi dengan menggunakan metode amorisasi yang di tentukan

c. Mencatat dan mengakui kerugian bila keahlian dari pengetahuan sumber daya manusia tidak dapat mengikuti

perkembangan teknologi atau mengakui kerugian akibat perputaran yang tinggi.

d. Melaporkan dan membicarakan dengan pihak-pihak yang berkepentingan mengenai perubahan dan kondisi

investasi akuntansi sumber daya manusia.

Aktiva manusia harus dikapitalisasi seperti aktiva lainnya yang mempunyai manfaat lebih dari satu tahun

atau satu periode akuntansi, mencatat bagian dari kapitalisasi yang telah terpakai dengan menggunakan metode

amortisasi tertentu.

1) Metode pengukuran non moneter

Metode pengukuran non moneter pada Human Resource Accounting (HRA) menggunakan variabel-variabel

tertentu dalam menyajikan informasi mengenai nilai sumber daya manusia, seperti inventarisasi keterampilan dan

kemampuan pekerja, dan pengukuran sikap atau tingkah lakunya. Pengukuran ini lebih relevan digunakan untuk pihak

intern terutama untuk mengukur prestasi kerja level manajemen dari tingkat bawah sampai tingkat atas.
Bagi karyawan penilaian prestasi kerja dapat menimbulkan perasaan puas dalam diri mereka. Mereka merasa

bahwa dengan cara ini hasil kerja dinilai oleh perusahaan dengan sewajarnya dan sekaligus kelemahan-kelemahan

yang ada dapat diketahui dengan demikian penilaian prestasi kerja karyawan selalu bertujuan untuk memindahkan

secara vertikal (promosi atau demosi) atau horizontal. Pemberhentian dan perbaikan mutu karyawan dapat pula untuk

memperbaiki moral karyawan dan kepercayaan kepada pimpinan dan perusahaan. Ringkasnya penilaian prrestasi kerja

harus memberikan manfaat bagi karyawan dan berguna untuk perusahaan dalam menetapkan kebijakan-kebijakan

program kepegawaian pada masa yang akan datang. Dengan metode moneter dilakukan untuk mengetahui seberapa

besar pengeluaran yang terjadi dan dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu mengukur besarnya biaya (cost) yang

terjadi (Human Resource Cost Accounting) dan besarnya nilai (value) yang terjadi (Human Resource Value

Accounting), sementara itu dengan motode non moneter dikaitkan untuk mengetahui prestasi kerja karyawan dan

evaluasi atas karyawan.

2) Metode pengukuran moneter

Metode pengukuran moneter yang akan dibahas oleh penulis adalah metode pengukuran moneter Human

Resource Accounting dengan menggunakan Human Resource Cost Accounting (HRCA). “Human Resource Cost

Accounting merupakan metode pengukuran HRA yang mengukur dan melaporkan seluruh biaya yang timbul untuk

pencarian, pengembangan dan pengantian tenaga sebagai sumber daya organisasi” Amin dalam Tunggal (1994).

Pada dasarnya metode HRCA ini terdapat dua metode pengukuran yaitu Metode Biaya Historis (Historical

Cost of Human Resource) dan Metode Biaya Pengganti (Replacement Cost of Human Resource).

a. Metode biaya historis

Metode pengukuran biaya historis ini menghitung dan mengkapitalisasi seluruh biaya yang berkaitan dengan

penerimaan dan pengembangan sumber daya manusia yang dimiliki oleh perusahaan yang selanjutnya

diadakan pengamortisasian biaya-biaya tersebut selama estimasi umur manfaat yang diharapkan dari aktiva

tersebut, dan dengan mengakui kerugian dalam hal penghapusan aktiva atau mempertinggi nilai aktiva bila

terdapat tambahan biaya apapun yang dapat memperbesar manfaat potensi aktiva.

Metode ini mempunyai keunggulan yaitu perlakuan perhitungan untuk menghitung nilai sumber daya

manusia yang konsisten dengan penerapan akuntansi konvensional, memungkinkan untuk menghitung biaya
yang sebenarnya termasuk dalam usaha perolehan pegawai dan metode historical cost ini praktis dan dapat

diuji kebenaran datanya. Namun pada metode ini juga terdapat beberapa kelemahan antara lain pertama, nilai

ekonomi aktiva yang berupa manusia tidak harus sesuai dengan biaya historisnya. Kedua, setiap apresiasi

atau amortisasi kemungkinan akan bersifat subyektif karena tidak menghubungkan setiap kenaikan ataupun

penurunan dengan produktifitas aktiva manusia tersebut. Ketiga, oleh karena biaya yang berkaitan dengan

penerimaan dan biaya pengembangan tiap individu berbeda-beda maka historical cost tidak memberikan

nilai human resource yang dapat diperbandingkan.

b. Metode biaya pengganti

Metode ini terdiri dari penaksiran biaya pengganti sumber daya manusia yang sudah ada dalam perusahaan,

biaya-biaya tersebut akan meliputi seluruh biaya penerimaan pegawai, penyeleksian, penggajian pendidikan

dan pelatihan, penempatan, dan pengembangan karyawan baru untuk mencapai tingkat keterampilan yang

sudah ada.

Keunggulan utama metode ini adalah metode ini merupakan suatu pengganti yang baik bagi nilai ekonomi

aktiva karena berdasarkan pertimbangan pasar untuk menentukan hasil akhir. Hasil akhir ini umumnya

dimaksudkan untuk secara konseptual sebagai ekuivalen dengan nilai ekonomis seseorang.

Namun pada metode biaya pengganti ini juga terdapat beberapa kelemahan, antara lain:

a) Suatu perusahaan mungkin mempunyai seorang karyawan yang nilainya dianggap lebih besar dari

pada biaya pengganti untuknya.

b) Kemungkinan tidak ada pengganti yang sepadan untuk suatu aktiva manusia tertentu.

c) Setiap manajer yang diminta untuk menaksir biaya pengganti seluruh organisasi manusia

kemungkinan akan kesulitan untuk melaksanakan dan manajer yang berbeda akan memperoleh taksiran

yang berbeda pula.

2. Pandangan dari segi nilai (value based)

Flamholtz dalam Tunggal (1994), menyebutkan bahwa nilai adalah potensi yang dimiliki oleh objek tersebut

dalam menyumbang manfaat atau jasa. Konsep nilai sumber daya manusia dijabarkan dari konsep yang berasal dari
ilmu tersebut dalam menyumbang dan jasa. Nilai sumber daya sebagaimana sumber daya lainnya, tergantung pada

kemampuannya dalam memberikan kontribusi jasa, tepatnya adalah nilai sekarang dari kontribusi jasa yang diterapkan

pada masa yang akan datang.

a. Metode pengukuran konpensasi (compensasi model)

Model kompensasi didasari oleh teori konsep ekonomi human capital, yaitu bahwa sumber daya manusia

merupakan sumber arus pendapatan dan nilainya adalah besar nilai sekarang yang didiskonto dengan rate tertentu

bagi pemilik sumber daya tersebut.

b. Model stochastic rewards

Model ini dikembangkan oleh Flamholtz dengan dasar pemikiran ekonomi tentang nilai dari suatu proses

kemungkinan menurut teori ekonomi nilai sesuatu itu bernilai apabila memiliki kemampuan untuk memberikan

manfat atau kegunaan yang dimanfaatkan di kemudian hari dengan adanya proses kemungkinan diatas maka nilai

sumber daya manusia yang diharapkan dapat direalisasi oleh perusahan.

Flamholtz dalam Tunggal (1994), meyatakan bahwa pengukuran nilai bagi organisasi melibatkan kegiatan:

1) Menaksir jangka waktu atau masa kerja pegawai bagi perusahaan.

2) Mengidentifikasi jabatan yang dapat diduduki pegawai yang bersangkutan

3) Mengukur nilai yang diberikan perusahan jika pegawai menduduki jabatan tersebut selama ukuran waktu tertentu

4) Menaksir probabilitas seseorang menduduki masing-masing jabatan tersebut selama ukuran waktu tertentu.

Hasil akhir dari penerapan model ini, yaitu nilai sekarang dari jiwa pegawai yang diharapkan diperoleh

perusahaan selama masa kerja yang diperkirakan.

F. PENYAJIAN AKUNTANSI SUMBER DAYA MANUSIA DALAM

LAPORAN KEUANGAN

Laporan keuangan merupakan salah satu bentuk informasi keuangan yang disajikan perusahaan kepada

pihak-pihak yang berkepentingan, baik yang ada di dalam maupun di luar perusahaan. Penyajian laporan keuangan
bertujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan

yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga

merupakan apa yang telah dilakukan manajemen atau pertanggungjawaban manjemen atas sumber daya yang

dipercayakan kepadanya.

Pada saat ini laporan keuangan yang disusun sesuai dengan “Akuntansi yang berlaku umum” (GAAP/General

Accepted Accounting Principle), yang di Indonesia dinamakan Prinsip-Prinsip Akuntansi Indonesia tidak

menunjukkan nilai manusia dalam organisasi. Laporan keuangan melaporkan biaya yang didepresiasi dari aktiva

sebagai suatu pengganti untuk nilai. Lagi pula laporan keuangan tidak memberikan informasi pada pihak luar yang

berkepentingan misalnya investor dari suatu organisasi mengenai investasi dalam aktiva manusia. Akuntansi

konvensional memperlakukan investasi dalam sumber daya manusia sebagai biaya (cost) dari pada aktiva (asset).

Akuntansi sumber daya manusia dalam laporan keuangan disajikan dalam sisi aktiva pada pos investasi

sumber daya manusia dan pada sisi kewajiban dan modal. Pada pos modal, sumber daya manusia dicatat sebesar nilai

total investasi sumber daya manusia. Sedangkan nilai amortisasi sumber daya manusia masuk ke dalam Laporan Laba

Rugi perusahaan sebagai pengurang biaya operasional perusahaan yang diakui sebesar jumlah biaya untuk

pengembangan sumber daya manusia dibagi taksiran umur ekonomis sumber daya manusia pada periode

bersangkutan. Tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat suatu tingkatan ketidakpastian yang berkaitan sejauh mana

“futue service potensial” dari seorang karyawan akan benar benar direalisasi. Masalah akuntansi yang timbul adalah

bagaimana caranya mengukut tingkat ketidakpastian dari realisasi jasa karyawan tersebut dalam laporan keuangan.

Alternatif yang diusulkan untuk menghitung tingkat ketidakpastian realisasi jasa investasi sumber daya manusia ini

adalah dengan menggunakan akutansi untuk piutang dagang.

Praktek akuntansi yang memperlakukan investasi dalam sumber daya manusia sebagai biaya dari pada

sebagai aktiva, berakibat pada perhitungan laba rugi dan neraca menjadi tidak akurat. Dalam perhitungan rugi laba,

nominal yang disajikan sebagai laba bersih menjadi tidak akurat, karena akuntansi memperlakukan semua pengeluaran

yang dilakukan untuk memperoleh atau mengembangkan sumber daya manusia sebagai biaya selama periode terjadi,

dari pada mengkapitalisasi dan mengamortisasi biaya-biaya tersebut selama masa manfaatnya. Neraca menjadi tidak

akurat karena nominal yang diberi nama “Total Aktiva” tidak termasuk aktiva manusia organisasi. Sebab tidak ada

indikasi dari investasi actual organisasi dalam aktiva manusia. Akuntansi memperlakukan setiap rupiah yang
dilakukan oleh manajemen untuk mendapatkan aktiva manusia sebagai biaya, walaupun masa manfaat melebihi

periode pengeluarannya.

Ketidakakuratan dalam penyajian informasi laporan keuangan diatas menyebabkan tidakakuratnya

pengukuran ROI (Return On Investment). Konsep ROI adalah variabel yang krusial dalam keputusan rasio laba bersih

terhadap aktiva total. “Laba bersih dalam analisis ROI mencerminkan kamampuan pihak manajemen dalam mengelola

biaya, penjualan dan perubahan investasi” Helfert dalam Tunggal (1994). ROI menjadi tidak akurat dapat

menyebabkan investor melakukan penilaian yang keliru dalam melihat kinerja pihak manajemen.
1. Apa ringkasan/ abstrak penelitian tersebut ?
2. Apa tujuan penelitian tersebut ?
3. Jelaskan fenomena penelitian itu ?
4. Dimana penelitian perusahaan dan tahun berapa ?
5. Variable yang di teliti apa dan bagaimana mengukur variable tersebut ?
6. Bagaimana kesimpulan penelitian ?
7. Apa saran dari penelitian ini ?

Jawaban :

1. Perencanaan Sumber Daya Manusia akan dapat dilakukan dengan baik dan benar apabila kita
mengetahui apa dan bagaimana sumber daya manusia itu. Sumber Daya Manusia merupakan
kemampuan yang dimiliki oleh seorang manusia. Sumber daya manusia terdiri dari daya pikir dan
daya fisik yang dimiliki seorang manusia. Sumber daya manusia menjadi unsur pertama dan utama
dalam setiap aktivitas perusahaan yang dilakukan.
2. Adapun tujuan berdasarkan identifikasi masalah diatas dapat diungkapakan sebagai berikut:
a) Untuk mengetahui mengenai arti pentingnya Sumber Daya Manusia
b) Untuk mengetahui arti Akuntansi Sumber Daya Manusia.
c) Untuk mengetahui pengukuran sumber daya manusia sebagai asset dalam perusahaan
d) Untuk mengetahui penyajian Akuntansi Sumber Daya Manusia dalam laporan keuangan.
3. Teori elemen statemen keuangan tidak terbatas pada penalaran tentang pendefinisian tetapi meliputi
pula penalaran tentang pengukuran, penilaian, pengakuan, penyajian, dan pengungkapan. Dalam
lingkup perusahaan, akuntansi dapat didefinisikan sebagai proses pengindentifikasian, pengukuran,
dan penyajian suatu objek pelaporan keuangan dengan cara tertentu untuk menyediakan informasi
relevan kepada pihak yang berkepentingan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Sehingga, pengukuran diperlukan untuk menyajikan atau memberikan informasi kepada pihak yang
berkepentingan.
4. Di Indonesia tahun 2013

5. Dari uraian diatas, penting untuk mengukur dan menyajikan human resources dalam stetement
keuangan. Teori elemen statemen keuangan tidak terbatas pada penalaran tentang pendefinisian
tetapi meliputi pula penalaran tentang pengukuran, penilaian, pengakuan, penyajian, dan
pengungkapan. Dalam lingkup perusahaan, akuntansi dapat didefinisikan sebagai proses
pengindentifikasian, pengukuran, dan penyajian suatu objek pelaporan keuangan dengan cara
tertentu untuk menyediakan informasi relevan kepada pihak yang berkepentingan sebagai dasar
dalam pengambilan keputusan ekonomi. Sehingga, pengukuran diperlukan untuk menyajikan atau
memberikan informasi kepada pihak yang berkepentingan.
6. Berdasarkan uraian diatas, penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Sumber Daya Manusia merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seorang yang terdiri dari
daya pikir dan daya fisik yang dimiliki seorang manusia yang menjadi unsur pertama dan utama
dalam setiap aktivitas perusahaan yang dilakukan..
2. Akuntansi Sumber Daya Manusia (Human Resource Accounting) merupakan identifikasi dari
nilai-nilai sumber daya manusia, pengukuran biaya dan nilai bagi organisasi itu serta
penyelidikan mengenai dampak kognitif dalam perilaku sebagai akibat dari informasi itu.
3. Pengukuran sumber daya manusia sebagai asset perusahaan dinilai berdasarkan:
a. Pandangan dari segi biaya (cost based)
Sumber daya manusia harus dikapitalisasi seperti aktiva lainnya yang mempunyai manfaat
lebih dari satu tahun atau satu periode akuntansi, mencatat bagian dari kapitalisasi yang telah
terpakai dengan menggunakan metode amortisasi tertentu.
b. Pandangan dari segi nilai (value based)
Nilai sumber daya sebagaimana sumber daya lainnya, tergantung pada kemampuannya dalam
memberikan kontribusi jasa, tepatnya adalah nilai sekarang dari kontribusi jasa yang diterapkan pada
masa yang akan datang.
4. Akuntansi sumber daya manusia dalam laporan keuangan disajikan dalam sisi aktiva pada pos
investasi sumber daya manusia dan pada sisi kewajiban dan modal.
AKUNTANSI SOSIAL DAN BUDAYA
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Selama ini perusahaan dianggap sebagai lembaga yang dapat memberikan banyak keuntungan bagi

masyarakat . ia bisa memberikan kesempatan kerja, menyediakan barang yang dibutuhkan masyarakatuntuk

dikonsumsi, ia membayar pajak, memberikan sumbangan, dan lain-lain. Karenanya perusahaan mendapat legitimasi

bergerak leluasa melaksanakan kegiatannya. Namun, lama kelamaan karena memang perusahaan ini dikenal juga

sebagai “binatang ekonomi” yang mencari keuntungan sebesar-besarnya, akhirnya semakin disadari bahwa dampak

yang dilakukannya terhadap masyarakat cukup besar dan semakin lama semakin besar yang sukar dikendalikan

seperti polusi, keracunan, kebisingan, diskriminasi, pemaksaan, kesewenang-wenangan, produksi makanan haram,

bahkan mengatur kebijakan publik untuk menguntungkan perusahaan, merusak moral birokrat, pejabat, sogok

menyogok, dan sebagainya. Bahkan gempa bumi, banjir, tsunami dinilai disebabkan oleh kegiatan manusia

khususnya korporasi yang mengeksploitasi bumi secara besar-besaran hanya untuk mengejar target ROI, ROA, dan

pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Dampak luar ini disebut externalities (social cost).

Karena besarnya dampak externalities terhadap kehidupan masyarakat, masyarakat pun menginginkan agar

dampak ini dikontrol sehingga dampak negatif, external diseconomy atau social cost yang ditimbulkannya tidak

semakin besar. Dari sini berkembanglah ilmu akuntansi yang selama ini dikenal hanya memberikan informasi tentang

kegiatan perusahaan dengan pihak kedua. Dengan adanya tuntutan ini, akuntansi bukan hanya merangkum

informasi tentang hubungan perusahaan dengan pihak kedua (partner bisnisnya), tetapi juga dengan lingkungannya

(pihak ketiga).Hubungan perusahaan dengan lingkungannya bersifat non-reciprocal, artinya transaksi itu tidak

menimbulkan prestasi timbal-balik dari pihak yang berhubungan. Ilmu akuntansi yang mencatat mengukur,

melaporkan externalities ini disebut dengan Socio Economic Accounting (SEA). Istilah lain bisa juga dipakai, misalnya

Environmental Accounting, Social Responsibility Accounting, dan lain sebagainya.

Dalam akuntansi konvensional yang menjadi fokus perhatiannya adalah pencatatan dan pengukuran terhadap

kegiatan atau dampak yang timbul akibat hubungan antara perusahaan dengan pelanggan atau lembaga lainnya
(Reciprocal Transaction). Sedangkan Socio Economic Accounting menyoroti aspek sosial atau dampak (externalities)

dari kegiatan pemerintah dan perusahaan.

Ilmu Socio Economic Accounting (SEA) ini merupakan bidang ilmu akuntansi yang berfungsi dan mencoba

mengidentifikasi, mengukur, menilai, melaporkan aspek-aspek social benefit dan social cost yang ditimbulkan oleh

lembaga. Pengukuran ini pada akhirnya akan diupayakan sebagai informasi yang dijadikan dasar dalam proses

pengambilan keputusan untuk meningkatkan peran lembaga, baik perusahaan atau yang lain untuk meningkatkan

kualitas hidup masyarakat dan lingkungan secara keseluruhan.

2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka permasalahan yang akan dibahas dapat diidentifikasi sebagai

berikut :

a. Apakah defenisi Akuntansi Sosial Ekonomi itu?

b. Apakah faktor pendorong munculnya Akuntansi Sosial Ekonomi?

c. Bagaimana konsep Akuntansi Sosial Ekonomi?

d. Bagaimana keterlibatan perusahaan dalam Sosial Ekonomi?

e. Bagaimana tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia?

f. Bagaimana pelaporan Akuntansi Sosial Ekonomi?

3. TUJUAN DAN MANFAAT PAPER

a. Tujuan Paper

Adapun tujuan berdasarkan identifikasi masalah diatas dapat diungkapakan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui mengenai arti Akuntansi Sosial Ekonomi

2. Untuk mengetahui faktor pendorong munculnya Akuntansi Sosial Ekonomi

3. Untuk mengetahui konsep Akuntansi Sosial Ekonomi

4. Untuk mengetahui keterlibatan perusahaan dalam Sosial Ekonomi

5. Untuk mengetahui tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia


6. Untuk mengetahui tentang pelaporan Akuntansi Sosial Ekonomi

b. Manfaat Paper

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari paper ini antara lain :

1. Bagi penulis, untuk memenuhi salah satu syarat untuk tugas mata kuliah teori Akuntansi di Sekolah Tinggi Ilmu

Ekonomi ( STIE ) Sultan Agung Kota Pematangsiantar.

2. Bagi pembaca, sebagai bahan masukan bagi pembaca yang berniat membahas tentang Akuntansi Sosial Ekonomi

agar dapat mengambil keputusan-keputusan yang tepat di masa yang akan datang.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Timbulnya SEA

Kemajuan industri setelah perang dunia II dan munculnya negara sebagai aktor dalam peningkatan kualitas

hidup menimbulkan berbagai macam isu yang justru dapat juga merusak kualitas hidup. Hal ini menjadi sorotan para

ahli dan para pengambil keputusan. Salah satu kesulitan yang dihadapi dalam menilai penyakit sosial ini adalah

ketiadaan media pengukur arithmetic of quality. Hal ini tergambar dari pernyataan A.W.Clausen, bekas direktur

World Bank sebagai berikut.

“Saya sampaikan bahwa salah satu alasan yang paling kuat atas ketiadaan respon , kita terhadap isu penyakit sosial

itu dan penyebab kebingungan kita terhadap penyelesaiannya adalah ketiadaan ukuran kualitas (Belkaoi, SEA, hlm.

3)”.

Ukuran itu penting sehingga setiap unit pemerintah maupun perusahaan mengetahui berapa jauh efek

kegiatan lembaganya memengaruhi kualitas hidup manusia, apakah berdampak positif atau negatif. Berapa

kontribusi perusahaan untuk meningkatkan pendidikan pegawainya ataupun masyarakat? Berapa jauh pengaruh

polusi, pengerusakan lingkungan yang ditimbulkannya? Hal-hal inilah mestinya yang diukur oleh SEA sebagai salah

satu ukuran kualitas.

B. Defenisi SEA

SEA masih merupakan fenomena baru dalam ilmu akuntansi, dan sering ditafsirkan sama dengan Social

Accounting yang dihubungkan dengan National Income Accounting . Para ahli juga telah banyak memberikan defenisi

dan dalam tulisan ini saya akan kutip defenisi dari Ahmed Belkaoui, dalam bukunya tentang Socio Economic

Accounting. Beliau menyatakan sebagai berikut:

“SEA timbul dari penerapan akuntansi dalam ilmu sosial, ini menyangkut peraturan, pengukuran analisis, dan

pengungkapan pengaruh ekonomi dan sosial dari kegiatan pemerintah dan pengusaha. Hal ini termasuk kegiatan

yang bersifat mikro dan makro. Pada tingkat makro bertujuan untuk mengukur dan mengungkapkan kegiatan

ekonomi dan sosial negara mencakup social accounting dan reporting peranan akuntansi dalam
pembangunan ekonomi. Pada tingkat mikro bertujuan untuk mengukur dan melaporkan pengaruh kegiatan

perusahaan terhadap lingkungannya, mencakup financial dan managerial social accounting, social auditing”.

Ada juga yang menyebutkan Socio Economic Accounting sebagai Social Responsibility. SEA ini tidak sama

dengan Social Accounting yang pengertiannya adalah pengukuran mengenai bagaimana efesiensi suatu sistem

ekonomi berfungsi dan memberikan data periodik yang menyangkut indikaksi posisi suatu negara menyangkut

ukuran externalities itu. Social Accounting ini sering juga disebut National Income Accounting atau Macro Socio

Economic Accounting.

Dalam kaitannya dengan sistem ekonomi, SEA sangat diperlukan dalam suatu sistem ekonomi yang

bercirikan sintese, dari sistem ekonomi antara Social Economy dan Institusional Economy.Social Economy

mempunyai komitmen yang dalam terhadap kesejahteraan manusia dan keadilan, sedangkan institusionalis

mempunyai komitmen yang besar terhadap pragmatisme dalam menganalisis sosial ekonomi masyarakat. Negara

kita adalah negara yang memperjuangkan kesejahteraan rakyatnya,karen itu SEA ini penting diterapkan bahkan

harus diharuskan untuk diterapkan oleh semua perusahaan dan lembaga di negara kita.

C. Pendorong Munculnya SEA

Literatur dalam ilmu sosial, ilmu sosiologi, dan khususnya kegiatan-kegiatan sosial merupakan saksi dan

penyebab yang mendorong timbulnya SEA. Seperti perubahan sikap para ahli dan pengambil keputusan terhadap

peranan bisnis dan unit pemerintahan dalam kaitannya dengan efek sosial yang ditimbulkannya. Adanya

kecenderungan beralihnya perhatian pada kesejahteraan individu ke arah kesejahteraan sosial. Kecenderungan yang

bergerak dari kegiatan mencari keuntungan sebesar-besarnya tanpa melihat efek sampingnya kearah mencari laba

yang berwawasan lingkungan. Timbulnya Kementrian atau departemen (unit) pemerintahan yang mengurus

lingkungan hidup, juga sejalan dengan kemunculan SEA. Kecenderungan ini semua dapat kita lihat dari beberapa

paradigma berikut ini:

1. Kecenderungan terhadap kesejahteraan Sosial

Sejarah menunjukkan bahwa kelangsungan hidup manusia, kesejahteraan masyarakat yang sebenarnya

hanya dapat lahir dari sikap kerja sama antarunit-unit masyarakat itu sendiri. Negara tidak bisa hidup sendiri

tanpa partisipasi rakyat nya perusahaan juga tidak akan maju tanpa dukungan langganannya maupun
lingkungan sosialnya. Kenyataannya ini semakin disadari dan semakin dibutuhkan pertanggungjawabannya.

Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang keterkaitan saling pengaruh memengaruhi antara negara

dan rakyatnya, antara perusahaan dan masyarakatnya, SEA ini sangat berperan.

2. Kecendrungan terhadap kesadaran lingkungan

Dalam literatur paradigma ini dikenal dengan the human exceptionalism paradigm menuju the new

environment paradigm. Paradigma yang pertama menganggap bahwa manusia adalah makhluk unik di

bumi ini yang memiliki kebudayaan sendiri yang tidak dapat dibatasi oleh kepentingan makhluk lain.

Sebaliknya, paradigma yang terakhir menganggap bahwa manusia adalah makhluk diantara bermacam-

macam makhluk yang mendiami bumi yang saling mempunyai keterkaitan dan sebab-akibat, dan dibatasi

oleh sifat keterbatasan dunia itu sendiri, baik sosial, ekonomi, atau politik. Kesadaran akan kebenaran

environment paradigm merupakan salah satu pendorong munculnya SEA.

3. Perspektif Ekosistem

Orientasi yang terlalu diarahkan kepada pembangunan ekonomi, efisiensi, profit maximization

menimbulkan krisis ekosistem. Gejala ini menaruh perhatian para ahli sehingga muncul kelompok-

kelompok yang menamakan dirinya penyelamat lingkungan seperti Greenpeace, lembaga konsumen, dan

lain-lain.

4. Ekonomi vs Sosialisasi

Ekonomisasi mengarahkan perhatian hanya kepada kepuasan individual sebagai unit yang selalu

mempertimbangkan cost dan benefit tanpa memperhatikan kepentingan masyarakat. Sebaliknya sosialisasi

memfokuskan perhatiannya terhadap kepentingan sosial dan selalu mempertimbangkan efek sosial yang

ditimbulkan oleh kegiatannya.

D. Konsep SEA

Konsep pengukuran, penilaian dalam SEA ini masih dalam proses pembahasan para ahli. Dan FSAB sendiri

pun belum mengambil sikap yang tegas dalam persoalan ini. Namun SEA, khususnya tentang polusi telah

mewajibkan perusahaan untuk menyajikan pengungkapan. Dipihak lain AAA, AICPA telah membentuk komite dan

telah mengeluarkan laporan yang lumayan lengkap tentang SEA. Di USA kantor akuntan Ernst & Ernst telah
melakukan penelitian sejak 1971 tentang keterlibatan sosial perusahan yang diungkapkan dalam laporan tahunan

perusahaan. Beberapa hal yang diungkapkan adalah sebagai berikut :

1. Lingkungan :

- Polusi

- Pencegahan kerusakan lingkungan, konservasi sumber – sumber alam, dan lain-lain.

2. Energi :

- Konservasi energi

- Penghematan , dan lain-lain

3. Praktik Usaha yang Fair :

- Merekrut pegawai dari minoritas dan peningkatan kemampuannya

- Penggunaan tenaga wanita sebagai pegawai

- Pembukaan unit usaha di luar negeri, dan lain-lain

4. Sumber Tenaga Manusia :

- Kesehatan dan keamanan pegawai

- Training, dan lain-lain

5. Keterlibatan terhadap masyarakat :

- Kegiatan masyarakat sekitar

- Pendidikan

- Seni, dan lain-lain

6. Produksi :

- Keamanan produksi

- Mengurangi polusi

- Keracunan, dan lain-lain

Selain itu, variabel lain yang menyinggung konsep SEA antara lain yaitu keterlibatan dengan kegiatan

pemerintah, kejujuran terhadap konsumen, meningkatkan informasi mengenai perusaqhaan dan produk,

peningkatan pendidikan masyarakat, menghargai hak asasi, pembangunan prasarana kota/desa, pembangunan

tampat rekreasi, peningkatan perhatian terhadap kebudayaan dan seni, dan lain-lain.
Hal ini semua dapat kita manfaatkan untuk mengukur keterlibatan perusahaan dalam kegiatan masyarakat

dan tentu dapat ditambah lagi sesuai keadaan kita di negara masing-masing.

E. Perusahaan dan Keterlibatan Perusahaan

Ada beberapa model dan kecenderungan tentang keterlibatan perusahaan dalam kegiatan sosial.

Sepanjang penelitian kepustakaan, ada 3 pandangan atau model yang menggambarkan tentang keterlibatan

perusahaan dalam kegiata sosial. Ketiga model itu adalah sebnagai berikut :

1. Model Klasik

Pendapat ini, yang berkembang pada abad ke-19, bertitik-tolak pada konsep persaingan sempurna, dimana

perilaku ekonomi terpisah dan berbeda dengan bentuk dan jenis perilaku yang lain. Tujuan perusahaan hanya

untuk mencari untung yang sebesar-besarnya. Kriteria keberhasilan perusahaan diukur oleh daya guna dan

pertumbuhan. Menurut pendapat ini, usaha yang dilakukan pemerintah semata-mata hanya untuk

memenuhi permintaan pasar dan mencari untung yang akan dipersembahkan kepada pemilik modal. Seorang

fundamentalis di bidang ini, Milton Friedman menyatakan bahwa ada satu dan hanya satu tanggungjawab

perusahaan, yaitu menggunakan kekayaan yang dimilikinya untuk meningkatkan laba sepanjang sesuai

aturan main yang berlaku dalam suatu sistem persaingan bebas tanpa penipuan dan kecurangan ( Milton

Friedman, Capitalism and Freedom, 1962 ).

Jelasnya perusahaan menurut pendapat ini, tidak perlu memikirkan efek sosial yang ditimbbulkan

perusahaannya dan tidak perlu memikirkan usaha untuk memperbaiki penyakit sosial. Itu bukan urusan

bisnis, tetapi urusan pemerintah.

2. Model Manajemen

Pendapat ini timbul sekitar 1930, setelah muncul tantangan baru dari perusahaan yang mempunyai sifat-sifat

yang berbeda dengan keadaan yang sebelumnya yang diwarnai oleh pemikiran model klasik. Menurut

pendapat ini, perusahaan dianggap sebagai lembaga permanen yang dianggap hidup dan punya tujuan

tesendiri. Manager sebagai orangyang dipercayai oleh pemilik modal menjalankan perusahaan untuk

kepentingan bukan saja pemilik modal, tetapi juga mereka yang terlibat langsung dengan hidup matinya
perusahaan seperti karyawan, langgana, supplier, dan pihak lain yang ada kaitannya dengan perusahaan yang

semata-mata tidak didasarkan atas adanya hubungan kontrak perjanjian (Frank X. Suttin et. Al. 1956). Dengan

demikian, manager sebagai tim yang bertangguangjawab atas kelangsungan hidup perusahaan terpaksa

memilih kebijakan yang harus mempertimbangkan tanggungjawab sosial perusahaan mengingat

ketergantungannya dengan pihak lain ( masyarakat ) yang juga punya andil dalam pencapaian tujuan

perusahaan yang tidak hanya memikirkan setoran buat pemilik modal.

3. Model Lingkungan Sosial

Model ini menekankan bahwa perusahaan meyakini bahwa kekuasaan ekonomi dan politik yang dimilikinya

mempunyai hubungan dengan kepentingan ( bersumber) dari lingkungan sosial dan bukan hanya semata dari

pasar sesuai dengan teori atau model klasik. Konsekuensinya perusahaan harus berpartisipasi aktif dalam

menyelesaikan penyakit sosial yang berada di lingkungannya seperti sistem pendidikan yang tidak bermutu,

pengangguran, polusi, perumahan kumuh, transportasi yang tidak teratur, keamanan, dan lain-lain. Kalau

model klasik mempunyai tujuan utama untuk mensejahterakan pemilik modal dan model manajemen

mensejahterakan manajemen, dalam model ini perusahaan harus memperluas tujuan yang harus dicapainya

yaitu yang menyangkut kesejahteraan sosial secara umum (Ahmed Belkaoui, 1980). Dengan demikian, dalam

memilih proyek yang akan dibangun, disamping memperhatikan persentasi laba juga harus memperhatikan

keuntungannya dan kerugian yang mungkin akan diderita oleh masyarakat.

4. Kearah Eksistensi Etika dan Tanggung jawab Sosial Perusahaan

Ahmed Belkaoui dengan cara sistematis mengelompokkan batasan ini dalam lima kategori yang seirama

dengan ketiga model yang sebelumnya (Ahmed Belkaoi, SEA, 1984). Berikut ini disajikan secara berturut-

turut:

Pertama : tanggung jawab perusahaaan hanya terbatas pada usaha mencari laba yang maksimal. Jika perusahaan

dapat menguntungkan laba yang sebesar-besarnya tanpa memperhatikan efek sosialnya, berarti

perusahaan sudah memenuhi panggilan tugasnya sebagai badan usaha. Menurut kategori ini, apabila

perusahaan diwajibkan untuk memperhatikan lingkungan sosial masyarakatnya, maka akan merusak

sendi-sendi ekonimi persaingan bebas. Keadaan ini sama dengan model klasik.
Kedua : disamping tujuan mencari untung, perusahaan juga harus memperhatikan pihak-pihak tertentu

dengan siapa ia mempunyai kepentingan. Hal ini di contohkan dengan perbaikan kesejahteraaan

karyawan, manajemen, menjalin hubungan baik dengan kelompok masyarakat tertentu, dan lain-lain.

Ketiga : perusahaan melepaskan diri dari tujuan hanya mencari laba dengan memperluas tanggung jawab

manajemen. Sebagai penduduk yang baik maka perusahaan mestinya juga bertindak seperti penduduk

yang memperhatikan etika sosial.

Keempat : dalam kelompok ini, tanggung jawab sosial perusahaan mencakupi hal yang besifat ekonomi dan non

ekonomi. Dalam kategori ini dikenal tiga pusat lingkaran yaitu lingkaran dalam yang mencakup

tangggung jawab dasar dalam melaksanakan fungsinya dengan efisien, lingkaran tengah yang

mencakup tanggung jawab untuk melaksanakan fungsi ekonomisnya dengan penuh kesadaran akan

perubahan nilai dan prioritas yang berlaku dalam masyarakat, dan lingkungan luar yang mencakup

tanggung jawab yang baru muncul dan masih berkembang, dimana perusahaan harus secara luas

terlibat secara aktif untuk memperbaiki lingkungan sosial ( Jacobi, Corporate Power and Social

Responsibility, 1973 ).

Kelima : tanggung jawab sosial diperluas melewati batas tanggung jawab dan mencakup keterlibatan total terhadap

tugas-tugas sosial. Prakash Sethi merumuskan bentuk ini dalam tiga dimensi yaitu Social Obligation

yang merupakan tanggung jawab perusahaan terhadap permintaaan pasar sesuai dengan ketentuan

hukum, Social Responsibility yang menggerakkan perusahaan sehingga segala tindakannya sesuai

dengan norma nilai dan harapan masyarakat yang berlaku, dan Social Responsiveness yang merupakan

respon perusahaan untuk menjawab isu yang akan muncul dimasa yang akan datang (S. Prakash Sethi,

Academy of Management Review, 1979).

Keenam : kategori keenam ini merupakan variasi semua pengertian yang diliputi oleh literatur tentang bentuk dan

batasan tanggung jawab sosial perusahaan diatas.

Bradshaw mengemukakan ada tiga bentuk tanggung jawab sosial perusahaan yaitu sebagai berikut :

a. Corporate Philanthropy, disini tanggung jawab perusahaan itu berada sebatas kedermawanan atau kerelaan

belum sampai pada tanggung jawabnya. Bentuk tanggung jawab ini bisa merupakan kegiatan amal,

sumbangan, atau kegiatan lain yang mungkin saja tidak langsung berhubungan dengan kegiatan perusahaan.
b. Corporate Responsibility, disini kegiatan pertanggung jawaban itu sudah merupakan bagian tanggung jawab

perusahaan bisa karena ketentuan UU atau bagian dari kemauan atau kesediaan perusahaan.

c. Coorporate Policy, disini tanggung jawab perusahaan itu sudah merupakan bagian dari kebijakannya.

F. Pro – Kontra Tanggung jawab Sosial Perusahaan

Persoalan apakah perusahaan perlu mempunyai tanggung jawab sosial atau tidak, masih terus merupakan

perdebatan ilmiah. Masing-masing mengemukakan pendapat dan dukungannya dan mengklaim bahwa idenyalah

yang benar. Berikut ini adalah alasan para pendukung agar perusahaan memiliki etika dan tanggung jawab sosial.

1) Keterlibatan sosial merupakan respon terhadap keinginan dan harapan masyarakat terhadap peranan

perusahaan. Dalam jangka panjang, hal ini sangat menguntungkan perusahaan.

2) Keterlibatan sosial mungkin akan mempengaruhi perbaikan lingkungan, masyarakat, yang mungkin akan

menurunkan biaya produksi.

3) Meningkatkan nama baik perusahaan, akan menimbulkan simpati langganan, simpati karyawan, investor, dan

lain-lain.

4) Menghindari campur tangan pemerintah dalam melindungi masyarakat. Campur tangan pemerintah

cenderung membatasi peran perusahaan. Sehingga jika perusahaan memiliki tanggung jawab sosial mungkin

dapat menghindari pembatasan kegiatan perusahaan.

5) Dapat menunjukkan respon positif perusahaan terhadap norma dan nilai yang berlaku dalam masyarakat

sehingga mendapat simpati masyarakat.

6) Sesuai dengan keinginan para pemegang saham, dalam hal ini publik.

7) Mengurangi tensi kebencian masyarakat kepada perusahaan yang kadang-kadang suatu kegiatan yang dibenci

masyarakt tidak dapat dihindari.

8) Membantu kepentingan nasional, seperti konservasi alam, pemeliharaan barang seni budaya, peningkatan

pendidikan rakyat, lapangan kerja, dan lain-lain.

Dipihak lain, alasan para penantang yang tidak menyetujui konsep tanggung jawab sosial perusahaan ini adalah

sebagai berikut :
a) Mengalihkan perhatian perusahaan dari tujuan utamanya dalam mencari laba. Ini akan menimbulkan

pemborosan.

b) Memungkinkan keterlibatan perusahaan terhadap permainan perusahaan atau politik secara berlebihan

yang sebenarnya bukan lapangannya.

c) Dapat menimbulkan bisnis yang monolitik bukan yang bersifat pluralistik

d) Keterlibatan sosial memerlukan dana dan tenaga yang cukup besar yang tidak dapat dipenuhi oleh dana

perusahaan yang terbatas, yang dapat menimbulkan kebangkrutan atau menurunkan tingkat

pertumbuhan perusahaan.

e) Keterlibatan pada kegiatan sosial yang demikian kompleks memerlukan tenaga dan para ahli yang belum

tentu dimiliki oleh perusahaan (Ahmed Belkaoui, SEA 1984).

 Bentuk Keterlibatan Sosial

Bentuk keterlibatan apa yang harus dilakukan perusahaan sebagai suatu keterlibatan sosial? Kantor

akuntansi Ernst & Ernst (1971), K. Davis dan R.L. Blomstrom (1971), dan committe for Economic Development (1971)

mengemukakan bahwa bentuk keterlibatan tersebut adalah meliputi kegiatan sebagai berikut:

a) Lingkungan Hidup

o Pengawasan terhadap efek polusi

o Perbaikan pengrusakan alam, konservasi alam

o Keindahan lingkungan

o Pengurangan suara bising

o Penggunaan tanah

o Pengelolaan sampah dan air limbah

o Riset dan pengembangan lingkungan

o Kerja sama dengan pemerintah dan universitas

o Pembangunan lokasi rekreasi

o Dan lain-lain

b) Energi
o Konservasi energi yang dilakukan perusahaan

o Penghematan energi dalam proses produksi

o Dan lain-lain

c) Sumber Daya Manusia dan Pendidikan

o Keamanan dan kesehatan karyawan

o Pendidikan karyawan

o Kebutuhan keluarga dan rekreasi karyawan

o Menambah dan memperluas hak-hak karyawan

o Usaha untuk mendorong partisipasi

o Perbaikan kesejahteraan dan manfaat pensiun

o Beasiswa kepada keluarga karyawan atau masyarakat

o Bantuan pada sekolah atau pendirian sekolah

o Membantu pendidikan tinggi dan riset dan pengembangan

o Pengangkatan pegawai dari kelompok miskin, minoritas

o Peningkatan karier karyawan

o Dan lain-lain

d) Praktik Bisnis yang Jujur

o Memperhatikan hak- hak karyawan

o Memberi kesempatan pada peranan wanita

o Jujur dalam iklan dan bisnis

o Pemberian kredit ringan kepada masyarakat

o Servis yang memuaskan

o Produk yang sehat bagi kesehatan

o Jaminan kepuasan langganan

o Selalu mengontrol kualitas dan keamanan produk

o Menandatangani fakta integritas

o Menjauhi melakukan sogok terhadap pejabat


o Dan lain-lain

e) Membantu Masyarakat Lingkungan

o Memanfaatkan tenaga ahli perusahaan dalam mengatasi masalah sosial di lingkungannya

o Tidak campur tangan dalam struktur masyarakat

o Membangun klinik kesehatan

o Membantu sekolah

o Pembangunan rumah ibadah

o Perbaikan desa/kota

o Sumbangan untuk kegiatan sosial masyarakat

o Perbaikan perumahan desa

o Bantuan dana, sosial, gempa bumi, banjir, tsunami

o Perbaikan sarana pengangkutan umum dan sarana pasar

o Dan lain-lain

f) Kegiatan Seni dan Kebudayaan

o Membantu lembaga seni dan budaya

o Sponsor kegiatan seni dan budaya

o Penggunaan seni dan budaya dalam iklan

o Merekrut tenaga yang berbakat seni olahraga

o Dan lain-lain

g) Hubungan dengan Pemegang Saham

o Sifat kejujuran, keterbukaan direksi pada semua persero

o Peningkatan pengungkapan informasi dalam laporan keuangan

o Pengungkapan keterlibatan perusahaan dalam kegiatan social

o Dan lain-lain

h) Hubungan dengan Pemerintah

o Mentaati peraturan pemerintah

o Membatasi kegiatan lobbying dan sogok-menyogok


o Mengontrol kegiatan politik perusahaan

o Membantu lembaga pemerintah sesuai dengan kemampuan perusahaan, membantu secara umum

usaha peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat

o Membantu proyek dan kebijaksanaan pemerintah

o Meningkatkan produktivitas sektor informal

o Pengembangan dan inovasi manajemen

o Menghindari praktik KKN

o Dan lain-lain

Pelaksanaaan Socio Economic Accounting ini akan semakin cepat oleh beberapa tekanan atau faktor antara lain:

1) Adanya Peraturan Pemerintah atau UU yang diberlakukan

2) Ditetapkannya standar akuntansi yang mengharuskan pengungkapan tanggung jawab sosial

3) Adanya tekanan dari pressure group misalnya Greenpeace, Trade Union, PBB, dan lain sebagainya

4) Kesadaran perusahaan

G. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia

Tanggung jawab sosial dan etika perusahaan di Indonesia sebenarnya tak perlu diragukan. Hal ini terbukti

dari keterlibatan perusahaan, baik langsung maupun melalui jalur pemerintah atau badan-badan sosial dalam

mengatasi penyakit sosial dan memperbaiki/membantu sarana dan kegiatan sosial, seperti mensponsori kegiatan

olah raga, pembersihan polusi dan air limbah, membantu korban bencana alam, mendirikan sarana pendidikan,

kesehatan, dll.

Namun, kita tidak dapat menutup mata terhadap ulah sebagian perusahaan yang merugikan kepentingan

sosial, seperti : pengerusakan hutan, lingkungan, iklan palsu, jaminan palsu, kualitas produk yang tidak benar,

kekurangan informasi tentang produk, penipuan-penipuan lain, kebisingan, keracunan, dan produk yang merusak

kesehatan. Kadang kiata malu melihat situasi kita yang didaulat sebagai sistem yang terbaik ternyata kurang

memperhatikan etika dan tanggung jawab sosial sebagaimana yang dijaga dan dimiliki oleh sistem kapitalis bahkan

sosialis sekalipun.
Drucker mengakatakan bahwa tidak ada suatu lembaga yang hidup sendiri dan mati sendiri. Setiap

orang/lembaga adalah unsur yang tidak terpisah dari masyarakat dan hidup demi kepentingan masyarakat.

Perusahaan tidak terkecuali. Perusahaan yang bebas tidak dapat disebut sebagai baik untuk perusahaan, ia hanya

dapat dikatakan baik jika baik untuk masyarakat (Peter F. Drucker, Management: Task, Responsibilities, 1973), dan

Belkaoui mengatakan bahwa perusahaan adalah penduduk dan harus menjadi penduduk yang baik (Ahmed

Belkaoui, SEA, 1984).

Secara formal, pemerintah telah mengeluarkan peraturan dan pernyataan yang melindungi kepentingan

sosial, baik bagi pendirian atau pembangunan perusahaan maupun proyek baru. Dengan demikian, jelaslah bahwa

kita menganut konsep dimana perusahaan memiliki tanggung jawab penuh, kendatipun pembatasannya belum

begitu jelas. Socio Economic Accounting berusaha mengidentifikasi, mencatat, mengikhtisarkan, melaporkan dan

menganalisis efek keterlibatan perusahaan ini, baik untung (benefit) dan kerugian (cost) yang dialami masyarakat.

Informasi ini sangat penting bagi perusahaan maupun bagi pihak luar, seperti pemerintah dan sosial dalam

pengambilan keputusan yang tepat.

 Pengukuran dalam Socio Economic Accounting

Masalah pengukuran ini merupakan hal yang sangat rumit dalam Socio Economic Accounting ini. Dalam

akuntansi konvensional jelas bahwa setiap transaksi baru dapat dicatat jika sudah mempengaruhi posisi keuangan

perusahaan. Dalam SEA kita harus mengukur dampak positif (social benefit) dan dampak negative (social cost) yang

ditimbulkan oleh kegiatan perusahaan. Biasanya dampak positif dan negative ini belum dapat dihitung karena

memang transaksinya bersifat uncomplete cycles, non-resiprocal dan belum mempengaruhi posisi keuangan

perusahaan.

Biasanya tidak semua dampak negatif positif itu dapat dihitung dan belum ada pembahasan lengkap dalam

literatur tentang pengukuran untuk semua jenis externalities ini. Dalam mengukur kerugian ini semua sumber dan

objek kerugian dihitung. Kerugian ini bisa kerugian finansial atau kerugian umum (amenity loss). Kerugian keuangan

misalnya kerugian produksi akibat kerusakan lingkungan. Kerugian amenity misalnya penderitaan jiwa yang dialami

masyarakat, individu, dan keluarga.


Salah satu akibat dari polusi udara adalah rusaknya kesehatan manusia yang antara lain menyebabkan

kematian premature. Kematian premature ini disebabkan oleh berbagai hal dan memerlukan biaya pengobatan,

pencegahan dan sebagainya. Biaya inilah yang dihitung sebagai komponen social cost. Dari sisi lain Midwest Research

Institute (MRI) (Belkaoui,1985 hlm.197) melaksanakan studi tentang kaitan polusi udara dengan bahan, lingkungan,

dan makhluk hidup yang terkena polusi.

Kerugian ekonomis dari bahan yang menjadi polusi ditaksir dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Q=PxNxFxR

Keterangan :

Q : Kerugian akibat Polusi

P : Produksi dalam dolar

N : Umur ekonomis dari suatu bahan yang dinilai berdasarkan penggunaannya

F : Faktor rata-rata tertimbang sebagai presentase bahan yang menimbulkan polusi udara

R : Faktor tenaga kerja yang menggambarkan nilai bahan yang dipakai dan nilai yang masih ada.

Kerugian yang terjadi kepada tanah akibat polusi tadi dihitung dengan rumus :

L=QxV

Keterangan :

L : Kerusakan lahan

Q : Nilai bahan yang menyebabkan polusi sebagai mana rumus di atas.

V : Nilai Interaksi tanah pertahun

Disinilah rumitnya menghitung dampak ekonomisnya itu, karena semua dampak itu harus dinilai dan sampai saat ini

para ahli masih terus melakukan studi bagaimana menaksir kerugian itu. Para aktivis lingkungan ternyata telah

banyak membantu dalam melakukan penaksiran ini.

Namun demikian sebagai informasi yang akan dilaporkan dalam Socio Economic reporting dibuat berbagai metode

pengukuran misalnya:

1. Menggunakan penilaian dengan menghitung “ Opportunity Cost Approach”. Misalnya dalam menghitung social

cost dari pembuangan, maka dihitung berapa kerugian manusia dalam hidupnya, berapa berkurang
kekayaanya, berapa kerusakan wilayah rekreasi, dan lain sebagainya akibat pembuangan limbah. Total

kerugian itulah yang menjadi social cost perusahaan (Belkaoui, 1985 p. 195).

2. Menggunakan daftar kuesioner, survei, lelang, dimana mereka yang merasa dirugikan ditanyai berapa besar

jumlah kerugian yang ditimbulkanya atau berapa biaya yang harus dibayar kepada mereka sebagai

kompensasi kerugian yang dideritanya.

3. Menggunakan hubungan antara kerugian massal dengan permintaan untuk barang perorangan dalam

menghitung jumlah kerugian masyarakat.

4. Menggunakan rekreasi pasar dalam menentukan harga.

Sebagai pedoman, berikut ini kita lihat bagaimana mengukur keuntungan suatu kawasan rekreasi. Calawsen

dan Knetsch (Belkaoui, 1985, hlm. 199) misalnya memberikan metode pengukuran untuk menaksir keuntungan dari

suatu kawasan rekreasi sebagai berikut :

a. Metode Harga Maksimum (Maximum price method)

Disini ditaksir seluruh jumlah yang dibayar oleh pengunjung daerah rekreasi tersebut.

b. Metode Pengeluaran Kotor (Gross Expenditure Method)

Disini ditaksir keseluruhan jumlah yang dibelanjakan oleh pengunjung selama rekreasi.

c. Harga Pasar Ikan (Market Value Of Fish Method)

Disini ditaksir harga pasar dari semua ikan yang ditangkap pengunjung selama rekreasi.

d. Metode Harga Pokok (Cost Method)

Disini disamakan keuntungan yang diperoleh dari suatu kawasan rekreasi dengan harga pokok

pembangunannya.

e. Metode Harga Pasar (Market Value Method)

Disini digunakan penaksiran nilai berdasarkan harga pasar atau harga yang dibebankan di daerah rekreasi

lainnya.

f. Metode Interview Langsung (Direct Interview Method)

Disini ditanya secara langsung para pengunjung, berapa mereka bersedia membayar karena mengunjungi

daerah rekreasi itu.

Di pihak lain, Estes (1976) mengusulkan berbagai teknik pengukuran sebagai berikut:
1) Penilaian pengganti (Surrogate Valuation)

2) Teknik Survei

3) Biaya perbaikan dan pencegahan

4) Penilaian (Appraisal) oleh tim independen

5) Putusan pengadilan

6) Analisis

7) Biaya pengeluaran

H. Pelaporan

Untuk melaporkan aspek sosial ekonomi yang diakibatkan perusahaan, ada beberapa teknik pelaporan SEA menurut

Diller (1970), yaitu:

1. Pengungkapan dalam surat kepada pemegang saham baik dalam laporan tahunan atau bentuk laporan lainnya.

2. Pengungkapan dalam catatan atas laporan keuangan.

3. Dibuat dalam perkiraan tambahan misalnya melalui adanya perkiraan (akun) penyisihan kerusakan lokasi, biaya

pemeliharaan lingkungan, dan sebagainya.

Pelaporan dalam SEA berarti memuat informasi yang menyangkut dampak positif atau negative yang

ditimbulkan oleh perusahaan. Berikut ini sekedar contoh Pelaporan SEA sebagai berikut:

PT Ezly Bazliyah

Socio Economic Operating Report

Per 31 desember 1993

(Dalam Ribuan)

I. Kaitan dengan masyarakat

A. Perbaikan :

1. Pelatihan orang cacat Rp. 20.000

2. Sumbangan pada Lembaga Pendidikan Rp. 8.000


3. Biaya Ekstra karena merekrut minoritas Rp. 10.000

4. Biaya penitipan bayi Rp. 22.000

Total perbaikan Rp. 60.000

B. Kerusakan :

Penundaan pemasangan alat pengaman Rp. 28.000 _

Perbaikan ( bersih ) untuk masyarakat ( 1 ) Rp. 38.000

II. Kaitan Dengan Lingkungan

A. Perbaikan :

1. Reklamasi lahan dan pembuatan taman Rp140.000

2. Biaya pemasangan control polusi Rp. 8.000

3. Biaya pematian racun limbah Rp. 18.000

Total perbaikan Rp. 166.000

B. Kerusakan :

1. By yg akan dikeluarkan untuk reklamasi pertambangan Rp.160.000

2. Taksiran biaya pemasangan penetralan racun air Rp. 200.000

Total kerusakan Rp.360.000 _

C. Deficit ( II ) ( Rp.194.000 )

III. Kaitan Dengan Produk

A. Perbaikan :

1. Gaji eksekutif Komisi Pengamatan Produk Rp. 50.000

2. Biaya pengganti cat beracun Rp. 18.000

Total perbaikan Rp. 68.000

B. Kerusakan :

1. Pemasangan alat pengaman produksi Rp. 44.000 _

C. Net perbaikan ( III ) Rp. 24.000

Total socio economic deficit 1993 ( I + II + III ) ( Rp.138.000 )

Saldo kumulatif net perbaikan 1.01.93 Rp.498.000


Saldo kumulatif net perbaikan 31.12.1993 Rp.360.000

Di samping mereka yang mendukung penerapan akuntansi Sosio Economic Accounting atau akuntansi pertanggung

jawaban sosial ini, ada juga yang mengkritiknya. Adapun kritiknya adalah sebagai berikut :

a. Informasi pertanggung jawaban sosial itu hanya menambah biaya saja dan tidak dibutuhkan oleh pemegang

saham atau investor lainnya.

b. Ukuran dampak sosial perusahaan dalam satuan moneter secara teknis tidak dapat dilakukan karena sangat

kompleks dan merupakan estimasi saja.

c. Faktor-faktor diluar perusahaan bukan merupakan tanggung jawab perusahaan dan ia tidak dapat

mengendalikannya.

d. Belum ada kesepakatan umum tentang konsep, tujuan, pengukuran maupun pelaporannya.

e. Informasi tentang APS ini akan dapat mengalihkan perhatian pada indikator bisnis intinya sehingga dapat

menyulitkan para pengambil keputusan.

f. Hal ini mengaburkan posisi perusahaan dan pemerintah dalam melaksanakan tugas masing-masing yang saling

berbeda. Jadi jangan dibedakan tugas pemerintahan kepada perusahaan.


1. Apa ringkasan/ abstrak penelitian tersebut ?
2. Apa tujuan penelitian tersebut ?
3. Jelaskan fenomena penelitian itu ?
4. Dimana penelitian perusahaan dan tahun berapa ?
5. Variable yang di teliti apa dan bagaimana mengukur variable tersebut ?
6. Bagaimana kesimpulan penelitian ?
7. Apa saran dari penelitian ini ?

Jawaban:

1. SEA timbul dari penerapan akuntansi dalam ilmu sosial, ini menyangkut peraturan, pengukuran
analisis, dan pengungkapan pengaruh ekonomi dan sosial dari kegiatan pemerintah dan pengusaha.
Hal ini termasuk kegiatan yang bersifat mikro dan makro. Pada tingkat makro bertujuan untuk
mengukur dan mengungkapkan kegiatan ekonomi dan sosial negara mencakup social accounting
dan reporting peranan akuntansi dalam pembangunan ekonomi. Pada tingkat mikro bertujuan untuk
mengukur dan melaporkan pengaruh kegiatan perusahaan terhadap lingkungannya, mencakup
financial dan managerial social accounting, social auditing.

2. Adapun tujuan berdasarkan identifikasi masalah diatas dapat diungkapakan sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui mengenai arti Akuntansi Sosial Ekonomi
b. Untuk mengetahui faktor pendorong munculnya Akuntansi Sosial Ekonomi
c. Untuk mengetahui konsep Akuntansi Sosial Ekonomi
d. Untuk mengetahui keterlibatan perusahaan dalam Sosial Ekonomi
e. Untuk mengetahui tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia
f. Untuk mengetahui tentang pelaporan Akuntansi Sosial Ekonomi\

3. Ilmu Socio Economic Accounting (SEA) ini merupakan bidang ilmu akuntansi yang berfungsi dan
mencoba mengidentifikasi, mengukur, menilai, melaporkan aspek-aspek social benefit dan social
cost yang ditimbulkan oleh lembaga. Pengukuran ini pada akhirnya akan diupayakan sebagai
informasi yang dijadikan dasar dalam proses pengambilan keputusan untuk meningkatkan peran
lembaga, baik perusahaan atau yang lain untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan
lingkungan secara keseluruhan.

4. Di Indonesia tahun 2013

5. SEA masih merupakan fenomena baru dalam ilmu akuntansi, dan sering ditafsirkan sama dengan
Social Accounting yang dihubungkan dengan National Income Accounting . Para ahli juga telah
banyak memberikan defenisi dan dalam tulisan ini saya akan kutip defenisi dari Ahmed Belkaoui,
dalam bukunya tentang Socio Economic Accounting. Beliau menyatakan sebagai berikut:
“SEA timbul dari penerapan akuntansi dalam ilmu sosial, ini menyangkut peraturan, pengukuran
analisis, dan pengungkapan pengaruh ekonomi dan sosial dari kegiatan pemerintah dan pengusaha.
Hal ini termasuk kegiatan yang bersifat mikro dan makro. Pada tingkat makro bertujuan untuk
mengukur dan mengungkapkan kegiatan ekonomi dan sosial negara mencakup social accounting
dan reporting peranan akuntansi dalam pembangunan ekonomi. Pada tingkat mikro bertujuan untuk
mengukur dan melaporkan pengaruh kegiatan perusahaan terhadap lingkungannya, mencakup
financial dan managerial social accounting, social auditing”.

7. Kesimpulan:
a. SEA masih merupakan fenomena baru dalam ilmu akuntansi, dan sering ditafsirkan sama
dengan Social Accounting yang dihubungkan dengan National Income Accounting .
b. Ilmu Social Economic Accounting ( SEA ) ini merupakan bidang ilmu akuntansi yang
berfungsi dan mencoba mengindentifikasi, mengukur, menilai, melaporkan aspek-aspek
social benefit dan social cost yang ditimbulkan oleh lembaga. Pengukuran ini pada akhirnya
akan diupayakan sebagai informasi yang dijadikan dasar dalam proses pengambilan
keputusan untuk meningkatkan peran lembaga baik perusahaan atau yang lain untuk
meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan secara keseluruhan.
c. SEA timbul dari penerapan akuntansi dalam ilmu sosial, ini menyangkut peraturan,
pengukuran analisis, dan pengungkapan pengaruh ekonomi dan sosial dari kegiatan
pemerintah dan pengusaha. Hal ini termasuk kegiatan yang bersifat mikro dan makro. Pada
tingkat makro bertujuan untuk mengukur dan mengungkapkan kegiatan ekonomi dan sosial
negara mencakup social accounting dan reporting peranan akuntansi dalam pembangunan
ekonomi. Pada tingkat mikro bertujuan untuk mengukur dan melaporkan pengaruh kegiatan
perusahaan terhadap lingkungannya, mencakup financial dan managerial social accounting,
social auditing.
d. Pelaporan dalam SEA berarti memuat informasi yang menyangkut dampak positif atau
negative yang ditimbulkan oleh perusahaan.
e. Dalam SEA kita harus mengukur dampak positif yang ditimbulkan oleh kegiatan perusahaan
yaitu berupa social benefit dan dampak negative yang ditimbulkan oleh kegiatan
perusahaan yaitu berupa social cost.

Anda mungkin juga menyukai