Anda di halaman 1dari 19

BAB VI

MANAJEMEN PERSEDIAAN
(INVENTORY MANAGEMENT)

Pendahuluan
Materi Manajemen Persediaan (Inventory Management) akan menjelaskan
mengenai pengertian persediaan dan pentingnya manajemen persediaan, serta
model-model yang digunakan dalam merencanakan dan mengendalikan
persediaan. Sebagaimana telah diketahui bahwa salah satu jenis investasi yang
dilakukan perusahaan adalah investasi pada persediaan sebagai salah satu bentuk
investasi jangka pendek. Apakah yang mendasari motif perusahaan untuk
menginvestasikan dananya pada persediaan? Apakah keputusan investasi pada
persediaan yang akan dilakukan oleh CFO akan diputuskan begitu saja tanpa
perhitungan ? Tentunya tidak!
Manajemen Persediaan dimaksudkan sebagai bekal bagi mahasiswa untuk
melaksanakan tugas-tugas dalam perencanaan dan pengendalian keuangan
perusahaan. Di samping itu, juga sebagai bekal dalam menjalankan tugas logistik.
Oleh karena itu, dengan mengikuti materi ini mahasiswa dapat membantu CFO
dalam merencanakan dan mengendalikan investasi persediaan perusahaan.

6.1 Pengertian Persediaan


Persediaan merupakan barang habis pakai yang dimiliki oleh perusahaan
untuk memenuhi kebutuhannya. Keberadaan persediaan bagi perusahaan sangat
penting untuk mendukung kelancaran operasi perusahaan. Persediaan dapat
diklasifikasi atas berbagai bentuk sebagai berikut:
1 Persediaan bahan baku (raw material inventory). Persediaan bahan baku
merupakan jenis barang sebagai bahan baku yang diproses untuk
menghasilkan barang jadi dan habis dalam satu siklus operasi.
2 Persediaan barang dalam proses (work-in-process goods inventory).
Persediaan barang dalam proses merupakan jenis barang yang telah diproses
awal dan akan diproses lebih lanjut menjadi barang jadi.

Bab 6. Manajemen Persediaan 68


3 Persediaan barang jadi (finished goods inventory). Persediaan barang jadi
merupakan jenis barang yang telah selesai diproses dan siap untuk dijual.
4 Persediaan barang dagangan (merchandise inventory). Persediaan barang
dagangan merupakan jenis barang jadi yang telah dibeli dan siap untuk dijual
kembali.
5 Perlengkapan (supplies). Perlengkapan merupakan jenis barang yang
mennjang kebutuhan operasi perusahaan.
6 Persediaan suku cadang (spare parts inventory). Persediaan suku cadang
merupakan jenis barang dalam bentuk suku cudang yang telah dibeli/diadakan
dan siap untuk digunakan untuk mengganti suku cadang yang telah rusak.

Apabila ditinjau dari fungsinya, persediaan dapat diklasifikasi menjadi tiga


macam:
1 Batch stock (lot size stock) merupakan jenis persediaan yang disiapkan untuk
mengantisipasi kebutuhan normal perusahaan terhadap jenis persediaan
tersebut. Misalnya, suatu perusahaan memproduksi barang rata-rata sebanyak
1.000 unit per bulan untuk mengantisipasi penjualan normal perusahaan,
standar penggunaan bahan baku adalah 1,5 kg per unit. Maka batch stock (lot
size stock) atas bahan baku tersebut sebanyak 1.500 kg per bulan.
2 Fluctuation stock merupakan jenis persediaan yang disiapkan untuk
mengantisipasi kebutuhan persediaan yang bersifat fluktuatif yang
dipengaruhi oleh faktor siklis atau musim. Misalnya, lot size stock sebanyak
1.500 kg per bulan. Kemudian diasumsikan bahwa perekonomian akan
mengalami booming di masa akan datang sehingga perusahaan meningkatkan
produksinya sebesar 5 persen, sehingga penggunaan bahan baku juga akan
meningkat sebanyak 75 kg. Inilah yang disebut fluctuation stock.
3 Buffer stock (safety stock). Buffer stock atau safety stock merupakan jenis
persediaan yang disiapkan untuk mengatasi kebutuhan persediaan yang
bersifat darurat yang tidak diduga sebelumnya. Misalnya, penjualan tiba-tiba
melonjak yang tidak diduga sebelumnya sehingga kebutuhan terhadap
persediaan meningkat.

Bab 6. Manajemen Persediaan 69


6.2 Pentingnya Manajemen Persediaan
Manajemen persediaan dimaksudkan untuk menentukan tingkat investasi
persediaan secara optimal sehingga tingkat persediaan tidak kelebihan maupun
kekurangan. Apabila persediaan kelebihan maka akan menimbulkan opportunity
cost sebagai bentuk pengangguran dana sedangkan apabila persediaan kurang
maka akan mengganggu kelancaran operasi perusahaan sehingga target operasi
perusahaan tidak tercapai.
Selain aspek di atas, juga persediaan dapat ditinjau dari aspek biaya.
Apabila persediaan terlalu besar maka biaya penyimpanan (holding cost)
persediaan menjadi lebih besar sedangkan apabila persediaan terlalu sedikit maka
biaya pemesanan (ordering cost) akan menjadi lebih besar. Oleh karena itu, untuk
mencapai tingkat persediaan optimal maka total biaya persediaan adalah minimal
yang dapat dicapai apabila total biaya penyimpanan sama dengan total biaya
pemesanan.
Sehubungan dengan hal di atas maka perlu dipahami tentang biaya
persediaan (inventory cost) sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:
1. Biaya-biaya penyimpanan (carrying costs), seperti: (1) Biaya modal, (2) Biaya
gudang dan penanganan, (3) Asuransi, (4) Pajak property, dan (5) Depresiasi.
Secara grafis ditunjukkan pada Gambar 6.1.

Biaya (Rp)

Total Biaya Penyimpanan

0 Jumlah Persediaan (unit)


__________________________
Gambar 6.1. Biaya Penyimpanan Persediaan

Gambar 6.1 di atas menunjukkan bahwa semakin sedikit jumlah persediaan


maka semakin kecil biaya penyimpanan persediaan dan sebaliknya semakin

Bab 6. Manajemen Persediaan 70


besar jumlah persediaan maka semakin besar pula biaya penyimpanan
persediaan.
2. Biaya-biaya pemesanan (ordering costs) meliputi: (1) Biaya-biaya untuk
melakukan pemesanan, seperti biaya administrasi, dll, dan (2) Biaya
pengiriman dan penanganan. Secara grafis ditunjukkan pada Gambar 6.2.
Biaya (Rp)

Total Biaya Pemesanan

0 Jumlah Persediaan (unit)


__________________________
Gambar 6.2. Biaya Pemesanan Persediaan

Gambar 6.2 di atas menunjukkan bahwa semakin sedikit jumlah persediaan


maka semakin besar biaya pemesanan persediaan dan sebaliknya semakin
besar jumlah persediaan maka semakin kecil biaya pemesanan persediaan.
3. Biaya-biaya kekurangan persediaan (costs of running short), seperti (1)
Kehilangan penjualan, (2) Kehilangan nama baik dari pelanggan, dan (3)
Mengganggu jadwal produksi.

6.3 Model Manajemen Persediaan


Model-model yang digunakan dalam manajemen persediaan dimaksudkan
untuk menentukan jumlah persediaan secara optimal. Model-model yang biasa
digunakan dalam mengendalikan persediaan antara lain: (1) Economical Order
Quantity (EOQ), (2) ABC System (Pareto Analysis), (3) Just-in-Time (JIT), dan
(4) Out-Sourcing.
1. Economical Order Quantity (EOQ) Model
EOQ merupakan jumlah item persediaan yang dipesan sehingga
meminimumkan biaya-biaya persediaan selama periode perencanaan. Model
ini dapat digunakan apabila kebutuhan persediaan relatif konstan setiap waktu.
Pada model ini ditentukan bahwa tingkat persediaan optimal dapat dicapai

Bab 6. Manajemen Persediaan 71


apabila total biaya persediaan minimal dan ini dapat dicapai apabila total biaya
penyimpanan sama dengan total biaya pemesanan. Secara grafis ditunjukkan
pada Gambar 6.3.
Biaya (Rp)

Total Biaya Persediaan


Total Biaya Penyimpanan

Total Biaya Pemesanan

0 Q* Jumlah Persediaan (unit)


__________________________
Gambar 6.3. Biaya Persediaan dan Tingkat Persediaan Optimal

Gambar 6.3 di atas menunjukkan bahwa tingkat persediaan optimal dapat


dicapai pada tingkat persediaan sebesar Q* ketika total biaya penyimpanan
sama dengan total biaya pemesanan atau total biaya persediaan minimal.
Jumlah persediaan sebesar Q* tersebut dapat diartikan sebagai jumlah
persediaan yang dipesan untuk setiap kali pemesanan.
Untuk menghitung besarnya persediaan optimal (Q*) dapat digunakan
Persamaan 6.1.
2(O)(S )
Q*  (6.1)
C
Keterangan:
Q* adalah tingkat pemesanan persediaan yang paling ekonomis (unit)
O adalah biaya pemesanan setiap kali pesan (Rp per pesanan)
S adalah besarnya kebutuhan persediaan selama periode waktu tertentu (unit
per periode)
C adalah biaya penyimpanan persediaan per unit setiap periode tertentu
(Rp/unit per periode)

Selanjutnya, total biaya persediaan (total inventory cost = TIC) dapat dihitung
dengan menggunakan Persamaan 6.2.
Q  S 
TIC  C   O  (6.2)
 2  Q

Reorder Point (ROP)

Bab 6. Manajemen Persediaan 72


Reorder Point (ROP) menunjukkan jumlah persediaan yang masih tersisa
sehingga sudah harus melakukan pemesanan kembali guna menutupi
persediaan yang telah digunakan. Reorder Point penting diperhitungkan
karena dapat mempengaruhi kelangsungan operasi perusahaan dan
menghindari kelebihan persediaan. Untuk menghitung besarnya ROP dapat
digunakan Persamaan 6.3.
ROP   LT  DU    SS (6.3)

Keterangan:
ROP = Reorder Point
LT = Jangka waktu pemesanan (lead time)
DU = Kebutuhan persediaan per hari (daily usage)
SS = Persediaan pengaman (safety stock)

Mekanisme pengendalian persediaan dengan menggunakan Model EOQ


ditunjukkan pada Gambar 6.4.

Tingkat Persediaan (unit)

Q*+SS

ROP

SS

0 t1-LT t1 Waktu (hari)


____________________________
Gambar 6.4. Mekanisme pengendalian persediaan dengan Model EOQ

Gambar 6.4 di atas menunjukkan bahwa tingkat persediaan optimal sebesar Q *


adalah untuk kebutuhan selama t1 hari dan pemesanan dilakukan kembali pada
saat persediaan tersisa sebanyak ROP unit termasuk persediaan pengaman
sebesar SS unit.
Contoh 6.1.

PT METRO INDUSTRY merupakan produsen makanan ringan. Rencana


penjualan Tahun 2010 relatif konstan yaitu rata-rata 1.500 doz per bulan dan
setelah memperhitungkan persediaan ditetapkan rencana produksi rata-rata

Bab 6. Manajemen Persediaan 73


sebanyak 1.600 doz per bulan. Untuk memproduksi makanan ringan tersebut
dibutuhkan bahan baku dengan standar penggunaan bahan baku 1,2 kg per
doz. Pengadaan bahan baku disuplai dari PT Angin Mammiri yang
membutuhkan waktu selama 5 hari sedangkan proses produksi berlangsung
selama 12 jam. Biaya penyimpanan bahan baku sebesar 10% dari harga bahan
baku sedangkan biaya pemesanan bahan baku sebesar Rp 400.000,00 setiap
kali pesan. Harga bahan baku adalah Rp 1.500,00 per kg sedangkan harga
makanan ringan yang diproduksi Rp 16.000,00 per doz.
Diminta:
1. Hitunglah besarnya pemesanan bahan baku yang paling ekonomis untuk
setiap kali pesan!
2. Hitunglah besarnya biaya persediaan. Lakukan pembulatan jika
memungkinkan! Tunjukkan dalam grafik.
3. Hitunglah besarnya reorder point apabila diasumsikan persediaan
pengaman sebesar kebutuhan 2 hari. Jelaskan hasil perhitungan reorder
point tersebut!
4. Bagaimana mekanisme pengendalian persediaan bahan baku pada PT
METRO INDUSTRY. Gambarkan dalam grafik.
Penyelesaian:
1. Tingkat pemesanan bahan baku yang paling ekonomis (EOQ)
Dengan menggunakan Persamaan 6.1 dapat dihitung tingkat pemesanan
persediaan yang paling ekonomis sebagai berikut:
2 x 400.000 x 1,2 x 1.600
EOQ 
10% x 1500
 3.200

Berdasarkan hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa tingkat


persediaan bahan baku yang paling ekonomis adalah 3.200 kg. Ini berarti
bahwa jumlah bahan baku yang dipesan untuk setiap kali pemesanan
sebanyak 3.200 kg. Dengan demikian frekuensi pemesanan sebanyak 0,6
kali dalam sebulan atau setiap 50 hari dilakukan pemesanan.
2. Biaya persediaan (TIC) dan grafik EOQ

Bab 6. Manajemen Persediaan 74


Dengan menggunakan Persamaan 6.2 dapat dihitung besarnya total biaya
persediaan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 6.1.

Tabel 6.1. Perhitungan Total Biaya Persediaan


Tingkat Total Biaya Total Biaya Total Biaya
Persediaan Penyimpanan Pemesanan Persediaan
(kg) Persediaan (Rp) Persediaan (Rp) (Rp)
3.000 225.000 256.000 481.000
3.200 240.000 240.000 480.000
3.400 255.000 225.882 480.882

Berdasarkan hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa total biaya


persediaan bahan baku yang paling ekonomis adalah pada tingkat
pesediaan 3.200 kg jika dibandingkan tingkat persediaan yang lebih kecil
atau yang lebih besar dari 3.200 kg. Secara grafis ditunjukkan pada
Gambar 6.5.
Biaya (Rp 000)

Total Biaya Persediaan


Total Biaya Penyimpanan
480

240
Total Biaya Pemesanan

0 3.200 Jumlah Persediaan (kg)


__________________________
Gambar 6.5. Biaya Persediaan dan Tingkat Persediaan Optimal

3. Reorder point apabila diasumsikan persediaan pengaman sebesar


kebutuhan 2 hari.
Dengan menggunakan Persamaan 6.3 dapat dihitung Reoder Point sebagai
berikut:
  1,2 x 1.600   1,2 x 1.600  
ROP   5,5      2  
  30   30  
 480

Bab 6. Manajemen Persediaan 75


Berdasarkan hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa perusahaan
sudah harus melakukan pemesanan kembali terhadap bahan baku ketika
persediaan bahan baku tersisa sebanyak 480 kg termasuk persediaan
pengaman sebanyak 128 kg. Dengan demikian, pemesanan ekonomis
sebanyak 3.200 kg tersebut, apabila sudah terpakai sebanyak 2.848 kg,
sudah harus dilakukan pemesanan kembali.
4. Mekanisme pengendalian persediaan bahan baku pada PT METRO
INDUSTRY
Dengan menggunakan Gambar 6.4 dapat diuraikan mekanisme
pengendalian persediaan bahan baku dengan Model EOQ sebagaimana
ditunjukkan pada Gambar 6.6.
Tingkat Persediaan (kg)

3.328

480

128

0 44,5 50 Waktu (hari)

Gambar 6.6. Pengendalian Persediaan (ilustrasi PT Metro Industry)

Berdasarkan Gambar di atas dapat dijelaskan mekanisme pengendalian bahan


baku sebagai berikut:
a. Tingkat pemesanan yang paling ekonomis sebanyak 3.200 kg yang berarti
bahwa setiap pemesanan sebanyak 3.200 kg atau untuk kebutuhan 50 hari.
Oleh karena itu, dengan asumsi bahwa kebutuhan bahan baku bersifat
stabil maka pemesanan dilakukan setiap 50 hari.
b. Persediaan pengaman (buffer stock) sebesar 128 kg artinya persediaan
bahan baku harus selalu tersisa minimal 128 kg.

Bab 6. Manajemen Persediaan 76


c. Pemesanan kembali dilakukan pada saat persediaan bahan baku tersisa 480
kg termasuk persediaan pengaman sebanyak 128 kg atau 5,5 hari sebelum
persediaan habis terpakai.

2. Analisis Pareto (Metode ABC)


Metode ini dapat digunakan pada perusahaan yang mempunyai jumlah item
persediaan yang sangat besar, misalnya 100 jenis persediaan. Sasaran
pengendalian persediaan dengan Metode ABC adalah untuk menentukan skala
prioritas dalam penanganan persediaan. Pada metode ini, seluruh item
persediaan diklasifikasi menjadi tiga kelompok sebagai berikut:
1) Kelompok A adalah kelompok persediaan yang jumlah sekitar 15% dari
seluruh jenis persediaan tetapi nilai investasinya mencapai 70% dari
seluruh persediaan.
2) Kelompok B adalah kelompok persediaan yang jumlah sekitar 30% dari
seluruh jenis persediaan tetapi nilai investasinya mencapai 20% dari
seluruh persediaan.
3) Kelompok C adalah kelompok persediaan yang jumlahnya sangat besar
yaitu sekitar 55% dari seluruh jenis persediaan tetapi nilai investasinya
mencapai 10% dari seluruh persediaan.
Secara grafis pengklasifikasian jenis persediaan dengan menggunakan Model
ABC atau Analisis Pareto ditunjukkan pada Gambar 6.7.
Nilai Investasi (%)

100

90

70

A B C

0 15 45 100 Jumlah Item Persediaan (%)

Gambar 6,7. Kurva Analisis Pareto

Bab 6. Manajemen Persediaan 77


Berdasarkan pengklasifikasian di atas dapat ditetapkan kebijakan penanganan
persediaan seperti yang dicontohkan pada Tabel 6.2.

Tabel 6.2. Pedoman Kebijakan Penanganan Persediaan dengan Metode ABC


Aspek
Kelompok A Kelompok B Kelompok C
Pengendalian
1. Monitoring Ketat, misal: setiap Sedang, misal: Kurang, misal:
hari setiap minggu setiap 2 minggu
2. Persediaan Rendah Sedang Tinggi
pengaman
3. dll ? ? ?

Contoh 6.2.
Swalayan ANDA memiliki persediaan barang dagangan sebanyak 30 jenis
dengan tingkat penjualan dan harga ditunjukkan pada Tabel 6.3.

Tabel 6.3. Volume Penjualan dan Harga Barang


No Kode Item Volume Penjualan (unit/tahun) Harga (Rp/unit)
(1) (2) (3) (4)
1 XA 1.500 1.500
2 XB 2.000 500
3 XC 40 145.000
4 XD 60 100.000
5 XE 120 10.000
6 XF 200 15.000
7 XG 4.500 400
8 XI 3.800 550
9 XJ 120 75.000
10 XK 50 255.000
11 XL 55 200.000
12 XM 68 45.000
13 XN 450 40.000
14 XO 600 34.500
15 XP 800 30.000
16 XQ 1.000 45.500
17 XR 1.500 12.600
18 XS 45 215.000
19 XT 30 150.500
20 XU 245 24.500
21 XV 400 20.000
22 XW 450 25.000
23 XX 600 30.400

Bab 6. Manajemen Persediaan 78


(1) (2) (3) (4)
24 XY 45 125.000
25 XZ 1.250 25.000
26 VZ 2.000 20.000
27 VY 245 250.000
28 VX 455 25.400
29 VW 6.015 500
30 VV 1.250 1.250

Diminta:
1) Lakukan pengklasifikasian ke dalam Kelompok A, Kelompok B, dan
Kelompok C atas ke-30 jenis persediaan di atas.
2) Tunjukkan dalam kurva Model ABC (Analisis Pareto).
3) Kemukakan kebijakan penanganan terhadap persediaan tersebut
berdasarkan pengelompokan di atas.
Penyelesaian:
Pertanyaan 1. Klasifikasi Persediaan
1) Hitung Nilai Investasi setiap persediaan
Nilai investasi dihitung dengan cara mengalikan antara volume penjualan
dengan harga setiap item persediaan. Hasilnya ditunjukkan pada Tabel 6.4.
Tabel 6.4. Perhitungan Nilai Investasi Persediaan
Volume
Kode Harga Nilai Investasi
No Penjualan
Item (Rp/unit) (Rp)
(unit/tahun)
(1) (2) (3) (4) (5)
1 XA 1.500 1.500 2.250.000
2 XB 2.000 500 1.000.000
3 XC 40 145.000 5.800.000
4 XD 60 100.000 6.000.000
5 XE 120 10.000 1.200.000
6 XF 200 15.000 3.000.000
7 XG 4.500 400 1.800.000
8 XI 3.800 550 2.090.000
9 XJ 120 75.000 9.000.000
10 XK 50 255.000 12.750.000

(1) (2) (3) (4) (5)

Bab 6. Manajemen Persediaan 79


11 XL 55 200.000 11.000.000
12 XM 68 45.000 3.060.000
13 XN 450 40.000 18.000.000
14 XO 600 34.500 20.700.000
15 XP 800 30.000 24.000.000
16 XQ 1.000 45.500 45.500.000
17 XR 1.500 12.600 18.900.000
18 XS 45 215.000 9.675.000
19 XT 30 150.500 4.515.000
20 XU 245 24.500 6.002.500
21 XV 400 20.000 8.000.000
22 XW 450 25.000 11.250.000
23 XX 600 30.400 18.240.000
24 XY 45 125.000 5.625.000
25 XZ 1.250 25.000 31.250.000
26 VZ 2.000 20.000 40.000.000
27 VY 245 250.000 61.250.000
28 VX 455 25.400 11.557.000
29 VW 6.015 500 3.007.500
30 VV 1.250 1.250 1.562.500

2) Lakukan perengkingan berdasarkan Nilai Investasi dari nilai terbesar ke nilai


yang terkecil. Hasilnya ditunjukkan pada Tabel 6.5.

Tabel 6.5. Perengkingan Nilai Investasi Persediaan


Volume
Kode Harga Nilai Investasi
No Penjualan
Item (Rp/unit) (Rp)
(unit/tahun)
(1) (2) (3) (4) (5)
1 VY 245 250000 61250000
2 XQ 1000 45500 45500000
3 VZ 2000 20000 40000000
4 XZ 1250 25000 31250000
5 XP 800 30000 24000000
6 XO 600 34500 20700000
7 XR 1500 12600 18900000

(1) (2) (3) (4) (5)


8 XX 600 30400 18240000

Bab 6. Manajemen Persediaan 80


9 XN 450 40000 18000000
10 XK 50 255000 12750000
11 VX 455 25400 11557000
12 XW 450 25000 11250000
13 XL 55 200000 11000000
14 XS 45 215000 9675000
15 XJ 120 75000 9000000
16 XV 400 20000 8000000
17 XU 245 24500 6002500
18 XD 60 100000 6000000
19 XC 40 145000 5800000
20 XY 45 125000 5625000
21 XT 30 150500 4515000
22 XM 68 45000 3060000
23 VW 6015 500 3007500
24 XF 200 15000 3000000
25 XA 1500 1500 2250000
26 XI 3800 550 2090000
27 XG 4500 400 1800000
28 VV 1250 1250 1562500
29 XE 120 10000 1200000
30 XB 2000 500 1000000

3) Hitung nilai kumulatif dari Nilai Investasi yang telah direngking. Hasilnya
ditunjukkan pada Tabel 6.6.

Tabel 6.6. Perhitungan Nilai Kumulatif dari Nilai Investasi Persediaan


Volume Nilai Nilai Kumulatif
Kode Harga
No Penjualan Investasi dari Nilai Investasi
Item (Rp/unit)
(unit/tahun) (Rp) (Rp)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 VY 245 250000 61250000 61250000
2 XQ 1000 45500 45500000 106750000
3 VZ 2000 20000 40000000 146750000
4 XZ 1250 25000 31250000 178000000

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


5 XP 800 30000 24000000 202000000
6 XO 600 34500 20700000 222700000

Bab 6. Manajemen Persediaan 81


7 XR 1500 12600 18900000 241600000
8 XX 600 30400 18240000 259840000
9 XN 450 40000 18000000 277840000
10 XK 50 255000 12750000 290590000
11 VX 455 25400 11557000 302147000
12 XW 450 25000 11250000 313397000
13 XL 55 200000 11000000 324397000
14 XS 45 215000 9675000 334072000
15 XJ 120 75000 9000000 343072000
16 XV 400 20000 8000000 351072000
17 XU 245 24500 6002500 357074500
18 XD 60 100000 6000000 363074500
19 XC 40 145000 5800000 368874500
20 XY 45 125000 5625000 374499500
21 XT 30 150500 4515000 379014500
22 XM 68 45000 3060000 382074500
23 VW 6015 500 3007500 385082000
24 XF 200 15000 3000000 388082000
25 XA 1500 1500 2250000 390332000
26 XI 3800 550 2090000 392422000
27 XG 4500 400 1800000 394222000
28 VV 1250 1250 1562500 395784500
29 XE 120 10000 1200000 396984500
30 XB 2000 500 1000000 397984500

4) Hitung persentase nilai kumulatif dari nilai investasi dan jumlah item
persediaan. Hasilnya ditunjukkan pada Tabel 6.7.
Tabel 6.7. Perhitungan Persentase Nilai Kumulatif dari Nilai Investasi
Persediaan dan Persentase Jumlah Item Persediaan

Persentase Persentase
Nilai Nilai Nilai
Volume Nilai
Kode Harga Kumulatif Kumulatif Kumulatif
No Penjualan Investasi
Item (Rp/unit) dari Nilai dari Nilai dari Nilai
(unit/tahun) (Rp)
Investasi (Rp) Investasi Investasi
(%) (%)
1 VY 245 250000
61250000 61250000 15 3
2 XQ 1000 45500
45500000 106750000 27 7

3 VZ 2000 20000
40000000 146750000 37 10
4 XZ 1250 25000
31250000 178000000 45 13

Bab 6. Manajemen Persediaan 82


5 XP 800 30000
24000000 202000000 51 17
6 XO 600 34500
20700000 222700000 56 20
7 XR 1500 12600
18900000 241600000 61 23
8 XX 600 30400
18240000 259840000 65 27
9 XN 450 40000
18000000 277840000 70 30
10 XK 50 255000
12750000 290590000 73 33
11 VX 455 25400
11557000 302147000 76 37
12 XW 450 25000
11250000 313397000 79 40
13 XL 55 200000
11000000 324397000 82 43
14 XS 45 215000
9675000 334072000 84 47
15 XJ 120 75000
9000000 343072000 86 50
16 XV 400 20000
8000000 351072000 88 53
17 XU 245 24500
6002500 357074500 90 57
18 XD 60 100000
6000000 363074500 91 60
19 XC 40 145000
5800000 368874500 93 63
20 XY 45 125000
5625000 374499500 94 67
21 XT 30 150500
4515000 379014500 95 70
22 XM 68 45000
3060000 382074500 96 73
23 VW 6015 500
3007500 385082000 97 77
24 XF 200 15000
3000000 388082000 98 80
25 XA 1500 1500
2250000 390332000 98 83
26 XI 3800 550
2090000 392422000 99 87
27 XG 4500 400
1800000 394222000 99 90
28 VV 1250 1250
1562500 395784500 99 93
29 XE 120 10000
1200000 396984500 100 97
30 XB 2000 500
1000000 397984500 100 100

5) Lakukan pengklasifikasian persediaan berdasarkan persentase nilai kumulatif


dari nilai investasi dan jumlah item persediaan. Hasilnya ditunjukkan pada
Tabel 6.8.

Tabel 6.8. Pengelompokan Persediaan menjadi Kelompok A, B, dan C.


No Kode Volume Harga Nilai Nilai Persentase Persentase
Item Penjualan (Rp/ Investasi Kumulatif Nilai Nilai
(unit/ unit) (Rp) dari Nilai Kumulatif Kumulatif Kelompok
tahun) Investasi dari Nilai dari Nilai

Bab 6. Manajemen Persediaan 83


Investasi Investasi
(Rp) (%) (%)
1 VY 245 250000 A
61250000 61250000 15 3
2 XQ 1000 45500 A
45500000 106750000 27 7
3 VZ 2000 20000 A
40000000 146750000 37 10
4 XZ 1250 25000 A
31250000 178000000 45 13
5 XP 800 30000 A
24000000 202000000 51 17
6 XO 600 34500 A
20700000 222700000 56 20
7 XR 1500 12600 A
18900000 241600000 61 23
8 XX 600 30400 B
18240000 259840000 65 27
9 XN 450 40000 B
18000000 277840000 70 30
10 XK 50 255000 B
12750000 290590000 73 33
11 VX 455 25400 B
11557000 302147000 76 37
12 XW 450 25000 B
11250000 313397000 79 40
13 XL 55 200000 B
11000000 324397000 82 43
14 XS 45 215000 B
9675000 334072000 84 47
15 XJ 120 75000 B
9000000 343072000 86 50
16 XV 400 20000 B
8000000 351072000 88 53
17 XU 245 24500 B
6002500 357074500 90 57
18 XD 60 100000 C
6000000 363074500 91 60
19 XC 40 145000 C
5800000 368874500 93 63
20 XY 45 125000 C
5625000 374499500 94 67
21 XT 30 150500 C
4515000 379014500 95 70
22 XM 68 45000 C
3060000 382074500 96 73
23 VW 6015 500 C
3007500 385082000 97 77
24 XF 200 15000 C
3000000 388082000 98 80
25 XA 1500 1500 C
2250000 390332000 98 83
26 XI 3800 550 C
2090000 392422000 99 87
27 XG 4500 400 C
1800000 394222000 99 90
28 VV 1250 1250 C
1562500 395784500 99 93
29 XE 120 10000 C
1200000 396984500 100 97
30 XB 2000 500 C
1000000 397984500 100 100

Pertanyaan 2. Kurva Model ABC


Hasil pengelompokan persediaan Swalayan ANDA secara ringkas ditunjukkan
pada Gambar 6.8.
Nilai Investasi (%)

Bab 6. Manajemen Persediaan 84


100

90

61

A B C

0 23 57 100 Jumlah Item Persediaan (%)

Gambar 6.8. Hasil Pengelompokan Persediaan berdasarkan Model ABC


(ilustrasi Swalayan ANDA)

Pertanyaan 3. Kebijakan Penanganan Persediaan


Berdasarkan hasil pengelompokan persediaan tersebut, selanjutnya ditetapkan
kebijakan atas pengendalian persediaan bagi Swalayan ANDA sebagaimana
ditunjukkan pada Tabel 6.9.

Tabel 6.9. Pedoman Kebijakan Pengendalian Persediaan (ilustrasi Swalayan


ANDA)

Aspek
Kelompok A Kelompok B Kelompok C
Pengendalian
1. Monitoring Ketat, misal: setiap Sedang, misal: Kurang, misal:
hari setiap minggu setiap 2 minggu
2. Persediaan Rendah Sedang Tinggi
pengaman

6.4 Penutup
1. Kesimpulan
Pembahasan Manajemen Persediaan di atas telah memberikan gambaran
tentang kegunaan manajemen persediaan, serta bagaimana melakukan
perencanaan dan pengendalian investasi pada persediaan bagi Chief Financial
Officer (CFO). Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan dalam
Manjemen Persediaan, antara lain Metode Economical Order Quantity dan
Metode ABC (Analisis Pareto).

Bab 6. Manajemen Persediaan 85


2. Tes Umpan Balik
1) Jelaskan pengertian Persediaan?
2) Jelaskan mengapa diperlukan manajemen persediaan?
3) Jelaskan jenis-jenis persediaan berdasarkan fungsinya.
4) Jelaskan bagaimana melakukan perencanaan dan pengendalian terhadap
investasi persediaan?
3. Studi Kasus
PT MAKASSAR INDUSTRY merupakan distributor makanan ringan yang.
Rencana penjualan Tahun 2010 relatif konstan yaitu rata-rata 10.500 bal per
tahun dan setelah memperhitungkan persediaan ditetapkan rencana pembelian
rata-rata sebanyak 12.600 bal per tahun. Pengadaan barang dagangan disuplai
dari PT Cemara yang membutuhkan waktu selama 10 hari. Biaya
penyimpanan barang dagangan sebesar 5% dari harga barang sedangkan biaya
pemesanan sebesar Rp 500.000,00 setiap kali pesan. Harga jual barang
dagangan Rp 150.000,00 per bal.

Diminta:
1. Hitunglah besarnya volume pembelian yang paling ekonomis untuk setiap
kali pemesanan. Lakukan pembulatan jika memungkinkan!
2. Hitunglah besarnya biaya persediaan. Lakukan pembulatan jika
memungkinkan! Tunjukkan dalam kurva.
3. Hitunglah besarnya reorder point apabila diasumsikan persediaan
pengaman sebesar 5 bal. Jelaskan hasil perhitungan reorder point tersebut!
4. Bagaimana mekanisme pengendalian persediaan barang jadi pada PT
MAKASSAR INDUSTRY. Gambarkan dalam grafik.

Bab 6. Manajemen Persediaan 86

Anda mungkin juga menyukai