Anda di halaman 1dari 12

Penjualan Angsuran Aktiva Tetap

Penjualan angsuran aktiva tetap adalah penjualan aktiva tetap seperti tanah, gedung, dan aktiva
jenis lainnya yang pembayarannya dilakukan secara bertahap dalam jumlah dan waktu yang telah
ditentukan. Biasanya pembayaran angsuran ini mempunyai tata aturan atau persyaratan sebagai
berikut :

a. Pembayaran Uang Dimuka (Down Payment)


Pembayaran uang muka ini dilaksanakan secara tunai yang jumlahnya
sebesar prosentase tertentu dari harga jual aktiva tetap atau sebesar jumlah
rupiah yang ditentukan.
b. Pembayaran Uang Tunai Periodik sebagai Pembayaran Angsuran.
Biasanya pembayaran angsuran ini telah ditentukan sebelumnya atau dapat
juga ditentukan besar kecilnya tergantung pada lamanya jangka waktu
angsurna. Jumlah rupiah setiap kali angsuran biasanya sudah termasuk biaya
bunga tetapi bisa juga belum termasuk biaya bunga (tergantung pada
perjanjian antara pembeli dan penjual).

Dalam penjualan angsuran aktiva tetap ini, hak kepemilikan aktiva tetap biasanya masih
berada di tangan si penjual dan baru beralih pemilikannya kepada si pembeli billa jangka waktu
angsurannya telah habis atau angsurannya telah lunas.

Suatu masalah yang timbul dalam pencatatan penjualan angsuran aktiva tetap adalah masalah
pencatatan dan pengakuan laba. Hal ini disebabkan karena jangka waktu angsuran terhadap
penjualan aktiva tetap memerlukan waktu yang panjang. Oleh karena itulah maka dalam akuntansi
penjualan angsuran aktiva tetap ini akan dibahas terlebih dahulu mengenai metode pengakuan laba
atas penjualan cicilan/angsuran aktiva tetap.
Metode Laba Diakui Pada Saat Penjualan Angsuran Dilakukan
Apabila dalam pencatatan penjualan angsuran menggunakan metode laba diakui pada tahun
penjualan, maka metode tersebut mempunyai ketentuan-ketentuan akuntansi sebagai berikut :

a. Laba penjualan (yang merupakan selisih antara harga jual dengan harga pokok),
diakui seluruhnya pada tahun dilakukannya penjualan angsuran aktiva tetap.
b. Akibat adanya pengakuan laba seluruhnya pada tahun dilakukannya penjualan,
maka pada tahun-tahun berikutnya sudah tidak ada pengakuan laba rugi.
c. Penerimaan kas sebagai hasil penagihan penjualan angsuran tahun sebelumnya,
akan dicatat sebagai penerimaan kas dan mengurangi piutang angsuran.
d. Hasil penagihan yang merupakan pelunasan piutang angsuran pada setiap kali
angsur, dianggap sebagai pengembalian pokok piutang angsuran.
e. Apabila pembeli dibebani biaya bunga angsuran, pembayarannya dapat
dilakukan bersama-sama dengan pelunasan piutang angsuran. Jumlah biaya
bunga ini dapat dibayar terpisah dari pelunasan piutang angsuran dan dapat juga
sudah termasuk dalam jumlah pelunasan piutang. Bunga ini oleh penjual diakui
sebagai pendapatan bunga.

Contoh

Pada awal tahun 1989, PT. Pratiwi Permai menjual 50 unit kapling tanah dengan harga
pokok per kapling Rp14.000.000,- dijual dengan harga per kapling Rp20.000.000,-.
Penjualan tersebut dilakukan secara berangsur dan pembayarannya diatur sebagai beriku :

• Pembayaran pertama dilakukan 6 bulan setelah transaksi dilakukan.


• Pembayaran angsuran dilakukan 6 bulan setelah ditambah dengan biaya
10% per tahun dari saldo piutang angsuran
• Jangka waktu angsuran 5 tahun (10 kali angsuran)
• Uang muka penjualan (down payment) ditentukan sebesar Rp200.000.000,-
• Jumlah pelunasan piutang angsuran tidak termasuk biaya bunga
Jurnal dan perhitunfan yang harus dibuat oleh PT. Pratiwi Permai adalah sebagai berikut:
Berdasarkan jurnal dan perhitungan dalam table di atas dapat disimpulkan bahwa :

1. Laba hanya diakui pada tahun terjadinya penjualan angsuran saja (1989), sedangkan
untuk tahun-tahun berikutnya (1989 & 1990 & seterusnya) sudah tidak ada pengakuan
laba rugi.
2. Jurnal penyesuaian yang dibuat setiap tanggal 31 desember setiap tahunnya adalah
untuk mengakui pendapatan bunga yang sudah menjadi milik perusahaan, tetapi
pembayaran bunga oleh pembeli barulah pada hari berikutnya bersama-sama saat
pembayaran angsuran (yaitu tgl 1 januari). Akibatnya pada saat penyesuaian dibuat
masih merupakan piutang bunga.
3. Apabila dibandingkan antara jurnal untuk tahun ke-2 dan ke-3, maka terlihat bahwa
keduanya mempunyai jurnal yang sama, demikian pula cara perhitungannya.

Untuk tahun-tahun berikutnya, yaitu tahun ke-4 dan ke-5, jurnal dan perhitungan yang dibuat oleh
PT. Pratiwi Permai akan sama seperti jurnal dan perhitungan pada tahun sebelumnya. Perbedaan
yang ada hanya pada besarnya kas dan pendapatan bunga yang diterima, sedangkan jumlah piutang
angsuran yang dilunasi tetap berjumalh Rp80.000.000,- setiap kali angsur.

Metode Laba Diakui Proposional Dengan Penerimaan Kas Dari Pelunasan


Angsuran

Pada metode laba diakui proporsional dengan penerimaan kas, ketentuan-ketentuan


akuntansinya adalah sebagai berikut:

• Laba penjualan (yang merupakan selisih antara harga jual dengan harga pokok)
yang timbul pada saat transaksi penjualan dilakukan, dimasukkan ke dalam
rekening "Laba Kotor Belum Direalisasi (Unrealized Gross Profit)" yang untuk
selanjutnya dalam buku ini disingkat LKBD.
• Setiap akhir tahun, perusahaan mengakui adanya laba kotor sebesar presentase
laba kotor dikalikan jumlah kas yang diterima. Jumlah kas yang diterima ini tidak
ter- masuk kas dari pendapatan bunga. Tetapi bila ada uang muka, maka uang
muka ter- sebut termasuk dalam jumlah kas yang diterima.
• Prosentase laba kotor dicatat dengan menggunakan rumus: (Harga jual - Harga
pokok) / Harga jual X 100%
• Jumlah rupiah yang didapatkan dari perkalian antara prosentase laba kotor dengan
jumlah kas yang diterima adalah merupakan "Laba kotor yang Direalisasi
(Realized Gross Profit)" yang untuk selanjutnya disingkat LKD.
• Laba Kotor yang Direalisasi ini adalah yang digunakan untuk menyesuaikan
LKBD, dan LKD ini adalah merupakan laba yang diakui pada laporan Laba-Rugi
untuk pe- riode yang bersangkutan
• Pendapatan bunga dicatat dan diakui tersendiri di luar laba kotor yang direalisasi
• LKBD yang belum disesuaikan dengan LKD, akan disajikan di dalam neraca pada
sebelah Pasiva di bawah kelompok hutang. Sedangkan LKD akan disajikan di
dalam laporan Laba-Rugi sebagai laba periode yang bersangkutan.

Untuk lebih jelasnya mengenai penggunaan metode laba diakui proporsionil dengan penerimaan
kas, berikut ini diberikan contoh mengenai data dari penjualan angsuran milik PT "SURADJI
MOTOR

Contoh 2:

Pada awal tahun 19B PT "SURADJI MOTOR" menjual 5 buah mobil yang mempunyai harga
pokok @ Rp 7.000.000,00 dan dijual dengan harga @ Rp 10.000.000,00. Pembayaran pertama
dilakukan secara tunai dengan uang muka pembayaran Rp 10.000.000,00 dan sisanya diangsur
selama 10 kali angsuran. Pembayaran dilakukan setiap 6 bulan sekali ditambah dengan biaya
bunga 10% per tahun dari saldo pokok angsuran. Angsuran pertama dilakukan 6 bulan setelah
transaksi penjualan dilakukan. Jumlah pelunasan angsuran tidak termasuk pendapatan bunga.

Berdasarkan data penjualan angsuran di atas, PT "SURADJI MOTOR" dapat membuat jurnal
dan perhitungan sebagai berikut:

Keterangan Jurnal

Tahun I

1. 1-Januari 19B Pada saat penjualan, menerima Kas 10.000.000


uang muka sebesar: Rp 10.000.000,0 dan
mencatat harga pokok serta mengakui adanya Piutang Angsuran 40.000.000
LKBD Mobil 35.000.000
Harga jual = 5 x Rp10.000.000,00 = Rp LKBD 15.000.000
50.000.000,00

Harga pokok = 5 x Rp 7.000.000,00 = Rp


35.000.000,00

2. 1-Juli 19B Kas 6.000.000

Penerimaan angsuran ke-1 sebesar Piutang Angsuran 4.000.000

Rp 40.000.000,00 / 10 kali = Pendapatan Bunga 2.000.000


Rp 4.000.000,00

dan pendapatan bunga sebesar Rp 2.000.000,00


yang berasal dari:

(6 / 12 x 10% x Rp 40.000.000,00)

3. 31-Desember 19B Piutang Bunga 1.800.000

a. Penyesuaian terhadap pendapatan bunga Pendapatan Bunga 1.800.000


sebesar Rp 1.800.000,00

( 6/12 x 10% x Rp 36.000.000,00)

b. Penyesuaian LKBD menjadi LKD dengan cara


sebagai berikut :

% Laba kotor = LKBD 4.200.000

Rp 15.000.000,00/Rp 50.000.000,00 x 100% = LKD 4.200.000


30%

Kas yang diterima dari penjualan angsuran selama


tahun 19B adalah sebagai berikut:

Uang muka Rp 10.000.000,00

Angsuran ke 1 Rp 4.000.000,00

Rp 14.000.000,00

LKD = 30% x Rp 14.000.000,00 =

Rp 4.200.000,00

c. Membuat jurnal penutup untuk tahun 19B


untuk menutup Laba dan Pendapatan bunga ke LKD 4.200.000
Laba – Rugi
Pendapatan Bunga 3.800.000

Laba-Rugi 8.000.000
Keterangan Jurnal

Tahun II

4. 1-Januari 19C

a. Membuat jurnal balik (Reversing Entries) untuk Pendapatan 1.800.000


pendapatan bunga.
Bunga Piutang 1.800.000

Bunga
b. Penerimaan angsuran ke-2 sebesar Rp
4.000.000,00 dan pendapatan bunga sebesar Rp 5.800.000
1.800.000,00 Kas 4.000.000

Piutang angsuran 1.800.000

Pendapatan Bunga
5. 1-Juli 19C Kas 5.600.000

Penerimaan angsuran ke-3 sebesar Piutang Angsuran 4.000.000

Rp 4.000.000,00 Pendapatan Bunga 1.600.000

dan pendapatan bunga sebesar Rp 1.600.000,00


yang berasal dari:

(6 / 12 x 10% x Rp 32.000.000,00)

6. 31-Desember 19C Piutang Bunga 1.400.000

a. Penyesuaian terhadap pendapatan bunga Pendapatan Bunga 1.400.000


sebesar Rp 1.400.000,00

( 6/12 x 10% x Rp 28.000.000,00)

b. Penyesuaian LKBD menjadi LKD dengan cara


sebagai berikut : LKBD 2.400.000

LKD 2.400.000

Kas yang diterima dari penjualan angsuran selama


tahun 19C adalah sebagai berikut:
Angsuran ke 2 Rp 4.000.000,00

Angsuran ke 3 Rp 4.000.000,00

Rp 8.000.000,00

LKD = 30% x Rp 8.000.000,00 =

Rp 2.400.000,00

c. Membuat jurnal penutup untuk tahun 19C


untuk menutup Laba dan Pendapatan bunga ke
Laba – Rugi LKD 2.400.000

Pendapatan 3.000.000

Bunga Laba- 5.400.000

Rugi

Keterangan Jurnal

Tahun III

4. 1-Januari 19D

a. Membuat jurnal balik (Reversing Entries) untuk Pendapatan 1.400.000


pendapatan bunga.
Bunga Piutang 1.400.000

Bunga
b. Penerimaan angsuran ke-4 sebesar Rp
4.000.000,00 dan pendapatan bunga sebesar Rp 5.400.000
1.400.000,00 Kas 4.000.000

Piutang angsuran 1.400.000

Pendapatan Bunga
5. 1-Juli 19D Kas 5.200.000

Penerimaan angsuran ke-5 sebesar Piutang Angsuran 4.000.000

Rp 4.000.000,00 Pendapatan Bunga 1.200.000


dan pendapatan bunga sebesar Rp 1.200.000,00
yang berasal dari:

(6 / 12 x 10% x Rp 24.000.000,00)

6. 31-Desember 19D Piutang Bunga 1.000.000

a. Penyesuaian terhadap pendapatan bunga Pendapatan Bunga 1.000.000


sebesar Rp 1.000.000,00

( 6/12 x 10% x Rp 20.000.000,00)

b. Penyesuaian LKBD menjadi LKD dengan cara


sebagai berikut : LKBD 2.400.000

LKD 2.400.000

Kas yang diterima dari penjualan angsuran selama


tahun 19D adalah sebagai berikut:

Angsuran ke 4 Rp 4.000.000,00

Angsuran ke 5 Rp 4.000.000,00

Rp 8.000.000,00

LKD = 30% x Rp 8.000.000,00 =

Rp 2.400.000,00

c. Membuat jurnal penutup untuk tahun 19D LKD 2.400.000


untuk menutup Laba dan Pendapatan bunga ke
Laba – Rugi Pendapatan Bunga 2.200.000

Laba-Rugi 4.600.000

Berdasarkan jurnal dan perhitungannya dalam tabel diatas, maka dapat diberikan beberapa
penjelasan sebagai berikut :
• Laba penjualan angsuran akan diakui setiap tahun yang besarnya tergantung pada
besarnya kas yang diterima pada tahun yang bersangkutan. Hal ini terbukti pada
tahun ke-1 (19B) jurnal LKD sebesar Rp 4.200.000,00 sedangkan untuk tahun 19C
dan 19D masing-masing sebesar Rp 2.400.000,00. Hal ini disebabkan karena jumlah kas
yang diterima selama tahun 19B lebih besar daripada jumlah kas yang diterima pada tahun
19C dan 19D.
• Untuk tahun 19C dan 19D, jurnal dan cara beda pada jumlahnya. perhitungannya
persis sama. Perbedaan yang ada hanya terletak pada jumlah pendapatan bunga
yang semakin kecil karena saldo pokok piutang angsuran juga semakin kecil
akibat sudah ada pelunasan pada tahun sebelum- nya. sama seperti tahun ke-2 dan
tahun ke-3.

Kegagalan Pelunasan Piutang Angsuran Aktiva Tetap


Apabila terjadi si pembeli tidak mampu untuk melunasi angsurannya sampai lunas, maka ini
berarti seluruh laba yang diperhitungkan tidak dapat semuanya di- realisasikan. Dengan
adanya kegagalan pelunas an ini, biasanya aktiva tetap yang ter- jual dimiliki kembali oleh
si penjual dan aktiva tetap tersebut dinilai sebesar nilai pasar pada saat aktiva tetap tersebut
ditarik/dimiliki kembali. Sedangkan jumlah pembayaran pelunasan angsuran yang telah
dibayar oleh pembeli tidak dapat diminta kembali oleh pembeli.

Adanya kegagalan pelunasan angsuran tersebut, perusahaan yang menjual akan mengakui
adanya laba atau rugi pemilikan kembali. Besarnya laba atau rugi pemilikan kembali yang
diakui tergantung pada metode laba yang digunakan dengan ketentuan sebagai berikut:

• Untuk metode laba diakui pada saat penjualan angsuran dilakukan, laba atau rugi
dihitung dengan cara membandingkan nilai aktiva tetap yang dimiliki kembali
dengan jumlah piutang angsuran yang belum dilunasi.
• Untuk metode laba diakui proporsionil dengan penerimaan kas, laba atau rugi
dihitung dengan cara jumlah nilai aktiva tetap yang dimiliki ditambah
pengurangan laba kotor yang belum direalisasi dibandingkan dengan jumlah
piutang angsuran yang belum dilunasi.

Untuk memperoleh gambaran yang jelas dari adanya masalah kegagalan pelunasan
penjualan angsuran ini dapat diikuti dalam contoh berikut ini.

Contoh 3:

Seorang pengusaha menjual secara angsuran aktiva tetap yang mempunyai harga pokok
Rp 80.000.000, 00 dan dijual dengan harga jual Rp 100.000.000, 00. Uang muka ditentukan
sebesar Rp 30.000.000,00 dan sisanya dibayar secara angsuran. Setelah membayar
angsuran sejumlah Rp 40.000.000,00 pembeli menyatakan tidak mampu lagi untuk
melunasi sisa angsurannya dan akibatnya aktiva tetap tersebut ditarik kembali oleh
pengusaha tersebut dan nilai pada saat dimiliki kembali adalah Rp 28.000.000,00
Berdasarkan pada contoh diatas, pengusaha tersebut akan membuatjurnal dan perhi-
tungannya sebagai berikut :

1) Bila pembukuannya menggunakan metode laba diakui pada saat penjualan.

Dengan metode ini, terlebih dahulu dihitung jumlah piutang angsuran yang belum
dilunasi kemudian dibandingkan dengan nilai pemilikan kembali aktiva tetap.

Jumlah piutang angsuran awal adalah:


Rp 100.000.000,00 - Rp 30.000.000,00 = Rp 70.000.000,00
Jumlah angsuran yang telah dibayar = Rp 40.000.000,00
Piutang angsuran yang belum dibayar = Rp 30.000.000,00
Nilai pemilikan kembali Aktiva Tetap = Rp 28.000.000,00
Rugi pemilikan kembali = Rp 2.000.000,00

Jurnal yang dibuat oleh pengusaha tersebut adalah sebagai

berikut:

Aktiva tetap Rp 28.000.000,00


Rugi pemilikan kembali Rp 2.000.000,00
Piutang angsuran Rp 30.000.000,00

2) Bila pembukuannya menggunakan metode laba diakui secara proporsionil dengan


penerimaan kas.

Dengan metode ini, cara perhitungan rugi - laba pemilikan kembali adalah sebagai
berikut:

Menghitung Tingkat laba kotor =


((Rp 100.000.000,00 - Rp 80.000.000,00) / Rp 100.000.000,00 ) x 100% = 20%

Jumlah piutang angsuran yang belum dibayar adalah :


Rp 70.000.000,00 - Rp 40.000.000,00 = Rp 30.000.000,00

-Laba Kotor yang Belum Direalisasi (LKBD) harus disesuaikan (dikurangi) sebesar =

20% x Rp 30.000.000,00 = Rp 6.000.000,00

Berdasarkan perhitungan diatas, jurnal yang harus dibuat adalah :


Aktiva Tetap Rp 28.000.000,00
LKBD Rp 6.000.000,00
Piutang angsuran Rp 30.000.000,00
Laba pemilikan kembali Rp 4.000.000,00

Anda mungkin juga menyukai