Anda di halaman 1dari 33

AKUNTANSI UNTUK PENJUALAN CICILAN/ANGSURAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan II

Kelas : 4 AC B

Disusun Oleh :

Ani Oktaviani 165154034


Arsita Widya Isbiandono 165154035
Dea Setiana 165154039
Muhammad Yudha Pratama 165154050

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
JURUSAN AKUNTANSI
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Banyak cara yang digunakan oleh para penjual untuk menjual barang dagangannya.
Penjualan secara tunai saat ini cenderung sukar dilakukan, hal ini disebabkan adanya
persaingan antar penjual semakin ramai dan barang dagangan semakin bervariasi baik dalam
jenis, mutu, maupun merknya. Sedangkan alternative penggunaan uang tunaipun semakin
banyak.

Untuk menarik para pembeli agar membeli barang dagangannya, ditempuhlah suatu
cara penjualanm yaitu penjualan secara angsuran. Penjualan angsuran bisa juga disebut
dengan penjualan cicilan atau penjualan secara kredit (Installment Sales). Penjualan dengan
menggunakan metode angsuran ini sudah menjadi model saat ini. Perusahaan-perusahaan
industry maupun perdagangan, mulai dari penjualan barang dagangan untuk alat-alat rumah
tangga, motor, mobil, real estate, bahkan sampai angkutan udara.

Namun, masalh yang timbul dengan adanya penjualan angsuran ini adalah masalah
pengakuan laba bagi penjual yang harus dilaporkan dalam laporan keuangan setiap tahunnya.
Hal ini dikarenakan penjualan angsuran mencakup periode waktu lebih dari satu tahun
periode akuntansi bahkan meliputi beberapa periode akuntansi.

Oleh karena itu, dengan makalah ini kami sebagai penyusun bermaksud untuk
memberikan gambaran kepada pembaca mengenai penjualan angsuran baik gambaran
umumnya sampai ke pencatatan dan pelaporan masing-masing akun serta pengakuan laba
yang dilakukan oleh pihak penjual yang ada di transaksi penjualan angsuran.

1. 2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan penjualan cicilan?


2. Bagaimana proses penjualan angsuran aktiva tetap (barang tidak bergerak)?
3. Bagimana proses penjualan angsuran barang dagangan (barang bergerak)?
4. Apa saja masalah tukar tambah (Trade-In) dalam penjualan angsuran?

1. 3 Tujuan Makalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan makalah ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui materi tentang penjualan cicilan.


2. Untuk mengetahui bagaimana proses penjualan aktiva tetap (barang tidak bergerak).
3. Untuk mengetahui bagimana proses penjualan angsuran barang dagangan (barang
bergerak).
4. Untuk mengetahui apa saja masalah tukar tambah (Trade-In) dalam penjualan angsuran.
BAB II
PEMBAHASAN

2. 1 Penjualan Angsuran Aktiva Tetap


Penjualan angsuran aktiva tetap adalah penjualan aktiva tetap seperti tanha, gedung,
dan aktiva jenis lainnya yang pembayarannya dilakukan secara bertahap dalam jumlah dan
waktu yang telah ditentukan. Biasanya pembayaran angsuran ini mempunyai tata aturan
atau persyaratan sebagai berikut :

a. Pembayaran Uang Dimuka (Down Payment)


Pembayaran uang muka ini dilaksanakan secara tunai yang jumlahnya sebesar
prosentase tertentu dari harga jual aktiva tetap atau sebesar jumlah rupiah yang
ditentukan.
b. Pembayaran Uang Tunai Periodik sebagai Pembayaran Angsuran.
Biasanya pembayaran angsuran ini telah ditentukan sebelumnya atau dapat juga
ditentukan besar kecilnya tergantung pada lamanya jangka waktu angsurna. Jumlah
rupiah setiap kali angsuran biasanya sudah termasuk biaya bunga tetapi bisa juga
belum termasuk biaya bunga (tergantung pada perjanjian antara pembeli dan penjual).

Dalam penjualan angsuran aktiva tetap ini, hak kepemilikan aktiva tetap biasanya
masih berada di tangan si penjual dan baru beralih pemilikannya kepada si pembeli billa
jangka waktu angsurannya telah habis atau angsurannya telah lunas.

Suatu masalah yang timbul dalam pencatatan penjualan angsuran aktiva tetap
adalah masalah pencatatan dan pengakuan laba. Hal ini disebabkan karena jangka waktu
angsuran terhadap penjualan aktiva tetap memerlukan waktu yang panjang. Oleh karena
itulah maka dalam akuntansi penjualan angsuran aktiva tetap ini akan dibahas terlebih
dahulu mengenai metode pengakuan laba atas penjualan cicilan/angsuran aktiva tetap.
2.1.1 Metode Laba Diakui Pada Saat Penjualan Angsuran Dilakukan
Apabila dalam pencatatan penjualan angsuran menggunakan metode laba diakui pada
tahun penjualan, maka metode tersebut mempunyai ketentuan-ketentuan akuntansi sebagai
berikut :

a. Laba penjualan (yang merupakan selisih antara harga jual dengan harga pokok), diakui
seluruhnya pada tahun dilakukannya penjualan angsuran aktiva tetap.
b. Akibat adanya pengakuan laba seluruhnya pada tahun dilakukannya penjualan, maka
pada tahun-tahun berikutnya sudah tidak ada pengakuan laba rugi.
c. Penerimaan kas sebagai hasil penagihan penjualan angsuran tahun sebelumnya, akan
dicatat sebagai penerimaan kas dan mengurangi piutang angsuran.
d. Hasil penagihan yang merupakan pelunasan piutang angsuran pada setiap kali angsur,
dianggap sebagai pengembalian pokok piutang angsuran.
e. Apabila pembeli dibebani biaya bunga angsuran, pembayarannya dapat dilakukan
bersama-sama dengan pelunasan piutang angsuran. Jumlah biaya bunga ini dapat
dibayar terpisah dari pelunasan piutang angsuran dan dapat juga sudah termasuk dalam
jumlah pelunasan piutang. Bunga ini oleh penjual diakui sebagai pendapatan bunga.

Contoh 1

Pada awal tahun 1995, PT. Pratiwi Permai menjual 100 unit kapling tanah dengan
harga pokok per kapling Rp14.000.000,- dijual dengan harga per kapling Rp20.000.000,-.
Penjualan tersebut dilakukan secara berangsur dan pembayarannya diatur sebagai beriku :

 Pembayaran pertama dilakukan 6 bulan setelah transaksi dilakukan.


 Pembayaran angsuran dilakukan 6 bulan setelah ditambah dengan biaya 10% per
tahun dari saldo piutang angsuran
 Jangka waktu angsuran 5 tahun (10 kali angsuran)
 Uang muka penjualan (down payment) ditentukan sebesar Rp200.000.000,-
 Jumlah pelunasan piutang angsuran tidak termasuk biaya bunga
Jurnal dan perhitunfan yang harus dibuat oleh PT. Pratiwi Permai adalah sebagai
berikut:
Berdasarkan jurnal dan perhitungan dalam table pada tiga halaman tersebut di atas dapat
disimpulkan bahwa :

1. Laba hanya diakui pada tahun terjadinya penjualan angsuran saja (1995), sedangkan untuk
tahun-tahun berikutnya (1996 & 1997 & seterusnya) sudah tidak ada pengakuan laba rugi.
2. Jurnal penyesuaian yang dibuat setiap tanggal 31 desember setiap tahunnya adalah untuk
mengakui pendapatan bunga yang sudah menjadi milik perusahaan, tetapi pembayaran
bunga oleh pembeli barulah pada hari berikutnya bersama-sama saat pembayaran angsuran
(yaitu tgl 1 januari). Akibatnya pada saat penyesuaian dibuat masih merupakan piutang
bunga.
3. Apabila dibandingkan antara jurnal untuk tahun ke-2 dan ke-3, maka terlihat bahwa
keduanya mempunyai jurnal yang sama, demikian pula cara perhitungannya.

Untuk tahun-tahun berikutnya, yaitu tahun ke-4 dan ke-5, jurnal dan perhitungan yang
dibuat oleh PT. Pratiwi Permai akan sama seperti jurnal dan perhitungan pada tahun sebelumnya.
Perbedaan yang ada hanya pada besarnya kas dan pendapatan bunga yang diterima, sedangkan
jumlah piutang angsuran yang dilunasi tetap berjumalh Rp80.000.000,- setiap kali angsur.

2.1.2 Metode Laba Diakui Proposional Dengan Penerimaan Kas Dari Pelunasan
Angsuran

Pada metode laba diakui proporsional dengan penerimaan kas, ketentuan-ketentuan


akuntansinya adalah sebagai berikut:

 Laba penjualan (yang merupakan selisih antara harga jual dengan harga pokok) yang
timbul pada saat transaksi penjualan dilakukan, dimasukkan ke dalam rekening "Laba
Kotor Belum Direalisasi (Unrealized Gross Profit)" yang untuk selanjutnya dalam buku
ini disingkat LKBD.
 Setiap akhir tahun, perusahaan mengakui adanya laba kotor sebesar presentase laba
kotor dikalikan jumlah kas yang diterima. Jumlah kas yang diterima ini tidak ter- masuk
kas dari pendapatan bunga. Tetapi bila ada uang muka, maka uang muka ter- sebut
termasuk dalam jumlah kas yang diterima.
 Prosentase laba kotor dicatat dengan menggunakan rumus: (Harga jual - Harga pokok)
/ Harga jual X 100%
 Jumlah rupiah yang didapatkan dari perkalian antara prosentase laba kotor dengan
jumlah kas yang diterima adalah merupakan "Laba kotor yang Direalisasi (Realized
Gross Profit)" yang untuk selanjutnya dalam buku ini disingkat LKD.
 Laba Kotor yang Direalisasi ini adalah yang digunakan untuk menyesuaikan LKBD,
dan LKD ini adalah merupakan laba yang diakui pada laporan Laba-Rugi untuk pe-
riode yang bersangkutan
 Pendapatan bunga dicatat dan diakui tersendiri di luar laba kotor yang direalisasi
 LKBD yang belum disesuaikan dengan LKD, akan disajikan di dalam neraca pada
sebelah Pasiva di bawah kelompok hutang. Sedangkan LKD akan disajikan di dalam
laporan Laba-Rugi sebagai laba periode yang bersangkutan.

Untuk lebih jelasnya mengenai penggunaan metode laba diakui proporsionil dengan
penerimaan kas, berikut ini diberikan contoh mengenai data dari penjualan angsuran milik PT
"SURADJI MOTOR

Contoh 2:

Pada awal tahun 19B PT "SURADJI MOTOR" menjual 5 buah mobil yang mempunyai
harga pokok @ Rp 7.000.000,00 dan dijual dengan harga @ Rp 10.000.000,00. Pembayaran
pertama dilakukan secara tunai dengan uang muka pembayaran Rp 2.000.000,00 dan sisanya
diangsur selama 10 kali angsuran. Pembayaran dilakukan setiap 6 bulan sekali ditambah dengan
biaya bunga 10% per tahun dari saldo pokok angsuran. Angsuran pertama dilakukan 6 bulan
setelah transaksi penjualan dilakukan. Jumlah pelunasan angsuran tidak termasuk pendapatan
bunga.

Berdasarkan data penjualan angsuran di atas, PT "SURADJI MOTOR" dapat membuat


jurnal dan perhitungan sebagai berikut:

Keterangan Jurnal

Tahun I

1. 1-Januari 19B Pada saat penjualan, menerima Kas 10.000.000


uang muka sebesar: Rp 10.000.000,0 dan
mencatat harga pokok serta mengakui adanya Piutang Angsuran 40.000.000
LKBD Mobil 35.000.000
Harga jual = 5 x Rp10.000.000,00 = Rp LKBD 15.000.000
50.000.000,00

Harga pokok = 5 x Rp 7.000.000,00 = Rp


35.000.000,00

2. 1-Juli 19B Kas 6.000.000

Penerimaan angsuran ke-1 sebesar Piutang Angsuran 4.000.000

Rp 40.000.000,00 / 10 kali = Pendapatan Bunga 2.000.000


Rp 4.000.000,00

dan pendapatan bunga sebesar Rp 2.000.000,00


yang berasal dari:

(6 / 12 x 10% x Rp 40.000.000,00)

3. 31-Desember 19B Piutang Bunga 1.800.000

a. Penyesuaian terhadap pendapatan bunga Pendapatan Bunga 1.800.000


sebesar Rp 1.800.000,00

( 6/12 x 10% x Rp 36.000.000,00)

b. Penyesuaian LKBD menjadi LKD dengan cara


sebagai berikut :

% Laba kotor = LKBD 4.200.000

Rp 15.000.000,00/Rp 50.000.000,00 x 100% = LKD 4.200.000


30%

Kas yang diterima dari penjualan angsuran selama


tahun 19B adalah sebagai berikut:

Uang muka Rp 10.000.000,00

Angsuran ke 1 Rp 4.000.000,00

Rp 14.000.000,00

LKD = 30% x Rp 14.000.000,00 =

Rp 4.200.000,00

c. Membuat jurnal penutup untuk tahun 19B


untuk menutup Laba dan Pendapatan bunga ke LKD 4.200.000
Laba – Rugi
Pendapatan Bunga 3.800.000

Laba-Rugi 8.000.000
Keterangan Jurnal

Tahun II

4. 1-Januari 19C

a. Membuat jurnal balik (Reversing Entries) untuk Pendapatan Bunga 1.800.000


pendapatan bunga.
Piutang Bunga 1.800.000

b. Penerimaan angsuran ke-2 sebesar Rp


4.000.000,00 dan pendapatan bunga sebesar Rp Kas 5.800.000
1.800.000,00 Piutang angsuran 4.000.000

Pendapatan Bunga 1.800.000

5. 1-Juli 19C Kas 5.600.000

Penerimaan angsuran ke-3 sebesar Piutang Angsuran 4.000.000

Rp 4.000.000,00 Pendapatan Bunga 1.600.000

dan pendapatan bunga sebesar Rp 1.600.000,00


yang berasal dari:

(6 / 12 x 10% x Rp 32.000.000,00)

6. 31-Desember 19C Piutang Bunga 1.400.000

a. Penyesuaian terhadap pendapatan bunga Pendapatan Bunga 1.400.000


sebesar Rp 1.400.000,00

( 6/12 x 10% x Rp 28.000.000,00)

b. Penyesuaian LKBD menjadi LKD dengan cara


sebagai berikut : LKBD 2.400.000

LKD 2.400.000

Kas yang diterima dari penjualan angsuran selama


tahun 19C adalah sebagai berikut:
Angsuran ke 2 Rp 4.000.000,00

Angsuran ke 3 Rp 4.000.000,00

Rp 8.000.000,00

LKD = 30% x Rp 8.000.000,00 =

Rp 2.400.000,00

c. Membuat jurnal penutup untuk tahun 19C


untuk menutup Laba dan Pendapatan bunga ke
Laba – Rugi LKD 2.400.000

Pendapatan Bunga 3.000.000

Laba-Rugi 5.400.000

Keterangan Jurnal

Tahun III

4. 1-Januari 19D

a. Membuat jurnal balik (Reversing Entries) untuk Pendapatan Bunga 1.400.000


pendapatan bunga.
Piutang Bunga 1.400.000

b. Penerimaan angsuran ke-4 sebesar Rp


4.000.000,00 dan pendapatan bunga sebesar Rp Kas 5.400.000
1.400.000,00 Piutang angsuran 4.000.000

Pendapatan Bunga 1.400.000

5. 1-Juli 19D Kas 5.200.000

Penerimaan angsuran ke-5 sebesar Piutang Angsuran 4.000.000

Rp 4.000.000,00 Pendapatan Bunga 1.200.000


dan pendapatan bunga sebesar Rp 1.200.000,00
yang berasal dari:

(6 / 12 x 10% x Rp 24.000.000,00)

6. 31-Desember 19D Piutang Bunga 1.000.000

a. Penyesuaian terhadap pendapatan bunga Pendapatan Bunga 1.000.000


sebesar Rp 1.000.000,00

( 6/12 x 10% x Rp 20.000.000,00)

b. Penyesuaian LKBD menjadi LKD dengan cara


sebagai berikut : LKBD 2.400.000

LKD 2.400.000

Kas yang diterima dari penjualan angsuran selama


tahun 19D adalah sebagai berikut:

Angsuran ke 4 Rp 4.000.000,00

Angsuran ke 5 Rp 4.000.000,00

Rp 8.000.000,00

LKD = 30% x Rp 8.000.000,00 =

Rp 2.400.000,00

c. Membuat jurnal penutup untuk tahun 19D LKD 2.400.000


untuk menutup Laba dan Pendapatan bunga ke
Laba – Rugi Pendapatan Bunga 2.200.000

Laba-Rugi 4.600.000

Berdasarkan jurnal dan perhitungannya dalam tabel diatas, maka dapat diberikan beberapa
penjelasan sebagai berikut :

 Laba penjualan angsuran akan diakui setiap tahun yang besarnya tergantung pada
besarnya kas yang diterima pada tahun yang bersangkutan. Hal ini terbukti pada tahun
ke-1 (19B) jurnal LKD sebesar Rp 4.200.000,00 sedangkan untuk tahun 19C dan 19D
masing-masing sebesar Rp 2.400.000,00. Hal ini disebabkan karena jumlah kas yang
diterima selama tahun 19B lebih besar daripada jumlah kas yang diterima pada tahun
19C dan 19D.
 Untuk tahun 19C dan 19D, jurnal dan cara beda pada jumlahnya. perhitungannya persis
sama, hanya ber- Untuk tahun ke-4 dan tahun-tahun berikutnya, jurnal yang dibuat oleh
PT "SU- RADJI MOTOR" Perbedaan yang ada hanya terletak pada jumlah pendapatan
bunga yang semakin kecil karena saldo pokok piutang angsuran juga semakin kecil
akibat sudah ada pelunasan pada tahun sebelum- nya. sama seperti tahun ke-2 dan tahun
ke-3.

2.1.3 Kegagalan Pelunasan Piutang Angsuran Aktiva Tetap


Apabila terjadi si pembeli tidak mampu untuk melunasi angsurannya sampai lunas,
maka ini berarti seluruh laba yang diperhitungkan tidak dapat semuanya di- realisasikan.
Dengan adanya kegagalan pelunas an ini, biasanya aktiva tetap yang ter- jual dimiliki
kembali oleh si penjual dan aktiva tetap tersebut dinilai sebesar nilai pasar pada saat aktiva
tetap tersebut ditarik/dimiliki kembali. Sedangkan jumlah pembayaran pelunasan angsuran
yang telah dibayar oleh pembeli tidak dapat diminta kembali oleh pembeli.

Adanya kegagalan pelunasan angsuran tersebut, perusahaan yang menjual akan


mengakui adanya laba atau rugi pemilikan kembali. Besarnya laba atau rugi pemilikan
kembali yang diakui tergantung pada metode laba yang digunakan dengan ketentuan sebagai
berikut:

 Untuk metode laba diakui pada saat penjualan angsuran dilakukan, laba atau rugi
dihitung dengan cara membandingkan nilai aktiva tetap yang dimiliki kembali dengan
jumlah piutang angsuran yang belum dilunasi.
 Untuk metode laba diakui proporsionil dengan penerimaan kas, laba atau rugi dihitung
dengan cara jumlah nilai aktiva tetap yang dimiliki ditambah pengurangan laba kotor
yang belum direalisasi dibandingkan dengan jumlah piutang angsuran yang belum
dilunasi.

Untuk memperoleh gambaran yang jelas dari adanya masalah kegagalan pelunasan
penjualan angsuran ini dapat diikuti dalam contoh berikut ini.

Contoh 3:

Seorang pengusaha menjual secara angsuran aktiva tetap yang mempunyai harga
pokok Rp 80.000.000, 00 dan dijual dengan harga jual Rp 100.000.000, 00. Uang muka
ditentukan sebesar Rp 30.000.000,00 dan sisanya dibayar secara angsuran. Setelah
membayar angsuran sejumlah Rp 40.000.000,00 pembeli menyatakan tidak mampu lagi
untuk melunasi sisa angsurannya dan akibatnya aktiva tetap tersebut ditarik kembali oleh
pengusaha tersebut dan nilai pada saat dimiliki kembali adalah Rp 28.000.000,00
Berdasarkan pada contoh diatas, pengusaha tersebut akan membuatjurnal dan perhi-
tungannya sebagai berikut :

1) Bila pembukuannya menggunakan metode laba diakui pada saat penjualan.

Dengan metode ini, terlebih dahulu dihitung jumlah piutang angsuran yang belum
dilunasi kemudian dibandingkan dengan nilai pemilikan kembali aktiva tetap.

Jumlah piutang angsuran awal adalah:


Rp 100.000.000,00 - Rp 30.000.000,00 = Rp 70.000.000,00
Jumlah angsuran yang telah dibayar = Rp 40.000.000,00
Piutang angsuran yang belum dibayar = Rp 30.000.000,00
Nilai pemilikan kembali Aktiva Tetap = Rp 28.000.000,00
Rugi pemilikan kembali = Rp 2.000.000,00

Jurnal yang dibuat oleh pengusaha tersebut adalah sebagai berikut:

Aktiva tetap Rp 28.000.000,00


Rugi pemilikan kembali Rp 2.000.000,00
Piutang angsuran Rp 30.000.000,00

2) Bila pembukuannya menggunakan metode laba diakui secara proporsionil dengan


penerimaan kas.

Dengan metode ini, cara perhitungan rugi - laba pemilikan kembali adalah sebagai
berikut:

Menghitung Tingkat laba kotor =


((Rp 100.000.000,00 - Rp 80.000.000,00) / Rp 100.000.000,00 ) x 100% = 20%

Jumlah piutang angsuran yang belum dibayar adalah :


Rp 70.000.000,00 - Rp 40.000.000,00 = Rp 30.000.000,00

-Laba Kotor yang Belum Direalisasi (LKBD) harus disesuaikan (dikurangi) sebesar =

20% x Rp 30.000.000,00 = Rp 6.000.000,00

Berdasarkan perhitungan diatas, jurnal yang harus dibuat adalah :


Aktiva Tetap Rp 28.000.000,00
LKBD Rp 6.000.000,00
Piutang angsuran Rp 30.000.000,00
Laba pemilikan kembali Rp 4.000.000,00
Dari Jurnal diatas dapat diketahui bahwa jumlah laba pemilikan kembali aktiva tetap
adalah Rp 4.000.000,00

2. 2 Penjualan Barang Dagangan


2.2.1 Pengertian Penjualan Angsuran Barang Dagangan
Penjualan angsuran barang dagangan proses akuntansinya hamper sama dengan
penjualan angsuran aktiva tetap. Perbedaannya terletak pada beberapa hal. Hal yang pokok
yang perlu diketahui adalah bahwa dalam penjualan angsuran barang dagangan tingkat
perputaran penjualannya lebih cepat bila dibandingkan dengan penjualan angsuran aktiva
tetap. Oleh karena itulah, maka didalam penjualan angsuran barang dagangan tidak
memperhitungkan tingkat bunga angsuran, dan metode laba yang digunakan hanya satu
metode, yaitu metode laba diakui proporsionil dengan penerimaan kas.

Seperti halnya pada penjualan angsuran aktiva tetap, untuk penjulan barang
dagangan mempunyai ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

1. Pembayaran Uang Muka (Down Payment)


Pembayaran uang muka ini dilaksanakan secara tunai yang jumlahnya sebesar
prosentase tertentu dari harga jual barang dagangan atau sebesar jumlah rupiah
yang telah ditentukan. Saat pembayaran uang muka sesuai dengan perjanjian yang
biasanya pada awal diadakannya transaksi.
2. Pembayaran uang tunai periodic sebagai pembayaran angsuran.
Besarnya pembayaran angsuran ini telah ditentukan sebelumnya atau dapat juga
ditentukan besar kecilnya tergantung pada lamanya jangka waktu angsuran.

Dalam penjualan angsuran barang dagangan ini, tidak ada pengakuan pendapatan bunga seperti
pada penjualan angsuran aktiva tetap.

Untuk transaksi penjualan angsuran barang dagangan, ketentuan akuntansinya adalah sebagai
berikut:

1. Laba diakui sebesar prosentase laba kotor dikalikan kas yang direalisasi dari penjualan
angsuran (Proporsionil dengan peneriman kas).
2. Piutang angsuran diberi tanda tahun terjadinya agar dapat ddidentifikasi dengan jelas
hubungannya dengan laba kotor yang direalisasi pada tahun yang bersangkutan dengan
piutang tersebut.
3. Transaksi penjualan barang dagangan sering terjadi dari tahun ke tahun, sehingga didalam
Neraca masing-masing piutang angsuran harus diberi tanda tahun.
4. Laba kotor belum direalisasi, juga harus diberi tanda tahun agar jelas hubungannya dengan
piutang angsuran tahun terjadinya.
5. Pencatatan ersediaan barang dagangan dapat menggunakan metode fisik atau metode
perpetual.

Untuk memperoleh pemahaman penjualan angsuran barang dagangan, berikut ini diberikan
contoh mengenai transaksi yang berhubungan dengan penjualan tersebut. Dengan anggapan bahwa
transaksi penjualan sudah terjadi 3 tahun yang lalu, maka didalam Neraca PT. “KURNIASARI”
tampak seperti dibawah ini.

Contoh 4 :

Berikut ini adalah Neraca per 1 Desember 1996 milik PT “KURNIASARI” yang menjual
barang dagangannya secara regular dan secara angsuran:

PT “KURNIASARI”
Neraca
1 Desember 1996
Kas Rp 400.000,00 Hutang dagang Rp 1.000.000,00
Piutang reguler Rp 1.200.000,00 Hutang lain-lain Rp 1.400.000,00
Piutang angsuran 1994 Rp 800.000,00 LKBD 1994(20%) Rp 200.000,00
Piutang angsuran 1995 Rp 800.000,00 LKBD 1995(25%) Rp 240.000,00
Piutang angsuran 1996 Rp 1.200.000,00 LKBD 1996(20%) Rp 600.000,00
Persediaan Rp 2.400.000,00 Modal saham Rp 4.000.000,00
Laba yang
Aktiva tetap (bersih) Rp 3.200.000,00 diatahan Rp 2.560.000,00
Jumlah Rp 10.000.000,00 Jumlah Rp 10.000.000,00

Transaksi-transaksi yang terjadi selama tahun 1996 adalah sebagai berikut:

1. Penjualan untuk tahun 1996 adalah terdiri dari penjualan regular Rp. 2.400.000,00 dan
penjualan angsuran Rp. 3.000.000,00
2. Jumlah piutang yang tertagih selama tahun 1996 adalah:
- Piutang regular Rp. 800.000,00
- Piutang angsuran 1994 Rp. 400.000,00
- Piutang angsuran 1995 Rp. 600.000,00
- Piutang angsuran 1996 Rp. 800.000,00
3. Biaya-biaya operasi selama tahun 1996 adalah Rp. 400.000,00
4. Penghapusan piutang operasi selama tahun 1996 sejumlah Rp. 500.000,00 yang terdiri dari:
- Penghapusan piutang regular Rp. 200.000,00
- Penghapusan piutang angsuran 1994 Rp. 200.000,00
- Penghapusan piutang angsuran 1995 Rp. 100.000,00
5. Kebijakan penjualan yang ditempuh oleh perusahaan adalah:
6. Harga pokok penjualan regular adalah 60% dari penjulan, sedang harga pokok penjualan
angsuran adalah 80% dari penjulan angsuran.

Bersasarkan data pada contoh diatas, PT. “KURNISARI” akan membuat catatan sebagai
berikut: (Lihat table hal 128)

Setelah diadakannya pencatatan seperti dalam table diatas, apabila dibuat Neraca dan Laporan
Laba-Rugi akan tampak sebagai berikut :

PT “KURNIASARI”
Neraca
31 Desember 1996
Kas Rp 2.600.000,00 Hutang dagang Rp 1.000.000,00
Piutang reguler Rp 2.600.000,00 Hutang lain-lain Rp 1.400.000,00
Piutang angsuran 1994 Rp 200.000,00 LKBD 1994(20%) Rp 80.000,00
Piutang angsuran 1995 Rp 100.000,00 LKBD 1995(25%) Rp 65.000,00
Piutang angsuran 1996 Rp 3.400.000,00 LKBD 1996(20%) Rp 1.040.000,00
Persediaan -Rp 1.440.000,00 Modal saham Rp 4.000.000,00
Aktiva tetap (bersih) Rp 3.200.000,00 Laba yang diatahan Rp 3.075.000,00
Jumlah Rp 10.660.000,00 Jumlah Rp 10.660.000,00
Berdasarkan contoh soal dan penyelesainnya diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa
penjualan angsuran barang daganagan hanya menggunakan satu metode pengakuan laba, yaitu
laba diakui secara proporsionil dengen penerimaan kas. Satu lagi yang perlu diketahui adalah
bahwa apabila terjadi kegagalan dalam penjulan angsuran barang dagangan, kegagalan tersebut
akan diikuti pula pengurangan pada LKBD tahun yang bersangkutan.
2.2.2 Masalah Kepemilikan Kembali Barang Dagangan
Apabila terjadi seorang pembeli gagal untuk memnuhi kewajibannya untuk melunasi
angsuran seperti yang tercntum dalam surat penjanjian penjualan angsuran, maka brang yang
bersangkutan ditarik dan dimiliki kembali oleh penjual. Dalam transaksi semacam ini, catatan yang
harus dibuat pada buku penjual akan menyangkut:

a. Pencatatan pemilikan kembali barang dagangan.


b. Menghapuskan saldo piutang penjualan angsuran atas barang dagangan tersebut.
c. Menghapuskan laba kotor yang belum direalisasi yang berhubungan dengan brang
tersebut.
d. Pencatatan keuntungan dan kerugian karena adanya pemilikan kembali barang dagangan
tersebut.

Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilikan kembali barang dagangan adalah perlu dilakukan
penilaian kembali harga barang yang bersangkutan. Penilaian kembali harga barang yang
dikembalikan tersebut sangat diperlukan guna mengetahui laba atau rugi pemilikan kembali.
Penilaian kembali harga barang tersebut juga harus mempertimbangkan tingkat laba normal yang
dapat diharapkan apabila barang yang dimiliki kembali tersebut dapat dijual kembali.

Prosedur perhitungan dan pencatatannya adalah mendebit rekening barang dagangan dimiliki
kembali beserta penghapusan Laba Kotor yang Belum Direalisasi yang bersangkutan dengan
piutang penjualan angsuran, serta Rugi-Laba (bila ada) dari transaksi pemilikan kembali, dan
mengkredit piutang angsuran serta Laba (bila ada) dari transaksi pemilikan kembali barang
daganagan tersebut.

Contoh 5 :

Seorang langganan telah membeli secara angsuran sebuah meja belajar dengan harga Rp.
400.000,00 dari Toko “BASRI”. Setelah membayar angsuran sebesar Rp. 240.000,00 langganan
tersebut ternyata menyatakan tidak mampu lagi untuk meneruskan pembayaran angsuran. Akibat
adanya peristiwa tersebut, Toko “BASRI” terpaksa menarik kembali meja belajar tersebut. Pada
saat penarikan, nilai meja belajar tersebut ditaksir sebesar Rp. 140.000,00. Toko “BASRI” dalam
setiap penjualan angsuran barang dagangannya memperthitungkan tingkat laba kotor sebesar 30%
dari penjulan angsuran.

Berdasarkan data pada contoh diatas, perhitungan dan pencatatan yang harus dibuat Toko
“BASRI” adalah sebagai berikut:

Persediaan barang daganagan yang dimiliki kembali Rp. 140.000,00


Laba Kotor yang belum direalisasi Rp. 48.000,00
Piutang penjualan angsuran Rp. 160.000,00
Laba Pemilik Rp. 88.000,00
Perhitungan :

2. 1Sisa piutang angsuran yang belum dilunasi =

Rp.400.000,00 – Rp. 240.000,00 = Rp. 160.000,00


Tingkat Laba Kotor = 30%
Laba Kotor belum Direalisasi = 30% X Rp. 160.000,00
= Rp. 48.000,00

2. 2Laba pemilikan kembali adalah merupakan jumlah persediaan yang dinilai kembali
ditambah Laba Kotor yang belum Direalisasi dikurangi dengan piutang penjualan angsuran
yang dibatalkan.
Bila dirumuskan sebagai berikut:
Laba pemilikan kembali = (nilai persediaan yang dimilki kembali + LKBD) –
Piutang angsuran yang dibatalkan.
= (140.000 + 48.000) – 160.000
= Rp. 28.000,00
Laba atau rugi pemilikan kembali barang daganagan akan diakui dan disajikan sebagai
pengurang Laba Kotor yang Direalisasi (LKD) pada penjualan angsuran.

2. 3 Masalah Tukar-Tambah (Trade-in) Dalam Penjualan Angsuran


Yang dimaksud dengan istilah tukar tambah disini adalah perjanjian dimana penjual
menyerahkan barang-barang baru dengan perjanjian angsuran, sedangkan pembeli
menyerahkan barang yang sudah dipakai yang digunakan sebagai pembayaran uang muka.
Barang bekas pakai tersebut dinilai atas dasar perjanjian antara penjual dan pembeli.

Bagi si penjual, sebelum menetapkan harga pertukaran tersebut biasanya


memperhatikan adanya kemungkinan untuk direvisi dan dijual kembali. Untuk itu si penjual
harus menilai kembali barang bekas pakai tersebut pada saat dimulainya perjanjian tukar
tambah.

Dalam kasus tukar tambah ini, barang bekas pakai yang diterima harus dicatat
sebesar harga penilaian yang dapat dianggap sebagai perkiraan harga pokok (Estimated
Cost). Sedangkan harga barang bekas yang diterima sesuai dengan perjanjian dianggap
sebagai harga pertukaran.

Apabila terdapat perbedaan antara harga pokok yang diperkirakan dengan harga
pertukaran, maka perbedaan tersebut akan dicatat dalam rekening “Cadangan Selisih
Harga Pertukaran” atau disingkat CSHP. Untuk memudahkan pemahaman dalam
transaksi tukar tambah ini, berikut ini diberikan contoh kasusnya :

Dealer Motor “PRANA” melayani tukar tambah motor untuk menjual motor dagangannya.
Seorang konsumen menginginkan sebuah motor baru dengan cara menukarkan sebuah motor
miliknya sebagai uang muka. Perjanjian diantara keduanya adalah sebagai berikut :

Harga motor bekas disetujui Rp. 3.000.000

Harga motor baru Rp. 10.000.000

Harga pokok motor baru Rp. 8.000.000

Sedangkan Toko “PRANA” mempunyai data-data mengenai perkiraan biaya revisi dan
harga jualnya sebagai berikut :

Perkiraan biaya perbaikan Rp. 200.000

Harga jual setelah perbaikan Rp. 3.250.000

Laba kotor rata-rata penjualan motor = 20%

Berdasarkan data diatas, Toko “PRANA” sebagai penjual akan membuat perhitungan dan
jurnal mengenai tukar tambah motor sebagai berikut :

Nilai motor bekas disetujui Rp. 3.000.000

Nilai jual setelah perbaikan Rp. 3.250.000

Dikurangi :

Laba kotor rata-rata= 20% X Rp. 3.250.000 (Rp. 650.000)

Perkiraan perbaikan (Rp. 200.000)

Perkiraan harga pokok (Estimated Cost)  Rp. 2.400.000

Cadangan selisih harga pertukaran Rp. 600.000

Setelah membuat perhitungan diatas, seperti dalam uraian di muka dijelaskan bahwa barang
bekas dicatat sebesar perkiraan harga pokok (Estimated Cost). Jurnal yang dibuat oleh Toko
“PRANA” adalah sebagai berikut :

a. Motor bekas Rp. 2.400.000


Cadangan selisih harga pertukaran Rp. 600.000
Piutang angsuran Rp. 7.000.000
Penjualan angsuran Rp. 10.000.000
b. Harga pokok motor Rp. 8.000.000
Persediaan motor Rp. 8.000.000

Penjelasan :

Piutang angsuran besarnya ditentukan oleh tiga rekening, yaitu :

 Penjualan angsuran, yang dicatat sebesar harga motor baru yang dijual
 Motor bekas, yang dicatat sebesar perkitaan harga pokok (Estimated Cost)
 Cadangan selisih Harga pertukaran, yang dicatat sebesar selisih antara harga pertukaran
dengan perkiraan harga pokok.

Apabila di dalam perjanjian juga ditentukan adanya pembayaran sejumlah uang tunai, maka
besarnya piutang angsuyaran akan dipengaruhi juga oleh besarnya uang tunai yang dibayarkan.
Misalnya dalam contoh tersebut diatas ditentukan juga bahwa disamping menyerahkan motor
bekas pakai miliknya, konsumen tersebut diharuskan menyerahkan uang tunai sebesar Rp.
1.750.000, maka jurnal yang dibuat oleh Toko “PRANA” adalah sebagai berikut :

a. Kas Rp. 1.750.000


Motor bekas Rp. 2.400.000
Cadangan selisih harga pertukaran Rp. 600.000
Piutang angsuran Rp. 5.250.000
Penjualan angsuran Rp. 10.000.000
b. Harga pokok motor Rp. 8.000.000
Motor Rp. 8.000.000

Berdasarkan jurnal diatas, tampaklah bahwa besarnya piutang angsuran menjadi berubah.
Setelah rekening piutang angsuran dapat ditentukan besarnya, maka proses selanjutnya sama
seperti prosedur perhitungan dan pencatatan pejualan angsuran aktiva tetap atau penjualan
angsuran barang dagangan lainnya yang telah dibahas sebelumnya.

2. 4 Post Test

 Pilihan Ganda
1. Rekening akun “Piutang Angsuran” dalam neraca menurut Prinsip Akuntansi di
Indonesia dicatat dalam golongan …..
a. Aktiva Lain-Lain
b. Aktiva Lancar
c. Aktiva Lancar dengan Penjelasan
d. Pendapatan yang belum diterima
e. Utang Lancar
Jawaban : b. Aktiva Lancar

2. Ada berapa metode pengakuan laba bagi penjual dalam transaksi penjualan
angsuran….
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5
Jawaban : b. 2 (Metode Laba Diakui Pada Saat Penjualan Angsuran Dilakukan dan
Metode Laba Diakui Proposional Dengan Penerimaan Kas Dari Pelunasan
Angsuran)

3. Apabila terjadi penghapusan piutang angsuran barang dagangan, akun yang harus
disesuaikan akibat adanya penghapusan tersebut selain rekening piutang angsuran
adalah…..
a. Akun Penjualan Angsuran
b. Akun Laba Kotor Belum Direalisasi
c. Akun Laba Kotor Direalisasi
d. Akun Harga Pokok Penjualan
e. Akun Kas
Jawaban : b. Akun Laba Kotor Belum Direalisasi (Penghapusan piutang angsuran
barang dagangan akan mempengaruhi besarnya LKBD sebesar prosentase laba
kotornya)
4. Akun “Barang Dagangan Dimiliki Kembali” dapat timbul jika …..
a. Barang Dagangan yang sudah dijual, dikembalikan oleh pembeli
b. Pembeli gagal memenuhi kewajiban pembayarannya dalam transaksi penjualan
angsuran
c. Barang dagangan yang sudah dijual kepada pembeli, dibeli kembali oleh penjual
d. Terdapat barang dagangan yang cacat/rusak dan dikembalikan oleh pembeli
e. Pembeli tidak jadi membeli
Jawaban : Pembeli gagal memenuhi kewajiban pembayarannya dalam transaksi
penjualan angsuran
5. Akun “Cadangan Selisih Harga Pertukaran” dalam masalah tukar tambah (Trade-In)
dalam penjualan angsuran timbul karena adanya….
a. Selisih antara taksiran harga pokok (estimated cost) dengan harga pertukaran.
b. Selisih antara harga jual dengan harga pertukaran.
c. Selisih antara harga jual setelah perbaikan dengan harga pertukaran.
d. Selisih antara harga pertukaran dengan taksiran laba normal penjualan
kembali
e. Selisih antara harga jual barang bekas dengan perkiraan harga pokok.
Jawaban : a. Selisih antara taksiran harga pokok (estimated cost) dengan harga
pertukaran.

 Essay (Kasus)
1. 1 Januari 2019, Dijual 5 unit motor seharga @ Rp16.000.000,- dengan Harga Pokok
Rp12.000.000,. Bunga 5% per tahun. Pembayaran dilakukan tiap semester selama 5
tahun. Dengan uang muka 25%. Pada saat awal tahun ke 4, pembeli tidak mampu
membayar cicilan tersebut dan nilai pada saat dimilki kembali adalah @
Rp8.000.000. Buatlah jurnal tahun ke-1 dan ke-2 dan jurnal pada saat pembeli tidak
mampu membayar cicilan atas transaksi tersebut.
Jawaban :

Keterangan Jurnal

Tahun I

1-Jan-2019

Pada saat penjualan, menerima uang muka sebesar Kas 20.000.000


: 25% (5 x Rp16.000.000) = Rp20.000.000,- dan
mencatat harga pokok serta mengakui adanya Piutang Angsuran 60.000.000
LKBD Motor 60.000.000
Harga jual = 5 x Rp16.000.000,00 = Rp LKBD 20.000.000
80.000.000,00

Harga pokok = 5 x Rp 12.000.000,00 = Rp


60.000.000,00

1-Juli 2019

Penerimaan angsuran ke-1 sebesar Kas 7.500.000

Rp 60.000.000,00 / 10 kali = Piutang Angsuran 6.000.000

Rp 6.000.000,00 Pendapatan Bunga 1.500.000

dan pendapatan bunga sebesar Rp 3.000.000,00


yang berasal dari:

(6 / 12 x 5% x Rp 60.000.000,00)

31-Desember 2019

a. Penyesuaian terhadap pendapatan bunga Piutang Bunga 1.350.000


sebesar :
( 6/12 x 5% x Rp 54.000.000,00) Pendapatan Bunga 1.350.000

b. Penyesuaian LKBD menjadi LKD dengan cara


sebagai berikut :

% Laba kotor =

Rp 20.000.000,00/Rp 80.000.000,00 x 100% =


25%

Kas yang diterima dari penjualan angsuran selama LKBD 6.500.000


tahun 2019 adalah sebagai berikut: LKD 6.500.000
Uang muka Rp 20.000.000,00

Angsuran ke 1 Rp 6.000.000,00

Rp 26.000.000,00

LKD = 25% x Rp 26.000.000,00 =

Rp 6.500.000,00

c. Membuat jurnal penutup untuk tahun 2019


untuk menutup Laba dan Pendapatan bunga ke
Laba – Rugi LKD 6.500.000

Pendapatan Bunga 2.850.000

Laba-Rugi 9.350.000

Keterangan Jurnal

Tahun II

4. 1-Januari 2020

a. Membuat jurnal balik (Reversing Entries) untuk


pendapatan bunga.
Pendapatan Bunga 1.350.000

Piutang Bunga 1.350.000


b. Penerimaan angsuran ke-2 sebesar Rp
6.000.000,00 dan pendapatan bunga sebesar Rp
1.350.000,00 Kas 7.350.000

Piutang angsuran 6.000.000

Pendapatan Bunga 1.350.000

1-Juli 2020 Kas 7.200.000

Penerimaan angsuran ke-3 sebesar Piutang Angsuran 6.000.000

Rp 6.000.000,00 Pendapatan Bunga 1.200.000

dan pendapatan bunga sebesar Rp2.400.000,00


yang berasal dari:

(6 / 12 x 5% x Rp 48.000.000,00)

31-Desember 2020 Piutang Bunga 1.050.000

a. Penyesuaian terhadap pendapatan bunga Pendapatan Bunga 1.050.000


sebesar Rp 2.100.000,00

( 6/12 x 5% x Rp 42.000.000,00)

b. Penyesuaian LKBD menjadi LKD dengan cara


sebagai berikut : LKBD 3.000.000

LKD 3.000.000

Kas yang diterima dari penjualan angsuran selama


tahun 19C adalah sebagai berikut:

Angsuran ke 2 Rp 6.000.000,00

Angsuran ke 3 Rp 6.000.000,00

Rp 12.000.000,00

LKD = 25% x Rp 12.000.000,00 =

Rp 3.000.000,00
c. Membuat jurnal penutup untuk tahun 19C LKD 3.000.000
untuk menutup Laba dan Pendapatan bunga ke
Laba – Rugi Pendapatan Bunga 2.250.000

Laba-Rugi 5.250.000

Pada saat tidak mampu membayar cicilan :


Awal tahun ke 4 =
1 juli 2019 = angsuran 1
1 jan 2020 = angsuran 2
1 juli 2020 = angsuran 3
1 jan 2021 = angsuran 4
1 juli 2021 = angsuran 5
1 jan 2022 = tidak bisa membayar cicilan
Saldo piutang angsuran = 80.000.000 – 20.000.000 (dp)– (5 x 6.000.000) = 30.000.000
LKBD yang harus disesuaikan = 25% x 30.000.000 = 7.500.000
Nilai pemilikan kembali (5 x 8.000.000) = 40.000.000

Jurnal :
Aktiva Tetap 40.000.000
LKBD 7.500.000
Piutang Angsuran 30.000.000
Laba Pemilikan Kembali 17.500.000

2. 5 Rekap Mahasiswa yang mengikuti Post Test

Nama Lengkap Score PG Score Essay

Agung Gunawan Tidak mengikuti

Ani Oktaviani Presentasi


Arsita Widya Isbiandono Presentasi

Aulia Shafira Kahar Sakit

Christina Indriani 100

Dea Setiana Presentasi

Ela Karenina 100

Fahmi Fatturahman 100

Ilmia Ghani P 100

Lifia Meilani 60

Linda Luciana 100

M. Rafi Habiburahman 100

Marzani Amalin 100

Meytha Aulia A 100

M. Irfan Dzul Izzudin 100

Muhammad Yudha P Presentasi

Novi Rahmitasari 100

Paskah Lucia N 60

Pau Lim 100

Raden Ayu Syarifa 100

Reynaldy P 100

Rizka Maudina 100

Silvana Septiany 100

Siti Andini S 100

Soni Achmad S 100

Sonia Mustika Munggaran 100


Suci Santhi S Tidak mengikuti

Syipa Aulia 100


BAB III
KESIMPULAN

Akuntansi penjualan angsuran untuk aktiva tetap berfokus pada masalah pencatatan dan
pengakuan laba serta pengaruhnya ke laporan rugi/laba. Ada 2 metode yang dapat digunakan, yaitu
pertama, metode laba diakui pada saat penjualan angsuran dilakukan dan kedua, metode laba
diakui proporsionil dengan penerimaan kas dari pelunasan angsuran. Perbedaan utama dari kedua
metode tersebut terletak pada pengakuan laba penjualan angsuran.

Dalam metode laba diakui pada saat penjualan angsuran dilakukan, perusahaan mengakui
dan mencatat laba atas penjualan angsuran, jumlah angsuran, pendapatan bunga, bunga yang masih
harus diterima (jika ada). Metode laba diakui proporsionil dengan penerimaan kas dari pelunasan
angsuran mengakui laba penjualan dalam bentuk laba kotor belum direalisasi (LKBD). LKBD
terealisasi setelah ada penerimaan kas/angsuran dan diakui sebagai laba kotor yang direalisasi
(LKD) melalui jurnal penyesuaian. LKD inilah menjadi laba yang diakui dalam laporan laba/rugi
periode bersangkutan. LKBD yang belum terealisasi sampai akhir tahun diakui sebagai hutang.
Perhitungan, pencatatan bunga dan penyesuaiannya serta penyusunan jurnal penutup dan jurnal
balik pada akhir tahun sama untuk kedua metode tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Drs.Arifin S., M. H. (1997). Pokok-Pokok Akuntansi Lanjutan. Yogyakarta: Liberty, Yogyakarta.

Elmi, R. P. (2014). Penerapan Akuntansi Penjualan Angsuran dan Perlakuan Barang Yang Ditarik
Kembali Pada PT. Kaisar Moto Jaya Batam. Jurnal Ekonomi dan Akuntansi.

Anda mungkin juga menyukai