Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN 1

PENJUALAN ANGSURAN

OLEH:

KELOMPOK 3

1. IDA BAGUS SURYA S B1C119109


2. ISHBIR MUHAMMAD ECHSAN EFFENDI B1C119114
3. JOICE ANGELITA B1C119116
4. JUMARIA B1C119117
5. JUMARIANA B1C119118
6. KADEK SITI RATMINI B1C119119
7. MUHAMAD SANDI PUTRA B1C119120
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Penjualan
Angsuran ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
yang diberikan oleh ibu Nitri Mirosea, S.E., M.Si., M.Acc., CFE., Ph.D pada Mata
Kuliah, Akuntansi Keuangan Lanjutan 1 Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Penjualan Angsuran bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Nitri Mirosea, S.E., M.Si., M.Acc.,
CFE., Ph.Dyang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

[02, Oktober 2021]

Kelompok 3
DAFTAR ISI
Halaman
depan……………………………………………………………………………….

Kata Pengantar………………………………………………………………..........

Daftar Isi……………………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………….

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………….......


1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………….
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………….

BAB III PENUTUP……………………………………………………………….

Kesimpulan……………………………………………………………………….

Daftar Pustaka…………………………………………………………………….
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Metode penjualan angsuran pada mulanya berasal dari penjualan rumah pada
perusahaan realestate, tetapi pada masa sekarang penjualan dengan metode ini telah
berkembang pada perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan kendaraan seperti
mobil, motor; mesin; alat-alat rumah tangga dan lainnya. Bahkan pada beberapa jenis
industri metode penjualan angsuran ini telah menjadi kunci utama dalam mencapai
operasi skala besar.

Metode penjualan angsuran ini cukup berkembang pesat dan disukai di kalangan
usahawan dan juga di kalangan pembeli. Bagi usahawan metode ini telah meningkatkan
jumlah penjualan yang tentunya meningkatkan laba, bagi pembeli mereka merasa lebih
ringan dalam hal pembayaran untuk melunasi barang yang dicicil tersebut.

Bagi akuntan, penjualan angsuran menimbulkan beberapa masalah. Masalah utama


adalah : “membandingkan antara beban dan pendapatan” (matching of costs and
revenues), yaitu :

1. Apakah laba kotor dari penjualan angsuran dianggap telah direalisasi pada saat
terjadinya penjualan ataukah harus diakui selama masa kontrak angsuran
tersebut?
2. Apa yang harus dilakukan terhadap beban sehubungan dengan penjualan
angsuran yang terjadi pada periode setelah penjualan tersebut?
3. Bagaimana menangani persoalan piutang usaha angsuran yang tidak dapat
tertagih, pertukaran, dan pemilikkan kembali barang angsuran?

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan penjualan Angsuran?
2. BagaimanaPengelolaan Risiko Angsuran?
3. Bagaimana Contoh dari penjualan Angsuran?
4. Bagaimana Rupa-Rupa Transaksi Penjualann Angsuaran?
5. Apa Saja Bunga Penjualan Angsuran?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Mengetahui Apa yang dimaksud dengan penjualan Angsuran?
2. Mengetahui BagaimanaPengelolaan Risiko Angsuran?
3. Mengetahui Bagaimana Contoh dari penjualan Angsuran?
4. Mengetahui Bagaimana Rupa-Rupa Transaksi Penjualann Angsuaran?
5. Mengetahui Apa Saja Bunga Penjualan Angsuran?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Penjualan Angsuran


Penjualan angsuran adalah produk milik menjual kepada pembeli dengan
menerima pembayaran uang muka dan sisanya diangsur sesuai dengan yang di
perjanjikan. Produk yang dijual angsuran afalah properti dan barang. Tujuan penjualan
angsuran adalah meningkatkan penjualan dengan perluas pangsa pasar produk tertentu
milik penjual.

2.2. Pengelolaan Risiko Angsuran

2.2.1. Kecukupan jaminan, jumlah, dan jarak waktu

Untuk melindungi penjual terhadap kemungkinan risiko kerugian angsuran,


berbagai alat dikembangkan. Jaminan berupa surat-surat pemilikan aset tetap seperti:
pledge, assignment, chattel mortgage, chattel trust, trust deed, factor's lien atau lainnya
harus diserahkan ke dalam kekuasaan penjual.

Lebih jauh apabila terjadi contract default oleh pembeli, misalnya jika pada suatu
titik waktu pembeli tidak mampu membayar angsuran hutangnya maka pilihan terakhir
adalah reposesi. Penjual mereposesi (memiliki kembali) barangnya yang dijual angsuran
dan mengembalikan surat-surat jaminan setelah mengadakan perhitungan-perhitungan
yang diperlukan. Selain dari itu jumlah pembayaran pertama harus cukup besar untuk
menutupi penurunan harga barang yang direposesi bila terjadi wan prestasi. Juga jarak
waktu pembayaran tiap angsuran tidak terlalu lama, misalnya: tidak lebih dari 1 bulan dan
besar angsuran harus mencukupi untuk menutup penurunan harga barang yang dijual
angsuran

2.2.2. Metode Pengakuan Laba Kotor

Ada dua pendekatan pengakuan laba kotor penjualan angsuran, yaitu:

1. Pada saat terjadi penjualan. Sama seperti pada penjualan reguler, laba kotor
diakui ketika terjadi penjualan; saat barang ditukar dengan tuntutan (claim) yang
dapat dipaksakan terhadap pelanggan
2. Pada saat uang diterima. Penerimaan kas, bukan saat penjualan, menjadi criteria
pengakuan pendapatan.
2.2.3 Iustrasi Akuntansi Angsuran
Penjualan Angsuran Properti:

Misalkan pada 1 Oktober 20X3 Windi Co. menjual properti kepada Westi dengan
harga Rp100.000.000. Nilai buku properti itu Rp70.000.000 Pada saat penjualan Windi
menerima Rp20.000.000 dan surat hipotek Rp80.000.000 yang harus dibayar dalam 20
angsuran @ Rp4.000.000 ditambah bunga atas sisa yang belum dibayar 12%. Komisi dan
beban lainnya saat penjualan berjumlah Rp4.000.000 dibayar. Ilustrasi jurnal atas
kejadian itu adalah sebagai berikut:

Jika dalam soal di atas, pembeli gagal membayar angsuran yang jatuh tempo pada
1 April 20X5 maka penjual mereposesi properti dan mengembalikan surat hipotik. Nilai
wajar properti saat direposesi Rp55.000.000 dan angsuran hipotik yang belum lunas
Rp72.000.000. Jurnal kejadian itu sebagai berikut (dalam 000.000 rupiah):
Akibat reposesi itu diperlukan jurnal kedua untuk menghapuskan bunga akru
hipotek Rp2.160.000 akhir tahun 20X4 yang pada tahun 20X5 tidak dapat dipungut.

Bila menggunakan metode angsuran dalam pelaporan laba sejumlah properti


yang dijual dengan tingkat laba kotor yang berbeda-beda, pencatatan akan terpisah perlu
dipertahankan. Gunanya adalah untuk menunjukkan tangguhan laba kotor setiap kontrak
yang pada akhir tahun penerimaan dari masing-masing kontrak dijumlahkan untuk
menghitung laba kotor yang telah direalisasi.

Penjualan Angsuran Barang


Penjualan angsuran 20X4 dan 20X3 dilakukan dengan persentase laba kotor masing-
masing 38% dan 35%.

Transaksi dan jurnal Keli tahun 20X5 meliputi penjualan reguler dan penjualan
sebagai berikut (dalam 000.000 rupiah):
Pelaporan Keuangan

Neraca

Laporan Laba Rugi


Analisis Laba Kotor

2.4. Rupa-Rupa Transaksi Penjualan Angsuaran


Trade Ins

Dalam rencana penjualan angsuran, barang-barang lama diterima sebagai


downpayment untuk barang baru. Misalnya barang baru dengan harga pokok
Rp1.350.000 dijual Rp200.000. barang bekas diterima sebagai downpayment
Rp600.00 Perusahaan menaksirkan biaya perbaikan Rp40.000 dan harga jual
setelah diperbaiki Rp550.000. selain dari itu perusahaan mengharapan laba kotor
20% dari penjualan barang itu.

Nilai trade-in dan overallowance dihitung sebagai berikut :


Presentase harga pokok penjualan angsuran adalah Rp1.350.000 : (Rp2.000.000-
Rp200.000) =75%. Ini berarti laba otor 25% dan yang direalisasikan pada saat
penjualan adalah 25%xRp400.000 (pembayaran downpayment). Jia sistem
persediaan periodic digunaan maka trade-in dicatat dalai akun nominal dan
ditambah pada pembelian dalam menghitung harga pokok penjualan.

Wan prestasi dan Reposesi

Misalkan total penjualan angsuran tahun 20X5 Rp200.000.000 dan peresentase


laba kotor penjualan angsuran 20X5 tersebut 36%. Pada tahun 20X5 pelanggan
wan prestasi (defaults) untu jumlah Rp1.200.000 yang berasal dari tahun 20X5.
Sejumlah Rp500.000 telah dipungut atas kontrak 20X5 sebelum wan prestasi.
Barang diprosesi; nilainya Rp360.000 dan memerlukan perbaikan serta laba otor
normal pada penjualannya kembali. Jurnal untuk mencatat wan prestasi itu
sebagai berikut :

2.5. Bunga Kontrak Angsuran


Ada beberapa cara pembayaran periodik bunga. Dua diantaranya adalah sebagai
berikut :

(1) Long-end interest. Bunga dihitung dari saldo pokok terutang antara
periode angsiran
(2) Short-end interest. Bunga dihitung dari jumlah angsuran yang jatuh tempo
antara tanggal kontrak sampai tanggal pembayaran angsuran.

Long-end Interest

Misalnya pada 30 juni peralatan dijual angsuran Rp800.000 Downpayment


Rp.200.000 dan sisa dibayar dalai 6 angsuran bulanan dengan bunga 12%. Tiap
akhir bulan, mulai 31 juli antara 1 bulan kemudian, dihitung bunga 15 dari saldo
pokok.
Short-end Interest

Berbeda dengan long-end interest, pada short-end interest tiap akhir bulan mulai
31 juli dihitung bunga sebesar 19%, 2% dan terusnya menurut deret hitung dari
jumlah pembayaran kontrak.

Contoh pencatatan transaksi tersebut sebagai berikut: (dalam 000 rupiah)


2.6. Contoh Soal
Soal 4-1
Kale mempertanggung jawabkan penjualan angsuran dengan melaporkan penghasilan
berdasarkan proporsi penerimaan harga penjualan. Per 31 Desember 20X3 buku-buku
menunjukkan saldo saldo sebagai berikut: (dalam 000 rupiah)

Presentase laba kotor: 20X1, 35%, 20X2, 30%, 20X3, 40%


Diminta:
(1) Jurnal yang di butuhkan pada tanggal 31 desember 20X3
(2) Berapa besar piutang tiap tahun yang dapat dipungut dalam tahun 20X3?

Solusi soal 4-1


(1) Tangguhan laba kotor penjualan angsuran 20x1 Rp. 9.000.000
Tangguhan laba kotor penjualan angsuran 20X2 28.000.000
Tangguhan laba kotor penjualan angsuran 20X3 138.000.000
Realisasi laba kotor penjualan 20X1-20X3 Rp. 175.000.000
Realisasi laba kotor:
20X1: Rp 16.000.000-(35%xRp20.000.000) = Rp. 9.000.000
20X2: Rp 52.000.000-(30%xRp80.000.000) = 28.000.000
20x3: Rp210.000.000-(40%xRp180.000.000) = 138.000.000
(2) Penerimaan piutang kontrak angsuran tiap tahun dalam tahun 20X3
20X1: Rp 9.000.000:35% = Rp 25.714.280
20X2: Rp28.000.000:30 = Rp 93.213.340
20X3: Rp138.000.000:40% = Rp345.000.000

Soal 4-2
Perabotan Leri mencatat penjualan angsuran dalam tahun 20X1 sebesar Rp1.200.000.
Pencatatan dilakukan untuk tiap barang yang dijual angsuran. Pada akhir tahun total harga
pokok penjualan angsuran adalah Rp810.000. Total penerimaan penjualan angsuran tahun
20X1 Rp720.000, Taksiran harga barang yang direposesi adalah Rp48.000 dan saldo
yang terutang atas reposei Rp80.000 Perusahaan tidak menggunakan akun persediaan
perpetual.

Diminta:
Jurnalah kejadian di atas termasuk jurnal :
(1) yang menunjukan total laba kotor yang dapat direalisasi pada akhir tahun
(2) mencatat reposesi dan
(3) mencatat laba kotor yang direalisasi.

Solusi soal 4-2 (dalam 000 rupiah)

Piutang kontrak angsuran 20X1 Rp. 1.200.000


Penjualan angsuran Rp. 1.200.000
Harga pokok penjualan 810.000
Kiriman penjualan angsuran 810.000
Kas 720.000
Piutang kontrak angsuran 20X1 720.000

(1) Penjualan angsuran 1.200.000


Harga pokok penjualan angsuran 810.000
Tangguhan laba kotor penjualan angsuran 20X1 390.000
(2) Reposesi barang 48.000
Tangguhan laba kotor penjualan angsuran 20X1 26.000
Rugi reposesi 6.000
Piutang kontrak angsuran 80.000

Persentase laba kotor 20X1: 390/1.200-32,5%.


Tangguhan laba kotor yang batal setelah reposesi
32,5%xRp80.000 = Rp26.000

(3) Tangguhan laba kotor penjualan angsuran 20X1 234.000


Realisasi laba kotor 20X1: (32.5%xRp720.000) 234.000

Soal 4-3
Pada tanggal 30 Juni 20X1 PT Wili, yang beroperasi berdasarkan tahun kalender,
membeli properti dengan harga Rp200.000.000 per kas. Nilai taksiran tanah ini
Rp20.000.000 dan sisa umur bangunan di atasnya adalah 50 tahun. Akumulasi
penyusutan dilakukan menurut metode garis lurus.
Pada tanggal 30 Juni 20X5; harta benda ini (tanah dan bangunannya) dijual
dengan harga sebesar Rp300.000.000, yang untuk ini pembayarannya diterima sebagai
berikut:
1. Per kas Rp50.000.000 pada tanggal penjualan.
2. Empat lembar wesel tanpa bunga yang jatuh tempo sebagai berikut:
Rp 60.000.000-30 Juni 20X6
Rp 60.000.000-30 Juni 20X7
Rp 100.000.000-30 Juni 20X8
Rp 30.000.000-30 Juni 20X9
Perusahaan mencatat keuntungan atas penjualan harta benda ini dengan metode cicilan,
sebab penagihan atas piutang ini tidak cukup terjamin.

Diminta:
1. Susunlah ayat-ayat jurnal dan juga perhitungan yang dbutuhkan untuk mencatat
penjualan pada tanggal 30 Juni 20X5 itu.
2. Susunlah ayat-ayat jurnal dan juga perhitungan yang dibutuhkan untuk mencatat
penagihan wesel tagih itu pada tanggal jatuh temponya.
3. Tunjukkanlah bagian akun dalam neraca saldo pada tanggal 31 Desember 20X5
harus dicantumkan.

Solusi soal 4-3


Untuk menghitung realisasi laba kotor dari penerimaan kas:

1. Hitung terlebih dahulu persentase laba kotor = = 0,381.333.333


2. Kalikan dengan kas yang diterima 0,381.333.3333xRp50.000.000=
Rp19.066.000)*

(1) 30-6-X5
Kas Rp. 50.000.000
Wesel tagih 250.000.000
Akumulasi penyusutan
(3 (2% x Rp180.000.000)) 12.000.000
Beban penyusutan
(1/2 (2% x Rp180.000.000)) 1.800.000
Tanah Rp 20.000.000
Gedung 180.000.000
Tangguhan laba kotor penjualan properti 114.000.000
Tangguhan laba kotor penjualan properti Rp 19.000.000
Realisasi laba kotor penjualan properti Rp 19.000.000

(2) 30-6-20X5
Kas Rp 60.000.000
Wesel tagih Rp 60.000.000
Tangguhan laba kotor penjualan properti 22.880.000
Realisasi laba kotor penjualan properti 22.880.000

30-6-20X7
Kas Rp 60.000.000
Wesel tagih Rp 60.000.000
Tangguhan laba kotor penjualan properti 22.880.000
Realisasi laba kotor penjualan properti 22.880.000

30-6-20X8
Kas Rp 100.000.000
Wesel tagih Rp 100.000.000
Tangguhan laba kotor penjualan properti 38.134.000
Realisasi laba kotor penjualan properti 38.134.000

30-6-20X9
Kas Rp.30.000.000
Wesel tagih
Rp.30.000.000
Tangguhan laba kotor penjualan properti 11.440.000
Realisasi laba kotor penjualan properti
11.440.000

(3) Wesel tagih Rp 60.000.000 : Aset lancar


Wesel tagih Rp 190.000.000 : Aset tetap – Investasi atau Aset lain
Tangguhan laba kotor penjualan properti: Kewajiban-Pendapatan di muka
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Penjualan angsuran adalah penjualan barang dagangan dengan


pembayaran secara berangsur. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan volume
penjualan yang akhirnya meningkatkan laba yang didapatkan, karena metode
penjualan ini memberikan kemudahan kepada konsumen dalam pembayaran
barang yang dibelinya, sehingga konsumen tertarik untuk melakukan pembelian.

Terdapat beberapa tantangan yang dihadapi dalam penjualan angsuran


yang dikelompokkan dalam masalah non akuntansi dan masalah akuntansi.
Dimana masalah non akuntansi yaitu kemungkinan apabila terjadinya kerugian
sebagai akibat dari adanya pembeli yang tidak melaksanakan kewajibannya.
Masalah akuntansi yaitu adanya masalah yang berhubungan dengan pengakuan
laba kotor, masalah yang berhubungan dengan cara perhitungan bunga dan
angsuran, tukar tambah dan pembatalan penjualan angsuran. Untuk menghadapi
semacam itu perusahaan perlu berhati-hati dalam melakukan penjualannya.
Perusahaan perlu untuk mempertimbangkan siapa pembelinya terlebih dahulu
dan membuat perjanjian yang mengikat kedua belah pihak untuk melaksanakan
kewajibannya.
DAFTAR PUSTAKA

Halim, Abdul. 2015. Akuntansi Keuangan Lanjutan. Jakarta: Mitra Wacana Media. E
Elmi, dkk. 2015.

Penerapan Akuntansi Penjualan Angsuran dan Perlakuan Barang yang Ditarik kembali
pada PT. Kaisar Motor Jaya Batam. Jurnal Equilibiria.

Anda mungkin juga menyukai