PENJUALAN ANGSURAN
OLEH:
KELOMPOK 3
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Penjualan
Angsuran ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
yang diberikan oleh ibu Nitri Mirosea, S.E., M.Si., M.Acc., CFE., Ph.D pada Mata
Kuliah, Akuntansi Keuangan Lanjutan 1 Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Penjualan Angsuran bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Nitri Mirosea, S.E., M.Si., M.Acc.,
CFE., Ph.Dyang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 3
DAFTAR ISI
Halaman
depan……………………………………………………………………………….
Kata Pengantar………………………………………………………………..........
Daftar Isi……………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………….
Kesimpulan……………………………………………………………………….
Daftar Pustaka…………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
Metode penjualan angsuran pada mulanya berasal dari penjualan rumah pada
perusahaan realestate, tetapi pada masa sekarang penjualan dengan metode ini telah
berkembang pada perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan kendaraan seperti
mobil, motor; mesin; alat-alat rumah tangga dan lainnya. Bahkan pada beberapa jenis
industri metode penjualan angsuran ini telah menjadi kunci utama dalam mencapai
operasi skala besar.
Metode penjualan angsuran ini cukup berkembang pesat dan disukai di kalangan
usahawan dan juga di kalangan pembeli. Bagi usahawan metode ini telah meningkatkan
jumlah penjualan yang tentunya meningkatkan laba, bagi pembeli mereka merasa lebih
ringan dalam hal pembayaran untuk melunasi barang yang dicicil tersebut.
1. Apakah laba kotor dari penjualan angsuran dianggap telah direalisasi pada saat
terjadinya penjualan ataukah harus diakui selama masa kontrak angsuran
tersebut?
2. Apa yang harus dilakukan terhadap beban sehubungan dengan penjualan
angsuran yang terjadi pada periode setelah penjualan tersebut?
3. Bagaimana menangani persoalan piutang usaha angsuran yang tidak dapat
tertagih, pertukaran, dan pemilikkan kembali barang angsuran?
PEMBAHASAN
Lebih jauh apabila terjadi contract default oleh pembeli, misalnya jika pada suatu
titik waktu pembeli tidak mampu membayar angsuran hutangnya maka pilihan terakhir
adalah reposesi. Penjual mereposesi (memiliki kembali) barangnya yang dijual angsuran
dan mengembalikan surat-surat jaminan setelah mengadakan perhitungan-perhitungan
yang diperlukan. Selain dari itu jumlah pembayaran pertama harus cukup besar untuk
menutupi penurunan harga barang yang direposesi bila terjadi wan prestasi. Juga jarak
waktu pembayaran tiap angsuran tidak terlalu lama, misalnya: tidak lebih dari 1 bulan dan
besar angsuran harus mencukupi untuk menutup penurunan harga barang yang dijual
angsuran
1. Pada saat terjadi penjualan. Sama seperti pada penjualan reguler, laba kotor
diakui ketika terjadi penjualan; saat barang ditukar dengan tuntutan (claim) yang
dapat dipaksakan terhadap pelanggan
2. Pada saat uang diterima. Penerimaan kas, bukan saat penjualan, menjadi criteria
pengakuan pendapatan.
2.2.3 Iustrasi Akuntansi Angsuran
Penjualan Angsuran Properti:
Misalkan pada 1 Oktober 20X3 Windi Co. menjual properti kepada Westi dengan
harga Rp100.000.000. Nilai buku properti itu Rp70.000.000 Pada saat penjualan Windi
menerima Rp20.000.000 dan surat hipotek Rp80.000.000 yang harus dibayar dalam 20
angsuran @ Rp4.000.000 ditambah bunga atas sisa yang belum dibayar 12%. Komisi dan
beban lainnya saat penjualan berjumlah Rp4.000.000 dibayar. Ilustrasi jurnal atas
kejadian itu adalah sebagai berikut:
Jika dalam soal di atas, pembeli gagal membayar angsuran yang jatuh tempo pada
1 April 20X5 maka penjual mereposesi properti dan mengembalikan surat hipotik. Nilai
wajar properti saat direposesi Rp55.000.000 dan angsuran hipotik yang belum lunas
Rp72.000.000. Jurnal kejadian itu sebagai berikut (dalam 000.000 rupiah):
Akibat reposesi itu diperlukan jurnal kedua untuk menghapuskan bunga akru
hipotek Rp2.160.000 akhir tahun 20X4 yang pada tahun 20X5 tidak dapat dipungut.
Transaksi dan jurnal Keli tahun 20X5 meliputi penjualan reguler dan penjualan
sebagai berikut (dalam 000.000 rupiah):
Pelaporan Keuangan
Neraca
(1) Long-end interest. Bunga dihitung dari saldo pokok terutang antara
periode angsiran
(2) Short-end interest. Bunga dihitung dari jumlah angsuran yang jatuh tempo
antara tanggal kontrak sampai tanggal pembayaran angsuran.
Long-end Interest
Berbeda dengan long-end interest, pada short-end interest tiap akhir bulan mulai
31 juli dihitung bunga sebesar 19%, 2% dan terusnya menurut deret hitung dari
jumlah pembayaran kontrak.
Soal 4-2
Perabotan Leri mencatat penjualan angsuran dalam tahun 20X1 sebesar Rp1.200.000.
Pencatatan dilakukan untuk tiap barang yang dijual angsuran. Pada akhir tahun total harga
pokok penjualan angsuran adalah Rp810.000. Total penerimaan penjualan angsuran tahun
20X1 Rp720.000, Taksiran harga barang yang direposesi adalah Rp48.000 dan saldo
yang terutang atas reposei Rp80.000 Perusahaan tidak menggunakan akun persediaan
perpetual.
Diminta:
Jurnalah kejadian di atas termasuk jurnal :
(1) yang menunjukan total laba kotor yang dapat direalisasi pada akhir tahun
(2) mencatat reposesi dan
(3) mencatat laba kotor yang direalisasi.
Soal 4-3
Pada tanggal 30 Juni 20X1 PT Wili, yang beroperasi berdasarkan tahun kalender,
membeli properti dengan harga Rp200.000.000 per kas. Nilai taksiran tanah ini
Rp20.000.000 dan sisa umur bangunan di atasnya adalah 50 tahun. Akumulasi
penyusutan dilakukan menurut metode garis lurus.
Pada tanggal 30 Juni 20X5; harta benda ini (tanah dan bangunannya) dijual
dengan harga sebesar Rp300.000.000, yang untuk ini pembayarannya diterima sebagai
berikut:
1. Per kas Rp50.000.000 pada tanggal penjualan.
2. Empat lembar wesel tanpa bunga yang jatuh tempo sebagai berikut:
Rp 60.000.000-30 Juni 20X6
Rp 60.000.000-30 Juni 20X7
Rp 100.000.000-30 Juni 20X8
Rp 30.000.000-30 Juni 20X9
Perusahaan mencatat keuntungan atas penjualan harta benda ini dengan metode cicilan,
sebab penagihan atas piutang ini tidak cukup terjamin.
Diminta:
1. Susunlah ayat-ayat jurnal dan juga perhitungan yang dbutuhkan untuk mencatat
penjualan pada tanggal 30 Juni 20X5 itu.
2. Susunlah ayat-ayat jurnal dan juga perhitungan yang dibutuhkan untuk mencatat
penagihan wesel tagih itu pada tanggal jatuh temponya.
3. Tunjukkanlah bagian akun dalam neraca saldo pada tanggal 31 Desember 20X5
harus dicantumkan.
(1) 30-6-X5
Kas Rp. 50.000.000
Wesel tagih 250.000.000
Akumulasi penyusutan
(3 (2% x Rp180.000.000)) 12.000.000
Beban penyusutan
(1/2 (2% x Rp180.000.000)) 1.800.000
Tanah Rp 20.000.000
Gedung 180.000.000
Tangguhan laba kotor penjualan properti 114.000.000
Tangguhan laba kotor penjualan properti Rp 19.000.000
Realisasi laba kotor penjualan properti Rp 19.000.000
(2) 30-6-20X5
Kas Rp 60.000.000
Wesel tagih Rp 60.000.000
Tangguhan laba kotor penjualan properti 22.880.000
Realisasi laba kotor penjualan properti 22.880.000
30-6-20X7
Kas Rp 60.000.000
Wesel tagih Rp 60.000.000
Tangguhan laba kotor penjualan properti 22.880.000
Realisasi laba kotor penjualan properti 22.880.000
30-6-20X8
Kas Rp 100.000.000
Wesel tagih Rp 100.000.000
Tangguhan laba kotor penjualan properti 38.134.000
Realisasi laba kotor penjualan properti 38.134.000
30-6-20X9
Kas Rp.30.000.000
Wesel tagih
Rp.30.000.000
Tangguhan laba kotor penjualan properti 11.440.000
Realisasi laba kotor penjualan properti
11.440.000
PENUTUP
Kesimpulan
Halim, Abdul. 2015. Akuntansi Keuangan Lanjutan. Jakarta: Mitra Wacana Media. E
Elmi, dkk. 2015.
Penerapan Akuntansi Penjualan Angsuran dan Perlakuan Barang yang Ditarik kembali
pada PT. Kaisar Motor Jaya Batam. Jurnal Equilibiria.