(Disosiasi)
1. Sekutu meninggal
1.Dalam persekutuan sewaktu- waktu, seorang sekutu dapat mengeluarkan pemberitahuan pengunduran diri dari
persekutuan. Pemgunduran diri sewaktu – waktu ini dapat terjadi sebagaian besar, hanya dalam bentuk pemahaman
secara lisan diantara para sekutu dan tidak ada ketentuan pasti atau tindakan spesifik yang diambil. Perjanjian
persekutuan dapat menghidari kejadian seperti ini yang dapat menyebabkan bubarnya persekutuan dengan
memasukkan misalnya, sebuah ketentuan untuk membeli kepemilikan sekutu yang keluar dari persekutuan.
2.Pada persekutuan yang didirikan dengan batas waktu dan tujuan tertentu, pembubaran dapat terjaadi karena: (a)
seorang sekutu meninggal atau mengundurkan diri karena melakukan kesalahan, paling tidak setengah sekutu yang
tinggal memutuskan menghentikan bisnis persekutuan, (b) ketika semua sekutu setuju untuk menghentikan
persekutuan, atau (c)ketika batas waktu atau tujuan yang dimaksudkan telah terpenuhi atau selesai.
3.Suatu peristiwa yang merupakan pelanggaran hokum jika diterapkan pada bagian penting suatu kemitraan bisnis
4. adanya keputusan pengadilan bahwa: (a) tujuan ekonomis persekutuan tampaknya tidak bias tercapai, (b) seorang
sekutu terlibat dalam suatu tindakan yang terkait dengan bisnis yang membuat bisnis persekutuan tidak mungkin
dilanjutkan secara praktik, atau (c) ketika tidak memungkinkan untuk meneruskan bisnis persekutuan secara praktik
sejalan dengan perjanjian persekutuan
Terminasi (Winding Up) dan Likuidasi (Liquidation)
Terminasi (Winding Up) dan Likuidasi (Liquidation) dimulai setelah
pembubaran sekutu. Persekutuan tetap beroperasi untuk tujuan khusus yaitu,
penyelesaian proses penghentian bisnis. Proses ini mencangkup transaksi –
transaksi yang diperlukan untuk melikuidasi persekutuan seperti penagihan
piutang termasuk piutang sekutu, konversi asset non kas, pembayaran
kewajiban persekutuan, dan distribusi saldo neto yang tersisa kepada sekutu
dalam bentuk kas sesuai proporsi kepentingan modal
Untuk mengarahkan dan meringkas proses likuiditas persekutuan, sebuah laporan relisasi
dan likuiditas persekutuan (statement of partnership realization and liquidation) harus
disiapkan. Laporan ini yang biasa disebut dengan “Laporan Likuidasi” adalah dasar
pembuatan ayat jurnal untuk mencatat likuidasi. Laporan ini menyajikan pengaruh likuidasi
terhadap akun – akun laporan posisi keuangan persekutuan dalam bentuk kertas kerja.
LIKUIDASI
Realisasi Aset Beban Likuidasi
Pada umumnya, Proses likuidasi
sebuah persekutuan biasanya dimulai
Kas Rp10.000.000
Aset Nonkas 90.000.000
Liabilitas Rp42.000.000
20 Mei 20X5
(2) Liabilitas 42.000.000
Kas 42.000.000
Pembayaran kepada kreditor
Laporan realisasi dan likuiditas persukutuan merupakan dasar
30 Mei 20X5
untuk ayat jurnal yang mencatat proses likuiditas sebagai berikut
(3) Modal, Aldi 30.000.000
:
Modal, Bayu 6.000.000
Modal, Citra 12.000.000
Kas 48.000.000
Pembayaran lumsum kepada para sekutu
KASUS 2. PERSEKUTUAN SOLVEN DAN TIMBUL DEFISIT DALAM AKUN MODAL SEKUTU
Saldo Modal
Kas Asset Nonkas Kewajiban Aldi (40%) Bayu (40%) Citra (20%)
40/60 x
Rp 18.000.000 12.000.000
40/60 x Rp 12.000.000
6.000.000
42.000.000 0 (42.000.000) 0 0 0
Pembayaran kepada
kreditor eksternal (42.000.000) 42.000.000
02
Antisipasi kemungkinan yang terburuk, atau lebih
membatasi sebelum menentukan jumlah
angsuran tunai yang diterima oleh masing-
masing sekutu.
Persekutuan ABC
Neraca Saldo
Aldi,Citra dan Bayu bersepakat untuk menahan uang tunai sebesar Rp.10.000.000
untuk menutupi beban likuidasi yang mungkin timbul. Sebagai tambahan, asset
nonkas memiliki sisa saldo sebesar Rp.35.000.000 pada tanggal 31 Mei. Asumsi
kasus terburuk berupa kerugian total atas asset nonkas dan beban likuidasi sebesar
Rp.10.000.000 menimbulkan total pembebanan sebesar Rp.45.000.000 yang harus
didistribusikan terhadap akun modal para sekutu. Akun modal Aldi,Bayu dan Citra
dikenakan beban masing masing sebesar Rp.18.000.000 , Rp.18.000.000 ,
Rp.9.000.000 untuk bagian dari kekurangan sebesar Rp.45.000.000 tadi. Asumsi ini
menghasilkan perkiraan defisit dalam akun modal bayu.
Aset - Kewajiban = Ekuitas Pemilik
Rp.45.000.000 - Rp.0 = Rp.45.000.000
Transaksi Selama Bulan Juni 20X5
Skedul pembayaran aman kepada para sekutu per tanggal 30 Juni 20X5 dengan figur
16-5 menunjukkan bagaimana jumlah distribusi dihitung. Rencana kasus terburuk
mengasumsikan bahwa asey nonkas tersisa yang bernilai Rp.5.000.000 harus
dihapuskan menjadi kerugian dan bahwa kas dalam cadangan sebesar Rp.10.000.000
sepenuhnya akan digunakan untuk beban likuidasi. Perkiraan kerugian sebesar
Rp.15.000.000 ini dialokasikan kepada para sekutu sesuai dengan rasio pembagian
laba dan rugi, sehingga menimbulkan defisit sebesar Rp.6.000.000 dalam akun modal
Bayu. Dengan melanjutkan scenario kasus terburuk ini, diasumsikan bahwa Bayu
tidak dapat menghilangkan saldo debit dalam modal ini. Oleh karena itu, potensi
defisit sebesar Rp.6.000.000 ini dialokasikan kepada Aldi dan Citra menurut rasio
pembagian laba dan rugi yang terjadi yaitu 40:60 untuk Aldi dan 20:60 untuk Citra.
Saldo kredit yang terjadi dalam akun modal para sekutu menunjukkan jumlah aman
kas yang akan didistribusikan. Hanya kas sebesar Rp.15.000.000 dari saldo kas yang
tersedia yang akan didistribusikan kepada Aldi dan Citra pada tanggal 30 Juni.
TRANSAKSI
SELAMA BULAN TABEL DI SAMPING MENUNJUKKAN
Inkoporasi Persekutuan
Seiring dengan persekutuan yang
terus berkembang, maka para
sekutu dapat memutuskan untuk
menginkorporasikan/meleburkan
usaha untuk memiliki akses
pendanaan ekuitas tambahan