Anda di halaman 1dari 9

RMK CORPORATE GOVERNANCE

KUALITAS PELAPORAN KEUANGAN


Dosen Pengampu: Dr. I Gusti Ayu Made Asri Dwija Putri, S.E., M.Si

Diusulkan oleh :

Gusti Ayu Intan Puspita Dewi


1707532088
14

PROGRAM STUDI AKUNTANSI REGULER DENPASAR


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2019
BALI
1. Kualitas Pelaporan Keuangan
Pengertian kualitas pelaporan keuangan hingga saat ini masih beragam, namun pada
prinsipnya pengertian kualitas pelaporan keuangan dapat dipandang Fanani, Kualitas
Pelaporan Keuangan: Berbagai Faktor Penentu dan dalam dua sudut pandang yaitu
 Pandangan pertama menyatakan bahwa kualitas pelaporan keuangan berhubungan
dengan kinerja keseluruhan perusahaan yang tercermin dalam laba perusahaan.
Pandangan ini menyatakan bahwa laba yang berkualitas tinggi terefleksikan pada
laba yang dapat berkesinambungan {sustainable) untuk suatu periode yang lama.
 Pandangan kedua menyatakan bahwa kualitas pelaporan keuangan berkaitan dengan
kinerja pasar modal yang diwujudkan dalam bentuk imbalan, sehingga hubungan
yang semakin kuat antara laba perusahaan dengan imbalan menunjukkan informasi
pelaporan keuangan yang tinggi (Ayres 1994).

Pandangan yang sama dilakukan oleh Schipper (2004) dengan menyebutnya


sebagai atribut-atribut berbasis akuntansi untuk pandangan pertama, dan atribut- atribut
berbasis pasar untuk pandangan kedua. Pandangan pertama menyatakan bahwa kualitas
pelaporan keuangan berkaitan erat dsngan kinerja perusahaan yang diwujudkan dalam laba
perusahaan yang diperoleh pada tahun berjalan. Pelaporan keuangan dikatakan
tinggi/berkualitas jika laba tahun berjalan dapat menjadi indikator yang baik untuk laba
perusahaan di masa yang akan datang (Lev dan Thiagarajan 1993; Penman dan Zhang
1999; Richardson et al. 2001; Beneish dan Vargus 2002; Richardson 2003), atau berasosiasi
secara kuat dengan arus kas operasi di masa yang akan datang (Dechow dan Dichev 2002;
Cohen 2003). Implikasi dari pandangan tersebut menunjukkan bahwa fokus pengukuran
kualitas pelaporan keuangan perusahaan tersebut berkaitan dengan sifat- sifat pelaporan
keuangan. Pandangan kedua menyatakan bahwa kualitas pelaporan keuangan berkaitan dengan
kinerja saham perusahaan di pasar modal. Hubungan yang semakin kuat antara laba
dengan imbalan pasar menunjukkan informasi pelaporan keuangan tersebut semakin tinggi
(Lev dan Thiagarajan 1993; Chan et al. 2004). Dengan demikian kualitas pelaporan keuangan
merupakan konstruk yang dapat dianalisis dalam dua pandangan, yaitu kualitas pelaporan
keuangan yang berkaitan dengan kas dan laba itu sendiri, atau kualitas pelaporan keuangan
yang berkaitan dengan imbalan saham Pendekatan pertama berkaitan dengan kajian faktor-
faktor penentu yang menghasilkan pelaporan keuangan yang berkualitas. Fokus pendekatan
ini berkaitan dengan faktor-faktor internal perusahaan yang terkait dengan faktor inheren
atau faktor intrinsik yang melekat di perusahaan itu sendiri, yang di berbagai penelitian

1
disebut sebagai faktor spesifik atau karakteristik perusahaan. Faktor-faktor tersebut adalah
faktor-faktor innate dinamis [siklus operasi, volatilitas penjualan], statis [ukuran perusahaan,
umur perusahaan], kinerja perusahaan [proporsi rugi], risiko institusi [likuiditas, leverage ],
dan risiko lingkungan [klasifikasi industri]). Pendekatan kedua berkaitan dengan faktor
eksternal—yang merupakan respons pemakai informasi pelaporan keuangan—yaitu sejauh
mana informasi pelaporan keuangan direspons oleh para pemakai laporan keuangan. Salah
satu pemakai utama laporan keuangan adalah investor yang baginya ketersediaan informasi
yang ditawarkan diharapkan dapat mengurangi asimetrik informasi.
Pelaporan keuangan yang berkualitas memiliki peranan yang besar, GCG berperan
membantu perusahaan menyajikan pelaporan keuangan yang berkualitas.Dengan melihat
pelaporan keuangan, investor dapat mengambil keputusan untuk berinvestasi atau tidak. GCG
merupakan suatu proses serta struktur yang digunakan untuk mengarahkan sekaligus
mengelola bisnis dan urusan perusahaan ke arah peningkatan pertumbuhan bisnis dan
akuntabilitas perusahaan. Adapun tujuan akhirnya adalah menaikkan nilai saham dalam jangka
panjang tetapi tetap memperhatikan berbagai kepentingan para stakeholder lainnya. Selain itu,
perhatian yang diberikan investor terhadap GCG sama besarnya dengan perhatian terhadap
kinerja keuangan perusahaan, karena dengan adanya tata kelola perusahaan yang baik, maka
perusahaan akan memiliki kinerja keuangan yang baik pula.

2. Peran Auditor Eksternal Dalam Good Corporate Governance


Faktor yang harus diperhatikan untuk mencapai Clean Governance dibutuhkan
reformasi seperangkat sistem informasi yang terpadu meliputi reformasi sistem anggaran,
sistem informasi, audit, dan reformasi kelembagaan, sehingga bidang akuntansi dapat lebih
berperan dengan optimal. Melalui pelaksanaan sistem informasi yang memadai diharapkan
dapat menghasilkan informasi keuangan yang berkualitas dan mencerminkan kinerja keuangan
perusahaan. Melalui peran auditor diharapkan dapat memabantu manajemen dalam
melaksanakan tugas pokoknya di masa lalu dan rencana kegiatan diwaktu yang akan datang.
Auditor eksternal dan auditor internal sering dikatakan merupakan ”mata-telinga” dari
pimpinan unit di mana auditor internal tersebut berada. Untuk itu, auditor perlu meningkatkan
kemampuan kerjanya agar dapat bekerja dan menghasilkan informasi pengawasan yang
berguna untuk mencegah dan mendeteksi terjadinya perbuatan yang tidak terpuji, sehingga
diharapkan dapat menimbulkan kepercayaan masyarakat sebagai pengguna laporan tersebut.

2
Semakin besarnya skala perusahaan dan semakin kompleksnya usaha menyebabkan
manajer tidak lagi bisa secara langsung menangani dan mengawasi seluruh aktifitas perusahaan.
Kondisi ini menuntun manajer untuk mendelegasikan sebagian tugas, wewenang dan tanggung
jawab yang dipikulnya kepada pihak lain. Untuk itu manajemen dituntut menerapkan
pengendalian yang memadai sehingga seluruh kegiatan usaha tetap terkontrol, berjalan sesuai
dengan kebijakan pimpinan, terjaganya aset perusahaan, sehingga tujuan utama perusahaan
dapat tercapai. Agar pengendalian dapat berjalan dengan efektif, maka salah satu pihak yang
ikut memantau pelaksanaan pengendalian adalah auditor internal.
Peranan auditor internal dalam perusahaan sudah tidak diragukan lagi, karena auditor
internal adalah pihak yang membantu manajemen yang berkaitan dengan monitoring
(pemantauan). Pemantauan perlu dilakukan secara periodik dan terus menerus, karena hal
tersebut merupakan salah satu tugas atau fungsi audit internal. Agar fungsi audit internal
menjadi efektif maka auditor internal harus independen dan melapor langsung pada
tingkat yang memiliki kewenangan yang tinggi dalam organisasi (Arens, et. al., 2000,301).
Audit internal mencakup audit efisiensi, dan program audit tentang efesiensi ditujukan
untuk suatu entitas yang telah memperoleh, melindungi dan menggunakan sumberdayanya
secara efesien dan efektif; penyebab timbulnya tidak efesien dan tidak efektif; kepatuhan
terhadap peraturan perundang- undangan yang berlaku (IIA, 1995; Sawyer, 2003).
Dalam kegiatan pemeriksaan, baik auditor internal maupun auditor eksternal tidak dapat
ter- pisahkan. Terdapat beberapa kesamaan antara auditor internal dan auditor eksternal
khususnya dalam bidang akuntansi, yaitu:
a) Dua-duanya memiliki sifat pekerjaan yang sama-sama berkepentingan dengan
pengujian atas efektivitas struktur pengendalian internal untuk tujuan yang
berbeda
b) Memiliki sifat pekerjaan yang sama dalam mengaudit catatan akuntansi dan
melaksanakan verifikasi atas harta dan kewajiban perusahaan
c) Mengaudit dokumen akuntansi yang sama dan sama-sama melakukan pengujian
fisik dan kegiatan verifikasi lainnya.

Adanya berbagai kesamaan antara auditor internal dan auditor eksternal sehingga
memungkin- kan keduanya untuk menjalin hubungan yang erat. Kegiatan kerjasama auditor
internal dan auditor eksternal dalam pelaksanaan audit, meliputi tukar menukar dokumen
pemeriksaan, pertukaran informasi secara tatap muka, penggunaan metodologi bersama,
kerjasama dalam melaksanakan pemeriksaan, kerjasama dalam pelatihan personil,

3
dukungan terhadap tindak lanjut temuan pemeriksaan, kerjasama dalam penyusunan rencana,
pembagian kegiatan pemeriksaan, penyatuan catatan pemeriksaan, penyampaian laporan
bersama kepada tingkatan organisasi yang lebih tinggi, penilaian silang.
Pekerjaan audit internal dan audit eksternal, oleh auditor eksternal harus
dikoordinasikan untuk memastikan kecukupan dari lingkup pemeriksaan yang dilakukan dan
mengurangi pelaksanaan pekerjaan rangkap (Tugiman, 1997; BPK RI, 1994)
Dengan adanya berbagai kesamaan tersebut antara auditor internal dan auditor eksternal
memungkinkan keduanya untuk menjalin hubungan yang erat. Auditor internal memungkinkan
tidak perlu lagi mengulang beberapa prosedur audit yang telah dilakukan oleh auditor
eksternal. Begitu juga sebaliknya, auditor eksternal bisa mengulangi prosedur auditnya apabila
ia menilai bahwa auditor internal telah berfungsi secara efektif. Auditor eksternal juga dapat
meminta auditor internal membantu selama melaksanakan audit.
Auditor eksternal dan auditor internal memiliki posisi yang sangat strategis untuk
membantu perusahaan dalam menegakkan Good governance dan sekaligus mendorong
peningkatan pelayanan terhadap publik, salah satunya yaitu meneliti dan mengevaluasi
bekerjanya sistem akuntansi, di samping menilai seberapa jauh kebijakan dan program kerja
manajemen yang dijalankan memiliki peran yang penting dalam perusahaan. Auditor
eksternal dan auditor internal sering dikatakan merupakan “mata-telinga” dari pimpinan unit
dimana auditor internal tersebut berada. Untuk itu, auditor perlu meningkatkan kemampuan
kerjanya agar dapat bekerja dan menghasilkan informasi pengawasan yang berguna untuk
mencegah dan mendeteksi terjadinya perbuatan yang tidak terpuji, sehingga diharapkan
dapat menimbulkan kepercayaan masyarakat sebagai pengguna laporan tersebut. Auditor
sebagai salah satu profesi yang menunjang terwujudnya tata kelola perusahaan yang saat ini
telah berkembang menjadi komponen utama dalam mewujudkan pengelolaan perusahaan
secara sehat.
Menurut survey Asian Development Bank (Zhuang, 2001), kelemahan dalam penerapan
corporate governance dan finance di negara-negara asia yang ekonominya paling parah terkena
imbas krisis tahun 1997 khususnya untuk Indonesia disebabkan beberapa faktor, yaitu:
a) Konsentrasi kepemilikan perusahaan yang masih tinggi.
b) Tidak efesiennya fungsi pengawasan dewan komisaris
c) Inefisiensi dan rendahnya tranparansi mengenai prosedur pengendalian merger
dan akuisisi perusahaan
d) Terlalu tingginya ketergantungan pada pendanaan eksternal
e) Ketidakmemadainya pengawasan oleh investor
4
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan sebelumnya, maka keterkaitan
antar auditor eksternal, auditor internal, dan pelaksanaan GCG dapat digambarkan dalam
bentuk diagram sebagai berikut :

Auditor Eksternal Auditor Internal


Penerapan Standar Umum Independence
Penerapan Standar Kemampuan profesional
Pekerjaan Lapangan Lingkup Pekerjaan
Penerapan Standar Pelaksanaan Kegiatan
Pelaporan Pemeriksaan
Manajemen Bagian Audit
Internal

Pelaksanaan
Good Corporate Governance
Transparansi Kemandirian
Akuntabilitas
Pertanggung jawaban
Kewajaran

Audit eksternal adalah audit terpisah dari perusahaan yang disewa oleh perusahaan
untuk memastikan bahwa laporan keuangan perusahaan yang disusun telah mengikuti prinsip-
prinsip akuntansi yang berlaku umum. Auditor eksternal adalah orang yang melakukan audit
eksternal pada sebuah organisasi/perusahaan. Audit eksternal pada perusahaan dilakukan
dengan mengecek dokumen-dokumen dan catatan-catatan serta peralatan elektronik dan
pengendalian komputer.
De Angelo (1981) dalam Lin dan Liu (2009) menyebutkan bahwa Auditor Eksternal
memegang peranan di dalam menentukan kredibilitas suatu informasi Laporan Keuangan maka
kualitas audit merupakan hal yang sangat penting. Kualitas audit merupakan faktor yang sangat
sulit untuk diukur secara langsung, dimana salah satu proksi yang biasa digunakan untuk
5
mengukur kualitas audit adalah ukuran dari kantor akuntan publik. Semakin besar ukuran suatu
kantor akuntan publik, maka akan lebih baik pula kualitas audit yang disediakan oleh kantor
akuntan publik tersebut. Kualitas dari audit yang independen memiliki pengaruh terhadap tata
kelola perusahaan. Hal ini menyebabkan pemilihan auditor merupakan keputusan penting dan
harus dipertimbangkan secara matang oleh perusahaan.
Ashbaugh dan Warfield (2003) menyatakan bahwa auditor ekternal memainkan sebuah
peran dalam tata kelola perusahaan sebagai alat pengawasan yang penting dalam proses
pelaporan keuangan. Sanda, et al., (2005) dalam Obe (2012) menyebutkan bahwa Tata kelola
perusahaan yang baik salah satunya diwujudkan dalam bentuk transparasi keuangan
perusahaan. Tata kelola perusahaan yang baik dapat dilihat dari mekanisme tata kelola
perusahaan yang diterapkan (Good Corporate Governance). Mekanisme tata kelola perusahaan
(Good Corporate Governance) adalah syarat-syarat pelaksanaan sistem dalam suatu
perusahaan dimana berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan tersebut dapat
memastikan pihak manajer dan pihak internal perusahaan lainnya dapat memenuhi kepentingan
stakeholders ( Sanda, et al., 2005 dalam Obe, 2012 ).
Dennis dan McConnell (2003) dalam Ferry (2010) membedakan mekanisme Good
Corporate Governance menjadi dua bagian yaitu internal dan eksternal, dimana mekanisme
internal dilakukan oleh dewan direksi perusahaan, dewan komisaris dan komite audit yang
dimiliki oleh perusahaan serta struktur kepemilikan dalam suatu perusahaan. Sedangkan
mekanisme eksternal dari Mekanisme tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance)
menurut Dennis dan McConnell (2003) adalah lebih kepada pengaruh dari pasar untuk
pengendalian pada perusahaan tersebut dan sistem hukum yang berlaku.
Dalam hubungan dengan Eksternal Auditor, Perusahaan menetapkan kebijakan-
kebijakan sebagai berikut:
a) RUPS berwenang menunjuk auditor eksternal dari calon yang diajukan oleh Komisaris
berdasarkan usulan dari Komite Audit (apabila ada);
b) Komite Audit (apabila ada) melalui Komisaris wajib menyampaikan kepada RUPS
alasan pencalonan tersebut dan besarnya honorarium yang diusulkan untuk auditor
eksternal;
c) Auditor Eksternal harus bebas dari pengaruh Komisaris, Direksi maupun pihak yang
berkepentingan di Perusahaan;
d) Perusahaan wajib menyediakan semua catatan akuntansi dan data penunjang yang
diperlukan sehingga memungkinkan auditor eksternal memberikan pendapatnya

6
tentang kewajaran dan kesesuaian laporan keuangan perusahaan dengan standar
laporan keuangan Indonesia.
e) Terhadap Auditor Eksternal yang melakukan audit atas laporan keuangan, perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
 Dewan Komisaris wajib menyampaikan kepada RUPS menyangkut alasan
pencalonan dan besarnya honorarium/imbal jasa yang diusulkan untuk Auditor
Eksternal Perseroan.
 Direksi dapat mengusulkan calon-calon Auditor Eksternal kepada Pemegang
Saham melalui Dewan Komisaris.
 Auditor Eksternal melakukan audit terhadap laporan keuangan Perseroan untuk
memberikan pendapat atas kewajaran penyajian laporan keuangan secara
independen dan profesional.
 Auditor Eksternal menyampaikan laporan hasil audit kepada Direksi dan Dewan
Komisaris secara tepat waktu.

7
Daftar Pustaka

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2009, Vol. 6, No. 1, hal 20 – 22
Jurnal Pengaruh Auditor Eksternal dan Auditor Internal pada Pelaksanaan
Good Corpoorate Governance, Volume 9, No. 1, Juni 2010, Hal. 37–47
http://journal.wima.ac.id/index.php/JIMA/article/view/242/237 (Diakses tanggal 23November
2015)
http://www.ilib.usm.ac.id/.../B210-20150706085951-8-ArtikelAuditorEksternal.pdf (Diakses
tanggal 28November 2015)
http://www.inti.co.id/who-we-are/e-files/Laporan/pedoman_gcg.pdf (Diakses tanggal 28
November 2015)

Anda mungkin juga menyukai