Anda di halaman 1dari 17

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, KUALITAS AUDIT DAN

UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN

Oleh Yohania M. Nadya Geraldine Wasonono

NPM 170423707

FAKULTAS BISNIS DAN EKONOMIKA

UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Sebagai bentuk pertanggung jawaban kepada pihak-pihak berkepentingan, semua


perusahaan harus menyajikan laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan suatu
penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja suatu entitas. Tujuan laporan
keuangan tersebut adalah untuk menyediakan informasi mengenai posisi keuangan,
kinerja dan perubahan posisi keuangan perusahaan dalam suatu periode tertentu. Laporan
keuangan juga merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan
berbagai sumber daya yang telah dipercayakan pengelolaannya kepada mereka
(SAK,2007 dalam Fajaryani, 2015)

Informasi yang dilaporkan harus disajikan secara benar, jujur dan


mengungkapkan fakta yang sesungguhnya. Informasi keuangan yang digunakan oleh
pihak eksternal perusahaan seperti pemegang saham, investor, kreditur, lembaga
keuangan, pemerintah, masyarakat umum dan pihak-pihak yang mempunyai kepentingan
terhadap suatu perusahaan disebut informasi akuntansi.

Laporan keuangan mempunyai beberapa karakteristik kualitatif seperti relevan,


reliability dan objective. Apabila informasi laporan keuangan bisa mempengaruhi
keputusan para pengguna dengan menguatkan atau mengubah para pengambil keputusan,
dapat dipercaya, bebas dari salah saji, disajikan secara wajar dan jujur menginformasikan
keadaan yang sebenarnya dan menyebabkan pemakai bergantung pada informasi tersebut
maka informasi laporan keuangan dapat dikatakan berintegritas tinggi. Prinsip
konservatisme dapat digunakan untuk mengukur integritas laporan keuangan yang
disajikan. Prinsip akuntansi konservatisme adalah prinsip yang jika dilakukan akan
menghasilkan biaya cenderung tinggi dan pendapatan serta asset menjadi lebih rendah
dan dalam prakteknya penerapan prinsip akuntansi konservatisme pada suatu perusahaan
dilakukan secara berbeda-beda tergantung dengan karakteristik perusahaan tersebut.
Untuk dapat menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan dan
bermanfaat bagi setiap penggunanya maka lahirlah konsep konservatisme agar dapat
menyempurnakan laporan keuangan tersebut. Karakteristik informasi dalam prinsip
konservatisme ini dapat menjadi salah satu faktor untuk dapat mengurangi manipulasi
laporan keuangan dan meningkatkan integritas laporan keuangan. Tetapi pada
kenyataannya mewujudkan integritas laporan keuangan adalah hal yang berat. Karena
terbuktti sering sekali terjadi kasus-kasus manipulasi.

Beberapa perusahaan menyajikan informasi dalam laporan keuangan dengan tidak


adanya integritas, dimana informasi yang disampaikan tidak benar dan tidak adil bagi
beberapa pihak pengguna laporan keuangan. Jatuhnya perusahaan raksasa dunia pada
awal decade 2000an akibat dari skandal kasus-kasus hukum manipulasi akuntansi yang
melibatkan perusahaan besar karena melakukan tindakan earnings management telah
memunculkan beberapa kasus skandal pelaporan akuntansi yang secara luas diketahui
(Jamaan, 2008:16). Kasus manipulasi akuntansi ini melibatkan sejumlah perusahaan
besar di Amerika seperti Enron, Xerox, Tyco, Global Crossing dan Worldcom maupun
beberapa perusahaan di Indonesia seperti Kimia Farma dan Bank Lippo yang dahulunya
mempunyai kualitas audit yang tinggi. Kasus-kasus tersebut menimbulkan berbagai
pertanyaan bagi banyak pihak terutama terhadap tata kelola perusahaan (corporate
governance). Belum diterapkannya mekanisme tata kelola perusahaan yang baik dapat
menjadi penyebab perusahaan untuk cenderung melakukan manipulasi akuntansi dengan
menyajikan informasi tertentu untuk menghindari terpuruknya harga saham (Susiana dan
Herawaty, 2007:2)

Agar integritas laporan keuangan tercapai maka perusahaan perlu menerapkan


tata kelola perusahaan yang baik. Good Corporate Governance (GCG) merupakan suatu
cara untuk menjamin bahwa manajemen bertindak yang terbaik untuk kepentingan
stakeholder. Pelaksanaan GCG menuntut adanya perlindungan yang kuat terhadap hak-
hak pemegang saham minoritas. GCG secara definitive merupakan system yang
mengatur dan mengendalikan perusahaan yang menciptakan nilai tambah untuk semua
stakeholder (Citra, 2013).

Unsur corporate governance terdapat dalam laporan keuangan yang merupakan


sebuah rangkaian tentang sebuah proses, kebiasaan, kebijakan, aturan dan institusi yang
mempengaruhi pengarahan, pengelolaan, serta pengontrolan suatu perusahaan atau
korporasi. Penerapan corporate governance yang baik berdampak pada laporan keuangan
yang dihasilkan, perusahaan atau menejemen akan sulit untuk melakukan manipulasi
akuntansi karena terdapat pengawasan dari dewan komisaris sehingga laporan keuangan
yang dihasilkan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dan berintegritas (Nuryanah,
2005 dalam Gayatri dan Saputra 2013) Mekanisme tata kelola perusahaan memiliki
hubungan yang erat dengan pelaporan terintegrasi (Perlantino, 2017). Mekanisme tata
kelola perusahaan tersbut terdiri dari kepemilikan institusional, dewan komisaris
independen, dewan direksi dan komite audit.

Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak


institusi. Kepemilikan institusional memiliki pengaruh dengan pelaporan terintegrasi
melalui pengungkapan keberlanjutan suatu perusahaan. Semakin besar kepemilikan
saham pihak institusi, maka semakin besar juga dukungan yang diberikan kepada
perusahaan untuk melakukan pelaporan terintegrasi melalui pengungkapan pelaporan
keberlanjutan perusahaan (Nurrahman dan Sudarno, 2013).

Dewan komisaris independen merupakan dewan yang mempunyai peran dalam


melakukan pengawasan dan memberi nasihat kepada pihak direksi, serta tidak memiliki
hubungan dengan pihak direksi, pemegang saham pengendali dan tidak menjabat sebagai
direktur dalam suatu perusahaan (Pohan, 2008; dalam Sandi dan Lukviarman, 2015).

Dewan komisaris independen memiliki pengaruh dengan pelaporan terintegrasi


melalui kualitas pengungkapan pelaporan keberlanjutan. Semakin banyak jumlah anggota
komisaris independen, maka pelaporan terintegrasi yang diwujudkan melalui
pengungkapan pelaporan keberlanjutan semakin meningkat (Aliniar dan Wahyuni, 2017).

Dewan direksi merupakan bagian penting dalam mekanisme tata kelola


perusahaan karena dianggap memiliki tanggung jawab yang besar dalam memantau
kinerja manajemen (Ganesan, Hwa, Jaaffar, dan Hashim, 2017). Dewan direksi memiliki
pengaruh terhadap pelaporan terintegrasi melalui pengungkapan informasi mengenai
perusahaan. Semakin banyak jumlah dewan direksi dalam suatu perusahaan yang secara
otomatis dapat meningkatkan kontrol dan pengawasan terhadap kinerja manajemen
(Suryono dan Prastiwi, 2011), sehingga pengungkapan terkait informasi perusahaan
dilakukan secara luas.
Komite audit merupakan bagian dari perusahaan yang memiliki kemampuan
dalam bidang akuntansi dan keuangan, selain itu tanggung jawab yang dimiliki oleh
komite audit juga besar terhadap dewan komisaris (Pohan, 2008; dalam Sandi dan
Lukviarman, 2015). Komite audit memiliki pengaruh terhadap pelaporan terintegrasi. Hal
ini ditunjukkan melalui keahlian yang dimiliki oleh komite audit dalam akuntansi atau
keuangan yang dapat meningkatkan keahliannya dalam memantau dan mempublikasikan
pelaporan terintegrasi. Selain itu, dengan adanya pertemuan yang dilakukan oleh komite
audit secara teratur dan terjadwal maka semakin banyak aspek yang diungkapkan dalam
pelaporan terintegrasi yang didukung oleh pengawasan yang efektif oleh komite audit
(Chariri dan Januarti, 2017).

Integritas laporan keuangan juga terkait dengan kualitas audit. Audit dilakukan
untuk memberikan pendapat mengenai kewajaran suatu laporan keuangan. Auditing
adalah pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan
melaporkan derajat kesesuaian antara informasi itu dengan kriteria yang telah ditetapkan
(Arens dkk, 2008). Apabila kualitas audit dapat memenuhi kriteria yang telah ditetapkan
maka integritas suatu laporan keuangan dapat tercapai. Auditing harus dilakukan oleh
orang yang kompeten dan independen. Apabila dapat memenuhi standar audit yang
berlaku umum kualitas audit bisa terwujud. Standar audit merupakan pedoman umum
untuk membantu auditor memenuhi tanggung jawab profesionalnya dalam audit atas
laporan keuangan. Standar ini mencakup pertimbangan mengenai kualitas profesional
seperti kompetensi dan independensi, per- syaratan pelaporan, dan bukti ( Randal J dkk,
2011).

Tenur audit dan reputasi KAP dapat menjadi tolok ukur kualitas jasa yang
diberikan. Meningkatnya nilai audit atau kualitas audit ditentukan oleh seberapa berguna
dan berharganya jasa yang diberikan oleh KAP, sehingga KAP dituntut untuk bertindak
dengan profesionalisme tinggi (Susiana dan Herawaty, 2007:3).

Faktor lainnya yang memegaruhi integritas laporan keuangan adalah ukuran


perusahaan. Ukuran perusahaan juga menanggung peranan penting dalam perusahaan
yang melakukan kecurangan seperti manipulasi data akuntansi. Ukuran perusahaan yang
kecil dianggap lebih banyak melakukan praktik manajemen laba daripada perusahaan
yang besar. Ini disebabkan karena semakin besar ukuran perusahaan, biasanya informasi
yang tersedia untuk investor dalam pengambilan keputsan sehubungan dengan investasi
dalam saham perusahaan tersebut semakin banyak dan perusahaan besar lebih
diperhatikan oleh masyarakat sehingga perusahaan besar lebih berhati-hati dalam
melakukan pelaporan keuangan, sehingga berdampak perusahaan tersebut melaporkan
kondisinya lebih akurat (Nasution dan Setiawan, 2007:10). Sedangkan perusahaan kecil
cenderung ingin memperlihatkan kondisi perusahaan yang selalu berkinerja baik agar
investor menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut.

Penelitian ini mengacu kepada penelitian yang dilakukan oleh Oktadella dan
Zulaikha (2010) yang menguji pengaruh variabel corporate governance terhadap
integritas laporan keuangan. Penelitian Hardiningsih (2010) menguji pengaruh variabel
independensi, corporate governance dan kualitas audit terhadap integritas laporan
keuangan. Penelitian ini dilakukan untuk menguji kembali variabel mekanisme corporate
governance yang berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan serta menambahkan
variabel independen tenur audit dan ukuran perusahaan. Sehingga pada penelitian ini
variabel yang digunakan yaitu mekanisme corporate governance, kualitas audit dan
ukuran perusahaan. Sampel yang digunakan berasal dari sektor keuangan, karena masih
terbatasnya penelitian dengan populasi perusahaan keuangan. Kebanyakan penelitian
sebelumnya mengenai integritas laporan keuangan menggunakan perusahaan yang
bergerak disektor manufaktur dan juga tahun pengamatannya berbeda yaitu dari tiga
tahun terakhir dimulai dari 2017-2019 serta kondisi ekonomi di Indonesia yang kurang
stabil dan cenderung mengalami penurunan karena pandemi yang sedang dialami saat ini.
Berdasarkan pemikiran di atas, maka penelitian ini diberi judul "Pengaruh Mekanisme
Corporate Governance, Kualitas Audit dan Ukuran Perusahaan terhadap Integritas
Laporan Keuangan (Pada Perusahaan Sektor Keuangan yang Terdaftar di BEI Periode
2017-2019)."

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh mekanisme corporate governance (kepemilikan
institusi, kepemilikan manajeme, komite audit dan komisaris independen)
terhadap integritas laporan keuangan pada perusahaan manufaktur di BEI
periode 2017-2019 ?
2. Bagaimana pengaruh kualitas audit (tenur audit dan reputasi KAP)
terhadap integritas laporan keuangan pada perusahaan manufaktur di BEI
periode 2017-2019 ?
3. Bagaimana pengaruh ukuran perusahaan terhadap integritas laporan
keuangan pada perusahaan manufaktur di BEI periode 2017-2019 ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk :
a. Menganalisis adanya pengaruh mekanisme corporate governance
(kepemilikan institusi, kepemilikan manajeme, komite audit dan komisaris
independen) terhadap integritas laporan keuangan pada perusahaan
manufaktur di BEI periode 2017-2019 ?
b. Menganalisis adanya pengaruh kualitas audit (tenur audit dan reputasi
KAP) terhadap integritas laporan keuangan pada perusahaan manufaktur
di BEI periode 2017-2019 ?
c. Menganalisis adanya pengaruh ukuran perusahaan terhadap integritas
laporan keuangan pada perusahaan manufaktur di BEI periode 2017-
2019 ?

2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi
kontribusi teoritis dan kontribusi praktis. Manfaat dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Kontribusi Teoritis
1) Ilmu pengetahuan
Menambah literature, pengembangan ilmu akuntansi dan acuan penelitian
pada bidang akuntansi, terutama ntuk penelitian yang ingin melakukan
penelitian lebih lanjut mengenai integritas laporan keuangan
2) Masyarakat
Sebagai sarana informasi tentang integritas laporan keuangan serta
menambah pengetahuan akuntansi khususnya auditing dan akuntansi
manajemen dengan memberikan bukti empiris tentang pengaruh
mekanisme corporate governance, kualitas audit dan ukuran perusahaan
terhadap integritas laporan keuangan
3) Peneliti
Sebagai sarana untuk memperluas wawasan serta menambah referensi
mengenai integritas laporan keuangan agar diperoleh hasil yang
bermanfaat bagi penulis dimasa yang akan datang.
b. Kontribusi Praktis
1) Bagi perusahaan untuk lebih memperhatikan jalannya mekanisme
corporate governance dalam operasional perusahaan guna
meningkatkan integritas laporan keuangan
2) Bagi praktisi akuntan public terutama bagi auditor sebagai suatu
tinjauan yang dapat bermanfaat dalam rangka menyediakan informasi
berkualitas bagi para pemakai laporan keuangan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Landasan Teori

2.1 Integritas Laporan keuangan

Integritas laporan adalah laporan keuangan yang menampilkan kondisi suatu


perusahaan yang sebenarnya, tanpa ada yang ditutup-tutupi atau disembunyikan. Jadi,
apabila seorang auditor mengaudit laporan keuangan yang tidak berintegritas (tidak
mencerminkan kondisi perusahaan yang sebenarnya) maka, peluang seorang auditor
untuk dituntut akan semakin besar. Karena apabila laporan keuangan yang tidak
berintegritas itu ternyata laporan keuangan yang overstate akan sangat merugikan bagi
pengguna laporan keuangan tersebut (Hardiningsih, 2010). Laporan keuangan dikatakan
berintegritas apabila laporan keuangan tersebut memenuhi kualitas reliability (Kieso,
2001 dalam Hardiningsih, 2010) dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima
umum, sedangkan pengertian reliability itu sendiri adalah kualitas informasi dalam
laporan keuangan agar dapat diandalkan oleh penggunanya (SAK 200 dalam
Hardiningsih, 2010).

2.2 Good Corporate Governance

Corporate Governance merupakan salah satu elemen kunci dalam meningkatkan


efisiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian hubungan antara manajemen perusahaan,
dewan komisaris, para pemegang saham, dan stakeholders lainnya yang juga memberikan
suatu struktur yang memfasilitasi penentuan sasaran-sasaran dari suatu perusahaan, dan
sebagai sarana untuk menentukan teknik monitoring kinerja (Deni, Khomsiyah dan Rika,
2004 dalam Hardiningsih, 2010). Corporate governancejuga mensyaratkan adanya
struktur perangkat untuk mencapai tujuan dan pengawasan atas kinerja. Korporat
pemerintahan yang baik dapat memberikan rangsangan bagi dewan direksi dan
manajemen untuk mencapai tujuan yang merupakan kepentingan perusahaan dan
pemegang saham yang harus memfasilitasi pengawasan sehingga efektif mendorong
menggunakan sumber daya perusahaan yang lebih efisien. Peraturan No. I-A tentang
Ketentuan Umum Pencatatan Efek bersifat ekuitas di bursa huruf C-1, dimana dalam
rangka penyelenggaraan pengelolaan yang baik (good corporate governance). Perusahaan
tercatat wajib memiliki menurut Hardiningsih (2010) yaitu:

2.2.1 Kepemilikan Institusional

Susiana dan Herawaty (2007) dalam Astinia (2013) menyatakan persentase saham
institusi adalah penjumlahan atas persentase saham perusahaan yang dimiliki oleh
institusi atau lembaga (perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, asset
management dan kepemilikan institusi lain) baik yang berada di dalam maupun di luar
negeri. Dengan kepemilikan instutisional mendorong munculnya pengawasan yang lebih
optimal terhadap kinerja manajer. Jensen dan Meckling (1976) dalam Astinia (2013)
menyatakan bahwa kepemilikan institusional memiliki peranan yang sangat penting
dalam meminimalisasi konflik keagenan yang terjadi antara manajer dan pemegang
saham. Keberadaan investor institusional dianggap mampu menjadi mekanisme
monitoring yang efektif dalam setiap keputusan yang diambil oleh manajer. Hal ini
disebabkan investor institusional terlibat dalam pengambilan yang strategis sehingga
tidak mudah percaya terhadap tindakan manipulasi laba. Menurut Wardhani (2006)
dalam Astinia (2013) distribusi saham antara pemegang saham dari luar seperti investor
institusional dapat mengurangi agency cost. Hal ini disebabkan karena kepemilikan
institusional mewakili sumber kekuasaan yang mampu digunakan untuk mendukung atau
sebaliknya terhadap kedudukan manajemen. Jadi kepemilikan saham atas perusahaan
mencerminkan hak atas kepemilikan perusahaan, sehingga semakin tinggi kepemilikan
yang dimiliki pihak institusional maka kontrol perusahaan akan semakin tinggi pula.
Adanya monitoring yang efektif oleh pihak institusional menyebabkan penggunaan utang
menurun. Hal ini karena peranan utang sebagai salah satu alat monitoring sudah diambil
alih oleh kepemilikan institusional. Monitoring tersebut tentunya akan menjamin
kemakmuran untuk pemegang saham, pengaruh kepemilikan institusional sebagai agen
pengawas ditekan melalui investasi mereka yang cukup besar dalam pasar modal.
Semakin besar kepemilikan oleh institusi keuangan maka semakin besar pula kekuatan
suara dan dorongan untuk mengoptimalkan nilai perusahaan. Kepemilikan institusional
memiliki kelebihan yaitu memiliki profesionalisme dalam menganalisis informasi
sehingga dapat menguji keandalan informasi serta memiliki motivasi yang kuat untuk
melaksanakan pengawasan lebih ketat atas aktivitas yang terjadi di dalam perusahaan
(Astinia, 2013).

2.2.2 Kepemilikan Manajerial

Oktadella dan Zulaikha (2010) dalam Astinia (2013) mendefinisikan kepemilikan


manajerial sebagai persentase saham yang dimiliki oleh manajemen yang secara aktif ikut
dalam pengambilan keputusan perusahaan yang meliputi komisaris dan direksi.
Kepemilikan manajemen merupakan salah satu mekanisme yang dipergunakan agar
pengelola melakukan aktivitas sesuai kepentingan pemilik perusahaan. Kepemilikan
manajerial dimaksudkan untuk memberi kesempatan manajer terlibat dalam kepemilikan
saham, sehingga kedudukan manajer sejajar dengan pemilik perusahaan. Jensen dan
Meckling (1976) dalam Astinia (2013) menyatakan bahwa kepemilikan saham manajerial
dapat membantu menyatukan kepentingan antara manajer dan pemegang saham, yang
berarti semakin meningkat proporsi kepemilikan saham manajerial maka semakin baik
kinerja perusahaan tersebut. Hal ini dapat terjadi dengan memberikan saham kepada
manajer maka manajer sekaligus merupakan pemilik perusahaan. Sehingga manajer akan
bertindak demi kepentingan perusahaan, manajer akan termotivasi untuk meningkatkan
kinerjanya yang juga merupakan keinginan dari pemilik perusahaan. Manajer juga dapat
merasakan langsung manfaat dari keputusan yang diambil. Oleh karena itu, kepemilikan
manajerial dipandang sebagai alat untuk menyatukan kepentingan manajer dengan
pemilik perusahaan dan menjadi salah satu upaya dalam mengurangi masalah keagenan
dengan manajer dan menyelaraskan kepentingan antara manajer dengan pemegang
saham. Dua aspek penting dari struktur kepemilikan adalah konsentrasi kepemilikan dan
komposisi kepemilikan. Komposisi kepemilikan berkaitan dengan siapakah pemegang
saham dan yang lebih penting adalah siapa diantara pemegang saham ke dalam kelompok
pengendali. Kepemilikan saham manajerial merupakan persentase saham yang dimiliki
oleh anak cabang perusahaan bersangkutan beserta afiliasinya (Gunarsih, 2004 dalam
Astinia, 2013). Semakin besar proporsi kepemilikan manajerial pada perusahaan, maka
manajemen cenderung giat untuk kepentingan pemegang saham yang tidak lain dirinya
sendiri. Kepemilikan perusahaan juga terkait dengan pengendalian operasional
perusahaan. Dengan semakin besarnya kepemilikan manajer, maka manajer dapat lebih
leluasa dalam mengatur pemilihan metode akuntansi, serta kebijakankebijakan akuntansi
penting terkait dengan masa depan perusahaan (Oktadella dan Zulaikha, 2011 dalam
Astinia, 2013). Kepemilikan manajerial merupakan salah satu mekanisme yang dapat
diterapkan dalam meningkatkan integritas laporan keuangan. Dengan adanya
kepemilikan manajerial, manajer akan cenderung bertindak dalam kepentingan pemegang
saham karena mereka juga merupakan bagian dari pemegang saham, antara lain dengan
tidak memanipulasi informasi yang ada dalam laporan keuangan (Putra dan Muid, 2012
dalam Astinia, 2013).

2.2.3 Komisaris Independen

Dewan komisaris sebagai puncak dari systempengelolaan internal


perusahaan,memilikiperanan terhadap aktivitas pengawasan (Siallagandan
Machfoedz,2006).Famadan Jensen (1983) menyatakan bahwa non-executive director
(komisaris independen) dapat bertindak sebagai penengah dalam perselisihan yang terjadi
diantara para manajer internal dan mengawasi kebijakan manajemen.Komisaris
independen merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi monitoring agar
tercipta perusahaan yang good corporate governance. Adapun proxy proporsi dewan
komisaris independen adalah dihitung dengan membagi jumlah dewan komisaris
independen dengan total anggota dewan komisaris(Rustiarini, 2010).

2.2.4 Komite Audit

Berdasarkan Keputusan Bursa Efek Indonesia melalui Keputusan Direksi BEJ


No.Kep-315/BEJ/06/2000 dalam Astinia (2013) menyatakan bahwa komite audit adalah
komite yang dibentuk oleh dewan komisaris perusahaan, yang anggotanya diangkat dan
diberhentikan oleh dewan komisaris, yang bertugas untuk membantu melakukan
pemeriksaan atau penelitian yang dianggap perlu terhadap pelaksanaan fungsi direksi
dalam pengelolaan perusahaan. Komite audit bertugas untuk memelihara independensi
akuntan pemeriksa terhadap manajemen (Supriyono, 1998 dalam Hardiningsih, 2010).
Komite audit memiliki tanggung jawab yang besar dalam menyiapkan audit, melakukan
ratifikasi terhadap sistem pengendalian internal, dan memecahkan perselisihan dalam
peraturan akuntansi (George,2003 dalam Hardiningsih, 2010). Komite audit merupakan
badan yang dibentuk oleh dewan direksi untuk mengaudit operasi dan keadaan. Badan ini
bertugas memilih dan menilai kinerja perusahaan kantor akuntan publik. (Siegel, 1996)
Hardiningsih (2010). Komite audit berfungsi untuk memberikan pandangan mengenai
masalah yang berhubungan dengan kebijakan keuangan, akuntansi, dan pengendalian
intern.

Dalam beberapa tahun terakhir ini, perhatian ditujukan pada seluruh tanggung
jawab corporate governance untuk menjamin kualitas, integritas, transparansi, dan
keandalan laporan keuangan. Corporate governance melindungi minat investor,
menjamin integritas, kualitas, transparansi, dan keandalan laporan keuangan, memantau
kecukupan dan efektivitas struktur pengendalian (Hardiningsih, 2010).

2.3 Kualitas Audit

Kualitas audit sebagai suatu kemungkinan (joint probability) dimana seorang


auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi
kliennya. Kemungkinan dimana auditor akan menemukan salah saji tergantung pada
kemampuan teknikal auditor sementara tindakan melaporkan salah saji tergantung pada
independensi auditor tersebut. Kualitas audit ini sangat penting karena kualitas audit yang
tinggi akan menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya sebagai dasar
pengambilan keputusan (De Angelo, 1981 dalam Saputra dkk, 2014). De Angelo (1981)
dalam Hardiningsih (2010) berargumentasi bahwa kualitas audit secara langsung
berhubungan dengan ukuran dari perusahaan audit, dengan proksi untuk ukuran
perusahaan audit adalah jumlah klien. Perusahaan audit yang besar adalah dengan jumlah
klien yang lebih banyak. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa perusahaan audit yang
besar akan berusaha untuk menyajikan kualitas audit yang lebih besar dibandingkan
dengan perusahaan audit yang kecil. Karena perusahaan audit yang besar jika tidak
memberikan kualitas audit yang tinggi akan kehilangan reputasinya, dan jika ini terjadi
maka dia akan mengalami kerugian yang lebih besar dengan kehilangan klien. Sementara
itu AAA Financial Accounting Committee (2000) dalam Saputra dkk (2014) menyatakan
bahwa kualitas audit ditentukan oleh dua hal yaitu kompetensi dan independensi. Kedua
hal tersebut berpengaruh langsung terhadap kualitas audit.

2.3.1 Audit Tenur

Audit tenur merupakan masa jabatan dari Kantor Akuntan Publik (KAP) dalam
memberikan jasa audit terhadap kliennya. Ketentuan mengenai audit tenur telah
dijelaskan dalam keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
359/KMK.06/2003 pasal 2 yaitu masa jabatan untuk KAP paling lama 5 tahun berturut-
turut dan oleh seorang akuntan public paling lama untuk 3 tahun buku berturut-turut.

2.4 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar dan
kecilnya perusahaan dengan berbagai cara. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya
terbagi dalam tiga kategori yaitu: Perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah
(medium size), dan perusahaan kecil (small firm). Perusahaan besar yang sahamnya
tersebar sangat luas, maka setiap perluasan modal saham hanya akan mempunyai
pengaruh yang kecil terhadap kemungkinan hilangnya atau tergesernya pengendalian dari
pihak yang dominan terhadap perusahaan bersangkutan. Sebaliknya, perusahaan yang
kecil, dimana sahamnya tersebar hanya di lingkungan kecil, penambahan jumlah saham
akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemungkinan hilangnya kontrol pihak
dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Sehingga ketika ukuran perusahaan
bertambah besar, kepentingan publik atas penyajian laporan keuangan yang terintegrasi
juga semakin tinggi (Saputra dkk,2014). Perusahaan dengan ukuran besar diasumsikan
dengan jumlah aktiva dan tingkat pendapatan yang besar sehingga menghasilkan laba
yang tinggi. Sebaliknya jika penjualan lebih kecil daripada biaya variabel dan biaya tetap
maka perusahaan akan menderita kerugian. Perusahaan berskala kecil dibandingkan
dengan perusahaan yang berskala besar cenderung kurang menguntungkan (Saputra
dkk,2014).
Kerangka Pemikiran

Dari uraian di atas, dituangkan dalam kerangka pemikiran sebagai berikut:

Mekanisme Coporate Governance


terdiri dari 4 dimensi variable :

1. kepemilikan Institusional ( X 1 )

2. Kepemilikan Manajerial ( X 2 )

3. Komite Audit ( X 3 )

4. Komisaris Independen ( X 4)
Variabel Dependen

Kualitas Audit Integritas laporan Keuangan (Y)


1. Audit Tenur X 5

2. Reputasi Auditor X 6

Ukuran Perusahaan X 7

Hipotesis
Pada penelitian ini hipotesis yang diajukan adalah sebagai beikut:

X 1 : Kepemilikan Intitusional berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan

X 2 : Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan

X 3 : Komite audit berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan

X 4 : Komisaris berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan

X 5 : Tenur audit berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan

X 6 : Reputasi KAP berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan


X 7 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan kausalitas yang digunakan untuk
menjelaskan pengaruh variable independen yanitu mekanisme corporate governance,
kualita audit dan ukuran perusahaan terhadap variable dependen yaitu integritas laporan
keuangan. Objek penelitian ini adalah perusahaan di sector keuangan yang terdaftar di
BEI periode 2017-2019

B. Metode Penentuan sampel


Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yaitu pemilihan sampel secara
tidak acak yang informasinya diperoleh menggunakan pertimbangan tertentu umumnya
disesuaikan dengan tujuan penelitian (Indriantoro dan Supomo, 2002:131). Sampel
dipilih atas dasar kriteria sbb:
1. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah perusahaan yang bergerak di
sector keuangan yang listed di BEI
2. Data yang dibutuhkan tersedia lengkap dan menerbitkan laporan keuangan yang
telah diaudit oleh auditor independen dari tahun 2017-2019
3. Menggunakan periode laporan keuangan mulai 1 januari-31 Desember
4. Listing selama periode penelitian

C. Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan metode dokumentasi yaitu
penggunaan data yang berasal dari dokumen dokumwn yang sudah ada dengan cara
melakukan penelusuran dan pencatatan informasi yang diperlukan pada data sekunder
berupa laporan keuangan auditan perusahaan sampel. Data sekunder penelitian ini
diambil dari :
1. Buku-buku yang berhubungan dengan integritas laporan keuangan
2. Jurnal-jurnal, tesis dan bahan dari internet yang berhubungan dengan integritas
laporan keuangan
3. Data yang dipublikasikan di BEI dari tahun 2017 sampai 2019 dan annual report
yang dikeluarkan oleh perusahaan
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan model data panel.

D. Metode Analisis Data

1. Definisi Regresi Logistik


Regresi logistic adalah bentuk khusus dimana variable dependennya terbagi
menjadi dua bagian atau kelompok. Regresi logistic adalah regresi yang
digunakan untuk mencari persamaan regresi jika variable dependennya
merupakan variable yang bentuk skala.

2. Tahapan Regresi Logistik


Tahapan dalam pengujian ini dengan menggunakan uji regresi logistic adalah
statistic deskriptif dan pengujian hipotesis penelitian.
a. Statistic Deskriptif

Anda mungkin juga menyukai