Anda di halaman 1dari 13

ABSTRAK

MARYAM.P. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Kualitas Laporan Keuangan


Dengan Struktur Modal Sebagai Variabel Moderasi (dibimbing oleh Gagaring
Pagalung dan Andi Kusumawati).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Corporate Governance


Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Dengan Struktur Modal Sebagai Variabel
Moderasi.

Objek penelitian adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Populasi


penelitian sebanyak 132 perusahaan yang merupakan jumlah perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI sejak tahun 2015-2019. Penentuan sampel memakai Teknik
Nonprobability sampling, yaitu penelitian yang pengambilan sampel yang tidak
memberikan peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk
dipilih menjadi sampel. Jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak 47
perusahaan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik dokumentasi.
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif, uji asumsi klasik,
dan uji hipotesis penelitian yang terdiri dari analisis regresi linier berganda, analisis
regresi moderasi, uji F, uji t, dan uji koefisien determinasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) dewan komisaris independen


berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan; (2) dewam direksi
berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan; (3) kepemilikan manajerial
berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan; (4) kepemilikan institusional
berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan (5) struktur modal memoderasi
pengaruh dewan komisaris independen, dewan direksi, kepemilikan manajerial dan
kepemilikan institusional terhadap kualitas laporan keuangan.

Kata kunci : dewan komisaris independen, dewan direksi, kepemilikan manajerial,


kepemilikan institusional, struktur modal, kualitas laporan keuangan.
I. PENDAHULUAN
Menurut Belkaoui (2006), Salah satu sumber utama informasi bagi
pengambilan keputusan ekonomi adalah laporan keuangan. Laporan keuangan
seharusnya disajikan secara tidak bias, berintegritas dan menggambarkan
keadaan perusahaan yang sebenarnya. Namun pada kenyataannya di era
globalisasi sekarang ini, masih banyak perusahaan dalam menyajikan informasi
keuangan ada yang baik dan ada juga yang tidak baik menyajikan laporan
keuangan perusahaannya seperti tidak adanya integritas, dimana informasi
yang disampaikan tidak benar dan adil bagi beberapa pihak pengguna laporan
keuangan (Badewin, 2019). Tindakan manipulasi laporan keuangan adalah
salah satu bentuk UU kecurangan atau penipuan. Australian Auditing Standard
(AUS) mendefinisikan penipuan laporan keuangan adalah penghilangan yang
disengaja termasuk jumlah penyajian atau pengungkapan dalam laporan
keuangan untuk menipu pengguna laporan keuangan (Brennan & McGrath,
2007).
Ditahun 2019, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk sempat menjadi
sorotan publik karena pada April lalu dua komisaris, Chairal Tanjung dan Dony
Oskaria, menolak laporan keuangan maskapai dengan alasan ada unsur
menyesatkan (misleading). Penolakan terjadi meski Garuda melaporkan laba
bersih, padahal perseroan rugi pada 2017. Pemeriksaaan pun dilaksanakan
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa
Efek Indonesia (BEI). Keputusannya adalah Garuda bersalah dan harus
memperbaiki laporan keuangannya yang terkuak rugi Rp 2,4 triliun sepanjang
2018 (www.Liputan6.com). Diketahui dalam laporan keuangan 2018, Garuda
mencatat laba bersih US$ 809,85 ribu atau setara Rp 11,33 miliar (kurs Rp
14.000). Laba tersebut ditopang salah satunya oleh kerja sama antara Garuda
dan PT Mahata Aero Terknologi. Kerja sama itu nilainya mencapai US$ 239,94
juta atau sekitar Rp 2,98 triliun. Dana itu masih bersifat piutang tapi sudah diakui
sebagai pendapatan. Alhasil, perusahaan sebelumnya merugi kemudian
mencetak laba (www.finance.detik.com).
Dari beberapa kasus manipulasi atau praktik manipulasi laporan
keuangan diatas tentu sangat merugikan pihak investor, masyarakat dan semua
pihak lain yang memiliki kepentingan dan dampak terhadap perusahaan yang
melakukan kecurangan tersebut mengakibatkan nilai perusahaan jatuh.
Salah satu unsur corporate governance adalah dewan komisaris
independen. Dewan komisaris independen adalah anggota dewan komisaris
yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya, dan
pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan
lainnya yang dapat memengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen
atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan (Komite Nasional
Kebijakan Governance, 2006). Sehingga dapat dinyatakan dengan adanya
pengawasan dari dewan komisaris independen dapat mendorong manajer untuk
tidak bertindak sesuai dengan kepentingan sendiri dan mementingkan
kepentingan pemegang saham. Penelitian Yulinda N (2016) menyatakan bahwa
Komisaris independen terbukti berpengaruh signifikan terhadap integritas
laporan keuangan, hasil menunjukkan bahwa ada kecenderungan keberadaan
komisaris independen efektif dalam melakukan pengawasan dalam tata kelola
perusahaan, sehingga dapat menyebabkan tingkat integritas laporan keuangan
lebih tinggi. Namun berbeda dengan penelitian dari Hezadeen, A.H. (2016) ,
Rosyida dkk (2018) dan N.P Yani Wulandari dkk (2014) komisaris independen
tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan yang disajikan untuk
pihak yang membutuhkan laporan keuangan perusahaan.
Didalam tata kelola perusahaan, dewan direksi memiliki peranan yang
sangat vital dalam suatu perusahaan merupakan salah satu mekanisme
Corporate Governance yang sangat penting dalam menentukan kinerja
perusahaan. Sejalan dengan penelitian Miko, N.U., Kamardin, H. (2015) dan
N.P Yani Wulandari dkk (2014) bahwa dewan direksi berpengaruh terhadap
integritas laporan keuangan yang mana direksi bertanggung jawab penuh atas
manajemen perusahaan. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Hezadeen,
A.H., et al. (2016) menyatakan bahwa Dewan Direksi tidak memiliki pengaruh
terhadap pelaporan keuangan.
Melalui agency theory dipahami bahwa terdapat masalah keagenan akibat
perbedaan kepentingan dan asimetri informasi antara agent dan pemilik. Dengan
mekanisme kepemilikan manajerial dalam perusahaan, agent akan semakin
berhati–hati dalam pengambilan putusan. Agent sebagai penentu kebijakan dan
prosedur akuntansi yang digunakan perusahaan akan turut menanggung risiko
dari informasi keuangan yang tidak berkualitas. pada penelitian Adebiyi (2016)
membuktikan bahwa kepemilikan manajerial memiliki pengaruh positif terhadap
kualitas laporan keuangan, dijelaskan bahwa dengan adanya kepemilikan
manajerial dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan dan mengurangi
tingkat manipulasi laporan keuangan. Namun penelitian dari Affan M.W (2017)
menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kualitas
laporan keuangan.
Selain kepemilikan manajerial ada juga kepemilikan institusional.
Kepemilikan institusional merupakan kondisi dimana institusi memiliki saham
dalam suatu perusahaan. Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk
mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif
sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Persentase saham tertentu
yang dimiliki oleh institusi dapat mempengaruhi proses penyusutan laporan
keuangan yang merupakan salah satu alat ukur kinerja perusahaan. Menurut
penelitian N.P. Yani Wulandari dkk (2014) dan Affan M.W (2017) kepemilikan
institusional berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Hal ini
bertolak belakang dengan penelitian Iswara, U.S (2016), Badewin (2019) dan
Yasmeen D (2015) yang menyatakan bahwa Kepemilikan Institusional tidak
berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan.
Selain dari Corporate Governance, faktor lain yang harus diperhatikan
adalah struktur modal. Menurut pendekatan teori keagenan, struktur modal
disusun untuk mengurangi konflik antar berbagai kelompok kepentingan antara
pemegang saham dengan manajer. Keputusan yang diambil oleh perusahaan
dalam memilih sumber modal harus dipertimbangkan secara teliti sifat dan biaya
karena setiap sumber modal tersebut memiliki efek finansial yang berbeda untuk
menghasilkan struktur modal. Menentukan struktur modal yang kurang tepat
dapat meningkatkan risiko financial seperti beban yang besar, tidak dapat
membayar beban bunga dan angsuran hutang. Sehingga didalam pengambilan
keputusan starategi yakni seperti hutang diperlukan kualitas laporan yang baik
(Budiman, 2017).
Eisenhardt (1989) menyatakan bahwa Agent mempunyai lebih banyak
informasi mengenai perusahaan secara keseluruhan. Sedangkan principal tidak
mempunyai informasi yang cukup tentang kinerja agent. Ketika tidak semua
keadaan diketahui oleh semua pihak dan sebagai akibatnya, ketika konsekuensi-
konsekuensi tertentu tidak dipertimbangkan oleh pihak-pihak tersebut, hal ini
mengakibatkan adanya ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh principal
dan agent. Perbedaan kepentingan antara principal dan agent inilah yang
disebut dengan agency problems, Dimana agency problems dapat menurunkan
kualitas laporan keuangan.
Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan (Agency Theory) merupakan teori yang mendasari
hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang (prinsipal) dengan pihak
yang menerima wewenang (agen). Menurut Jensen & Meckling (1976)
menjelaskan bahwa hubungan keagenan sebagai suatu kontrak antara
manajemen (agent) dengan pemilik (principal) yang terjadi ketika satu orang atau
lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa
kemudian mendelegasikan wewenang untuk pengambilan keputusan. Principal
adalah pemegang saham atau investor, sedangkan agent adalah manajemen
yang mengelola perusahaan. Principal berharap agar manajemen bertindak
sesuai kepentingan mereka Sedangkan manajer termotivasi untuk
memaksimalkan diri dalam hal memperoleh investasi, pinjaman maupun kontrak
kompensasi.
Kualitas Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan sarana komunikasi informasi keuangan
kepada pihak yang berkepentingan antara pihak internal maupun eksternal
perusahaan. Pelaporan keuangan dimaksudkan untuk memberikan informasi
yang berguna dalam pengambilan keputusan ekonomi dan keputusan bisnis.
Laporan keuangan harus menunjukkan kondisi keuangan suatu perusahaan
pada suatu periode tertentu (Kasmir, 2014).
Dewan Komisaris Independen
Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 33/POJK.04/2014 tentang
Direksi dan Dewan Komisaris Emiten atau Perusahaan Publik, Dewan Komisaris
bertugas melakukan pengawasan dan bertanggung jawab atas pengawasan
terhadap kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik
mengenai Emiten atau Perusahaan Publik maupun usaha Emiten atau
Perusahaan Publik, dan memberi nasihat kepada Direksi. Komisaris independen
adalah komisaris yang tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan,
kepemilikan saham, ataupun hubungan keluarga dengan anggota dewan
komisaris lainnya, direksi, pemegang saham pengendali atau hubungan lain
yang memengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen.
Dewan Direksi
Dewan direksi merupakan pihak dalam suatu entitas perusahaan yang
bertugas melakukan melaksanakan operasi dan kepengurusan perusahaan.
Dewan direksi bertanggung jawab penuh atas segala bentuk operasional dan
kepengurusan perusahaan dalam rangka melaksanakan kepentingan-
kepentingan dalam pencapaian tujuan perusahaan. Dengan peran yang begitu
besar dalam pengelolaan perusahaan ini, direksi pada dasarnya memiliki hak
pengendalian yang signifikan dalam pengelolaan sumber daya perusahaan dan
dana dari investor.
Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajemen merupakan kepemilikan saham oleh manajemen atau
pihak internal perusahaan. Jensen, (1976) besar kecilnya jumlah kepemilikan
saham manajerial dalam perusahaan dapat mengindikasikan adanya kesamaan
kepentingan antara manajemen dengan pemegang saham. Manajer yang
mempunyai kepemilikan saham di perusahaan akan cenderung bertindak sesuai
dengan kepentingan pemegang saham karena terdapat kesamaan kepentingan
antara keduanya dan rasa memiliki perusahaan. Hal ini dapat meminimalisir
terjadinya masalah keagenan.
Kepemilikan Institusional
Menurut Juniarti dan Sentosa (2009) dalam Rebecca (2012), kepemilikan
institusional adalah: Kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh investor
institusional, seperti pemerintah, perusahaan investasi, bank, perusahaan
asuransi, institusi luar negri, dana perwalian serta institusi lainya.
Struktur Modal

Ada beberapa pengertian atau definisi dari struktur modal. Secara umum
struktur modal didefinisikan sebagai komposisi modal perusahaan dilihat dari
sumbernya khususnya yang menunjukkan porsi dari modal perusahaan yang
berasal dari sumber hutang (kreditur) dan sekaligus porsi modal yang berasal
dari pemilik sendiri.
Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara jumlah
hutang jangka panjang dengan modal sendiri (Robert, 1997).
Hipotesis Penelitian
H1 : Dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap kualitas laporan
keuangan.
H2 : Dewan direksi berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan.
H3 : Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap kualitas laporan
keuangan.
H4 : Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kualitas laporan
keuangan.
H5 : struktur modal mampu memoderasi hubungan dewan komisaris
independen, dewan direksi, kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional
terhadap kualitas laporan keuangan.
III Rancangan Penelitian

Jenis Penelitian
Rancangan penelitian dalam penelitian ini adalah melihat hubungan antara
variabel independen yang terdiri dari dewan komisaris independen, dewan
direksi, kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional dengan kualitas
laporan keuangan sebagai variabel dependen dan ukuran perusahaan sebagai
variabel moderasi.

Jenis Dan Sumber Data


Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder merupakan data jadi
yang diperoleh, pengumpulan dan pengolahannya telah dilakukan oleh pihak
lain. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data laporan
keuangan tahunan perusahaan. Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder yang didapatkan dari www.idx.co.id, website perusahaan
dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD).

Metode Pengumpulan Data


Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan dokumentasi dan studi
pustaka. Metode dokumentasi merupakan cara mengumpulkan data dengan
melakukan pencatatan dan mempelajari dokumen atau arsip yang sesuai
dengan masalah penelitian.

Populasi Dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode pengamatan dari tahun 2015
sampai dengan tahun 2019.
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan secara purposive sampling agar
mendapatkan sampel yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.

Teknik Analisis Data


Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan aplikasi IBM
SPSS Statistics 23. Analisis data dalam penelitian ini dimulai dengan analisis
deskriptif, uji kualitas data, uji asumsi klasik dan pengujian hipotesis dengan
menggunakan analisis regresi.

Uji normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
residual memiliki distribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini
menggunakan uji Kolmogorov-smirnov dengan kriteria nilai signifikansi hasil
perhitungan lebih besar dari taraf alpha (α) 0,05 atau 5%. Jika nilai signifikan
lebih besar dari α = 5% maka data berdistribusi normal dan sebaliknya jika lebih
kecil dari α = 5% data tidak berdistribusi normal.
Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Multikolinearitas
dapat dilihat dengan Variance Inflation Factor (VIF), bila nilai VIF < 10 dan nilai
tolerance > 0,10 maka tidak terdapat gejala multikolinearitas (Ghozali, 2013).

Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik membentuk pola tertentu
yang teratur (melebar kemudian menyempit, bergelombang), maka
mengindikasikan terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2013).

Pengujian Hipotesis
Model analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan
Moderated Regression Analysis (MRA). Analisis regresi ini dilakukan dengan
dua tahap pengujian. Tahap pertama adalah regresi berganda yang dilakukan
tanpa adanya variabel moderasi. Tahap kedua adalah regresi yang dilakukan
dengan adanya interaksi antara variabel dan variabel independen. Adapun
persamaan dalam pengujian hipotesis sebagai berikut:
Persamaan pertama:
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e
Persamaan kedua:
Y = α + β5X1.X2.X3.X4.Z + e

IV Hasil

Normality test
Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan distribusi pada grafik P-P plot.
Berdasarkan dapat dilihat bahwa data menyebar disekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis diagonal pada grafik histogram, hal ini menunjukkan bahwa
pola distribusi normal. Jadi dapat disimpulkan bahwa berdasarkan grafik P-P
plot, model regresi memenuhi asumsi normalitas.

Uji Multikolonieritas
Berdasarkan hasil diketahui bahwa tolerance pada variabel Dewan Komisaris
Independen dan Dewan Direksi menunjukkan nilai 0,997 dan 0,940. Kemudian
untuk Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional menunjukkan nilai
0,896 dan 0,941 dimana berada di atas nilai 0,01 (tolerance > 0,01), sehingga
dapat dikatakan bahwa tidak terjadi multikolonieritas data pada variabel Dewan
Komisaris Independen, Dewan Direksi, Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan
Institusional. Selanjutnya, nilai Variance Inflation Factor (VIF) pada Dewan
Komisaris Independen dan Dewan Direksi menunjukkan angka 1,003 dan 1,064
selanjutnya Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional menunjukkan
angka 1,116 dan 1,062 dimana berada dibawah nilai 10 (VIF < 10), sehingga
dapat dikatakan bahwa tidak terjadi multikolonieritas data pada variabel Dewan
Komisaris Independen, Dewan Direksi, Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan
Institusional.

Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan gambar dapat dilihat bahwa data (titik-titik) menyebar pada garis
nol dan tanpa membentuk pola tertentu, maka dapat dikatakan bebas
heteroskedastisitas.

Analisis Regresi Data Penelitian


a. Pengaruh Dewan Komisaris Independen (X1) terhadap Kualitas Laporan
Keuangan (Y).
Pada variabel dewan komisaris independen (X1) diperoleh nilai probabilitas
sebesar 0,000. Karena nilai probabilitas lebih kecil dari 5% (0,000<0,050),
maka secara parsial variabel dewan komisaris independen (X1) berpengaruh
signifikan terhadap variabel kualitas laporan keuangan (Y). Berdasarkan atas
nilai koefisien 0,146 berarti mengindikasikan bahwa berpengaruh secara
positif. Artinya semakin meningkat dewan komisaris independen (X1), akan
semakin meningkat pula kualitas laporan keuangan (Y).
b. Pengaruh dewan direksi (X2) terhadap kualitas laporan keuangan (Y)
Pada variabel dewan direksi (X2) diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,000.
Karena nilai probabilitas lebih kecil dari 5% (0,000<0,050), maka secara
parsial variabel dewan direksi (X2) berpengaruh signifikan terhadap variabel
kualitas laporan keuangan (Y). Berdasarkan atas nilai koefisien 0,010 berarti
mengindikasikan bahwa berpengaruh secara positif. Artinya semakin
meningkat dewan direksi (X2), akan semakin meningkat pula kualitas laporan
keuangan (Y).
c. Pengaruh kepemilikan manajerial (X3) terhadap kualitas laporan keuangan
(Y)
Pada variabel kepemilikan manajerial (X3) diperoleh nilai probabilitas
sebesar 0,000. Karena nilai probabilitas lebih kecil dari 5% (0,000<0,050),
maka secara parsial variabel kepemilikan manajerial (X3) berpengaruh
signifikan terhadap variabel kualitas laporan keuangan (Y). Berdasarkan atas
nilai koefisien 0,143 berarti mengindikasikan bahwa berpengaruh secara
positif. Artinya semakin meningkat kepemilikan manajerial (X3), akan
semakin meningkat pula kualitas laporan keuangan (Y).
d. Pengaruh kepemilikan institusional (X4) terhadap kualitas laporan keuangan
(Y)
Pada variabel kepemilikan institusional (X4) diperoleh nilai probabilitas
sebesar 0,007. Karena nilai probabilitas lebih kecil dari 5% (0,000<0,050),
maka secara parsial variabel kepemilikan institusional (X4) berpengaruh
signifikan terhadap variabel kualitas laporan keuangan (Y). Berdasarkan atas
nilai koefisien 0,039 berarti mengindikasikan bahwa berpengaruh secara
positif. Artinya semakin meningkat kepemilikan institusional (X4), akan
semakin meningkat pula kualitas laporan keuangan (Y).
e. Pengaruh dewan komisaris independen (X1), dewan direksi (X2),
kepemilikan manajerial (X3) dan kepemilikan institusional (X4) terhadap
kualitas laporan keuangan (Y) yang di moderasi oleh Struktur modal (Z).
Berdasarkan hasil uji moderated regression, diketahui bahwa variabel dewan
komisaris independen (X1), dewan direksi (X2), kepemilikan manajerial (X3)
dan kepemilikan institusional (X4) setelah berinteraksi dengan variabel
struktur modal (Z) memiliki nilai probabilitas 0,000 dibawah nilai standar
signifikansi 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa intensi memoderasi pengaruh
dewan komisaris independen, dewan direksi, kepemilikan manajerial dan
kepemilikan institusional terhadap kualitas laporan keuangan. Koefisien
untuk dewan komisaris independen (X1), dewan direksi (X2), kepemilikan
manajerial (X3) dan kepemilikan institusional (X4) dan struktur modal (Z)
bernilai -0,004 mengindikasikan bahwa berpengaruh secara negatif, yang
berarti bahwa variabel struktur modal memperlemah pengaruh dewan
komisaris independen, dewan direksi, kepemilikan manajerial dan
kepemilikan institusional terhadap kualitas laporan keuangan terhadap
kualitas laporan keuangan.

V Pembahasan
Dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap kualitas
laporan keuangan
Hipotesis pertama berdasarkan hasil pengujian, diterima. Hal tersebut berarti
bahwa semakin tinggi tingkat dewan komisaris independen maka semakin
meningkat pula kualitas laporan keuangan suatu perusahaan perusahaan.
Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), salah satu asas
yang harus dimiliki perusahaan untuk dikatakan good corporate governance atau
bentuk pengelolaan perusahaan yang baik adalah asas independensi. Semakin
baik pengawasan yang dilakukan terhadap suatu manajemen perusahaan maka
akan menghasilkan suatu informasi yang berkualitas. Sehingga dapat dinyatakan
dengan meningkatnya jumlah dewan komisaris independen maka semakin tinggi
pula tingkat pengawasan dan dapat mendorong manajer untuk tidak bertindak
sesuai dengan kepentingan sendiri dan mementingkan kepentingan pemegang
saham. Dengan adanya peningkatan proporsi terhadap dewan komisaris
independen akan membatasi tingkat manajemen laba melalui fungsi monitoring
atas pelaporan keuangan sehingga dapat meningkatkan kualitas laporan
keuangan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Akeju & Babatunde (2017) dan
Onourah et al. (2016) menemukan terdapat hubungan signifikan positif terhadap
kualitas pelaporan keuangan, serta penelitian Purnamasari (2019) dimana
komisaris independen berpengaruh positif terhadap intergritas laporan
keuangan. Dinyatakan bahwa keberadaan komisaris independen mampu
menciptakan control atas tindakan manajemen, atau semakin baik pengawasan
dari dewan komisaris maka semakin berkualitas juga suatu laporan keuangan.
Dewan direksi berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan
Hipotesis kedua berdasarkan hasil pengujian, diterima. Hal tersebut
berarti bahwa semakin meningkat atau bertambah dewan direksi maka semakin
meningkat pula kualitas laporan keuangan perusahaan.
Manajemen sebagai pihak yang menjalankan aktivitas perusahaan perlu
menjaga kepentingan stakeholder, dalam hal ini dewan direksi memiliki
wewenang dan tanggung jawab dalam pengelolaan perusahaan dengan
menetapkan arah strategis, menetapkan kebijakan operasional dan bertanggung
jawab memastikan tingkat kesehatan manajemen perusahaan untuk
meningkatkan kualitas laporan keuangan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Miko, N.U., Kamardin, H.
(2015), dewi (2019) dan N. P. Yani (2014) dewan direksi berpengaruh terhadap
integritas laporan keuangan, dewan direksi yang besar menunjukkan sumber
daya yang besar sehingga akan memudahkan dalam mendeteksi dan
menyelesaikan potensi masalah dalam pelaporan keuangan dan dewan direksi
memiliki peran yang sangat penting untuk keberlangsungan perusahaan, dengan
adanya dewan direksi yang cakap dan professional maka nantinya akan mampu
meningkatkan integritas laporan.
Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap kualitas laporan
keuangan
Hipotesis ketiga berdasarkan hasil pengujian, diterima. Hal tersebut
berarti bahwa semakin meningkat atau bertambah kepemilikan manajerial maka
semakin meningkat pula kualitas laporan keuangan perusahaan.
Melalui agency theory dipahami bahwa terdapat masalah keagenan akibat
perbedaan kepentingan dan asimetri informasi antara agent dan pemilik. Dengan
mekanisme kepemilikan manajerial dalam perusahaan, agent akan semakin
berhati–hati dalam pengambilan putusan. Agent sebagai penentu kebijakan dan
prosedur akuntansi yang digunakan perusahaan akan turut menanggung risiko
dari informasi keuangan yang tidak berkualitas. Dengan adanya kepemilikan
manajerial, agent akan termotivasi untuk bekerja lebih baik dalam meningkatkan
kinerja perusahaan dan menghilangkan perilaku opportunistik, karena agent
memiliki bagian atas laba yang dihasilkan oleh perusahaan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Fratini dan Tettamansi
(2015) dan Adebiyi (2016) membuktikan bahwa kepemilikan manajerial memiliki
pengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan, dijelaskan bahwa dengan
adanya kepemilikan manajerial dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan
dan mengurangi tingkat manipulasi laporan keuangan.
Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kualitas laporan
keuangan
Hipotesis keempat berdasarkan hasil pengujian, diterima. Hal tersebut
berarti bahwa semakin meningkat atau bertambah kepemilikan institusional
maka semakin meningkat pula kualitas laporan keuangan perusahaan.
Berdasarkan teori Agency Jensen dan meckling (1976) yang menyatakan
bahwa salah satu untuk meminimalisir terjadinya masalah keagenan melalui
mekanisme penngawasan dengan menggunakan struktur kepemilikan
(kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional). Dan dalam penelitian ini
membuktikan bahwa kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk
mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif
sehingga mengurangi tindakan manajemen melakukan manajemen laba.
Masalah keagenan yang semakin berkurang akan berdampak positif bagi
perusahaan, karena dengan pengawasan dari pihak luar dapat dipastikan juga
laporan keuangan dapat digunakan untuk semua pemangku kepentingan dan
tidak ada satu pihakpun yang dirugikan. Laporan keuangan yang seperti itu akan
menambah kualitas perusahaan dan kualitas laporan yang didapat bagi investor
dan dapat menggambarkan kondisi perusahaan yang sebenarnya.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Affan M.W (2017), Rafika M
(2018) dan penelitian dari N. P. Yani (2014) Proporsi kepemilikan institusional
berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan. Kepemilikan
institusional memiliki sumber daya dan profesionalisme yang lebih tinggi untuk
mengawasi penggunaan aktiva perusahaan dan dapat menguji keandalan dalam
menganalisa informasi.
Struktur modal mampu memoderasi hubungan dewan komisaris
independen, dewan direksi, kepemilikan manajerial dan kepemilikan
institusional terhadap kualitas laporan keuangan.
Hipotesis kelima berdasarkan hasil pengujian, diterima. Hal tersebut
berarti bahwa semakin meningkat struktur modal perusahaan maka semakin
rendah pengaruh tingkat dewan komisaris independen, dewan direksi,
kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional terhadap kualitas laporan
keuangan perusahaan.
Menurut pendekatan teori Agency, struktur modal disusun untuk
mengurangi konflik antar berbagai kelompok kepentingan. Konflik antara
pemegang saham dengan manajer adalah konsep free cash flow. Ada
kecenderungan manajer ingin menahan sumber daya sehingga mempunyai
kontrol atas sumber daya tersebut. Utang bisa dianggap sebagai cara untuk
mengurangi konflik keagenan free cash flow. Jika perusahaan menggunakan
utang, maka manajer akan dipaksa untuk mengeluarkan kas dari perusahaan
untuk membayar bunga. Dengan teori Agency, struktur modal tersusun untuk
mengurangi konflik dari kelompok yang berkepentingan. Tata kelola perusahaan
dalam hal ini manajemen struktur modal sangat diperlukan agar kondisi
keuangan perusahaan tetap dalam kondisi yang baik dan aman. Serta agar tidak
terjadi kerugian yang bisa membuat perusahaan mengalami masalah.
Manajemen struktur modal yang baik menandakan bahwa perusahaan berada
dalam manajemen keuangan yang baik juga. Namun dalam penelitian ini
bertolak belakang, hasil menunjukkann bahwa dengan adanya struktur modal
yang tinggi yang artinya rasio utang lebih besar dibandingkan dengan equity
maka akan mempengaruhi tata kelola perusahaan dalam mengambil keputusan
strategi dikarenakan adanya resiko yang tinggi yang tentu akan berdampak
terhadap kualitas laporan keuangan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Faisal, dkk (2019)
menunjukkan bahwa struktur modal signifikan dalam memoderasi pengaruh
kepemilikan institusional terhadap kinerja keuangan dimana suatu perusahaan
memiliki tingkat laverage tinggi maka manajer cenderung melakukan tindakan
manajemen laba yang lebih besar sehingga kualitas laba yang dihasilkan
menjadi rendah.
VI Kesimpulan
1. Dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap kualitas laporan
keuangan.
2. Dewan direksi berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan
3. Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap kualitas laporan
keuangan.
4. Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kualitas laporan
keuangan
5. Struktur modal mampu memoderasi hubungan dewan komisaris independen,
dewan direksi, kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional terhadap
kualitas laporan keuangan.

Anda mungkin juga menyukai