Ada beberapa pengertian atau definisi dari struktur modal. Secara umum
struktur modal didefinisikan sebagai komposisi modal perusahaan dilihat dari
sumbernya khususnya yang menunjukkan porsi dari modal perusahaan yang
berasal dari sumber hutang (kreditur) dan sekaligus porsi modal yang berasal
dari pemilik sendiri.
Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara jumlah
hutang jangka panjang dengan modal sendiri (Robert, 1997).
Hipotesis Penelitian
H1 : Dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap kualitas laporan
keuangan.
H2 : Dewan direksi berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan.
H3 : Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap kualitas laporan
keuangan.
H4 : Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kualitas laporan
keuangan.
H5 : struktur modal mampu memoderasi hubungan dewan komisaris
independen, dewan direksi, kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional
terhadap kualitas laporan keuangan.
III Rancangan Penelitian
Jenis Penelitian
Rancangan penelitian dalam penelitian ini adalah melihat hubungan antara
variabel independen yang terdiri dari dewan komisaris independen, dewan
direksi, kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional dengan kualitas
laporan keuangan sebagai variabel dependen dan ukuran perusahaan sebagai
variabel moderasi.
Uji normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
residual memiliki distribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini
menggunakan uji Kolmogorov-smirnov dengan kriteria nilai signifikansi hasil
perhitungan lebih besar dari taraf alpha (α) 0,05 atau 5%. Jika nilai signifikan
lebih besar dari α = 5% maka data berdistribusi normal dan sebaliknya jika lebih
kecil dari α = 5% data tidak berdistribusi normal.
Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Multikolinearitas
dapat dilihat dengan Variance Inflation Factor (VIF), bila nilai VIF < 10 dan nilai
tolerance > 0,10 maka tidak terdapat gejala multikolinearitas (Ghozali, 2013).
Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik membentuk pola tertentu
yang teratur (melebar kemudian menyempit, bergelombang), maka
mengindikasikan terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2013).
Pengujian Hipotesis
Model analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan
Moderated Regression Analysis (MRA). Analisis regresi ini dilakukan dengan
dua tahap pengujian. Tahap pertama adalah regresi berganda yang dilakukan
tanpa adanya variabel moderasi. Tahap kedua adalah regresi yang dilakukan
dengan adanya interaksi antara variabel dan variabel independen. Adapun
persamaan dalam pengujian hipotesis sebagai berikut:
Persamaan pertama:
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e
Persamaan kedua:
Y = α + β5X1.X2.X3.X4.Z + e
IV Hasil
Normality test
Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan distribusi pada grafik P-P plot.
Berdasarkan dapat dilihat bahwa data menyebar disekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis diagonal pada grafik histogram, hal ini menunjukkan bahwa
pola distribusi normal. Jadi dapat disimpulkan bahwa berdasarkan grafik P-P
plot, model regresi memenuhi asumsi normalitas.
Uji Multikolonieritas
Berdasarkan hasil diketahui bahwa tolerance pada variabel Dewan Komisaris
Independen dan Dewan Direksi menunjukkan nilai 0,997 dan 0,940. Kemudian
untuk Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional menunjukkan nilai
0,896 dan 0,941 dimana berada di atas nilai 0,01 (tolerance > 0,01), sehingga
dapat dikatakan bahwa tidak terjadi multikolonieritas data pada variabel Dewan
Komisaris Independen, Dewan Direksi, Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan
Institusional. Selanjutnya, nilai Variance Inflation Factor (VIF) pada Dewan
Komisaris Independen dan Dewan Direksi menunjukkan angka 1,003 dan 1,064
selanjutnya Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional menunjukkan
angka 1,116 dan 1,062 dimana berada dibawah nilai 10 (VIF < 10), sehingga
dapat dikatakan bahwa tidak terjadi multikolonieritas data pada variabel Dewan
Komisaris Independen, Dewan Direksi, Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan
Institusional.
Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan gambar dapat dilihat bahwa data (titik-titik) menyebar pada garis
nol dan tanpa membentuk pola tertentu, maka dapat dikatakan bebas
heteroskedastisitas.
V Pembahasan
Dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap kualitas
laporan keuangan
Hipotesis pertama berdasarkan hasil pengujian, diterima. Hal tersebut berarti
bahwa semakin tinggi tingkat dewan komisaris independen maka semakin
meningkat pula kualitas laporan keuangan suatu perusahaan perusahaan.
Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), salah satu asas
yang harus dimiliki perusahaan untuk dikatakan good corporate governance atau
bentuk pengelolaan perusahaan yang baik adalah asas independensi. Semakin
baik pengawasan yang dilakukan terhadap suatu manajemen perusahaan maka
akan menghasilkan suatu informasi yang berkualitas. Sehingga dapat dinyatakan
dengan meningkatnya jumlah dewan komisaris independen maka semakin tinggi
pula tingkat pengawasan dan dapat mendorong manajer untuk tidak bertindak
sesuai dengan kepentingan sendiri dan mementingkan kepentingan pemegang
saham. Dengan adanya peningkatan proporsi terhadap dewan komisaris
independen akan membatasi tingkat manajemen laba melalui fungsi monitoring
atas pelaporan keuangan sehingga dapat meningkatkan kualitas laporan
keuangan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Akeju & Babatunde (2017) dan
Onourah et al. (2016) menemukan terdapat hubungan signifikan positif terhadap
kualitas pelaporan keuangan, serta penelitian Purnamasari (2019) dimana
komisaris independen berpengaruh positif terhadap intergritas laporan
keuangan. Dinyatakan bahwa keberadaan komisaris independen mampu
menciptakan control atas tindakan manajemen, atau semakin baik pengawasan
dari dewan komisaris maka semakin berkualitas juga suatu laporan keuangan.
Dewan direksi berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan
Hipotesis kedua berdasarkan hasil pengujian, diterima. Hal tersebut
berarti bahwa semakin meningkat atau bertambah dewan direksi maka semakin
meningkat pula kualitas laporan keuangan perusahaan.
Manajemen sebagai pihak yang menjalankan aktivitas perusahaan perlu
menjaga kepentingan stakeholder, dalam hal ini dewan direksi memiliki
wewenang dan tanggung jawab dalam pengelolaan perusahaan dengan
menetapkan arah strategis, menetapkan kebijakan operasional dan bertanggung
jawab memastikan tingkat kesehatan manajemen perusahaan untuk
meningkatkan kualitas laporan keuangan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Miko, N.U., Kamardin, H.
(2015), dewi (2019) dan N. P. Yani (2014) dewan direksi berpengaruh terhadap
integritas laporan keuangan, dewan direksi yang besar menunjukkan sumber
daya yang besar sehingga akan memudahkan dalam mendeteksi dan
menyelesaikan potensi masalah dalam pelaporan keuangan dan dewan direksi
memiliki peran yang sangat penting untuk keberlangsungan perusahaan, dengan
adanya dewan direksi yang cakap dan professional maka nantinya akan mampu
meningkatkan integritas laporan.
Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap kualitas laporan
keuangan
Hipotesis ketiga berdasarkan hasil pengujian, diterima. Hal tersebut
berarti bahwa semakin meningkat atau bertambah kepemilikan manajerial maka
semakin meningkat pula kualitas laporan keuangan perusahaan.
Melalui agency theory dipahami bahwa terdapat masalah keagenan akibat
perbedaan kepentingan dan asimetri informasi antara agent dan pemilik. Dengan
mekanisme kepemilikan manajerial dalam perusahaan, agent akan semakin
berhati–hati dalam pengambilan putusan. Agent sebagai penentu kebijakan dan
prosedur akuntansi yang digunakan perusahaan akan turut menanggung risiko
dari informasi keuangan yang tidak berkualitas. Dengan adanya kepemilikan
manajerial, agent akan termotivasi untuk bekerja lebih baik dalam meningkatkan
kinerja perusahaan dan menghilangkan perilaku opportunistik, karena agent
memiliki bagian atas laba yang dihasilkan oleh perusahaan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Fratini dan Tettamansi
(2015) dan Adebiyi (2016) membuktikan bahwa kepemilikan manajerial memiliki
pengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan, dijelaskan bahwa dengan
adanya kepemilikan manajerial dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan
dan mengurangi tingkat manipulasi laporan keuangan.
Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kualitas laporan
keuangan
Hipotesis keempat berdasarkan hasil pengujian, diterima. Hal tersebut
berarti bahwa semakin meningkat atau bertambah kepemilikan institusional
maka semakin meningkat pula kualitas laporan keuangan perusahaan.
Berdasarkan teori Agency Jensen dan meckling (1976) yang menyatakan
bahwa salah satu untuk meminimalisir terjadinya masalah keagenan melalui
mekanisme penngawasan dengan menggunakan struktur kepemilikan
(kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional). Dan dalam penelitian ini
membuktikan bahwa kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk
mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif
sehingga mengurangi tindakan manajemen melakukan manajemen laba.
Masalah keagenan yang semakin berkurang akan berdampak positif bagi
perusahaan, karena dengan pengawasan dari pihak luar dapat dipastikan juga
laporan keuangan dapat digunakan untuk semua pemangku kepentingan dan
tidak ada satu pihakpun yang dirugikan. Laporan keuangan yang seperti itu akan
menambah kualitas perusahaan dan kualitas laporan yang didapat bagi investor
dan dapat menggambarkan kondisi perusahaan yang sebenarnya.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Affan M.W (2017), Rafika M
(2018) dan penelitian dari N. P. Yani (2014) Proporsi kepemilikan institusional
berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan. Kepemilikan
institusional memiliki sumber daya dan profesionalisme yang lebih tinggi untuk
mengawasi penggunaan aktiva perusahaan dan dapat menguji keandalan dalam
menganalisa informasi.
Struktur modal mampu memoderasi hubungan dewan komisaris
independen, dewan direksi, kepemilikan manajerial dan kepemilikan
institusional terhadap kualitas laporan keuangan.
Hipotesis kelima berdasarkan hasil pengujian, diterima. Hal tersebut
berarti bahwa semakin meningkat struktur modal perusahaan maka semakin
rendah pengaruh tingkat dewan komisaris independen, dewan direksi,
kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional terhadap kualitas laporan
keuangan perusahaan.
Menurut pendekatan teori Agency, struktur modal disusun untuk
mengurangi konflik antar berbagai kelompok kepentingan. Konflik antara
pemegang saham dengan manajer adalah konsep free cash flow. Ada
kecenderungan manajer ingin menahan sumber daya sehingga mempunyai
kontrol atas sumber daya tersebut. Utang bisa dianggap sebagai cara untuk
mengurangi konflik keagenan free cash flow. Jika perusahaan menggunakan
utang, maka manajer akan dipaksa untuk mengeluarkan kas dari perusahaan
untuk membayar bunga. Dengan teori Agency, struktur modal tersusun untuk
mengurangi konflik dari kelompok yang berkepentingan. Tata kelola perusahaan
dalam hal ini manajemen struktur modal sangat diperlukan agar kondisi
keuangan perusahaan tetap dalam kondisi yang baik dan aman. Serta agar tidak
terjadi kerugian yang bisa membuat perusahaan mengalami masalah.
Manajemen struktur modal yang baik menandakan bahwa perusahaan berada
dalam manajemen keuangan yang baik juga. Namun dalam penelitian ini
bertolak belakang, hasil menunjukkann bahwa dengan adanya struktur modal
yang tinggi yang artinya rasio utang lebih besar dibandingkan dengan equity
maka akan mempengaruhi tata kelola perusahaan dalam mengambil keputusan
strategi dikarenakan adanya resiko yang tinggi yang tentu akan berdampak
terhadap kualitas laporan keuangan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Faisal, dkk (2019)
menunjukkan bahwa struktur modal signifikan dalam memoderasi pengaruh
kepemilikan institusional terhadap kinerja keuangan dimana suatu perusahaan
memiliki tingkat laverage tinggi maka manajer cenderung melakukan tindakan
manajemen laba yang lebih besar sehingga kualitas laba yang dihasilkan
menjadi rendah.
VI Kesimpulan
1. Dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap kualitas laporan
keuangan.
2. Dewan direksi berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan
3. Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap kualitas laporan
keuangan.
4. Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kualitas laporan
keuangan
5. Struktur modal mampu memoderasi hubungan dewan komisaris independen,
dewan direksi, kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional terhadap
kualitas laporan keuangan.