Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian


Laporan keuangan merupakan sebuah catatan ringkas yang disusun untuk
memberikan informasi keuangan (progres report) secara periodik yang menunjukkan
hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang
dipercayakan kepada mereka. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) nomor 1 tentang penyajian laporan keuangan dalam paragraf 10 (Revisi
2015), tujuan disusunnya laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai
posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi
sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam pembuatan keputusan
ekonomi. Salah satu informasi yang terdapat dalam laporan keuangan adalah
informasi mengenai laba. Informasi laba bertujuan untuk menilai kinerja manajemen,
membantu mengestimasi kemampuan laba yang representatif dalam jangka panjang,
dan menaksir risiko investasi atau meminjamkan dana. Pentingnya informasi laba
didasari oleh pihak manajemen untuk cenderung menampilkan performa terbaik
perusahaan yang dituangkan dalam laporan keuangan. Hal inilah yang mendorong
manajemen untuk melakukan dysfunctional behaviour (perilaku tidak semestinya)
yaitu dengan melakukan praktik perataan laba untuk mengatasi berbagai konflik
yang timbul antara berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. (Pratiwi
dan Handayani, 2014:265). Perilaku mengatur laba perusahaan sesuai dengan
keinginan manajemen ini dikenal dengan istilah manajemen laba (earnings
management).
Manajemen laba merupakan intervensi dari pihak manajemen untuk mengatur
laba yaitu dengan menaikkan atau menurunkan laba akuntansi dengan memanfaatkan
kelonggaran penggunaan metode dan prosedur akuntansi. Karena standar akuntansi
memperbolehkan perusahaan untuk memilih metode akuntansi (Cahyati,2011:4).
Perilaku manajemen laba dapat juga dijelaskan melalui Positive Accounting Theory
(PAT) dan agency theory. Salah satu pioner teori akuntansi positif adalah Watts dan
Zimmerman (1986) dalam buku mereka yang berjudul “Positive Accounting Theory”
mengungkapkan tujuan dari teori akuntansi positif adalah untuk menjelaskan dan
memprediksi praktik akuntansi serta mengungkapkan pengaruh dari variabel-variabel
ekonomi terhadap motivasi manajer untuk memilih suatu metode akuntansi. Mereka
1
2

menegaskan bahwa teori akuntansi positif mempunyai peranan yang sangat penting
dalam perkembangannya, sebab teori ini dapat memberikan pedoman kepada para
pembuat keputusan kebijakan akuntansi dalam melakukan perkiraan-perkiraan atau
penjelasan-penjelasan akan konsekuensi dari keputusan tersebut. Teori keagenan
(agency theory) juga menjelaskan mengenai timbulnya manajemen laba yang terjadi
di perusahaan. Secara konsep, teori ini menjelaskan hubungan atau kontrak antara
pemegang saham (principal) dan manajer atau pengelola perusahaan (agent). Dalam
kontrak tersebut, manajer secara moral bertanggung jawab memaksimalkan
kesejahteraan pemegang saham. Namun disisi lain, manajer juga memiliki
kepentingan pribadi untuk mengoptimalkan kesejahteraan mereka melalui
pencapaian bonus yang dijanjikan oleh pemegang saham. (Sulistiawan, 2011:30)
Penelitian ini berfokus kepada salah satu pola dalam manajemen laba yaitu
perataan laba (income smoothing) yang dilakukan manajemen perusahaan untuk
memperkecil fluktuasi laba pada tingkat yang dianggap normal bagi perusahaan
selama beberapa periode. Salah satu alasan kenapa praktik perataan laba dilakukan
adalah informasi laba digunakan untuk mengukur kinerja operasional perusahaan
yang berguna bagi internal dan eksternal. Bagi internal dapat digunakan sebagai alat
prediksi laba di masa depan dan bagi eksternal untuk menilai kinerja keuangan
perusahaan dalam mencapai kesuksesan. Manajemen melakukan perataan laba
dengan tujuan untuk memperlihatkan kondisi laba perusahaan yang stabil kepada
pihak eksternal perusahaan, khususnya kepada investor dan kreditor, dengan kondisi
laba yang stabil menunjukkan bahwa resiko perusahaan kecil. (Pradana dan Sunaryo,
2012:133). Praktek perataan laba tidak akan terjadi jika laba yang diharapkan tidak
terlalu berbeda dengan laba sesungguhnya. Banyaknya praktik perataan laba yang
dilakukan oleh perusahaan untuk mendapatkan keuntungan dalam menarik investor
untuk menanamkan modalnya dalam suatu perusahaan supaya perusahaan tersebut
dapat bertahan lama dalam persaingan di dunia bisnis.
Praktik perataan laba dapat diukur dengan menggunakan Indeks Eckel, yang
digunakan untuk membandingkan atau membagi antara perubahan laba dalam
beberapa periode dengan perubahan pendapatan dalam beberapa periode.
Salah satu contoh kasus perataan laba yang baru-baru ini terjadi adalah Toshiba
yang merupakan sebuah perusahaan elektronik asal Jepang. Menurut temuan komite
tim independen, keuntungan perusahaan dibesar-besarkan menjadi 1,2 miliar dollar
AS selama periode lima tahun. Pemeriksaan keuangan itu dimulai pada bulan April
3

2015, ketika Toshiba sendiri mulai menyelidiki praktik akuntansi di divisi energi.
Kemudian keadaan semakin memburuk pada Mei, setelah perusahaan mengatakan
bahwa komite independen akan mengambil alih review. Investigasi independen
menemukan bahwa pihak manajemen berbohong mengenai jumlah keuntungan yang
mereka dapatkan selama lebih dari 5 tahun karena ingin memenuhi target internal
perusahaan setelah terjadi krisis finansial tujuh tahun lalu. (Yoga,
www.bisniskeuangan.kompas.com, 2015).
Adanya fenomena perataan laba tersebut dapat menyebabkan pengungkapan laba
yang menyesatkan, sehingga akan mengakibatkan terjadinya kesalahan dalam
pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan,
khususnya pihak eksternal. Praktik perataan laba memperlihatkan bahwa manajer
berusaha untuk menyembunyikan informasi ekonomis perusahaan kepada pemegang
saham. Untuk meminimumkan masalah tersebut, dibutuhkan laporan keuangan yang
berkualitas tinggi dan dapat dipercaya, dan telah menunjukkan pentingnya kualitas
audit di dalamnya. Audit eksternal berperan penting dalam menjamin kualitas
laporan keuangan di seluruh dunia, baik dalam konteks pasar modal, sektor
pemerintahan atau sektor swasta ataupun non-publik. Kualitas audit memainkan
peranan penting dalam mempertahankan sebuah lingkungan pasar yang efisien, audit
eksternal dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang berkualitas tinggi serta
dapat mendorong pelaksanaan yang sesuai dari standar akuntansi dan membantu
memastikan bahwa laporan keuangan klien dapat diandalkan, transparan dan
meningkatkan kepercayaan pasar. (Neri dan Russo, 2014:25)
Audit atas laporan keuangan adalah suatu mekanisme pemantauan yang dapat
membantu mengurangi asimetri informasi dan melindungi kepentingan berbagai
pemangku kepentingan dengan memberikan keyakinan memadai bahwa laporan
keuangan manajemen bebas dari salah saji material, sehingga tidak merugikan pihak-
pihak yang memiliki kepentingan terhadap informasi audit. (Hassan &
Farouk,2014:2). Dengan melakukan audit atas laporan keuangan, auditor dapat
membatasi dan mencegah terjadinya salah saji. Hal ini termasuk perataan laba,
sejauh bahwa hal itu bertentangan dengan aturan akuntansi dan auditor cukup
terampil untuk mendeteksi kesalahannya. Hal ini juga bergantung pada kesediaan
auditor dalam memperbaiki salah saji. Jika auditor memiliki kepentingan atas klien,
dia bisa bersekongkol dengan manajemen klien untuk mendapatkan keuntungan
4

secara finansial. Untuk alasan itu sangat penting bahwa auditor bersifat independen,
dan adanya aturan dan pedoman untuk menjaga kebutuhan ini. (Heil, 2012:16).
Berdasarkan literatur terdahulu, Marpaung dan Latrini (2014) dengan sampel 60
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2009-2012 menyatakan bahwa
kualitas audit terbukti berpengaruh negatif dan signifikan terhadap perataan laba.
Perusahaan yang menggunakan Kantor Akuntan Publik (KAP) yang tergolong
Kantor Akuntan Publik (KAP) Big Four cenderung tidak akan melakukan praktik
perataan laba, karena Kantor Akuntan Publik (KAP) Big Four memiliki kualitas
audit yang tinggi serta memiliki reputasi yang baik, sehingga risiko terungkapnya
kecurangan yang dilakukan manajemen lebih besar dibandingkan Kantor Akuntan
Publik (KAP) Non Big Four. Hasil penelitian Gerayli et al. (2011) menggunakan
sampel seluruh perusahaan non keuangan di Iran pada tahun 2004-2009 juga
menunjukkan hasil yang konsisten dengan penelitian Marpaung dan Latrini (2014)
bahwa kualitas audit yang baik dapat mengurangi manajemen laba pada perusahaan.
Berbeda dengan penelitian Wijoyo (2014) yang menunjukkan bahwa perusahaan
yang diaudit oleh KAP big four akan cenderung melakukan tindakan perataan laba
yang bersifat efesien lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang diaudit oleh
KAP non big four.
Perataan laba juga dapat dipengaruhi oleh struktur kepemilikan perusahaan, baik
struktur kepemilikan manajerial maupun struktur kepemilikan institusional.
Kepemilikan manajerial dapat dilihat dari presentase saham yang dimiliki oleh
komisaris, dewan direksi, dan manajemen yang tercantum dalam daftar pemegang
saham. Berdasarkan pada teori keagenan kepemilikan manajerial mendorong para
manajer untuk meningkatkan nilai perusahaan, dengan menyertakan manajemen
sebagai pemilik, maka mereka akan lebih hati-hati dalam mengambil keputusan.
Apabila ada kerugian yang timbul sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan
yang salah maka manajemen akan ikut menanggung kerugian. Kepemilikan ini akan
mensejajarkan kepentingan manajemen dengan pemegang saham (Alves, 2012: 60).
Hasil penelitian Mahmud (2012) dengan menggunakan sampel sebanyak 84
perusahaan publik non keuangan yang terdaftar dalam Bursa Malaysia pada tahun
2002 sampai 2006 menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif
terhadap perataan laba. Artinya, semakin besar kepemilikan manajemen maka
semakin besar tindakan perataan laba.
5

Selain kepemilikan manajerial, adanya kepemilikan oleh institutional investor


seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan oleh
institusi lain akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap
kinerja manajemen. Investor institusional memiliki dorongan yang kuat untuk
memperoleh informasi mengenai perusahaan tempat mereka berinvestasi atau berniat
untuk melakukan investasi. Lebih jauh lagi, motivasi tersebut dapat tumbuh seiring
jumlah investasi yang dilakukan. Kepemilikan yang besar kemungkinan akan
memacu institusi untuk secara aktif mengamati manajemen laba dan keputusan atas
kebijakan yang relevan (Mitra, 2002 dalam Kamran dan Shah, 2014). Pemegang
saham institusional memiliki sumber daya, kemampuan, insentif serta kuasa dalam
membatasi perilaku oportunistik manajer dalam bentuk manajemen laba (Roodposhti
dan Chashmi, 2011:4146).
Penelitian yang dilakukan oleh Kharisma dan Agustina (2015) menunjukkan
bahwa kepemilikan institusional memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap
perataan laba. Hal ini menunjukkan bahwa adanya kepemilikan institusional
memberikan pengaruh yang berarti sebagai tindakan monitoring yang dilakukan
kepada pihak manajemen. Semakin besar tingkat kepemilikan saham oleh institusi
maka semakin efektif pula mekanisme kontrol terhadap kinerja manajemen dan dapat
menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar sehingga dapat menghalangi
perilaku opportunistic manajer yang dapat merugikan semua pihak.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan selama periode tertentu dalam
menghasilkan laba. Sehingga profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan
perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut.
Profitabilitas diduga mempengaruhi praktek perataan laba karena perhatian investor
yang besar pada tingkat profitabilitas perusahaan dapat mendorong manajer untuk
melakukan perataan laba. Tindakan manajemen untuk meratakan laba yang
dilaporkan termotivasi atas kepuasan pemegang saham terhadap korporasi yang
meningkat seiring dengan rata-rata tingkat pertumbuhan income korporasi dan
stabilitas incomenya (Belkoui,2012 dalam Bestivano,2013)
Penelitian ini dilakukan Wijoyo (2014) dengan sampel penelitian 235
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2007
sampai 2011 menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap
perataan laba. Perusahaan dengan profitabilitas yang lebih tinggi justru akan
6

cenderung melakukan praktik perataan laba. Hal ini disebabkan karena perusahaan
yang selama ini melaporkan laba yang tinggi akan berusaha agar laba yang
dilaporkan di laporan keuangan di tahun-tahun berikutnya tidak mengalami
penurunan yang drastis yang akan memberikan kesan negatif di mata pemegang
saham sehingga perusahaan akan cenderung melakukan praktik perataan laba.
Hasil penelitian Budiasih (2009) menggunakan sebanyak 84 perusahaan
manufaktur dan keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2002
sampai 2006 juga menunjukkan hasil yang konsisten dengan Wijoyo (2014) bahwa
profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap praktik perataan laba.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
Selain kualitas audit, struktur kepemilikan, dan profitabilitas salah satu upaya
mengurangi adanya peluang yang memungkinkan munculnya perataan laba di setiap
pelaporan keuangan adalah dengan melakukan konvergensi terhadap IFRS. Sebagai
satu-satunya anggota G20 dari Asia Tenggara, Indonesia harus tunduk kepada
keputusan bersama G20 dalam meningkatkan kerjasama perekonomian dunia dengan
menciptakan suatu “bahasa” akuntansi yang sama yaitu terciptanya suatu standar
akuntansi yang berkualitas tinggi dan berlaku global. Tujuan ini kemudian
diterjemahkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) Ikatan Akuntan
Indonesia dengan merevisi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan agar secara
material sesuai dengan International Financial Reporting Standard (IFRS). Indonesia
yang mulanya berbasis US-GAAP kini beralih menjadi IFRS. Konvergensi IFRS di
Indonesia dilatarbelakangi kepentingan global, yaitu agar dapat meningkatkan
kualitas dari laporan keuangan perusahaan-perusahaan di Indonesia. Compliance
terhadap IFRS diharapkan dapat meningkatkan transparansi, daya banding,
mengurangi biaya modal dan beban penyusunan laporan keuangan, serta mendorong
investasi global. Dari sisi akuntansi akan konvergensi ke IFRS meningkatkan
kualitas pelaporan laporan keuangan ke pasar modal (Cahyati,2011:5). Selain itu,
konvergensi IFRS adalah salah satu kesepakatan pemerintah Indonesia sebagai
anggota G20 (Zamzani, 2011).
Penelitian Klann dan Beuren (2015) untuk mengetahui pengaruh dari proses
konvergensi IFRS pada tingkat perataan laba (income smoothing) pada perusahaan
yang ada di Brazil. Penelitian tersebut menggunakan pendekatan kuantitatif,
berdasarkan model Barth, Landsman dan Lang hasil menunjukkan adanya
peningkatan pada tingkat perataan laba setelah konvergensi.
7

Berbeda dengan hasil penelitian Rohaeni dan Aryati (2012) mengenai


pengaruh konvergensi IFRS terhadap income smoothing di seluruh perusahaan
manufaktur yang terdaftar di database Datastream di tiga negara yaitu Indonesia,
Singapura, dan China mulai tahun 2006 sampai dengan tahun 2010, dengan
menggunakan kualitas audit sebagai variabel moderasi menunjukkan bahwa
konvergensi IFRS terbukti berpengaruh negatif terhadap income smoothing serta
interaksi antara IFRS dengan kualitas audit memberikan hasil positif signifikan
terhadap income smoothing.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian ini
karena berbagai penelitian sebelumnya masih menunjukkan hasil yang tidak
konsisten. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan penelitian yang
berjudul “Pengaruh Kualitas Audit, Struktur Kepemilikan, Profitabilitas dan
Konvergensi International Financial Reporting Standard (IFRS) terhadap
Praktek Perataan Laba Pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI Periode 2012-
2014”

Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya, yaitu


penelitian yang dilakukan oleh Rohaeni dan Aryati (2012). Perbedaan penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut:
1. Variabel yang digunakan peneliti terdahulu adalah kualitas audit yang diproksi
dengan Big four dan non-Big four dan konvergensi IFRS. Sedangkan dalam
penelitian ini, peneliti menambahkan satu variabel independen yaitu struktur
kepemilikan yang diproksi dengan kepemilikan manajerial dan kepemilikan
institusional yang mana disarankan dalam penelitian terdahulu yaitu oleh
Bestivano (2013) untuk menambahkan variabel lain yang mempengaruhi
perataan laba.
2. Objek penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang ada di BEI. Sedangkan
objek penelitian sebelumnya adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEI. Alasan peneliti mengambil objek penelitian seluruh perusahaan di BEI yaitu
semakin banyak sampel perusahaan maka hasil pengujiannya dapat menjadi lebih
akurat.
3. Periode penelitian ini mengambil tahun 2012-2014. Sedangkan, periode
penelitian sebelumnya mengambil tahun 2006-2010. Alasan peneliti mengambil
tahun 2012-2014 karena periode tersebut menunjukkan kondisi yang paling
8

aktual berkaitan dengan masalah yang ingin diteliti sehubungan dengan IAI yang
telah mencanangkan dilaksanakannya program konvergensi IFRS yang
diberlakukan secara penuh pada 1 Januari 2012.

1.2 Ruang Lingkup Penelitian


Untuk menghindari pembahasan yang menyimpang dari pokok permasalahan
yang telah diajukan dalam penulisan skripsi ini, maka perlu adanya batasan, sehingga
dalam pembahasan selanjutnya dapat berfokus pada pokok permasalahan.
Dalam penulisan skripsi ini ruang lingkup penelitian yang ingin dikemukakan
adalah pengaruh kualitas audit, struktur kepemilikan dan konvergensi IFRS terhadap
perataan laba. Manajemen laba mempunyai banyak pola, sehingga dalam penelitian
ini hanya berfokus pada pola praktik perataan laba. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisa hubungan kausalitas yang digunakan untuk menjelaskan pengaruh
variabel independen, yaitu kualitas audit, struktur kepemilikan dan konvergensi IFRS
terhadap variabel dependen, yaitu perataan laba. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam periode
penelitian 2012-2014. Data yang diteliti berupa data sekunder yang didapat dari situs
Bursa Efek Indonesia (BEI), yaitu melalui www.idx.co.id dan dengan periode
pengamatan dari tahun 2012, 2013, dan 2014.

1.2.1 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan permasalahan yang hendak
diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah kualitas audit secara parsial berpengaruh terhadap praktik perataan laba
pada perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014?
2. Apakah kepemilikan manajerial secara parsial berpengaruh terhadap praktik
perataan laba pada perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014?
3. Apakah kepemilikan institusional secara parsial berpengaruh terhadap praktik
perataan laba pada perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014?
4. Apakah profitabilitas secara parsial berpengaruh terhadap praktik perataan laba
pada perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014?
5. Apakah konvergensi International Financial Reporting Standards (IFRS) secara
parsial berpengaruh terhadap praktik perataan laba pada perusahaan yang
terdaftar di BEI tahun 2012-2014?
9

6. Apakah kualitas audit, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional,


profitabilitas dan konvergensi IFRS secara simultan berpengaruh terhadap
praktik perataan laba pada perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian


1.3.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk menemukan
bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis pengaruh kualitas audit secara parsial terhadap praktik
perataan laba pada perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014.
2. Untuk menganalisis pengaruh kepemilikan manajerial secara parsial terhadap
praktik perataan laba pada perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014.
3. Untuk menganalisis pengaruh kepemilikan institusional secara parsial terhadap
praktik perataan laba pada perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014.
4. Untuk menganalisis pengaruh profitabilitas secara parsial terhadap praktik
perataan laba pada perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014.
5. Untuk menganalisis pengaruh konvergensi International Financial Reporting
Standards (IFRS) secara parsial terhadap praktik perataan laba pada perusahaan
yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014.
6. Untuk menganalisis pengaruh kualitas audit, kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional, profitabilitas dan konvergensi IFRS secara simultan
terhadap praktik perataan laba pada perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2012-
2014.

1.3.2 Manfaat Penelitian


a. Kontribusi Teoritis
1. Masyarakat, sebagai sarana informasi tentang kinerja auditor serta menambah
pengetahuan akuntansi khususnya akuntansi keuangan dengan memberikan bukti
empiris tentang pengaruh kualitas audit, kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional, profitabilitas dan konvergensi IFRS secara simultan berpengaruh
terhadap terjadinya manajemen laba terutama praktik perataan laba pada
perusahaan.
2. Peneliti berikutnya, sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang akan
melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai topik ini.
10

b. Kontribusi Praktis
1. Perusahaan, diharapkan dapat memberikan manfaat dalam menilai sejauh mana
pengaruh pengaruh kualitas audit, kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional, profitabilitas dan konvergensi IFRS secara simultan berpengaruh
terhadap terjadinya manajemen laba terutama praktik perataan laba pada
perusahaan. Selain itu, diharapkan penelitian ini dapat berguna dan memberikan
gambaran tentang praktik perataan laba di masa depan.
2. Investor, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan
informasi yang dapat membantu para investor dalam mengambil keputusan yang
tepat untuk berinvestasi.
3. Kreditor, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan
informasi yang dapat membantu para kreditor dalam mengambil keputusan yang
tepat dalam pemberian pendanaan.

1.4 Ringkasan Metodologi Penelitian


Objek dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) dalam periode penelitian 2012-2014. Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu laporan keuangan dan laporan
tahunan semua perusahaan
Adapun variabel independen yang diteliti dalam penelitian ini adalah kualitas
audit, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, profitabilitas dan
konvergensi IFRS. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perataan laba.
Untuk variabel kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dapat diketahui
dalam bagian komposisi pemegang saham perusahaan. Untuk variabel kualitas audit
dapat diketahui melalui laporan auditor independen dengan melihat KAP yang
mengaudit laporan keuangan perusahaan. Untuk variabel perataan laba dapat
dihitung melalui rumus Indeks Eckel.
Metode analisis data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
perhitungan statistik, yaitu dengan penerapan EViews (Econometric Views). Dimana,
setelah variabel dalam penelitian dihitung maka selanjutnya dilakukan analisis data
menggunakan statistik deskriptif, uji asumsi klasik dan uji hipotesis untuk menguji
pengaruh variabel independen yaitu ukuran kap, kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional, konvergensi IFRS terhadap variabel dependen yaitu
perataan laba.
11

1.5 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan ini merupakan gambaran umum mengenai isi dari
keseluruhan pembahasan, yang bertujuan untuk memudahkan pembaca dalam
mengikuti alur pembahasan yang terdapat dalam penulisan makalah skripsi ini.
Adapun sistematika penulisan adalah sebagai berikut:

BAB 1 : PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang penelitian, perumusan masalah, ruang
lingkup penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, ringkasan metodologi
penelitian, tahapan penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB 2 : LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS


Bab ini berisi teori-teori yang terkait dengan topik yang dibahas dalam
skripsi. Bab ini memuat berbagai aspek tentang landasan teori yang
mengenai manajemen laba, income smoothing (perataan laba),
pengertian audit, struktur kepemilikan, profitabilitas dan konvergensi
IFRS. Dalam bab ini juga akan diuraikan tentang penelitian terdahulu,
kerangka pemikiran dan pengembangan hipotesis.

BAB 3 : METODA PENELITIAN


Bab ini berisi jenis dan sumber data, penentuan jumlah sampel, metode
pengumpulan sampel, metode analisis data, metode penyajian data, uji
statistik dan operasionalisasi variabel.

BAB 4 : ANALISIS DAN BAHASAN


Bab ini memuat hasil pengujian Indeks Eckel dan seluruh uji statistik
yang digunakan dalam rangka penelitian dan hasil pengolahan data yang
diperoleh.

BAB 5: SIMPULAN DAN SARAN


Bab ini berisi simpulan dan saran dari hasil dan analisis penelitian, serta
keterbatasan atas penelitian yang telah dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai