PENDAHULUAN
1
2
Secara umum laporan keuangan yang disajikan terdiri dari laporan posisi
keuangan, laba rugi, laporan laba ditahan,laporan arus kas, catatan atas laporan
keuangan.Namun ada kecenderungan pemakai laporan keuangan hanya
memperhatikan laba yang terdapat dalam laporan laba rugi. Situasi ini didasari
oleh manajemen terutama dari kalangan manajer yang kinerjanya diukur
berdasarkan informasi tersebut, sehingga mendorong timbulnya dysfunctional
behavior menurut Sugiarto (2003).
Manajemen laba (Earning management)adalah konsep yang dilakukan
perusahaan dalam mengelola laporan keuangan supaya terlihat memiliki kualitas
(quality of financial reporting) (Wildani, 2008). Karena pentingnya laporan ini
manajemen mempunyai kecenderungan membuat laporan keuangan menjadi
lebih baik, kadangkala manajemen melakukan hal-hal yang mengubah laporan
laba rugi untuk kepentingan pribadinya seperti mempertahankan jabatan atau
mendapatkan bonus yang tinggi. Biasanya laba yang stabil yaitu tidak banyak
fluktuasi dari suatu periode ke periode lain dinilai sebagai suatu prestasi baik.
Upaya menstabilkan laba ini disebut income smoothing (Koch, 1981 dalam
Merry, 2006)
Perataan laba (income smoothing) dapat didefinisikan sebagai cara yang
digunakan manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar
sesuai dengan target yang diinginkan baik secara artificial yaitu melalui
pendekatan akuntansi maupun secara real yaitu melalui rekayasa transaksi
(Koch, 1981 dalam Merry, 2006). Perataan laba merupakan fenomena umum
yang bertujuan untuk mengurangi variabilitas atas laba yang dilaporkan guna
mengurangi resiko pasar atas saham perusahaan yang pada akhirnya dapat
meningkatkan harga pasar perusahaan. Tindakan perataan laba ini telah dianggap
tindakan yang logis dan rasional, namun bisa merugikan pihak lain. Tindakan
perataan laba ini menyebabkan pengungkapan informasi mengenai penghasilan
bersih atau laba menjadi menyesatkan, sehingga menyebabkan terjadinya
kesalahan dalam pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan
3
dengan perusahaan khususnya pihak eksternal. Oleh karena itu Hector (1989)
dalam Merry (2006) menjelaskan bahwa perataaan laba merupakan salah satu hal
yang sering dilakukan manajeman untuk menyesatkan informasi laporan
keuangan.
Tujuan perusahaan melakukan perataan laba menurut Foster (1986) dalam
Merry (2006) adalah sebagai berikut :
1. Memperbaiki citra perusahaan dimata pihak luar ,bahwa perusahaan
tersebut memiliki resiko yang rendah,
2. Memberikan informasi yang relevan dalam melakukan prediksi terhadap
laba di masa yang akan datang,
3. Meningkatkan kepuasan relasi bisnis,
Meningkatkan persepsi pihak eksternal terhadap kemampuan manajemen,
dan ancaman pergantian manajer.
Penelitian tentang perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan
yang telah listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) telah banyak dilakukan namun
diperoleh hasil yang tidak konsisten. Seperti penelitian penelitian berikut ini:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Igan Budiasih(2009) tentang pengaruh
ukuran perusahaan, dengan hasil berpengaruh positif dan signifikan
terhadap praktik perataan laba. Berbanding terbalik dengan penelitian dari
Olivya Pramono (2013) yang menyatakan ukuran perusahaan tidak
berpengaruh positif terhadap praktik perataan laba.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Ni Wayan Piwi Indah Pratiwi Dan I Gusti
Ayu Eka Damayanti(2017) tentang pengaruh profitabilitas dengan hasil
berpengaruh positif dan signifikan terhadap praktik perataan laba.
Berbanding terbalik dengan penelitian dari Mohamad Rafki Nazar Dan
Wiwin Aminah(2017) yang menyatakan profitabilitassecara parcial tidak
berpengaruh positif terhadap praktik perataan laba.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Sari Wijoyo(2014) tentang pengaruh
kepemilikan perusahaan (instituonal)dengan hasil tidak berpengaruh
4
Mengacu pada permasalahan yang telah diuraikan pada paragraf diatas, maka
penulis bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul“Analisa Faktor
Faktor Yang Mempengaruhi Perataan Laba Pada Sektor Industri Barang
Konsumsi Pada Tahun 2016-2020” dengan faktor faktor berikut yakni ukuran
perusahaan, profitabilitas, kepemilikan perusahaan dan rasio hutang(financial
leverage) sebagai variable independenya
3. Bagi Akademisi,
Penelitian ini memberi bukti empiris tentang bagaimana pengaruh pengaruh
ukuran perusahaan, profitabilitas, kepemilikan perusahaan, dan rasio
hutang(financial leverage)
Terhadap praktik perataan laba. Selain itu juga dapat memperkaya bahan
kajian atau referensi di bidang keuangan penelitian yang akan datang.
4. Bagi Penulis,
Untuk menambah wawasan penulis dalam mengetahui pengaruh partisipasi
anggaran terhadap senjangan anggaran dengan gaya kepemimpinan dan
budaya organisasi sebagai variabel moderasi.
5. Bagi Pemerintah Daerah,
Sebagai bahan pertimbangan didalam melihat faktor yang mempengaruhi
senjangan anggaran sehingga hal-hal yang dapat mengurangi manfaat
anggaran itu sendiri dapat dihindari.
6. Bagi Peneliti Selanjutnya,
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi atau bukti empiris
mengenai pengaruh partisipasi anggaran terhadap senjangan anggaran.
2. BAB II
Merupakan bagian tinjauan pustaka, berisi teori-teori yang melandasi
penelitian ini dan menjadi dasar acuan teori, penelitian terdahulu, kerangka
pemikiran, dan pengembangan hipotesis.
3. BAB III
Membahas mengenai metode penelitian yang menjelaskan tentang variabel
penelititan dan definisi operasional, metode penelitian, metode pengambilan
sampel, jenis data yang digunakan beserta sumbernya, teknik pengambilan 9
data, dan metode analisis yang digunakan untuk menganalisis hasil pengujian
sampel
4. BAB IV
Merupakan bagian pembahasan, yang berisi tentang pengujian atas hipotesis
yang dibuat dan penyajian hasil dari pengujian tersebut, serta pembahasan
tentang hasil analisis yang dikaitkan dengan teori yang berlaku.
5. BAB V
Merupakan bagian penutup, yang berisi simpulan yang diperoleh dari hasil
analisis pada bab sebelumya, keterbatasan penelitian serta saran bagi
penelitian berikutnya.
7
BAB II
LANDASAN TEORI
8
9
pelaporan laba untuk periode saat ini lebih besar dari periode
yang akan datang.
2. The Debt/Equity Hypothesis (Debt Convenant Hypothesis)
Diasumsikan ketika hal-hal lain dalam keadaan tetap dan
perusahaan mempunyai debt to equity ratio yang tinggi, manajer
perusahaan cenderung menggunakan metode akuntansi yang
dapat meningkatkan pendapatan atau laba. Hal tersebut
dikarenakan perusahaan dengan debt to equity ratio yang tinggi
akan mengalami kesulitan dalam memperoleh dana tambahan
dari pihak kreditur bahkan perusahaan terancam perjanjian
hutang.
3. The Political Cost Hypothesis (Size Hypothesis)
Dalam hipotesis ini semua hal-hal lain dianggap tetap, ketika
perusahaan mengeluarkan biaya untuk kepentingan politik
dengan jumlah yang besar maka perusahaan tersebut akan
cenderung menggunakan metode akuntansi yang dapat membuat
pelaporan laba pada periode berjalan lebih rendah daripada
pelaporan laba sesungguhnya. Semakin besar perusahaan maka
biaya politik yang terjadi akan cenderung semakin besar pula.
jumlah laba maka bonus yang akan didapat oleh karyawan juga
akan meningkat.
6. Sebagai alat motivasi manajemen dalam pengendalian
perusahaan.Laba yang berfluktuasi akan menimbulkan
kekhawatiran manajemen. Agar stabilitas perusahaan tidak
terganggu maka diperlukan pengendalian yang baik dari
perusahaan. Berfluktuasinya laba ini dapat dijadikan sebagai alat
motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan.
7. Sebagai dasar untuk kenaikan kemakmuran.
Kemakmuran karyawan perusahaan dapat dipengaruhi dari
tingkat laba yang diperoleh perusahaan. Semakin tinggi laba
maka bonus yang diberikan kepada karyawan akan semakin
tinggi dan mengakibatkan meningkatnya kemakmuran karyawan
yang bersangkutan.
2.1.5 Pola Manajemen Laba
Scott (2003) dalam Ratnasari (2012) menjelaskan bahwa pola
manajemen laba yang sering dilakukan oleh suatu perusahaan adalah
sebagai berikut:
1. Taking Bath
Taking bath yaitu tindakan manajemen dengan cara melaporkan
biaya-biaya pada masa mendatang di masa kini dan menghapus
beberapa aktiva. Hal ini juga memberi kesempatan bagi manajer
yang mempunyai net income di bawah bogey (tingkat laba
minimum untuk memperoleh bonus) untuk menaikkan bonus di
masa yang akan datang. Tindakan ini biasanya dilakukan bila
perusahaan mengadakan restrukturisasi atau reorganisasi.
2. Income Minimization
Income minimization yaitu. tindakan yang dilakukan untuk
menghapus modal aset, beban iklan, pengeluaran R&D, dan
sebagainya dengan tujuan untuk mencapai suatu tingat return on
14
Di lain pihak menurut Dye (1988) dalam Suwito dan Herawaty (2005)
menyatakan pemilik mendukung perataan laba karena adanya
motivasi internal dan motivasi eksternal.
CV ΔI danCV ΔS=
√ Σ(Δx −ΔX )²
n−1
: ΔX
Keterangan :
ΔX = perubahan laba (I) atau pendapatan (S)
ΔX = rata-rata perubahan laba (I) atau pendapatan (S)
N = banyaknya tahun yang diamati
- Jika nilai Indeks Eckel ≥ 1, maka perusahaan tidak melakukan
perataan laba dan diberi simbol 0.
- Jika nilai Indeks Eckel < 1, maka perusahaan melakukan praktik
perataan laba dan diberi symbol 1. Menurut (Suwito
danArleen,2005).
2.2 PENELITIAN TERDAHULU
No
Nama Judul Variable Metode Hasil
Peneliti Penelitia
n
Ukuran Perusahaan
(X1) H1
Profitabilitas
( X2) H2
PERATAAN
LABA
Kepemilikan H3
Perusahaan (X3)
Rasio Hutang
(X4)) HH4
35
37
orang lain atau lewat dokumen. Data sekunder penelitian ini adalah laporan
keuangan perusahaan auditan perusahaan perdagangan sub sektor
38
39
CV ΔI danCV ΔS=
√ Variance
Expected Value
Atau
CV ΔI danCV ΔS=
√ Σ(Δx −ΔX )²
n−1
: ΔX
Keterangan:
Δx : Perubahan laba (I) atau penjualan (S) antara tahun n dengan tahun n-1
ΔX : Rata-rata perubahan laba (I) atau penjualan (S) antara tahun n dengan
n-1
Total Hutang
DER ( Dept Equity Ratio)= × 100 %
Total Modal
3. Profitabilitas
Profitabilitas perusahaan diukur dengan kesuksesan perusahaan
dan kemampuan menggunakan aktivanya secara produktif, dengan
demikian profitabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan
membandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode
dengan jumlah aktiva atau modal perusahaan.profitabilitas adalah hasil
bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan yang menunjukkan
pengaruh gabungan dari kebijakan likuiditas, menajemen aktiva dan
manajemen utang terhadap hasil operasi (Brigham Dan Houston,2001).
Perhitungan ROA menurut Wild dkk (2005) adalah sebagai berikut :
45
adalah sebagai alat bantu untuk menyajikan informasi statistik hasil pengujian
hipotesis yang mudah dipahami oleh pembaca dan dapat dipercaya.
Penelitian ini menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan analisis
regresi logistik untuk menghasilkan data statistik yang mudah dipahami dan
dapat dipercaya. Berikut akan dijelaskan metode pengujian hipotesis yang
digunakan:
3.6.1 Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistic deskripstif adalah suatu cara pesdeskripsian yang
berdasarkan data yang dimiliki Yaitu dengan cara menata data tersebut
sedemikian rupa sehingga dapat dipahami dengan mudah. Metode ini
merupakan analisis yang paling mendasar untuk menggambarkan data
secara umum. Jadi dalam hal ini terdapat aktivitas atau proses
pengumpulan dan pengolahan data berdasarkan tujuannya. Ghozali
(2001) mengatakan bahwa tujuan dari statistik deskriptif adalah untuk
memberi gambaran suatu data yang dilihat dari rata-rata, maksimum,
minimum, dan standar deviasi.
3.6.2 Analisis Regresi Logistik
Teknik yang dipakai untuk menganalisis data pada penelitian kali
ini yaitu menggunakan teknik regresi logistik. Alasan digunakannya
model regresi logistik ini adalah karena variabel dependennya
merupakan variabel dummy. Menurut ghozali (2006) pengujian
multivariate dengan binary logistic regression tidak memerlukan uji
normalitas atas variabel bebas yang digunakan dalam model, artinya
bahwa variabel penjelas tidak harus memiliki distribusi normal, linear,
maupun memiliki varian yang sama dalam setiap grup. Hal ini
disebabkan oleh teknik estimasi variabel dependen yang melandasi
logistic regression adalah maximum likelihood bukan asumsi ordinary
least square (ols). Dalam pengujian multivariate akan digunakan
analisis regresi logistik dengan model:
Y= α + β1(Lnsize) + β2(DER) + β3(ROA) + + β4(MOWN) + e
47
Dimana:
1. Y : untuk perusahaan sample yaitu satu untuk
perata laba dan 0 untuk perusahaan bukan perata
laba
2. α : Konstanta
3. β : Koefisien Regresi
4. Lnsize : Ukuran Perusahaan
5. DER : Rasio Hutang / Leverage Operasi
6. ROA : Return On Asset
7. MOWN : Kepemilikan Perusahaan
8. e : Error
Menurut ghozali (2007) untuk melihat odds atau probabilitas
perusahaan tersebut melakukan perataan laba, dapat dicari
menggunakan persamaan:
Ln (odds) = α + β1(Lnsize) + β2(DER) + β3(ROA) + + β4(MOWN)
Apabila hubungan antara odds dan probabilitas adalah:
Maka:
P
ODD=
1−P
Maka,
P
LN = α + β1(Lnsize) + β2(DER) + β3(ROA) + β4(MOWN)
1−P
Dimana:
P
1.ln : Income Smoothing
1−P
2. α : Konstanta
3. Β : Koefisien Regresi
4. P : Probabilitas Atau Kemungkinan Tindakan
Perataan Laba Konstanta
5. Lnsize : Ukuran Perusahaan
48
3.7.2 Uji F