Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Airlangga
2018
Nama : Putri Dian Pertiwi
NIM : 041511233223
Judul : Earning Management: Analysis of Earning Power, Free Cash Flow, Leverage, and
IFRS Convergence
2. Arus kas keluar netto (net outflow of cash), yaitu: arus kas yang diperlukan untuk
investasi baru.
a. Bersifat rutin, misalnya: pe,belian bahan baku dan bahan pembantu,
membayar upah dan gaji, membeli peralatan kantor habis pakai, dan lain-lain
b. Bersifat tidak rutin, misalnya: pembelian aset, pembayaran angsuran urang,
pembayaran dividen, dan lain-lain
Dari definisi diatas, dapat diketahui bahwa arus kas merupakan jumlah kas yang
mengalir masuk dan keluar dari suatu periode tertentu. dengan kata lain, arus kas adalah
perubahan yang terjadi dalam pos kas suatu periode tertentu.
2.1.3.2 Pengertian Laporan Arus Kas
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia melalui PSAK No.2 Paragraf 9 mengemukakan
bahwa “Laporan arus kas melaporkan penerimaan kas selama periode tertentu dan
diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan”.
Pengertian laporan arus kas menurut Henry Simamora (2000:488) adalah sebagai
berikut “Laporan arus kas (Cash Flow Statement) adalah laporan keuangan yang
memperlihatkan pengaruh dari aktivitas-aktivitas operasi, pendanaan dan investasi
perusahaan terhadap arus kas selama periode akuntansi tertentu dalam suatu cara yang
merekonsiliasi saldo awal dan saldo akhir.” Laporan arus kas menyajikan arus kas masuk dan
arus kas keluar dari kegiatan operasi, kegiatan investasi dan kegiatan pendanaan yang
dilakukan oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu.
2.1.3.3 Klasifikasi Laporan Arus Kas
Menurut Sofyan Syafri Harahap (2001:258) arus kas masuk dan arus kas keluar suatu
perusahaan dalam satu periode dapat diklasifikasikan menjadi 3 kategori, yaitu :
1. Aktivitas-aktivitas Operasi
Aktivitas operasi melibatkan produksi dan pengiriman barang untuk dijual serta
penyediaan jasa. Arus kas dari aktivitas-aktivitas operasi biasanya menunjukan dampak dari
transaksi-transaksi yang masuk ke dalam penentuan laba bersih. Termasuk dalam kategori
sebagai arus kas masuk (cash inflow) adalah penerimaan kas dari pelanggan untuk barang
dan jasa yang dibelinya, pendapatan bunga dan deviden atas pinjaman sedangkan dalam
kategori arus kas keluar (cash out flows) adalah pembayaran untuk gaji barang dan jasa dan
beban operasi.
2. Aktivitas-aktivitas Investasi
Aktivitas ini biasanya mencakup transaksi-transaksi:
Pemberian pinjaman dan penagihan pokok pinjaman dan
Perolehan dan penjualan
Surat berharga yang tidak setara kas dan
Aktiva-aktiva produktif yang diharapkan menghasilkan pendapatan selama
beberapa periode.
3. Aktivitas-aktivitas Pendanaan
Aktivitas pendanaan meliputi perolehan atau pengembalian sumber daya dari atau
kepada pemiliknya dan pemberian imbalan atas investasi mereka, serta perolehan sumber
daya dari kreditor dan pembayaran kembali jumlah yang dipinjam, atau pelunasan kewajiban.
Contoh arus kas masuk dari aktivitas-aktivitas pendanaan meliputi penerbitan wesel, obligasi,
hipotik, pinjaman-pinjaman jangka pendek lainnya. Serta penerbitan saham biasa dan saham
preferen.
2.1.3.4 Pengertian Arus Kas Bebas
Menurut Brigham & Houston (2001) mendefinisikan arus kas bebas sebagai berikut :
“Arus kas bebas yang berarti arus kas yang benar-benar tersedia untuk didistribusikan kepada
seluruh investor (pemegang saham dan pemilik utang) setelah perusahaan menempatkan
seluruh investasinya pada aktiva tetap, produk-produk baru, dan modal kerja yang dibutuhkan
untuk mempertahankan operasi yang sedang berjalan”.
Menurut Wild, John J, K.R Subramanyam (2010), arus kas bebas adalah: “Arus kas
bebas adalah turunan analisis laporan arus kas yang bermanfaat adalah perhitungan arus kas
bebas (free cash flow-fcf). Sebagaimana ukuran analisis lainya, komponen-komponen
perhitungan tersesbut harus diperhatikan. Motivasi tersembunyi dalam pelaporan komponen
yang digunakan untuk menghitung arus kas bebas terkadang mempengaruhi manfaatnya.
Meskipun kesepakatan atas definisi pasti arus kas bebas.”
Menurut Peni R. Pramono (2008) arus kas bebas adalah: “Arus kas bebas adalah uang
tunai yang benar-benar bisa disediakan oleh perusahaan untuk para investornya setelah
perusahaan bisa memiliki aktiva tetap dan memiliki cukup modal kerja untuk menunjang
kegiatan bisnisnya termasuk memelihara aktiva tetapnya”.
Menurut Cited in Kewon, Scott, Martin, and Petty, (1996) definisi arus kas bebas
adalah “Free cash flow is cash flow in excess of than required to fund all projects than have
positive net present values when discounted at the relevant cost of capital”, yang artinya free
cash flow adalah arus kas yang dibutuhkan untuk menandai semua kegiatan dimana memiliki
nilai saat ini yang positif setelah dikurangi modal kerja.
Sedangkan definisi aliran kas bebas menurut Gitman (2009:115) yakni arus kas bebas
merupakan jumlah arus kas yang tersedia bagi investor (kreditur dan pemilik) setelah
perusahaan telah memenuhi semua kebutuhan operasi dan dibayar untuk investasi pada aktiva
tetap bersih dan aktiva lancar. Aliran kas bebas dapat didefinisikan sebagai berikut :
FCF = operating cash flow - net fixed assets investment – net current asset investment
Dimana:
Operating cash flow (arus kas operasi) = laba operasi bersih setelah pajak +
penyusutan
Net fixed assets investment (investasi aktiva tetap bersih) = perubahan aktiva tetap
bersih + penyusutan
Net current assets investment (investasi aktiva lancar) = perubahan aktiva lancar –
utang usaha
2.1.4 Leverage
2.1.4.1 Pengertian Leverage
Menurut Harahap (2013) leverage adalah rasio yang menggambarkan hubungan
antara utang perusahaan terhadap modal, rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan
dibiayai oleh utang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh
modal.
Menurut Fahmi (2012) leveragemerupakan ukuran yang dipakai dalam menganalisis
laporan keuangan untuk memperlihatkan besarnya jaminan yang tersedia untuk kreditor.
Rasio leverage merupakan rasio yang mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan
utang.
Sedangkan dalam arti luas Kasmir (2012) mengatakan bahwa rasio leverage
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya,
baik jangka panjang maupun jangka pendek apabila perusahaan dilikuidasi.
2.1.4.2 Jenis Leverage
Gitosudarmo (2001:228) berpendapat bahwa ada dua macam leverage, yaitu :
1. Leverage Operasi (operating leverage)
Leverage operasi adalah seberapa besar perusahaan menggunakan beban tetap
operasional (Hanafi, 2004:327). Menurut Syamsuddin (2001:107), leverage operasi adalah
kemampuan perusahaan di dalam menggunakan fixed operating cost untuk memperbesar
pengaruh dari perubahan volume penjualan terhadap earning before interest and
taxes (EBIT).
Leverage operasi timbul sebagai suatu akibat dari adanya beban-beban tetap yang
ditanggung dalam operasional perusahaan. Perusahaan yang memiliki biaya operasi tetap atau
biaya modal tetap, maka perusahaan tersebut menggunakan leverage. Dengan
menggunakan operating leverage perusahaan mengharapkan bahwa perubahan penjualan
akan mengakibatkan perubahan laba sebelum bunga dan pajak yang lebih besar.
Beban tetap operasional tersebut biasanya berasal dari biaya depresiasi, biaya
produksi dan pemasaran yang bersifat tetap misal gaji karyawan. Sebagai kebalikannya
adalah beban variabel operasional. Contoh biaya variabel adalah biaya tenaga kerja yang
dibayar berdasarkan produk yang dihasilkan.
Leverage operasi adalah pengaruh biaya tetap operasional terhadap kemampuan
perusahaan untuk menutup biaya tersebut. Dengan kata lain pengaruh perubahan volume
penjualan (Q) terhadap laba sebelum bunga dan pajak (EBIT). Besar kecilnya leverage
operasi dihitung dengan DOL (Degree of operating leverage) yang dirumuskan sebagai
berikut:
Financial leverage adalah penggunaan sumber dana yang memiliki beban tetap dengan
beranggapan bahwa akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar dari pada
beban tetapnya sehingga akan meningkatkan keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham
(Sartono, 2008:263).
Kebijakan perusahaan mendapatkan modal pinjaman dari luar ditinjau dari bidang
manajemen keuangan, merupakan penerapan Financial Leverage dimana perusahaan
membiayai kegiatannya dengan menggunakan modal pinjaman serta menanggung suatu
beban tetap yang bertujuan untuk meningkatkan laba per lembar saham.
Financial Leverage timbul karena adanya kewajiban-kewajiban finansial yang
sifatnya tetap (fixed financial charges) yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Kewajiban-
kewajiban finansial yang tetap ini tidaklah berubah dengan adanya perubahan tingkat EBIT
dan harus di bayar tanpa melihat sebesar apa pun tingkat EBIT yang dicapai perusahaan.
Besar kecilnya leverage finansial dihitung dengan DFL (Degree of financial
leverage). DFL menunjukkan seberapa jauh perubahan EPS karena perubahan tertentu dari
EBIT. Makin besar DFL nya, maka makin besar risiko finansial perusahaan tersebut. Dan
perusahaan yang mempunyai DFL yang tinggi adalah perusahaan yang mempunyai utang
dalam proporsi yang lebih besar. DFL (Degree of financial leverage) dirumuskan sebagai
berikut:
DFL yang besar menunjukkan bahwa perubahan tingkat EBIT akan menghasilkan perubahan
yang besar pada laba bersih (EAT) atau pendapatan per lembar saham (EPS). Beban tetap
bunga ini pada kenyataannya dapat berupa beban seluruh utang atau obligasi yang ada dan
biaya deviden untuk saham preferen yang mempunyai beban pembayaran tetap setelah
perhitungan sebelum pajak.
Kalau perusahaan dengan menggunkan dana dengan beban tetap itu menghasilkan
efek yang menguntungkan bagi pemegang saham biasa (pemilk modal sendiri) yaitu : dalam
bentuknya memperbesar earning per share (EPS) nya dikatakan perusahaan itu menjalankan
trading in equity. Leverage Keuangan menunjukkan penggunaan beban tetap bunga pada
struktur biaya perusahaan sehingga mempengaruhi tingkat laba bersih (EAT) yang diterima
oleh pemilik. Financial Leverage adalah kepekaan dari perubahan pendapatan per lembar
saham (EPS) karena perubahan laba operasi (EBIT). Kepekaan perubahan ini di ukur dengan
derajat Financial Leverage (degree of financial leverage / DFL) yaitu persentase perubahan
pendapatan per lembar saham (EPS) dibagi dengan persentase perubahan laba operasi (EBIT)
serta financial leverage dapat di ukur dengan Leverage Factor yaitu perbandingan total
hutang dengan total aktiva. Secara aljabar ditulis sebagai berikut :
2.3 Hipotesis
Berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu yang telah dijelaskan
sebelumnya, maka perumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Rentabilitas ekonomi berpengaruh positif terhadap manajemen laba
perusahaan
Arus kas bebas berpengaruh positif terhadap manajemen laba perusahaan
Tingkat penggunaan utang berpengaruh positif terhadap manajemen laba
perusahaan
Konvergensi IFRS dengan perlindungan investor sebagai variabel pemoderasi
berpengaruh negatif terhadap manajemen laba
2.4 Metode Analisis
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier
berganda untul melakukan pengujian hipotesis dengan persamaan regresi sebagai berikut.
EM = α + β1EP + β2FCF + β3LEV + β3IFRS + ε
Keterangan:
EM = Earning Management
EP = Earning Power
FCF = Free Cash Flow
LEV = Leverage
IFRS = IFRS Convergence