Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Laporan keuangan merupakan alat utama bagi para manager untuk

mencapai tujuan yang efektif dan menghasilkan fungsi pertanggungjawaban

dalam organisasi. Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No 1,

menjelaskan bahwa informasi laba selalu menjadi target rekayasa tindakan

oportunis manajemen untuk memaksimumkan kepuasa pribadi. Tindakan

oportunis tersebut dilakukan dengan memilih kebijakan akuntansi, sehingga laba

perusahaan tersebut dapat diatur, dinaikkan maupun diturunkan hasilnya sesuai

dengan keinginan. Perilaku manajemen yang mengatur laba sesuai dengan

keinginannya ini disebut dengan istilah manajemen laba (earnings management).

Manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan judgment dalam

pelaporan keuangan dan menata transaksi untuk mengubah laporan keuangan

untuk menyesatkan para pemangku kepentingan mengenai kinerja ekonomik

perusahaan atau untuk memperngaruhi hasil kontrak yang bergantung pada angka

akuntansi yang dilaporkan karena laba yang dilaporkan overvalued atau

undervalued tergantung target manajemen (Healy dan Wahlen, 1999; Schipper,

1989).

Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan bahwa manajemen laba muncul

akibat perbedaan kepentingan antara pemilik (principal) dan manajemen (agent)

yang sering disebut dengan konflik keagenan serta adanya informasi berbeda yang

1
2

diterima, dimana informasi yang diterima oleh principal lebih sedikit dari pada

agent. Oleh karena itu, manajemen seringkali menggunakan informasi ini untuk

meningkatkan kesejahteraannya sendiri, dan bukan kesejahteraan pemiliknya.

Peningkatan kesejahteraan manajer dilakukan melalui manajemen laba (Tandry et

al., 2014). Jadi, adanya konflik keagenan mengarah pada manajemen laba

(Rahmawati et al., 2015).

Seperti halnya pada salah satu kasus manajemen laba yang terjadi di

Indonesia yaitu perusahaan PT. Inovisi Infracom pada tahun 2015. Dimana kasus

pada perusahaan ini bermula ketika Bursa Efek Indonesia (BEI) menemukan

indikasi terjadinya manipulasi laba. Indikasi manajemen laba ditemukan ketika

laporan keuangan yang diterbitkan tidak sesuai dan mengalami banyak kesalahan-

kesalahan yang mencolok terutama pada penerimaan, pembayaran kas pada

karyawan, laba bersih per saham, aset tetap, utang pada pihak ketiga dan berelasi.

BEI juga mempertanyakan perubahan angka terhadap pembayaran kas kepada

karyawan, dimana pada laporan keuangan tersebut tidak memunculkan penjelasan

adanya perubahan. Pembayaran kas kepada karyawan yang sebelumnya bernilai

Rp1,9 triliun pada kuartal ketiga 2014 mengalami perubahan menjadi Rp 59

miliar (finance.detik.com, 2019).

Perusahaan Toshiba, dimana dalam (www.tribunnews.com, 2015) terdapat

21 kasus pembukuan per 31 Maret 2014, terutama terkait pekerjaan konstruksi,

perhitungan dan pembukuan. Toshiba telah ditempa sehingga pendapatan

perusahaan meningkat. Toshiba telah secara resmi mengumumkan kesalahan

perhitungan sebesar 54,8 miliar yen. Namun, banyak pengamat dan ahli
3

memperkirakan penipuan pembukuan diperkirakan mencapai 150 miliar yen. Dari

fenomena akibat praktik manajemen laba yang dapat merugikan kegiatan

operasional perusahaan itu sendiri untuk jangka panjang dan dapat merugikan

perusahaan sehingga dapat mengakibatkan perusahaan bangkrut (Deny dan

khafid, 2018).

Perilaku manajemen laba bisa mengakibatkan citra perusahaan menjadi

buruk, sehingga dapat mengurangi tingkat kepercayaan pihak eksternal pada

perusahaan dan menciptakan pengambilan keputusan yang berujung menyesatkan

seperti pengambilan keputusan investor untuk berinvestasi kepada perusahaan

(Kristianti dan Muslih, 2019). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-

faktor apa saja yang dapat mempengaruhi manajemen laba dalam perusahaan.

Niat untuk memperoleh bonus dapat memotivasi manajer untuk

melakukan manajemen laba, Scott (2015). Almadi dan Lazic (2016) menyatakan

bahwa kompensasi insentif CEO memiliki hubungan positif terhadap manajemen

laba. Kompensasi menurut Kwon (2012) disebutkan bahwa kompensasi bonus

eksekutif berpengaruh positif terhadap perubahan laba. Deni dan Kafid (2018)

menjelaskan bahwa kompensasi bonus tidak berpengaruh pada manajemen laba

akan tetapi berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan.

Selain motivasi bonus, kepribadian manajer juga mempengaruhi keputusan

mereka untuk melakukan manajemen laba atau tidak (Purwaningsih, et. al., 2019).

Penelitian sebelumnya memberikan bukti bahwa manajer melakukan manajemen

laba untuk mendapatkan bonus (Healy, 1985; Holthausen et al., 1995). Manajer

memiliki insentif untuk menggeser pendapatan dengan mempertimbangkan


4

apakah pendapatan berada di bawah target yang ditetapkan, antara target dan batas

atas, atau di atas batas atas. Jika pendapatan berada di atas batas atas, manajer

memiliki insentif untuk mengurangi pendapatan yang dilaporkan melalui

pendapatan yang tertunda. Penundaan pendapatan memberikan harapan untuk

peningkatan bonus di masa depan. Sehingga dengan adanya kompensasi bonus

dapat mempengaruhi manajer untuk melakukan praktik manajemen laba.

Bukti hubungan sebelumnya antara kepemilikan manajerial dan

manajemen laba beragam. Teori keagenan klasik memprediksi adanya konflik

kepentingan antara pemegang saham terutama stakeholders luar dan manajer yang

bertindak sebagai agen pemegang saham (Berle & Means, 1932; Jensen &

Meckling, 1976). Kepemilikan manajerial yang lebih tinggi dapat menyelaraskan

kepentingan pemegang saham dan manajemen serta mengurangi biaya keagenan.

Konsisten dengan perspektif efek keselarasan, banyak penelitian berpendapat

bahwa kepemilikan manajerial yang lebih tinggi membantu mengurangi

manajemen laba (Warfield et al., 1995; Klein, 2002; Ebrahim, 2007). Namun,

beberapa penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial berhubungan

positif dengan manajemen laba (Cheng & Warfield, 2005; Guidry, Leone, &

Rock, 1999), karena manajer juga mencoba untuk memaksimalkan nilai

kepemilikan saham mereka (Yang, Lai, & Leing Tan, 2008).

Hasil penelitian mengenai kepemilikan manajerial oleh Bayu dan Sukartha

(2020) mengungkapkan hasil penelitian pada perusahaan yang mengakuisisi

sebelum melakukan merger dan akuisisi dengan meningkatkan laba laporan dan

menunjukkan hasil yang menjelaskan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh


5

positif terhadap manajemen laba. Dalam studi lainnya, Al-Fayoumi, Abuzayed,

dan Alexander (2010) melaporkan bahwa kepemilikan orang dalam berpengaruh

signifikan dan positif terhadap manajemen laba. Reyna (2012) menginvestigasi 90

perusahaan listing di Mexico menjelaskan bahwa struktur kepemilikan dan dewan

direksi mempengaruhi manajemen laba serta jenis pengaruhnya tergantung pada

ada tidaknya peluang investasi. Berbeda dengan Alves (2012) menemukan bahwa

akrual diskresioner sebagai proksi untuk manajemen laba berhubungan negatif

baik dengan kepemilikan manajerial dan konsentrasi kepemilikan. Secara khusus,

hasil penelitian ini menunjukkan bahwa baik kepemilikan manajerial maupun

konsentrasi kepemilikan menghambat manajemen laba.

Di antara berbagai bentuk manajemen laba, Menurut teori keagenan,

kepemilikan manajerial dapat mendorong manajer untuk meningkatkan nilai

perusahaan dan menyelaraskan kepentingan antara manajer dan pemegang saham.

Misalnya, kepemilikan manajerial dapat meningkatkan perlindungan kontraktual

dan keamanan kerja CEO, yang membantu mengurangi jangka pendek manajerial

melalui manajemen laba (Chen, Cheng, Lo, & Wang, 2015; DeFond & Park,

1997). Akibatnya, kepemilikan manajerial yang lebih tinggi dapat membatasi

insentif manajer untuk memanipulasi pendapatan untuk meningkatkan

kompensasi jangka pendek. Semakin tinggi persentase kepemilikan manajerial,

maka semakin besar pengaruh negatif manajemen laba terhadap mereka, (Nanyan

et. al, 2020).

Zamri et. al (2013) menjelaskan bahwa financial leverage merupakan

salah satu sistem pengendalian dan pengawasan untuk membatasi manajemen


6

laba. Menurut Agustia (2013) financial leverage berpengaruh terhadap

manajemen laba karena perusahaan yang mempunyai rasio financial leverage

yang tinggi, berarti proporsi utangnya lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi

aktivanya dan akan cenderung melakukan manipulasi dalam bentuk manajemen

laba. Semakin tinggi leverage suatu perusahaan, maka perusahaan memiliki risiko

keuangan yang tinggi sehingga menjadi sorotan dari para Debtholders (Laksito,

2015).

Di satu sisi, beberapa penelitian menjelaskan bahwa financial leverage

terlihat positif terkait dengan manajemen laba ketika perusahaan ingin

mengurangi kemungkinan pelanggaran perjanjian utang dan meningkatkan tawar-

menawar perusahaan selama negosiasi utang (Defond dan Jiambalvo, 1994;

Iatridis dan Kadorinis, 2009; Chamberlain dkk., 2014). (Safa dan Jilani, 2018)

menemukan bahwa financial leverage perusahaan memiliki efek positif terhadap

manajemen laba untuk perusahaan Prancis. Hasil empiris menunjukkan bahwa

peningkatan financial leverage memberikan insentif bagi manajer untuk

memanipulasi pendapatan. Di sisi lain, penelitian lain menemukan hubungan

negatif antara financial leverage dan manajemen laba (Rodriguez-Pérez dan Van

Hemman (2010), Wassimullah Toor dan Abbas (2010), Alshairiri dan Salama

(2011), Zamri et al. (2013), Afza dan Rashid (2014), menunjukkan bahwa

manajer di perusahaan financial leverage mungkin menghadapi kontrol dari

kreditur, sehingga sulit bagi mereka untuk terlibat dalam manajemen laba.

Bilal dan Azzedine (2020) menjelaskan bahwa rasio financial leverage

tidak mempengaruhi manajemen laba pada perusahaan Aljazair. Namun, biaya


7

hutang berpengaruh positif terhadap manajemen laba pada perusahaan Aljazair.

Selain itu, Jelinek (2007), Zagers-Mamedova (2009) dan Wassimullah Toor dan

Abbas (2010) menemukan dampak dari financial leverage terhadap manajemen

laba tersebut berbeda pada perusahaan yang meningkatkan financial leverage dan

perusahaan dengan financial leverage tinggi. Dimana manajemen laba

menunjukkan hasil lebih tinggi pada perusahaan yang meningkatkan financial

leverage dari pada perusahaan dengan financial leverage tinggi. Adapun

kesimpulannya bahwa peningkatan financial leverage perusahaan menciptakan

lebih sedikit akrual diskresioner untuk memanipulasi pendapatan mereka (Jelinek,

2007) dan (Wassimullah Toor dan Abbas, 2010).

Salah satu motivasi dari manajemen laba adalah perpajakan; meningkatkan

pendapatan untuk mengurangi beban pajak di tahun berikutnya (Jasrial, et. al,

2018). Manajemen menggunakan pajak tangguhan untuk memanipulasi laba,

karena kenaikan jumlah pajak tangguhan meningkatkan praktik manajemen laba,

Kasim dan Mansour (2020). Manajemen dapat menggunakan pajak tangguhan

untuk memanipulasi laba dengan mengubah komponen Beban Pajak Aset

(Deferred Tax Assets) atau Kewajiban Pajak Tangguhan (Deferred Tax

Liabilities), yang mempengaruhi nilai Beban Pajak Tangguhan (Deferred Tax

Espense) (Phillips et al., 2003).

Kasim dan Mansour (2020) mengungkapkan beban pajak tangguhan atau

aset pajak tangguhan bersih untuk memanipulasi pendapatan memiliki hubungan

positif antara beban pajak tangguhan dan praktik manajemen laba. Jasrial, et.al

(2018) total akrual dan beban pajak tangguhan yang dikendalikan oleh arus kas
8

keluar dan ukuran perusahaan, terdapat signifikansi terhadap manajemen laba.

Penelitian lain menjelaskan bahwa beban pajak tangguhan berpengaruh positif dan

signifikan terhadap probabilitas perusahaan dalam melakukan manajemen laba

(Citra, 2016), (Raka dan Dharma, 2017), dan (Yuliza dan Fitri, 2020). Berbeda

dari hasil penelitian diatas, Andayani dan Setiyono (2021) menjelaskan beban

pajak tangguhan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba dan tidak

signifikan terhadap manajemen laba, Mudjiyanti (2018).

Kompensasi bonus, kepemilikan manajerial, financial leverage, dan beban

pajak tangguhan pada perusahaan manufaktur ini penting bagi investor sebagai

media informasi untuk menilai prospek perusahaan. Kompensasi bonus,

kepemilikan manajerial, financial leverage, dan beban pajak tangguhan diprediksi

dapat berpengaruh terhadap manajemen laba karena keempat komponen tersebut

dapat membuat manajer yang terlibat dalam pemegang saham perusahaan akan

ditinjau oleh pihak-pihak yang terkait dalam kontrak seperti pemilihan komite

audit yang menciptakan permintaan untuk pelaporan keuangan berkualitas oleh

stakeholder, kreditur, dan pengguna laporan keuangan untuk memastikan efisiensi

kontrak yang dibuat-dibuat. Sehingga, pihak manajemen akan lebih termotivasi

untuk mempersiapkan laporan keuangan yang berkualitas.

Penelitian tersebut berbeda dengan penelitian sebelumnya dalam hal

metode risetnya. Penelitian sebelumnya menggunakan sampel dari 1 negara,

sedangkan dalam penelitian ini peneliti ingin menguji sampel pada beberapa

negara, terutama yang mengadopsi sistem International Financial Reporting

Standard (IFRS) yang telah memastikan komparabilitas laporan keuangan


9

perusahaan dari berbagai negara, tetapi juga akan berkontribusi untuk

meningkatkan kualitas informasi yang diberikan dalam laporan, Malofeeva

(2018). Callao dan Jarne (2007) menjelaskan perusahaan yang menerapkan IFRS,

tingkat divergensi indeks laba lebih tinggi daripada perusahaan yang menerapkan

standar akuntansi nasional. Lopes, et. al (2010) menggunakan model Kothari

(Kothari et al., 2005) dan Campa & Donnelly (2011) dan Wanqing (2014) yang

menerapkan Model Jones yang Dimodifikasi (Dechow et al., 1995) menunjukkan

hasil yang sama.

Berdasarkan latar belakang diatas perlu dilakukan penelitian untuk

melihat bagaimana kompensasi bonus, kepemilikan manajerial, financial

leverage, dan beban pajak tangguhan berpengaruh terhadap manajemen laba.

Untuk itu peneliti mengangkat judul “Pengaruh Kompensasi Bonus, Kepemilikan

Manajerial, Financial Leverage, dan Beban Pajak Tangguhan terhadap

Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Saham

Tahun 2016-2020”.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Apakah kompensasi bonus, kepemilikan manajerial, financial leverage,

dan beban pajak tangguhan secara besama-sama berpengaruh terhadap

manajemen laba pada peusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa saham

tahun 2016-2020.
10

2. Apakah kompensasi bonus berpengaruh terhadap manajemen laba pada

peusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa saham tahun 2016-2020.

3. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap manajemen laba

pada peusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa saham tahun 2016-

2020.

4. Apakah financial leverage, berpengaruh terhadap manajemen laba pada

peusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa saham tahun 2016-2020.

5. Apakah pajak tangguhan berpengaruh terhadap manajemen laba pada

peusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa saham tahun 2016-2020.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah:

1. Menguji pengaruh kompensasi bonus, kepemilikan manajerial, financial

leverage, dan pajak tangguhan secara bersama-sama terhadap manajemen

laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa saham.

2. Menguji pengaruh kompensasi bonus terhadap manajemen laba pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa saham.

3. Menguji pengaruh kepemilikan manajerial terhadap manajemen laba

perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa saham.

4. Menguji pengaruh financial leverage terhadap manajemen laba pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa saham.

5. Menguji pengaruh pajak tangguhan terhadap manajemen laba pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa saham.


11

1.4 Kegunaan Hasil Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat pada beberapa pihak,

diantaranya:

1. Bagi perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat membantu pihak manajemen, terutama

pada perusahaan manufaktur dalam mengevaluasi Kompensasi Bonus,

Kepemilikan Manajerial, Financial Leverage dan Pajak Tangguhan

sebagai upaya untuk mengurangi praktik akuntansi manajemen laba dan

fokus meningkatkan nilai perusahaan.

2. Bagi investor

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan

dalam pengambilan keputusan investasi terutama yang dikaitkan dengan

ketersediaan informasi sebagai dasar pengambilan keputusan investasi.

3. Bagi mahasiswa

Penelitian ini diharapkan sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan

dan ilmu pengetahuan mengenai Kompensasi Bonus, Kepemilikan

Manajerial, Financial Leverage dan Pajak Tangguhan terhadap

manajemen laba, khususnya pada sektor perusahaan manufaktur.

4. Bagi kajian penelitian selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan kajian untuk

penelitian mengenai Kompensasi Bonus, Kepemilikan Manajerial,

Financial Leverage dan Pajak Tangguhan terhadapa manajemen laba.

Anda mungkin juga menyukai