ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris pengaruh perencanaan pajak,
ukuran perusahaan, kebijakan dividen, leverage dan kepemilikan institusional terhadap
manajemen laba. Penelitian ini menggunakan teori keagenan dan teori akuntansi positif
sebagai landasan teori. Manajemen laba diukur melalui akrual diskresioner menggunakan
model Kothari. Populasi dari penelitian ini adalah 156 perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sampel penelitian ini adalah sebanyak 24 sampel dipilih
melalui metode purposive sampling. Hipotesis dari penelitian ini diuji menggunakan analisis
regresi berganda. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perencanaan pajak dan
kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap manajemen laba, ukuran perusahaan
dan leverage berpengaruh positif terhadap terhadap manajemen laba sementara kebijakan
dividen tidak berpengaruh terhadap manajemen laba
ABSTRACT
This study aims to obtain empirical evidence of the effect of tax planning, firm size, dividend
policy, leverage, and institutional ownership on earnings management. This study applies
agency theory and accounting positive theory as the theoretical basis, and the earnings
management is measured by discretionary accruals utilising Kothari Model. The population
involves 156 manufacturing companies listed on Indonesian Stock Exchange (IDX), and the
samples include 24 companies selected through purposive sampling method. The study
hypotheses are tested by multiple regression analysis, and the results reveal that tax planning
and institutional ownership have a negative effect on earnings management; firm size and
leverage have positive effect on earnings management; and dividend policy has no effect on
earnings management.
Keywords: Tax Planning, Firm Size, Dividend Policy, Leverage, Institutional Ownership,
Earnings Management.
PENDAHULUAN dilakukan melalui (1) pemilihan dan
perubahan metode akuntansi yang
Globalisasi di bidang ekonomi digunakan atau memodifikasi transaksi
ditandai dengan semakin cepatnya dalam laporan keuangan untuk mendapatkan
perkembangan perusahaan nasional dan laba yang diinginkan dan tujuan perusahaan
multinasional di seluruh dunia. dan/atau (2) manajer mengambil tindakan
Perkembangan ini menyebabkan yang dengan mudah mengubah periode atau
meningkatnya persaingan antar perusahaan menyesuaikan operasi yang menyimpang
di segala sektor sehingga menuntut dari praktik bisnis biasanya untuk memenuhi
perusahaan untuk memberikan kinerja ambang pendapatan tertentu. Tindakan
terbaik dengan memanfaatkan keunggulan oportunis ini dapat disebut sebagai
dan sumber daya yang dimiliki oleh manajemen laba.
perusahaan. Kebijakan perusahaan terkait Perusahaan menggunakan manajemen
pengelolaan keuangan haruslah tepat agar laba untuk menghindari pengurangan dan
perusahaan dapat berkembang dan kerugian pendapatan, dengan demikian
memenuhi prinsip berkelanjutan. Selain itu, mempertahankan keinginan dari
perusahaan memerlukan dana dalam bentuk “profitabilitas yang konsisten”. Jensen dan
penanaman modal untuk mendukung Meckling (1976) menjelaskan bahwa
aktivitas operasional perusahaan. manajemen laba merupakan konsekuensi
Memperlihatkan kinerja yang baik menjadi dari masalah keagenan yang membahas
penting bagi perusahaan karena hal ini perihal konflik pemilik perusahaan dengan
mempengaruhi keputusan terkait manajemen karena tidak bertemunya
penanaman modal oleh investor. manfaat maksimal yang dikehendaki
Pencapaian dan kinerja perusahaan secara keduanya. Konflik keagenan muncul karena
sederhana dapat dilihat melalui laporan terjadinya pemisahan antara kepemilikan
keuangan tahunan perusahaan. dan pengelolaan perusahaan. Teori keagenan
Laporan keuangan adalah suatu oleh Jensen dan Meckling (1976) juga
penyajian terstruktur dari posisi keuangan menjelaskan bahwa terdapat hubungan
dan kinerja keuangan suatu entitas. Salah kontraktual antara pemegang saham
satu informasi penting yang dapat dilihat (principal) dan manajer (agent). Principal
dalam laporan keuangan adalah laba. Laba menyediakan fasilitas dan sumber daya
menjadi alat pengukuran yang digunakan untuk menjalankan bisnis, sementara agent
untuk melihat seberapa baik pengelolaan harus mengelola apa yang dipercayakan
keuangan dan kinerja perusahaan. Tak pemegang saham kepada mereka. Manajer
heran, informasi laba ini sangat diperhatikan memiliki tanggung jawab untuk
oleh semua pengguna laporan keuangan baik memaksimalkan kesejahteraan pemegang
itu pengguna internal yaitu manajemen dan saham dan hutang, tetapi disisi lain manajer
pengguna eksternal yaitu investor, kreditor, juga memiliki kepentingan untuk
kompetitor, lembaga otoritas pajak, dan memaksimalkan kesejahteraan mereka.
pemerintah. Menurut Ningsaptiti (2010), Penyatuan kepentingan antara principal dan
informasi laba sering menjadi target agent sering menimbulkan masalah yang
rekayasa melalui tindakan oportunis dikenal sebagai konflik keagenan seperti
manajemen untuk memaksimalkan yang telah diutarakan diatas.
kepuasannya. Tindakan oportunis ini
Manajer dalam menjalankan perusahaan yang disampaikan oleh media publik. Salah
memiliki kewenangan untuk mengelola dan satu contohnya adalah PT. Garuda Indonesia
mengambil keputusan terkait dengan (Persero) yang pada tahun 2019 mengalami
perusahaan atas nama pemilik. Kewenangan kenaikan laba akibat pengakuan pendapatan
untuk mengelola dan mengambil keputusan jasa wifi meskipun belum terjadi
akan memungkinkan manajer bertindak pembayaran. Selain PT Garuda Indonesia
tidak maksimal untuk kepentingan pemilik (Persero), fenomena praktik manajemen laba
karena terdapat perbedaan kepentingan lain dapat diamati melalui laporan keuangan
antara pemilik dan manajer. Keleluasaan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero)
dalam pengelolaan perusahaan dapat tahun 2018. PT PLN ini mengalami
menimbulkan penyalahgunaan wewenang, kenaikan laba karena pengakuan piutang
manajemen sebagai pengelola perusahaan pemerintah sebagai pendapatan kompensasi
dapat memaksimalkan laba perusahaan yang dan penyesuaian harga bahan bakar dan
mengarah pada proses memaksimalkan pelumas. Pada tahun 2018 karena
kepentingannya atas biaya pemilik pendapatan inilah PT PLN berhasil
perusahaan. Hal ini mungkin terjadi karena melaporkan laba meski adanya kenaikan
adanya asimetri informasi yaitu pengelola beban usaha dan rugi selisih kurs.
memiliki informasi yang tidak dimiliki oleh Manajemen laba dilakukan oleh
pemilik perusahaan. (Forum for Corporate perusahaan dengan motivasi dan alasan yang
Governance in Indonesia atau FCGI, 2001) berbeda. Salah satu motivasi perusahaan
Manajemen laba dalam penyusunan dalam melakukan manajemen laba adalah
laporan keuangan sesungguhnya bukanlah motivasi pajak. Perusahaan untuk
suatu penipuan apabila dilakukan sesuai menunjukkan kinerjanya berusaha untuk
dengan standar dan metode akuntansi yang melaporkan laba yang tinggi, sementara
berlaku umum. Namun, terdapat perbedaan pelaporan laba ini akan berpengaruh pada
pandangan apabila menyangkut etis atau beban pajak yang harus dibayarkan. Oleh
tidaknya manajemen laba ini untuk karena itu, perusahaan akan berusaha untuk
dilakukan. Pada satu sisi, manajemen laba melakukan tindakan penghematan pajak
dipandang sebagai suatu tindakan yang yang sesuai dengan aturan perpajakan agar
seharusnya tidak boleh dilakukan karena beban pajak menjadi minimum. Usaha yang
dengan adanya manajemen laba informasi dilakukan agar beban pajak yang dibayar
yang diberikan tidak sepenuhnya oleh perusahaan benar - benar efisien adalah
mencerminkan keadaan perusahaan dan perencanaan pajak (Pohan, 2013:13).
mengaburkan nilai perusahaan Penelitian Trijovianto (2020) memberikan
sesungguhnya. Tindakan tersebut dapat hasil bahwa perencanaan pajak berpengaruh
menyebabkan stakeholders keliru dalam negatif terhadap manajemen laba.
mengambil keputusan. Pada sisi yang lain, Selain melihat dari sisi perpajakan,
manajemen laba dianggap sebagai sesuatu manajemen laba juga dapat disebabkan oleh
yang wajar dan merupakan tindakan rasional faktor yang berkaitan dengan perusahaan.
untuk memanfaatkan fleksibilitas dalam Ukuran perusahaan merupakan salah satu
ketentuan untuk pelaporan keuangan faktor penyebab terjadinya manajemen laba
(Kriswoyo, Kompasiana November 2019). yang berkaitan dengan perusahaan. Watts
Di Indonesia, praktik manajemen laba dan Zimmerman dalam jurnal yang berjudul
dapat diamati melalui informasi – informasi “Positive Accounting Theory: A Ten Year
Perspective” (1990) menjelaskan bahwa sering disebut dengan solvabilitas
perusahaan besar lebih memiliki motivasi mencerminkan penggunaan dana pinjaman
daripada perusahaan kecil untuk melakukan (hutang). Semakin besar rasio leverage
income smoothing (manajemen laba) karena berarti semakin besar hutang perusahaan.
perusahaan besar memiliki biaya politik Hipotesis debt covenant dalam teori
yang lebih besar. Biaya politik muncul akuntansi positif menyatakan bahwa
karena tingginya profitabilitas perusahaan perusahaan yang mempunyai rasio antara
dapat menarik perhatian dari media dan utang dan ekuitas lebih besar, cenderung
konsumen. Berdasarkan penelitian memilih dan menggunakan metode – metode
Nalarreason dkk (2019) ukuran perusahaan akuntansi dengan laporan laba yang lebih
berpengaruh positif terhadap manajemen tinggi serta cenderung melanggar perjanjian
laba. utang apabila ada manfaat dan keuntungan
Selain ukuran perusahaan, kebijakan tertentu yang dapat diperolehnya (Watts dan
dividen juga merupakan satu faktor yang Zimmerman, 1990). Beberapa penelitian
berkaitan dengan perusahaan. Menurut tentang pengaruh leverage terhadap
Riyanto (2011:265) kebijakan dividen manajemen laba menyimpulkan hasil yang
adalah kebijakan yang bersangkutan dengan berbeda. Berdasarkan penelitian yang
penentuan pembagian pendapatan (earning) dilakukan oleh Nalarreason dkk (2019),
antara pengguna pendapatan untuk leverage mempunyai efek positif terhadap
dibayarkan kepada para pemegang saham manajemen laba, sementara penelitian yang
sebagai dividen atau untuk digunakan dalam dilakukan oleh Sari dan Khafid (2020)
perusahaan, yang berarti pendapatan menunjukkan efek negatif signifikan
tersebut harus ditanam di dalam perusahaan. terhadap manajemen laba.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kepemilikan institusional merupakan
Putri (2012) kebijakan dividen berpengaruh faktor lain yang memiliki dampak terhadap
secara statitis signifikan terhadap manajemen laba. Kepemilikan institusional
manajemen laba. Hal ini didukung dengan adalah kepemilikan saham suatu perusahaan
konsep bahwa konflik yang terjadi antara oleh institusi atau lembaga seperti
manajemen dan pemegang saham yang perusahaan asuransi, bank, perusahaan
disebabkan oleh kebijakan dividen ini dapat investasi, dan kepemilikan institusi lainnya.
mempengaruhi manajemen melakukan Jensen dan Meckling (1976) menyatakan
manajemen laba yang semakin menurunkan bahwa kepemilikan institusional memiliki
laba. Selain Putri (2012), Mlilo dkk (2013) peranan yang sangat penting dalam
dalam penelitiannya menjelaskan bahwa meminimalisasi konflik keagenan yang
faktor pada level perusahaan yang salah terjadi antara manajer dan pemegang saham.
satunya adalah kebijakan dividen Keberadaan investor institusional dianggap
merupakan fungsi dari bagaimana mampu menjadi mekanisme pemantauan
manajemen laba diukur. yang efektif dalam setiap keputusan yang
Salah satu rasio yang dapat digunakan diambil oleh manajer. Sumanto dkk (2014)
untuk mengukur kinerja keuangan adalah dalam penelitiannya menjelaskan bahwa
rasio leverage. Pengguna eksternal laporan kepemilikan institusional berpengaruh
keuangan sering kali menggunakan nilai negatif terhadap manajemen laba.
leverage sebagai pertimbangan dalam Penelitian yang berkaitan dengan
pengambilan keputusan. Leverage atau yang manajemen laba menjadi menarik untuk
diteliti karena banyak faktor yang dapat dengan pemilik, manajemen dengan
menyebabkan manajer melakukan kreditur, dan manajemen dengan
manajemen laba. Mlilo dkk (2013) pemerintah. Dalam penelitian ini hubungan
menentukan determinan manajemen laba keagenan antara manajemen dengan pemilik
berdasarkan tiga karakteristik yaitu dijelaskan melalui variabel kebijakan
perusahaan, industri, dan negara. Penelitian dividen dan kepemilikan institusional,
ini berfokus pada faktor penyebab hubungan manajemen dengan kreditur
manajemen laba di level perusahaan yaitu dijelaskan melalui variabel leverage, dan
perencanaan pajak, ukuran perusahaan, hubungan manajemen dengan pemerintah
kebijakan dividen, leverage, dan dijelaskan melalui variabel perencanaan
kepemilikan institusional. Di sisi lain, pajak.
penelitian ini berupaya untuk menemukan Perusahaan manufaktur lebih sering
bukti empiris terbaru terkait hubungan setiap dijadikan subjek penelitian karena memiliki
variabel dengan manajemen laba. Hal ini risiko bisnis yang lebih besar dan memiliki
dikarenakan, adanya inkonsistensi hasil peraturan yang lebih longgar sehingga
penelitian – penelitian terdahulu dan masih memungkinkan perusahaan manufaktur
terdapat hasil yang beragam terkait arah melakukan praktik manajemen laba (Astari
pengaruh variabel independen terhadap dan Suryanawa, 2017). Berdasarkan data
variabel dependen. Sebagian besar dari kementrian Perindustrian, sektor
penelitian terkait manajemen laba manufaktur berhasil menyumbang produk
menghitung manajemen laba dengan domestik bruto yang besar pada tahun 2019
menggunakan model Modified Jones yaitu sebesar 19,70%. Presentase ini
(Sumanto dkk, 2014, Siahaan, 2017, Dimara menjadikan sektor manufaktur berhasil
dan Hadiprajitno, 2017, Sari dan Khafid, memberikan kontribusi pendapatan
2020, dan Harahap, 2021), sementara domestik bruto terbesar dibandingkan
penelitian ini mengukur manajemen laba dengan sektor lain, tentu saja hal ini akan
dengan model Kothari karena dipercaya berdampak pada penerimaan pajak oleh
dapat membendung permasalahan akrual negara.
yang ada dengan menambah perhitungan Berdasarkan latar belakang dan
return on asset. Penelitian ini merupakan penelitian terdahulu yang telah dipaparkan
replikasi dari penelitian yang dilakukan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan
Nalarreason dkk dengan menambahkan tiga penelitian dengan judul “Pengaruh
variabel baru yaitu perencanaan pajak, Perencanaan Pajak, Ukuran Perusahaan,
kebijakan dividen, dan kepemilikan Kebijakan Dividen, Leverage dan
institusional pada perusahaan manufaktur Kepemilikan Institusional Terhadap
tahun 2017 – 2019. Selain itu, penelitian ini Manajemen Laba (Studi Pada
ingin menguji hipotesis dari teori akuntansi Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar
positif yang mengakui adanya tiga hubungan Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2017 -
keagenan yaitu hubungan manajemen 2019)”
TELAAH PUSTAKA DAN metode - metode akuntansi dengan laporan
PENGEMBANGAN HIPOTESIS laba yang lebih tinggi serta cenderung
melanggar perjanjian utang apabila ada
Teori Keagenan
manfaat dan keuntungan tertentu yang
Jensen & Meckling (1976) mengemukakan dapat diperolehnya.
bahwa hubungan keagenan merupakan suatu 3. Political Cost Hypothesis menyatakan
kontrak antara satu atau lebih principal bahwa perusahaan cenderung
(pemegang saham) dengan menggunakan melakukan penurunan laba untuk
orang lain atau agen (manajer). Teori ini menghindari biaya politik yang besar.
mengasumsikan bahwa principal dan agen
memiliki kepentingan masing – masing dan Manajemen Laba
akhirnya memicu terjadinya konflik Menurut Scott (2015:445) manajemen
kepentingan. Tuntutan kinerja dari pemegang laba adalah pilihan manajer terhadap
saham dan keinginan manajer untuk kebijakan akuntansi, atau tindakan yang
memaksimalkan kesejahteraan mereka, nyata dilakukan oleh manjer sehingga
memungkinkan manajer untuk melakukan mempengaruhi laba guna mencapai
tindakan oportunis. Salah satu bentuk tindakan beberapa tujuan laba yang akan dilaporkan
oportunis ini adalah manajemen laba. secara spesifik. Deteksi atas kemungkinan
Teori Akutansi Positif dilakukannya manajemen laba dapat
diteliti melalui penggunaan akrual.
Teori akuntansi positif memiliki kaitan erat Penelitian ini meneliti manajemen laba
dengan manajemen laba. Teori akuntansi dengan melihat nilai dari akrual
positif mengungkapkan bahwa manajer diskresioner. Akrual diskresioner adalah
mempunyai kuasa atau fleksibilitas untuk komponen akrual dari manajemen laba
memilih prosedur akuntansi yang sesuai dan yang dilakukan manajer, misalnya
dengan prosedur pilihannya. Menurut Watts dengan menaikkan biaya amortisasi dan
dan Zimmerman (1990), terdapat tiga hipotesis depresiasi, serta mencatat persediaan yang
dalam teori akuntansi positif yang sudah usang (Sulistyanto, 2008:211).
dipergunakan untuk menguji perilaku etis
seseorang dalam mencatat transaksi dan Perencanaan Pajak
menyusun laporan keuangan atau dalam Menurut Pohan (2013:18) tax planning
melakukan manajemen laba. Tiga hipotesis adalah proses mengorganisasi usaha wajib
tersebut antara lain : pajak orang pribadi maupun badan usaha
1. Bonus Plan Hypotesis yang menyatakan sedemikian rupa dengan memanfaatkan
bahwa rencana bonus atau kompensasi berbagai celah kemungkinan yang dapat
manajerial akan cenderung memilih dan ditempuh oleh perusahaan dalam koridor
menggunakan metode - metode akuntansi ketentuan perpajakan (loopholes) agar
yang akan membuat laba yang dilaporkan perusahaan dapat membayar pajak dalam
menjadi lebih tinggi. jumlah minimum.
2. Debt Covenant Hypothesis menyatakan
bahwa perusahaan yang mempunyai rasio
antara utang dan ekuitas lebih besar,
cenderung memilih dan menggunakan
Motivasi paling umum dilakukannya Laba yang besar bersamaan dengan
perencanaan pajak adalah untuk tingkat dividen yang tinggi adalah hal
memaksimalkan laba setelah pajak (Pohan, yang dicari setiap investor. Tentunya
2013:19). Semakin besar laba yang diperoleh dengan menunjukkan laba yang tinggi,
maka beban pajak yang harus dibayar oleh perusahaan akan membuat investor
perusahaan akan semakin besar pula. Oleh tertarik untuk menanamkan modalnya di
karena itu, manajer berupaya untuk melakukan perusahaan tersebut karena laba
perencanaan pajak dalam rangka menunjukkan seberapa baik pengelolaan
meminimalkan beban pajak yang harus keuangan perusahaan.
dibayar. Salah satu cara yang dapat dilakukan
Leverage
wajib pajak untuk meminimalkan pajak yang
harus dibayar adalah melalui tax avoidance Leverage merupakan rasio yang mengukur
yaitu penghindaran pajak dengan menuruti besarnya total aktiva yang dibiayai oleh
peraturan yang ada. Tax avoidance ini menjadi hutang. Leverage merupakan variabel
legal untuk dilakukan karena tidak melanggar yang penting untuk membantu stakeholder
peraturan perpajakan apapun. memahami nilai finansial perusahaan
untuk membayar angsuran kreditur,
Ukuran Perusahaan
sehingga praktik mengubah penghasilan
Ukuran perusahaan merupakan nilai yang menjadi sangat umum dilakukan di
menunjukkan besar kecilnya perusahaan. perusahaan besar demi memenuhi
Terdapat berbagai proksi yang biasanya ekspektasi dari stakeholder (Galdi dkk
digunakan untuk mengklasifikan perusahaan 2012).
yaitu total aset, log size, total penjualan, nilai
Kepemilikan Institusional
pasar saham dan lainnya (Selviani, 2017).
Perusahaan yang berukuran besar memiliki Kepemilikan institusional adalah jumlah
basis pemegang kepentingan yang lebih luas, kepemilikan institusi yang dimiliki oleh
sehingga berbagai kebijakan perusahaan besar perusahaan. Pemilik institusi yang
akan berdampak lebih besar terhadap dimaksud adalah perusahaan yang
kepentingan publik dibandingkan dengan mengelola dana pihak ketiga yaitu
perusahaan kecil. perusahaan investasi, asuransi, reksadana,
dana pensiun, dan badan lainnya yang
Kebijakan Dividen
mengelola dana atas nama orang lain.
Menurut Riyanto (2011:265) kebijakan Kepemilikan institusional memiliki arti
dividen adalah kebijakan yang bersangkutan penting dalam memonitoring manajemen
dengan penentuan pembagian pendapatan karena dengan adanya kepemilikan
(earning) antara pengguna pendapatan untuk institusional akan mendorong peningkatan
dibayarkan kepada para pemegang saham pengawasan yang lebih optimal.
sebagai dividen atau untuk digunakan dalam Monitoring menjadi penting untuk
perusahaan, yang berarti pendapatan tersebut menjamin kemakmuran pemegang saham
harus ditanam di dalam perusahaan. Sari dan karena kepemilikan institusional bergerak
Khafid (2020) menyatakan bahwa tingginya sebagai agen pengawas melalui investasi
laba yang dihasilkan perusahaan akan mereka yang cukup besar.
berdampak pada naiknya dividen yang akan
dibagikan kepada pemegang saham.
Kerangka Teoritis dan Pengembangan empiris bahwa perencanaan pajak
Hipotesis memiliki pengaruh signifikan terhadap
perusahaan melakukan manajemen laba
Pengaruh Perencanaan Pajak terhadap
untuk menghindari kerugian dengan arah
Manajemen Laba
hubungan koefisien negatif. Berdasarkan
Perencanaan pajak adalah proses penelitian terdahulu tersebut, peneliti
mengorganisasi usaha wajib pajak orang ingin mengangkat kembali variabel
prbadi maupun badan sedemikian rupa perencanaan pajak dengan pengaruhnya
dengan memanfaatkan berbagai celah terhadap manajemen laba. Maka, hipotesis
kemungkinan yang dapat ditempuh oleh penelitian yang dirumuskan oleh peneliti
perusahan dalam koridor ketentuan pada penelitian ini adalah sebagai berikut
peraturan perpajakan (loophoholes), agar :
perusahaan dapat membayar pajak dalam
H1 : Perencanaan pajak berpergaruh
jumlah yang minimum (Pohan, 2013:18).
negatif terhadap manajemen laba pada
Perencanaan pajak dalam penelitian ini
perusahaan manufaktur yang terdaftar di
dihitung dengan rasio tax retention rate
Bursa Efek Indonesia periode tahun 2017
(TRR) yang menganalisis suatu ukuran
-2019.
dari efektifitas perencanaan pajak pada
laporan keuangan tahun berjalan. Pengaruh Ukuran Perusahaan
terhadap Manajemen Laba
Hubungan antara perencanaan pajak dan
manajemen laba dapat dijelaskan melalui Ukuran yang digunakan untuk
teori keagenan. Perusahaan menghendaki menghitung ukuran perusahaan dalam
pembayaran pajak yang rendah dengan penelitian ini adalah ukuran yang dapat
tujuan mengurangi beban pengeluaran dihitung dengan menggunakan logaritma
perusahaan, sementara pemerintah natural dari total aset. Ningsaptiti (2010)
membutuhkan pemasukan maksimal dari menyebutkan bahwa perusahaan yang
perpajakan untuk mendanai kebutuhan berukuran besar biasanya memiliki peran
negara. Jumlah pajak yang harus dibayar sebagai pemegang kepentingan yang lebih
ini dapat menjadi motivasi dari luas sehingga kebijakan perusahaan akan
manajemen untuk melakukan manajemen memberikan dampak pada kepentingan
laba. Manajer menginginkan pembayaran publik. Perusahaan yang besar lebih
pajak yang rendah, sementara laba yang di diperhatikan oleh masyarakat sehingga
laporan keuangan tetap sesuai dengan mereka lebih berhati – hati dalam
keinginan manajemen yaitu memenuhi melakukan pelaporan keuangan.
tujuan penghindaran kerugian atau
Berdasarkan teori agensi, perusahaan
penurunan laba. Oleh karena itu, manajer
besar akan menghadapi asimetri informasi
berusaha untuk melakukan perencanaan
yang lebih besar. Perusahaan besar akan
pajak sehingga pajak yang dibayarkan
menghadapi konflik kepentingan yang
menjadi lebih efisien tetapi masih dalam
mengindikasikan bahwa kemungkinan
koridor peraturan perundangan yang
terjadinya perilaku oportunistik akan
berlaku.
semakin besar. Di sisi lain, teori akuntansi
Penelitian sebelumnya yaitu penelitian positif memberikan argumen bahwa
Trijovianto (2020) memberikan bukti manajer dari perusahaan yang memiliki
biaya politik tinggi cenderung akan Penelitian yang dilakukan oleh
memilih metode akuntansi untuk Nalarreason dkk (2019) menemukan bukti
menangguhkan pendapatan periode empiris bahwa ukuran perusahaan
berjalan ke periode berikutnya dan mempunyai efek positif terhadap
penghasilan yang dilaporkan di masa manajemen laba pada perusahaan
mendatang harus diminimalkan. Biaya manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
politik diakui karena profitabilitas yang Indonesia. Penelitian ini menunjukkan
tinggi akan menarik perhatian dari bahwa peningkatan ukuran perusahaan
investor dan media. memberikan dorongan bagi manajer untuk
memanipulasi pendapatan. Hal ini
Beberapa studi memprediksi hubungan
konsisten dengan teori agensi dan teori
ukuran perusahaan dan manejemen laba
akuntansi positif. Penelitian ini berfokus
dengan arah positif dikarenakan beberapa
kepada manajemen laba dengan tujuan
alasan yaitu (1) perusahaan besar memiliki
menghindari kerugian atau menghindari
tekanan pasar modal yang lebih besar
penurunan laba sehinga peneliti
untuk memenuhi atau mengalahkan
mengekspetasikan arah hubungan positif
ekspektasi analis dan bankir investasi. Hal
antara ukuran perusahaan dengan
ini dapat menciptakan insentif bagi
manajemen laba. Maka, hipotesis yang
perusahaan tersebut untuk mengadopsi
dirumuskan pada penelitian ini adalah
kebijakan akuntansi agresif. (Richardson
sebagai berikut :
dkk dikutip oleh Mlilo dkk, 2013), (2)
perusahaan besar memiliki daya tawar H2 : Ukuran perusahaan berpengaruh
yang lebih besar dengan auditor dan positif terhadap manajemen laba pada
auditor cenderung mengabaikan upaya perusahaan manufaktur yang terdaftar di
manajemen laba oleh klien besar (Nelson Bursa Efek Indonesia periode 2017 –
dkk dikutip oleh Mlilo, 2013), (3) 2019.
perusahaan besar memiliki lebih banyak
Pengaruh Kebijakan Dividen terhadap
ruang untuk manuver yang diberikan dari
Manajemen Laba
berbagai perlakuan akuntansi yang
tersedia (Subramanyam dan Wild dikutip Kebijakan dividen adalah kebijakan yang
oleh Mlilo dkk, 2013), (4) Meski bersangkutan dengan penentuan
perusahaan besar memiliki sistem pembagian pendapatan (earning) antara
pengendalian internal yang kuat tetapi pengguna pendapatan untuk dibayarkan
perusahaan besar memiliki daya kepada para pemegang saham sebagai
manajemen yang lebih kuat dan dapat dividen atau untuk digunakan dalam
digunakan untuk mengesampingkan perusahaan, yang berarti pendapatan
sistem pengendalian internal untuk tersebut harus ditanam di dalam
memanipulasi pendapatan, (5) perusahaan perusahaan (Riyanto, 2011:265).
besar lebih cenderung mengeksploitasi Pertimbangan hubungan antara kebijakan
kebebasan dalam kebijakan akuntansi dividen dan manajemen laba juga menjadi
untuk mengurangi perhatian politik perhatian tersendiri. Mlilo dkk (2013)
dengan mengurangi pendapatan yang menerangkan bahwa perusahaan yang
dilaporkan (Watts dan Zimmerman membayar dividen lebih tinggi mungkin
dikutip oleh Mlilo dkk, 2013). memiliki insentif untuk meningkatkan
kualitas laba agar dapat mengakses H3 : Kebijakan dividen berpengaruh
pembiayaan eksternal yang dibutuhkan negatif terhadap manajemen laba pada
dengan biaya modal yang lebih rendah. perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Perusahaan yang membayar dividen tinggi Bursa Efek Indonesia periode tahun 2017
dipercaya memiliki praktik manajemen – 2019.
laba yang rendah karena adanya kontrol
Pengaruh Leverage terhadap
dari shareholders.
Manajemen Laba
Kebijakan dividen memiliki keterkaitan
Leverage merupakan rasio yang mengukur
dengan teori agensi. Teori agensi
besarnya total aktiva yang dibiayai oleh
menjelaskan bahwa konflik kepentingan
hutang. Penggunaan leverage dengan
terjadi karena adanya asimetri informasi
proporsi yang tepat dapat membawa
antara principal dan agen. Asimetri terkait
perusahaan pada kondisi yang baik dan
informasi pengumuman dividen akan
mencerminkan kondisi perusahaan dalam
menyebabkan konflik keagenan. Scoot
keadaan yang baik pula. Penggunaan
(2015:454) juga menyebutkan bahwa
leverage seperti ini akan membuat
manajemen memiliki beberapa motivasi
investor menilai perusahaan dalam kondisi
melakukan manajemen laba dan salah
yang baik.
satunya adalah pemberian informasi
kepada investor (communicate Leverage dapat menjadi salah satu faktor
information to investors). Salah satu pertimbangan bagi manajer untuk
informasi yang menarik untuk investor melakukan manajemen laba. Proporsi
adalah informasi mengenai pengumuman leverage yang rendah dapat
pemberian dividen. mengindikasikan bahwa perusahaan
berada dalam kondisi yang baik, dan
Penelitian Mlilo dkk (2013) memberikan
sebaliknya apabila proporsi dari leverage
hasil yaitu faktor pada level perusahaan
besar maka terdapat kemungkinan bahwa
salah satunya adalah kebijakan dividen
perusahaan berada dalam kondisi yang
merupakan determinan dari manajemen
buruk dari segi keuangan sehingga
laba. Selanjutnya, penelitian Putri (2012)
perusahaan membutuhkan pembiayaan
menemukan bukti empiris bahwa
dari hutang. Terdapat dua pandangan
kebijakan dividen berpengaruh terhadap
kontras tentang hubungan leverage dan
manajemen laba dengan arah koefisien
manajemen laba. Pandangan pertama
negatif. Putri (2012) menjelaskan bahwa
adalah leverage berpengaruh positif
konflik yang terjadi antara manajemen dan
terhadap manajemen laba karena
pemegang saham yang disebabkan oleh
perusahaan yang memiliki hutang yang
kebijakan dividen ini dapat mempengaruhi
tinggi dalam struktur modalnya cenderung
manajemen manajemen laba yang
untuk terlibat dalam aktivitas manajemen
semakin menurunkan laba. Berdasarkan
laba untuk menghindari pelanggaran
penelitian terdahulu, peneliti ingin
perjanjian hutang (Dichev dan Skinner,
mengetahui lebih lanjut terkait pengaruh
2002). Sebaliknya pandangan yang kedua
kebijakan dividen terhadap manajemen
adalah leverage memiliki hubungan
laba. Maka, hipotesis yang diajukan oleh
dengan arah koefisien negatif terhadap
peneliti adalah sebagai berikut :
manajemen laba karena perusahaan yang
memiliki tingkat leverage tinggi akan bahwa leverage berpengaruh negatif
menghadapi pemantauan yang lebih kuat terhadap manajemen laba. Maka, hipotesis
dari kreditor sehingga manajemen yang diajukan oleh peneliti adalah sebagai
memiliki sedikit motivasi untuk berikut :
melakukan tindakan oportunistik (Zamri
H4 : Leverage berpengaruh positif
dkk, 2013).
terhadap manajemen laba pada perusahaan
Teori yang sejalan dengan konsep manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
leverage dan manajemen laba adalah teori Indonesia periode tahun 2017 - 2019.
akuntansi positif hipotesis ke dua yaitu the
Pengaruh Kepemilikan Institusional
debt to equity hypothesis. Teori ini
terhadap Manajemen Laba
memprediksi bahwa perusahaan yang
memiliki rasio leverage tinggi cenderung Kepemilikan institusional adalah jumlah
untuk mengadopsi metode akuntansi yang kepemilikan institusi yang dimiliki oleh
meningkatkan pendapatan daripada perusahaan. Pemilik institusi yang
perusahaan yang memiliki rasio leverage dimaksud adalah perusahaan yang
yang rendah. Pemilihan metode ini mengelola dana pihak ketiga yaitu
dikarenakan perusahaan telah terikat perusahaan investasi, asuransi, reksadana,
perjanjian hutang dengan kreditor dana pensiun, dan badan lainnya yang
eksternal. mengelola dana atas nama orang lain.
Harahap (2021) menyebutkan bahwa
Penelitian Mlilo dkk (2013) memberikan
kepemilikan institusional sangat penting
hasil bahwa leverage sebagai salah satu
artinya dalam pengawasan dan
faktor dalam level perusahaan adalah
pengelolaan karena keberadaaan
fungsi yang tepat dari bagaimana
kepemilikan institusional akan mendorong
manajemen laba diukur. Sebagai literatur
penguatan dari pengawasan. Pengawasan
untuk memperkuat bukti empiris pengaruh
seperti ini tentunya akan menjamin
leverage terhadap manajemen laba,
kesejahteraan pemegang saham dan
penelitian yang dilakukan oleh
pengaruh dari kepemilikan institusional
Nalarreason dkk (2019) menunjukkan
sebagai badan pengawas akan tertekan
bahwa leverage berpengaruh signifikan
oleh investasi besar – besaran di pasar
terhadap manajemen laba dengan arah
modal.
koefisien regresi positif. Perusahaan yang
memiliki tingkat leverage yang tinggi Koh dalam Mlilo dkk (2013)
cenderung melakukan manajemen laba mengidentifikasi dua argumen tentang
karena perusahaan terancam akan kaitan kepemilikan institusional dan
kebangkrutan dan tidak dapat memenuhi kebijaksanaan pelaporan keuangan oleh
pembayaran hutang tepat waktu. Meski manajer. Argumen pertama berpandangan
terdapat dua pandangan kontras terkait bahwa pemegang saham institusi adalah
hubungan koefisien antara leverage dan pemegang saham yang secara inheren
manajemen laba, peneliti mengasumsikan berorientasi jangka pendek (atau
bahwa leverage berpengaruh positif sementara) yang lebih fokus pada
signifikan karena sesuai teori akuntansi pendapatan saat ini daripada jangka
positif dan terbatasnya penelitian panjang dalam menentukan harga saham
terdahulu yang memberikan bukti empiris dari portofolio perusahaan mereka.
Dengan demikian, mereka cenderung panjang pada perusahaan dan memiliki
menciptakan insentif bagi manajer insentif yang kuat untuk memantau
perusahaan untuk menciptakan aktivitas perusahaan tersebut. Dengan demikian,
manajemen laba. Argumen yang kedua peneliti mengekspetasikan hubungan
adalah investor institusi yang negatif antara kepemilikan institusional
berinvenstasi di perusahaan dengan tujuan dan manajemen laba. Hipotesis penelitian
memegang kepemilikan saham mereka yang diajukan oleh peneliti adalah sebagai
dalam jangka waktu yang lama memiliki berikut :
insentif yang kuat untuk memantau
H5: Kepemilikan institusional
perusahaan tersebut. Berdasarkan
berpengaruh negatif terhadap manajemen
pandangan kedua, investor institusi yang
laba pada perusahaan manufaktur yang
berorientasi jangka panjang akan
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
mengurangi manajemen laba jangka
tahun 2017 – 2019.
pendek dan membatasi kebijakan
akuntansi oleh manajer. Kerangka teoritis dapat dilihat pada
gambar di bawah ini :
Penelitian Mlilo dkk (2013) memberikan
bukti empiris bahwa faktor pada level Gambar 1. Kerangka Teoritis
perusahaan salah satunya adalah Penelitian
kepemilikan institusional merupakan
determinan dari manajemen laba. Sebagai
literature untuk memperkuat bukti empiris
pengaruh kepemilikan institusional
terhadap manajemen laba, penelitian yang
dilakukan oleh Sumanto dkk (2014)
memberikan bukti empiris bahwa
kepemilikan institusional bepengaruh
negatif signifikan terhadap manajemen
laba. Hal ini berarti semakin tinggi
kepemilikan institusional akan
memperkecil tingkat praktik manajemen
laba. Hal ini dikarenakan kepemilikan
institusional mempunyai akses atas
sumber informasi yang lebih tepat waktu
dan relevan sehingga investor institusi
dapat mengetahui keberadaan pengelolaan
laba lebih cepat dan mudah dibandingkan
dengan investor individual. Berdasarkan
penelitian terdahulu, peneliti ingin
mengetahui lebih lanjut hubungan antara
kepemilikan institusional dan manajemen
laba. Peneliti mengasumsikan bahwa
investor institusi berorientasi jangka
METODE PENELITIAN memberikan kontribusi sebesar 20,16%
untuk tahun 2017, 19,86% untuk tahun 2018,
Jenis Penelitian dan Sumber Data
dan 19,70% untuk tahun 2019.
Jenis penelitian yang digunakan dalam
Sampel adalah bagian dari jumlah dan
penelitian ini adalah penelitian eksplanatory
karakteristik yang dimiliki oleh populasi
research atau penjelasan. Penelitian ini
tersebut. Apa yang dipelajari dari sampel itu,
menguji hipotesis yang diajukan untuk
kesimpulannya akan dapat diberlakukan
memperoleh bukti empiris terkait hubungan
untuk populasi. Sampel yang diambil dari
perencanaan pajak, ukuran perusahaan,
populasi harus betul – betul representatif
kebijakan dividen, leverage dan kepemilikan
(Sugiyono, 2015:118). Pengambilan sampel
institusional terhadap manajemen laba.
dalam penelitian ini dilakukan dengan
Hubungan kausal antara variabel diketahui
menggunakan metode purposive sampling,
melalui uji linear berganda. Penelitian ini
yaitu teknik penentuan sampel dengan
juga melakukan analisis statistik deskriptif
pertimbangan atau kriteria tertentu
terhadap data untuk mengetahui informasi
(Sugiyono, 2015:124). Penelitian ini
data dan memperjelas karakteristik data.
memilih sampel dengan metode purposive
Jenis data yang digunakan dalam penelitian
karena metode ini memberikan kriteria –
ini adalah data sekunder berupa laporan
kriteria yang disesuaikan dengan penelitian
keuangan perusahaan pada periode 2017 –
supaya sampel yang diambil benar – benar
2019 dan teknik pengumpulan data yang
representative. Kriteria dari pemilihan
digunakan adalah teknik dokumentasi.
sampel pada penelitian ini adalah sebagai
Populasi dan Sampel berikut :
Pengaruh Kebijakan Dividen terhadap Hasil dari penelitian ini sejalan dengan
Manajemen Laba Sari dan Khafid (2020) yang menjelaskan
bahwa kebijakan dividen tidak
Variabel kebijakan dividen memiliki nilai
berpengaruh signifikan terhadap
signifikan sebesar 0,346 yaitu lebih besar dari
manajemen laba. Akan tetapi, hasil dari
nilai signifikan 0,05. Nilai signifikan yang
penelitian ini bertentangan dengan Putri
lebih besar ini mengartikan bahwa kebijakan
(2012) yang memberikan bukti empiris
dividen tidak berpengaruh signifikan terhadap
bahwa kebijakan dividen berpengaruh
manajemen laba pada perusahaan manufaktur
negatif signifikan terhadap manajemen
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada
laba.
tahun 2017 – 2019. Kebijakan dividen
mewakili hubungan antara manajer dan pemilik Pengaruh Leverage terhadap
karena berkaitan dengan keputusan pemberian Manajemen Laba
dividen kas kepada pemegang saham.
Variabel leverage memiliki nilai t hitung
Pengumuman dividen kas dapat menjadi hal
sebesar 2,732 dan menurut hasil
yang ditunggu oleh pemegang saham dan
perhitungan uji t dapat disimpulkan
tentunya pemegang saham menginginkan
bahwa variabel leverage memiliki
pembayaran dividen yang meningkat setiap
pengaruh signifikan terhadap manajemen
tahunnya.
laba. Berdasarkan hasil regresi parsial
Berdasarkan hasil penelitian ini, kebijakan leverage memiliki nilai koefisien beta
dividen kurang menjadi faktor dominan bagi positif sebesar 0,788. Hal ini berarti
manajemen untuk melakukan manajemen laba. bahwa rasio leverage yang tinggi sejalan
Hal ini bisa dipicu karena keputusan terkait pula dengan peningkatan manajemen
jumlah pembagian dividen bukan semata – laba. Rasio leverage mengukur seberapa
semata dibuat oleh manajemen. Akan tetapi banyak aset yang dibiayai oleh hutang.
diputuskan dalam RUPS dimana pemilik yang Hutang memang merupakan bagian yang
mempunyai pengaruh signifikan mempunyai tak terpisahkan bagi perusahaan karena
hak untuk memberikan suara dalam RUPS dan hutang dapat menjadi perolehan manfaat
bisa saja mempengaruhi pengambilan di masa mendatang. Perusahaan
kebijakan. Akibatnya, manajemen tidak menjalankan kontrak hutang untuk tujuan
sepenuhnya menentukan kebijakan terhadap ekspansi bisnis, memperkuat posisi
laba yaitu keputusan membagikannya dalam modal, serta membiayai aset perusahaan.
bentuk dividen atau menahan laba tersebut. Namun, perlu pengendalian yang baik
agar tidak terjadi gagal bayar. Rasio leve-
rage yang tinggi tentu tidak menunjukkan Pengaruh Kepemilikan Institusional
kinerja keuangan yang baik. terhadap Manajemen Laba
Hasil penelitian ini menunjukkan pengaruh Hasil analisis regresi kepemilikan
positif antara leverage dan manajemen laba, institusional memperlihatkan koefisien
rasio leverage yang tinggi memberikan kesan beta -0,146 dan hasil uji t menunjukkan
bahwa perusahaan memiliki resiko yang lebih bahwa kepemilikan institusional
besar terkait pembayaran hutang. Dengan memiliki pengaruh signifikan terhadap
demikian, perusahaan dengan tingkat leverage manajemen laba karena nilai signifikan <
tinggi akan lebih terlibat dalam aktivitas 0,05 yaitu sebesar 0,020. Koefisien beta
manajemen laba. Perusahaan akan berusaha negatif mengartikan bahwa semakin
untuk menghindari pelanggaran perjanjian tinggi kepemilikan institusional maka
hutang dengan kreditor. Temuan dalam akan menurunkan manajemen laba.
penelitian ini sesuai dengan teori akuntansi
Kepemilikan institusional berpengaruh
positif yaitu hipotesis perjanjian hutang yang
terhadap manajemen laba artinya besar
menjelaskan hubungan antara kreditur dan
kecilnya kepemilikan institusional dalam
debitur. Hipotesis tersebut menyebutkan bahwa
perusahaan dapat mempengaruhi
perusahaan yang memiliki hutang besar akan
manajemen laba yang dilakukan oleh
mempunyai kecenderungan untuk mengadopsi
manajer. Hal ini memperkuat pandangan
metode akuntansi yang dapat meningkatkan
bahwa institusi yang memegang
laba. Tujuan penggunaan metode tersebut
kepemilikan di perusahaan memiliki
adalah untuk memperlihatkan kepada kreditur
insentif yang kuat untuk melakukan
kinerja keuangan mereka sehingga kreditur
pemantauan terhadap perusahaan
memiliki kepercayaan bahwa perusahaan
tersebut. Pemantauan tersebut tentunya
mampu untuk membayar hutang – hutangnya.
akan berdampak pada kinerja
Hasil dari penelitian ini didukung oleh perusahaan, manajer tentunya akan
penelitian dari Nalarreason dkk (2019) yang memiliki keterbatasan dalam berperilaku
menyebutkan bahwa leverage memiliki oportunistik karena ketatnya pengawasan
pengaruh positif signifikan terhadap yang dilakukan oleh pemilik institusi.
manajemen laba. Selain itu, investor institusional memiliki
akses informasi yang lebih cepat dan
Namun, penelitian ini tidak sesuai dengan hasil
relevan terkait perusahaan daripada
penelitian yang dilakukan oleh Harahap (2021)
investor individu karena merupakan
yang menyatakan bahwa leverage tidak
sebuah institusi.
berpengaruh signifikan terhadap manajemen
laba. Hasil penelitian ini mendukung teori
agensi mengenai hubungan antara
pemilik dan agen. Lembaga institusi
diposisikan sebagai pemilik dan
perusahaan sebagai agen masing –
masing memiliki tujuan berbeda terhadap
informasi laba yang dihasilkan.
Kepemilikan institusional yang besar leverage maka praktik manajemen laba akan
tentunya memiliki hak sebagai pemegang semakin meningkat.
saham untuk ikut ambil bagian dalam RUPS
Keterbatasan yang ada dalam penelitian ini
dan sebagai pemegang saham signifikan
adalah terdapat beberapa perusahaan sektor
lembaga instusi mempunyai peran dalam
manufaktur yang laporan keuangan tidak
pengambilan kebijakan. Tentu saja hal ini
dapat diakses secara lengkap di situs Bursa
akan membuat manajer selaku agen lebih
Efek Indonesia menyebabkan berkurangnya
berhati – hati dalam memilih metode
sampel penelitian.
akuntansi yang dipergunakan di laporan
keuangan. Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan,
dan kesimpulan maka saran yang dapat
Hasil penelitian ini didukung oleh Sumanto
diberikan peneliti untuk penelitian
dkk (2014) yang menyatakan bahwa
selanjutnya adalah menambah sektor
kepemilikan institusional berpengaruh
perusahaan yang akan dijadikan sampel
negatif signifikan terhadap manajemen laba.
penelitian, bukan hanya sektor manufaktur
Sementara itu, hasil penelitian yang
tetapi juga sektor lain yang sekiranya dapat
dilakukan oleh Siahaan (2017) menemukan
mencerminkan praktik manajemen laba.
bukti empiris bahwa kepemilikan
institusional berpengaruh positif signifikan
terhadap manajemen laba.