12
13
kerugian residual (residual loss). Biaya pemantauan adalah biaya yang timbul dan
ditanggung oleh prinsipal untuk memonitor perilaku agen, yaitu untuk mengukur,
mengamati, dan mengontrol perilaku agen. Biaya ini timbul karena adanya
ketidakseimbangan informasi antara prinsipal dan agen. Contohnya adalah biaya
audit wajib (mandatory audit costs), biaya untuk menetapkan rencana kompensasi
manajemen (costs to establish management compensation plans), pembatasan
anggaran (budget restrictions) dan aturan-aturan operasi (operating rules). Bonding
cost dikeluarkan oleh agen untuk menjamin bahwa agen tidak akan menggunakan
tindakan tertentu yang akan merugikan prinsipal atau untuk menjamin bahwa
prinsipal akan diberi kompensasi jika ia tidak mengambil banyak tindakan. Contoh,
biaya yang dikeluarkan oleh manajer untuk menyediakan laporan keuangan kepada
pemegang saham atau tidak mengungkapkan informasi tertentu kepada pesaing.
Agen siap mengeluarkan biaya ini hanya sejauh biaya ini dapat mengurangi
monitoring costs yang mereka tanggung. Sedangkan kerugian residual adalah
pengaruh kekayaan dari fakta bahwa meskipun dengan adanya pengeluaran
pemantauan dan ikatan, tindakan yang diambil oleh agen atau memang pengabaian
oleh agen terkadang akan berbeda dari perilaku yang akan memaksimalkan
kepentingan atau kekayaan prinsipal.
pilihan kebijakan maka wajar jika manajemen akan memilih kebijakan akuntansi
untuk memaksimumkan nilai perusahaan.
2. Menurut Weil (2009:2), “…earnings management is not a technical term in
accounting or finance. However, it occurs when firm management has the
opportunity to make accounting decisions that change reported income, and
exploits those opportunities.” Dalam Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa
manajemen laba terjadi ketika manajemen perusahaan mempunyai kesempatan
untuk membuat sebuah keputusan akuntansi yang dapat mengubah laba yang
dilaporkan dan memanfaatkan peluang tersebut.
3. Fisher dan Rosenzweig (1995) dalam Helmayunita (2013:114) “Earnings
management is an actions of a manager which serve to increase (decrease)
current reported earnings of the unit which the manager is responsible without
generating a corresponding increase (decrease) in long-term economic
profitability of the unit.” Dalam Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa
manajemen laba adalah tindakan-tindakan manajer menaikkan (menurunkan)
laba periode berjalan dari sebuah perusahaan yang dikelolanya tanpa
menyebabkan kenaikan (penurunan) keuntungan ekonomi perusahaan jangka
panjang.
4. Menurut Sulistiawan, et. al. (2011:19) menyatakan bahwa manajemen laba
adalah aktivitas badan usaha (perusahaan) untuk memanfaatkan teknik dan
kebijakan akuntansi guna memperoleh hasil yang diinginkan, seperti penyajian
nilai asset atau nilai laba yang lebih tinggi (over valued) atau lebih rendah (under
valued) tergantung dari motivasi manajemen perusahaan untuk melakukannya.
Secara umum dari pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
manajemen laba (earnings management) adalah suatu upaya manajer dalam
merekayasa angka-angka dalam laporan keuangan terutama dalam laba dan
memberikan gambaran kinerja perusahaan yang menyesatkan kepada masyarakat
terutama investor.
terakhir ia menjabat. Motivasi utama yang mendorong hal tersebut adalah untuk
memperoleh bonus yang maksimal pada akhir masa jabatannya.
6. Motivasi Politis, motivasi ini biasanya terjadi pada perusahaan besar yang bidang
usahanya banyak menyentuh masyarakat luas, seperti perusahaan-perusahaan
strategis perminyakan, gas, listrik, dan air. Demi menjaga tetap mendapatkan
subsidi, perusahaan-perusahaan tersebut cenderung menjaga posisi keuangannya
dalam keadaan tertentu sehingga prestasi atau kinerjanya tidak terlalu baik karena
jika sudah baik, kemungkinan besar subsidi tidak lagi diberikan.
menunjukkan adanya strategi menaikkan laba dan makin minus nilai akrual
menunjukkan adanya strategi menurunkan laba.
Berikut ini adalah gambar yang digunakan untuk memperjelas tipe perataan
laba tersebut :
Income Smoothing
Gambar 1
Jenis Perataan Laba
Sumber:
Norm Eckel, 1981, The Income Smoothing Hypothesis Revisited, Abacus Vol 17,
No 1 (dikutip dari Rezazadeh et. al, 2014)
CV ∆ S atau CV ∆ I =√ ∑ ¿ ¿ ¿ ¿
Dimana,
∆X : perubahan laba (I) atau perubahan penjualan (S)
∆ X : rata-rata perubahan laba (I) atau perubahan penjualan (S)
n : banyaknya tahun yang diamati
2.6 Audit
2.6.1 Definisi dan Tujuan Audit
Beberapa definisi audit menurut berbagai ahli adalah sebagai berikut :
1. Menurut Arens et al. (2012:24) audit adalah “…the accumulation and evaluation
of evidence about information to determine and report on the degree of
correspondence between the information and established criteria. Auditing
should be done by a competent, independent person.” Audit dapat diartikan
sebagai akumulasi serta evaluasi bukti-bukti yang ada tentang suatu informasi
akuntansi. Bukti-bukti tersebut digunakan untuk menentukan apakah informasi
sudah sesuai dengan kriteria yang seharusnya dan kemudian hasil dari tingkat
kesesuaian akan dilaporkan. Auditing seharusnya dilakukan oleh seorang yang
independen dan kompeten yang artinya harus dilakukan oleh seseorang yang ahli
24
dalam bidang audit serta seseorang profesional yang tidak memihak dan tidak
terpengaruh kepada kepentingan siapapun.
2. Menurut Agoes (2012:4) “Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan
secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan
keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan
pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat
memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut”.
Tujuan audit menurut SPAP (2011: 110.1) adalah: “Tujuan audit atas
laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk
menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi
keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.”
akan lebih berhati-hati dalam melakukan proses audit untuk mendeteksi salah saji
atau kecurangan. Auditor yang berkualitas akan melakukan audit yang berkualitas
pula (Wiryadi dan Sebrina, 2013:162).
Menurut Rapina et al. (2010), “Kualitas audit merupakan segala
kemungkinan dimana auditor pada saat mengaudit laporan keuangan klien dapat
menentukan pelanggaran yang terjadi dalam sistem akuntansi klien dan
melaporkannya dalam laporan keuangan auditan, dimana dalam melaksanakan
tugasnya tersebut auditor berpedoman pada standar auditing dan kode etik akuntan
publik yang relevan”. Dalam penelitian ini kualitas audit diproksikan dengan ukuran
KAP (KAP The big- 4 dan KAP Non The big- 4). Berikut adalah daftar KAP di
Indonesia yang berafiliasi dengan KAP big 4, diantaranya:
1. PricewaterhouseCoopers atau sering disingkat PWC. Perusahaan jasa akuntan ini
lahir di tahun 1998. Dimana PWC merupakan gabungan dari perusahaan jasa
Cooper & Lybrand (1854) dan Price Waterhouse (1849). kantor pusatnya terletak
di London, Inggris. Di Indonesia, PWC berafiliasi dengan KAP Tanudiredja,
Wibisana & Rekan.
2. Deloitte merupakan salah satu anggota dari big-4, dan berkantor pusat di New
York, USA. Di Indonesia, Deloitte berafiliasi dengan KAP Osman Bing Satrio.
3. Ernst & Young (EY), merupakan salah satu anggota dari big-4. Ernst & Young
berkantor pusat di London, UK. Di Indonesia, Ernst & Young Berafiliasi dengan
KAP Purwantono, Suherman & Surja.
4. KPMG (Klynveld, Peat, Marwick,Gordeler) KPMG berkantor pusat di
Amstelveen, Amsterdam. Di Indonesia, KPMG berafiliasi dengan KAP Sidharta
dan Widjaja.
digunakan sebagai salah satu cara untuk mengatasi masalah yang ada di perusahaan.
Dengan meningkatnya kepemilikan manajerial maka manajer akan termotivasi untuk
meningkatkan kinerjanya sehingga dalam hal ini akan berdampak baik kepada
perusahaan serta memenuhi keinginan dari para pemegang saham. Semakin besar
kepemilikan manajerial dalam perusahaan maka manajemen akan lebih giat untuk
meningkatkan kinerjanya karena manajemen mempunyai tanggung jawab untuk
memenuhi keinginan dari pemegang saham yang tidak lain adalah dirinya sendiri.
2.8 Profitabilitas
28
tahun 1973 oleh badan akuntansi profesional di Australia, Kanada, Perancis, Jerman,
Jepang, Meksiko, Belanda, UK dan Irlandia, serta Amerika. Dalam periode waktu
tersebut, peraturan-peraturan IASC tersebut diidentifikasi sebagai International
Accounting Standards (IAS). Pada bulan April 2001, IASB mengadopsi seluruh IAS
dan melanjutkan pengembangan standar yang dilakukan. Saat ini, lebih dari 100
negara telah diwajibkan atau membolehkan penerapan IFRS dan diperkirakan akan
semakin banyak negara di dunia menggunakan IFRS. Untuk Indonesia, sejak revisi
PSAK tahun 1994, IAI telah memutuskan untuk melakukan harmonisasi standar
PSAK kepada IFRS. Selanjutnya, harmonisasi tersebut diubah menjadi adopsi yang
ditujukan dalam bentuk konvergensi.
Perusahaan harus menilai berapa umur eknomis aset tidak berwujud. Bahkan,
apabila perusahaan tidak bisa melihat batas akhir kapan manfaat ekonomis aset
tidak berwujud tersebut berakhir, perusahaan dapat membuatnya menjadi aset
tidak berwujud dengan umur manfaat tak terbatas. Aset tidak berwujud dengan
umur manfaat tidak terbatas diperlakukan sama seperti goodwill, yakni dikenai
uji penurunan nilai setiap tahun dan tidak diamortisasi.
3. Pendekatan yang berfokus pada kebutuhan untuk penilaian profesional dalam hal
penyelesaian berwujud dengan umur manfaat tidak terbatas diperlakukan sama
seperti goodwill, yakni dikenai uji penurunan nilai setiap tahun dan tidak
diamortisasi. Karakteristik ini menunjukkan bahwa penilaian profesional
merupakan hal yang terpenting dalam penyelesaian masalah akuntansi. Hal ini
dikaitkan dengan penentuan umur ekonomis suatu aset tidak berwujud, yang
berdasarkan kriteria dan faktor yang diterima secara umum.
4. Pendekatan pada penggunan yang lebih besar nilai wajar (fair value) sebagai
dasar pengukuran penekanan 2 arah untuk memperoleh pengukuran yang dapat
diandalkan. Kriteria ini berlawanan dengan PSAK yang dianut sebelumnya, di
mana penilaian aset haruslah berdasarkan harga perolehan (historical cost).
5. Pendekatan persyaratan pengungkapan yang lebih ektensif. Karakteristik ini
menuntut pengungkapan yang lebih ekstensif dibandingkan dengan PSAK
terdahulu. Fokus kepada penyiapan laporan keuangan tidak lagi cukup, dalam era
IFRS di samping laporan keuangan, pengungkapan atas hal-hal yang mendasari
perlu disampaikan dalam catatan atas laporan keuangan (CALK).
pembaca aturan dalam menerapkannya. Keunggulan basis ini yaitu dalam hal
kemungkinan manajer memilih perlakuan akuntansi yang merefleksikan transaksi
atau kejadian ekonomi yang mendasarinya, meskipun hal sebaliknya dapat
terjadi.
3. Persyaratan pengungkapan yang lebih banyak dan lebih rinci, IFRS
mensyaratkan pengungkapan berbagai informasi tentang risiko baik kualitatif
maupun kuantitatif. Pengungkapan dalam laporan keuangan harus sejalan dengan
data/informasi yang dipakai untuk pengambilan keputusan yang diambil oleh
manajemen. Tingkat pengungkapan yang makin mendekati pengungkapan penuh
(full disclosure) akan mengurangi tingkat asimetri informasi (ketidakseimbangan
informasi).
Periode Keterangan
Komite PAI melakukan revisi mendasar atas PAI 1973 dan kemudian
menerbitkan Prinsip Akuntansi Indonesia 1984 (PAI 1984). Menjelang
akhir 1994, Komite standar akuntansi memulai suatu revisi besar atas
PAI dengan mengumumkan pernyataan-pernyataan standar akuntansi
1984-1994 tambahan dan menerbitkan interpretasi atas standar tersebut. Revisi
tersebut menghasilkan 35 pernyataan standar akuntansi keuangan yang
sebagian besar harmonis dengan IAS yang dikeluarkan oleh IASC.
Roadmap proses konvergensi IFRS di Indonesia terdiri dari 3 tahap, yaitu (Zamzani,
2011; IAI, 2011):
1. Tahap Adopsi (tahun 2007-2010): adopsi seluruh IFRS ke PSAK, persiapan
infrastruktur yang diperlukan, serta evaluasi dan kelola dampak adopsi terhadap
PSAK yang berlaku.
2. Tahap Persiapan Akhir (tahun 2011): penyelesaian persiapan infrastruktur yang
diperlukan dan penerapan secara bertahap beberapa PSAK berbasis IFRS.
3. Tahap Implementasi (tahun 2012): penerapan PSAK berbasis IFRS secara
bertahap dan evaluasi dampak penerapan PSAK secara komprehensif.
Konvergensi Standar Akuntansi Indonesia dengan IFRS dilakukan dengan
metode gradual, yaitu mengadopsi IFRS ke dalam PSAK secara bertahap, standar
demi standar. Pada tanggal 23 Desember 2008, IAI menerbitkan pengumuman
resmi bahwa Indonesia akan konvergensi penuh dengan IFRS per 1 Januari 2012
33
menjadi BEI pada bulan November 2007. BEI memperdagangkan seluruh produk
investasi yang dimiliki BEJ dan BES seperti saham, Kontrak Opsi Saham (KOS),
Exchange Traded Funds (ETF), Obligasi maupun Kontrak Futures baik Nikkei-225
Futures atau LQ45 Futures. Setelah diadakan pengabungan diharapkan nilai
kapitalisasi pasar BEI terus berkembang.
Berdasarkan situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) tentang sejarah BEI,
secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar
modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada
tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintahan Hindia
Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC.
Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan
pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada
beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut
disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan
kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan
berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan
sebagaimana mestinya. Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar
modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami
pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan
pemerintah.
Bursa Efek Indonesia membagi kelompok industri-industri perusahaan
berdasarkan sektor-sektor yang dikelolanya terdiri dari: sektor pertanian, sektor
pertambangan, sektor industri dasar kimia, sektor aneka industri, sektor industri
barang konsumsi, sektor properti, sektor infrastruktur, sektor keuangan, dan sektor
perdagangan jasa investasi.
2.11.2 Mahdi Safari Gerayli, Abolfazl Momeni Yanesari, Ali Reza Ma'atoofi
(2011), Impact of Audit Quality on Earnings Management: Evidence from
Iran
Gerayli et al. (2011) melakukan penelitian dengan judul Impact of Audit
Quality on Earnings Management: Evidence from Iran dengan menggunakan sampel
seluruh perusahaan non keuangan di Iran pada tahun 2004-2009. Hasil dari penelitian
kuantitatif yang dilakukan oleh Gerayli et al. menyatakan bahwa ukuran auditor
berhubungan negatif dengan earnings management diukur dengan discretionary
accrual, sehingga menunjukkan bahwa perusahaan yang menggunakan auditor big 4
36
2.11.5 Parviz Saeidi (2012), The Relationship between Income Smoothing and
Income Tax and Profitability Ratios in Iran Stock Market
Peneliti Dr. Parviz Saeidi (2012), dengan judul penelitian “The relationship
between income smoothing and income tax and profitability rations in Iran Stock
Market” dengan menggunakan variabel independen antara lain Income Tax,
Profitability (ROA,ROE), dan variabel dependen praktik perataan laba. penelitian ini
dilakukan pada perusahaan yang terdaftar di Iran stock exchange periode 2001-2007.
Hasil penelitian yang dilakukan Dr. Parviz Saeidi yaitu Semua variable memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap praktik perataan laba.
2.11.7 Roberto Carlos Klann dan Ilse Maria Beuren (2015), The Impact of the
International Accounting Convergence on Income Smoothing in Brazillian
Companies
Roberto Carlos Klann dan Ilse Maria Beuren (2015) melakukan penelitian
dengan judul The Impact of the International Accounting Convergence on Income
Smoothing in Brazillian Companies. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui
pengaruh dari proses konvergensi IFRS pada tingkat perataan laba (income
smoothing) pada perusahaan yang ada di Brazil. Penelitian tersebut menggunakan
pendekatan kuantitatif, berdasarkan model Barth, Landsman dan Lang (2008),
dilakukan dengan laporan keuangan dari 133 perusahaan pada periode 2005-2007
38
(pra-IFRS) dengan total 344 pengamatan, serta 106 perusahaan pada periode 2010-
2012 (post-IFRS), dengan total 289 pengamatan yang diambil dari database situs
Thomson ONE Banker. Metode penelitian yang digunakan oleh Klann dan Beuren
adalah teknik statistik regresi linier multivariat, uji F dan korelasi Pearson. Hasil
penelitian menunjukkan peningkatan pada tingkat perataan laba setelah konvergensi.
Dapat disimpulkan bahwa keefektifan proses konvergensi standar akuntansi negara
dengan standar internasional, untuk mendapatkan kualitas yang lebih baik dari
informasi akuntansi, tidak hanya bergantung pada konvergensi dari standar
akuntansi.
2.11.8 Dian Rohaeni dan Titik Aryati (2012), Pengaruh Konvergensi IFRS
Terhadap Income Smoothing dengan Kualitas Audit Sebagai Variable
Moderasi
Menurut Rohaeni dan Aryati (2012) konvergensi IFRS diduga mempengaruhi perataan
laba, karena penerapan IFRS akan berdampak pada semakin sedikitnya pilihan-pilihan
metode akuntansi yang dapat diterapkan sehingga akan meminimalisir praktik
kecurangan akuntansi.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Trisanti (2011) menunjukkan
bahwa penerapan IFRS menunjukkan pengaruh negatif yang signifikan terhadap income
smoothing, hal ini berarti pada saat adanya konvergensi IFRS akan mempengaruhi
tindakan manajemen untuk meminimalisir tindakan memanipulasi yang bertujuan untuk
kepentingan pribadinya.Selain itu, adanya konvergensi IFRS juga akan berdampak pada
pengungkapan yang lebih banyak dan lebih rinci, baik kualitatif maupun kuantitaif.
Dengan adanya pengungkapan yang lebih banyak maka akan mendekati dengan
pengungkapan penuh (full disclosure) sehingga akan mengurangi asimetri informasi.
Asimetri informasi akan menyebabkan terjadinya konflik agen dan principal yang
merupakan agency problem karena ketidakseimbangan informasi yang diterima oleh
keduanya, dimana agen akan mempunyai informasi superior dibanding dengan principal.
Oleh karena itu dengan adanya konvergensi IFRS maka akan mengurangi adanya agency
problem sehingga dapat menurunkan manajemen laba.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai
berikut:
H4: “Konvergensi IFRS berpengaruh negatif terhadap perataan laba pada perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
43
Profitabilitas (X4)
R c1,y1
Konvergensi IFRS (X4)
Variabel Kontrol