OLEH:
NOVANDRA MUHAMMADDIN
NIM : 7774230013
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER AKUNTANSI
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2023
EARNING MANAGEMENT
Manajemen laba dapat dilihat dari dua perspektif, yaitu perspektif laporan keuangan dan
perspektif kontrak. Dari perspektif laporan keuangan, manajer dapat menggunakan
manajemen laba untuk mempertemukan perkiraan laba oleh analis, yang mana dapat
menghindari kerusakan reputasi dan reaksi harga saham yang sangat cepat atas
ketidaksesuaian ekspektasi investor.
Dari perspektif kontak, manajemen laba dapat digunakan untuk melindungi Perusahaan dari
konsekuensi atas kejadian yang tidak terduga ketika kontrak tidak terpenuhi. Kontrak
kompensasi manajerial yang memungkinkan manajemen laba dapat menjadi lebih efektif
daripada tidak ada. Terlalu banyak manajemen laba, sebenarnya mengurangi kegunaan untuk
investor. Juga, manajemen laba berpengaruh pada motivasi manajer untuk berusaha lebih
karena manajer dapat menggunakan kompensasi yang mereka dapatkan dari waktu ke waktu,
walaupun mereka tidak dapat kompensasi jika tidak terpenuhi. Namun manajer dapat
menghilangkan risiko tersebut jika mereka berusaha keras.
Pemahaman mengenai manajemen laba sangatlah penting bagi akuntan, karena
memungkinkan sebuah pemahaman dari kegunaan laba, baik untuk investor maupun untuk
kontrak. Manajemen laba juga membantu akuntan untuk menghindari konsekuensi legal dan
reputasi yang serius yang muncul ketika perusahaan tertekan. Beberapa faktor yang dapat
memotivasi manajer melakukan manajemen laba, yaitu:
- Motivasi Kontraktual Lainnya
- Motivasi Kontrak Utang Jangka Panjang (Debt covenant)
- Motivasi Politik (Political motivation)
- Motivasi Perpajakan (Taxation motivation)
- Pergantian CEO (Chief Executive Officer)
- Penawaran Saham Perdana (Initial Public Offering / IPO)
POLA MANAJEMEN LABA
Manajemen dapat menggunakan beberapa variasi pola manajemen laba. Berikut adalah
sekilas dari beberapa pola yang ada:
1) Taking a Bath
2) Meminimalisasi Laba
3) Maksimalisasi Laba
4) Penghalusan Laba
BUKTI DARI MANAJEMEN LABA UNTUK TUJUAN BONUS
Sebuah penelitian yang berjudul “The Effect of Bonus Scheme on Accounting Decisions”
adalah sebuah investigasi dari motivasi kontraktual untuk manajemen laba Dimana manajer
memiliki informasi pada keuntungan Perusahaan sebelum melakukan manajemen laba.
Karena pihak luar, termasuk jajaran direksi sekalipun,mungkin belum mengetahui angkanya,
dia ”'pihak luar” memprediksi bahwa manajer akan mengatur keuntungan bersih untuk
memaksimalkan kompensasi yang akan didapatkan. Penelitian ini berbasis teori akuntansi
positif dan hanya dapat dikonfirmasi pada perusahaan yang menerapkan rencana
kompensasinya berdasarkan keuntungan yang dilaporkan saat ini. Bagaimana seorang
manajer mengatur keuntungan bersih? Diasumsikan para manajer menggunakan akrual.
Untuk penyederhanaan, asumsikan bahwa tidak ada item laporan laba rugi luar biasa dan
tidak ada beban pajak penghasilan. Asumsikan bahwa penjelasan dari empat item
sebagaimana berikut:
Beban amortisasi. Beban amortisasi tahunan tunduk pada kebijakan amortisasi
perusahaan dan masa guna aset. Oleh karena itu, perusahaan dapat mengganti
kebijakannya sebagai contoh, mengganti perkiraan masa manfaat dari sebuah asset.
Kenaikan di piutang bersih. Asumsikan bahwa ini adalah turunan dari penyisihan
piutang tak tertagih, dihasilkan dari perkiraan yang berkurang di tahun berikutnya.
Dalam hal ini manajemen memiliki fleksibilitas untuk mengendalikan jumlahnya.
Kenaikan di persediaan. Asumsikan ini adalah turunan dari manufaktur perusahaan
untuk stok selama masa kapasitas manufaktur kosong. Hasilnya adalah untuk
memasukkan biaya overhead tetap pada inventory daripada membebankannya pada
biaya sebagai varian volume yang tidak menguntungkan.
Pengurangan di hutang dan liabilitas akrual. Asumsikan ini adalah turunan dari
perusahaan yang optimis mengenai klaim garansi pada produknya daripada tahun-
tahun sebelumnya. Secara alternatif, sebagai tambahan, pengurangan juga bisa
dikarenakan mengategorikan item sebagai kontijensi daripada sebagai akrual.
Poin utama yang perlu dicatat adalah bahwa manajer memiliki pertimbangan untuk mengatur
laba bersih yang dilaporkan. Walaupun mudah untuk menentukan perubahan pada saldo akun,
namun alasan untuk perubahan sulit untuk diketahui oleh investor dan peneliti.
Bukti dari penelitian yang dilakukan oleh para peneliti menunjukkan konsistensi dari
hipotesis rencana bonus (bonus plan hypothesis) pada teori akuntansi positif.
Bagaimanapun,kita dapat melihat konsistensi ini dalam dua pandangan:
1. Pertama, mungkin pandangan yang paling alami adalah sebagai perilaku oportunis
dari manajer untuk mengekploitasi kekuatannya pada organisasi dengan
memaksimalkan utilitas mereka untuk mendapatkan konpensasi yang dijanjikan
secara maksimal.
2. Kedua, dari perspektif kontrak efisien. Ketika pengaturan kontrak untuk kompensasi,
perusahaan akan secara rasional mengantisipasi insentif manajer untuk mengatur laba
dan akan membolehkan untuk hal tersebut pada sejumlah kompensasi yang
ditawarkan. Pandangan manapun, kontrak untuk kompensasi benar-benar
memunculkan insentif manajemen laba.
KESIMPULAN
Manajemen laba ada karena adanya fakta bahwa laba sesungguhnya tidaklah eksis. Lebih
jauh, GAAP tidak secara penuh membatasi pilihan manajer pada kebijakan dan prosedur
akuntansi. Disamping mengurangi keandalan dan sensitivitas yang sering menemani
manajemen laba, ada argumen yang kuat bahwa manajemen laba berguna jika masih dalam
Batasan, yaitu:
manajemen laba memberikan fleksibilitas kepada manajer untuk bereaksi pada
realisasi yang tidak diantisipasi ketika kontrak tidak terpenuhi.
manajemen laba dapat digunakan sebagai kendaraan untuk komunikasi yang kredibel
dari informasi di dalam perusahaan kepada investor. Jadi, baik atau buruknya
manajemen laba bergantung pada bagaimana manajemen laba itu digunakan. Akuntan
dapat melakukan manajemen laba selama masih memperhatikan terkait hal-hal etis
yang ada.