Anda di halaman 1dari 6

RMK

TEORI AKUNTANSI
MANAJEMEN LABA

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Sutrisno T, Ak., CA

OLEH:
Wa Ode Irma Sari
NIM: 160020110011011

JOINT PROGRAM REGULER II A


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2017
BAB 11 MANAJEMEN LABA

1. Definisi Earnings Management


Copeland (1968) dalam Utami (2005) mendefinisikan earnings management sebagai,
some ability to increase or decrease reported net income at will. Ini berarti earnings
management mencakup usaha manajemen untuk memaksimumkan atau meminimumkan
laba, termasuk perataan laba sesuai dengan keinginan manajemen. Scott
(2003) mendefinisikan earning management sebagai sebuah tindakan yang dilakukan melalui
pilihan kebijakan akuntansi untuk memperoleh tujuan tertentu, misalnya untuk memenuhi
kepentingan sendiri atau meningkatkan nilai pasar perusahaan.
Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa Earning Management
merupakan suatu tindakan manajemen yang dapat berupa campur tangan dalam proses
penyusunan laporan keuangan dalam maksud untuk meningkatkan kesejahteraannya secara
peronel (pribadi) maupun untuk meningkatkan nilai perusahaan. Earning Management
dipandang dari dua perspektif, yaitu:
a. Pelaporan keuangan : untuk mencapai ramalan laba analisis, menciptakan aliran laba
yang smooth dan bertumbuh selama waktu tertentu
b. Pengontrakan : untuk memproteksi dari konsekuensi atas peristiwa tak diharapkan
ketika kontrak sulit dipenuhi dan tak sempurna
Earning Management yang terlalu banyak, dapat menurunkan kemampuan investor
menginterpretasikan laba neto sekarang, terutama jika Earning Management tersembunyi
dalam laba inti atau sebaliknya tidak diungkapkan secara penuh. Memahami Earning
Management dapat meningkatkan pemahaman tentang kemanfaatan laba bersih, baik untuk
pelaporan kepada investor maupun untuk pengontrakan. Pada hakekatnya praktik manajemen
laba menyebabkan reliabilitas dari laba tereduksi, karena di dalam manajemen laba terdapat
pembiasan pengukuran laba sehingga pelaporan laba menjadi tidak seperti yang seharusnya
dilaporkan. Perilaku manajemen laba dapat dijelaskan melalui Positive Accounting
Theory (PAT) dan Agency Theory.

2. Dasar Pemahaman dalam Earnings Management


Tiga hipotesis Positive Accounting Theory (PAT) yang dapat dijadikan dasar
pemahaman tindakan manajemen laba yang dirumuskan oleh Watts dan Zimmerman (1986
dalam Scott, 2009) adalah:
a) The Bonus Plan Hypothesis
Para manajer yang bekerja pada perusahaan yang menerapkan rencana bonus
akan berusaha mengatur laba yang dilaporkannya dengan tujuan dapat memaksimalkan
jumlah bonus yang akan diterimanya. Manajer perusahaan akan lebih memilih metode
akuntansi yang dapat menggeser laba dari masa depan ke masa kini sehingga dapat
menaikkan laba saat ini. Hal ini dikarenakan manajer lebih menyukai pemberian upah
yang lebih tinggi untuk masa kini.
b) The Debt to Equity Hypothesis (Debt Covenant Hypothesis)
Hipotesis ini menyatakan bahwa semakin dekat suatu perusahaan pada waktu
pelanggaran perjanjian utang maka para manajer akan cenderung untuk memilih metode
akuntansi yang dapat memindahkan laba perioda mendatang ke periode berjalan dengan
harapan dapat mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami pelanggaran kontrak
utang.
c) The Political Cost Hypothesis (Size Hypothesis)
Hipotesis ini menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan dengan skala besar dan
industri strategis cenderung untuk menurunkan laba guna mengurangi tingkat
visibilitasnya terutama saat periode kemakmuran yang tinggi.

3. Tujuan Earning Management


Pihak manajemen melakukan Earning Management untuk beberapa tujuan,
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Penentuan bonus, jika laba sebagai basis
b. Mencapai ekspektasi laba investor, berpengaruh pada harga saham
c. Penentuan kontrak utang, jika laba bersih sebagai basis
d. IPO, informasi laba mengawali penentuan harga saham.

4. Faktor-Faktor yang Memotivasi Manajer dalam melakukan Earning Management


Beberapa faktor yang dapat memotivasi manajer melakukan manajemen laba
(Scott: 2009), yaitu:
a) Motivasi Kontraktual Lainnya
Manajemen laba adalah contoh dari motivasi kontraktual, dimana insentif
untuk manajemen laba timbul dari karakteristik skema bonus, yang merupakan
kontrak antara perusahaan dengan manajernya yang menetapkan basis kompensasi
manajerial.
b) Motivasi Kontrak Utang Jangka Panjang (Debt covenant)
Manajemen laba dengan tujuan untuk memenuhi perjanjian utang timbul dari
kontrak utang jangka panjang. Perjanjian utang bertujuan melindungi peminjam
terhadap tindakan manajer. Pelanggaran terhadap covenant mengakibatkan cost yang
tinggi terhadap perusahaan. Oleh karena itu manajer berusaha untuk menghindari
terjadinya pelanggaran terhadap covenant.
c) Motivasi Politik (Political motivation)
Perusahaan besar yang aktivitasnya berhubungan dengan publik atau
perusahaan yang bergerak dalam industri strategis seperti minyak dan gas akan sangat
mudah untuk diawasi, sehingg perusahaan seperti ini cenderung untuk mengelola
labanya.
d) Motivasi Perpajakan (Taxation Motivation)
Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang paling
nyata. Penelitian Maydew (1997) membuktikan bahwa penghematan pajak menjadi
insentif bagi manajer (khususnya manajer yang mengalami net operating loss pada
tahun 1986-1991) untuk mempercepat pengakuan biaya dan menunda pengakuan
pendapatan.
e) Pergantian CEO (Chief Executive Officer)
Manajemen laba juga terjadi disekitar waktu pergantian CEO. Hipotesis
program bonus memprediksi bahwa ketika waktu mendekati pengunduran diri CEO
maka tindakan yang dilakukan adalah memaksimalkan laba untuk meningkatkan
bonus mereka. Sedangkan CEO yang kinerjanya buruk akan melakukan manajemen
laba untuk memaksimalkan laba mereka dengan tujuan mencegah atau menunda
pemberhentian mereka.
f) Penawaran Saham Perdana (Initial Public Offering/IPO)
Nampaknya informasi akuntansi keuangan yang dimasukkan dalam
prospektus bermanfaat sebagai sumber informasi. Terdapat kemungkinan bahwa
manajer perusahaan go public akan mengelola prospektusnya dengan harapan dapat
menaikkan harga saham.

5. Pola Manajemen Laba


Menurut menurut Scott (2009), pola manajemen laba dapat dilakukan dengan cara:
a) Taking a bath
- Selama periode ada tekanan organisasional atau reorganisasi
- Menghapus (writeoffs) aset demi biaya mendatang harapan
b) Income minimization
- Selama periode profitabilitas tinggi, di U.S pertimbangan pajak
- Sama dengan di atas hanya kurang ekstrem
c) Income maximization
- Selama laba sebagai ukuran bonus, penyimpangan dari perjanjian kredit
- Penggunaan akrual
d) Income smoothing
- Selama manajer berharp kompensasi yang besarnya konstan, untuk pengontrakan
kompensasi efisien
- Meratakan laba dapat mengirimkan informasi pihak dalam perusahaan kepada pasar
tentang kekuatan laba

6. Teknik Manajemen Laba


Adapun beberapa teknik dalam manajemen laba yang seringkali dilakukan dengan
tiga cara, yaitu:
a) Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi.
Cara manajemen untuk mempengaruhi laba melalui judgement terhadap
estimasi akuntansi antara lain: estimasi tingkat piutang tidak tertagih, estimasi kurun
waktu depresiasi aktiva tetap atau amortisasi aktiva tak berwujud, dan estimasi biaya
garansi.
b) Mengubah metode akuntansi.
Perubahan metode akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu transaksi,
contoh: mengubah metode depresiasi aktiva tetap, dari metode depresiasi angka tahun ke
metode depresiasi garis lurus. Strategi manajemen laba dengan pemilihan metode
akuntansi dan pengaturan waktu transaksi mempengaruhi manajemen laba dengan proksi
akrual kelolaan (Rahmawati dkk., 2010).
c) Menggeser periode biaya atau pendapatan.
Beberapa orang menyebut rekayasa jenis ini sebagai manipulasi keputusan
operasional (Fischer dan Rosenzweig: 1995). Contoh rekayasa periode biaya atau
pendapatan antara lain: mempercepat atau menunda pengeluaran untuk penelitian sampai
periode akuntansi berikutnya (Daley dan Vigeland: 1993), mempercepat atau menunda
pengeluaran promosi sampai periode akuntansi berikutnya, kerja sama dengan vendor
untuk mempercepat atau menunda pengiriman tagihan sampai periode akuntansi
berikutnya, mempercepat atau menunda pengiriman produk ke pelanggan, menjual
investasi sekuritas untuk memanipulasi tingkat laba, mengatur saat penjualan aktiva tetap
yang sudah tidak dipakai (Bartov: 1993).

7. Sisi Baik Earning Management


Alasan lain untuk perkembangan manajemen laba adalah bahwa ada "baik" sisi
untuk itu. Seperti disebutkan, kita dapat mempertimbangkan sisi baik dari manajemen
laba baik dari kontraktor dan perspektif pelaporan keuangan. Dari perspektif kontrak
sejauh mana laba manajemen bisa baik berhubungan dengan kontrak yang efisien versus
oportunistik bentuk teori akuntansi positif. Berdasarkan kontrak yang efisien, maka
diinginkan untuk memberikan manajer beberapa kemampuan untuk mengelola
pendapatan di dalam menghadapi kontak lengkap dan kaku. Kita harus berhati-hati untuk
tidak selalu menafsirkan bukti manajemen laba untuk bonus, perjanjian hutang, dan
alasan-alasan politik sebagai buruk. Manajemen laba bisa menjadi alat untuk
menyampaikan informasi kepada pasar, sehingga harga saham dapat lebih mencerminkan
prospek masa depan perusahaan.

8. Sisi Buruk Earning Management


Sisi buruk managemen laba, antara lain :
1. Menurut Healy (1999), manajemen laba mengaburkan informasi kinerja ekonomis
perusahaan karena ada kondisi dimana manajer perusahaan memiliki akses informasi
secara langsung sementara sebagian stakeholder tidak. Ada sebagian informasi yang
tidak tersampaikan ke stakeholder. Manajer disisi lain, memang dapat menggunakan
kebijakan untuk membuat laporan keuangan lebih informatif, mencerminkan kinerja
perusahaan sesungguhnya, misalnya melalui pemilihan metode akuntansi atau
estimasi untuk memberikan sinyal yang memadai agi penilaian kinerja perusahaan.
Akan tetapi kebijakan akuntansi untuk membuat laporan keuangan lebih informatif
kepada pengguna tidak masuk dalam definisi.
2. Kontroversi muncul ketika manajemen laba dikaitkan dengan moral/etika, apakah
tindakan manajer melakukan manajemen laba tidak akan menyesatkan pemakai
laporan keuangan. Apalagi karena laba merupakan komponen penting yang dipantau
para pemakai laporan keuangan. Ditinjau dari legalitas, tidak ada yang dilanggar
karena pemilihan metode akuntansi tidak melanggar standar akuntansi yang berlaku di
samping merupakan kewenangan manajer untuk memilih metode akuntansi yang akan
dipakai.

Anda mungkin juga menyukai