Anda di halaman 1dari 3

1.

Teknik Manajemen Laba


Setiawati dan Na’im (2000) menyatakan bahwa terdapat tiga teknik dan pola dalam
melakukan manajemen laba, antara lain:
a. Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi
Cara suatu manajemen mempengaruhi laba melalui perkiraan (judgement) terhadap
estimasi akuntansi adalah dengan:
- Estimasi tingkat piutang tak tertagih;
- Estimasi kurun waktu depresiasi aktiva tetap atau amortisasi aktiva tak berwujud;
- Estimasi biaya garansi;
- Lainnya.
b. Mengubah metode akuntansi
Perubahan ini digunakan untuk mencatat suatu transaksi. Misalnya merubah metode
depresiasi aktiva tetap dari metode garis lurus ke metode turun berganda.

c. Menggeser periode biaya atau pendapatan. Contohnya, yaitu rekayasa periode biaya
atau pendapatan yang meliputi mempercepat atau menunda pengeluaran untuk
penelitian dan pengembangan sampai pada periode akuntansi berikutnya,
mempercepat menunda pengeluaran promosi sampai periode berikutnya,

2. Kondisi Praktik Manajemen Laba


Trueman dan Titman (1988) menyatakan bahwa hanya manajer yang mampu
mengobservasi laba ekonomi perusahaan untuk setiap periode. Untuk pihak lain
mungkin dapat menarik kesimpulan terkait laba ekonomi dari laba yang dilaporkan oleh
perusahaan, sebagaimana yang telah diungkapkan oleh manajer. Dalam menyiapkan
laporan mungkin manajer dapat memindah antarperiode, pada saat sebagian laba
ekonomi diketahui sebagai laba akuntansi dalam laporan keuangan. Perpindahan tersebut
dapat dicapai melalui beberapa cara seperti misalnya pengakuan biaya pensiun,
penyesuaian penaksiran umur ekonomis, dan penyesuaian penghapusan piutang. Jika
manajer tidak
dapat memindah laba antarperioda maka laba yang dilaporkan oleh perusahaan akan sama
dengan laba ekonomi perusahaan pada setiap periode.
3. Pola Manajemen Laba
Menurut Scott (2000) dalam Wahyono, dkk (2013), pola manajemen laba dapat
1
dilakukan dengan berbagai cara diantaranya:

a. Taking a Bath

Pola ini terjadi pada saat reorganisasi perusahaan. Taking a bath mengakui adanya biaya-
biaya pada perioda yang akan dating dan kerugian pada periode berjalan sehingga manajemen
perlu membebankan perkiraan biaya mendatang. Hal ini akan membuat laba periode
berikutnya menjadi lebih tinggi.

b. Income Minimazation
Income Minimazation dilakukan saat perusahaan mencapai tingkat profitabilitas
yang tinggi sehingga bila laba periode mendatang diperkirakan akan turun drastis,
hal tersebut akan dapat diatasi dengan mengambil laba pada periode sebelumnya.
c. Income Maximization
Pola ini dilakukan ketika laba menurun dan bertujuan untuk melaporkan net
pendapatan yang tinggi dengan tujuan bonus yang lebih besar. Pola ini dilakukan
oleh perusahaan untuk menghindari pelanggaran atas kontrak hutang jangka
panjang.
d. Income Smoothing
Pola ini dilakukan perusahaan dengan menyamaratakan laba yang dilaporkan
sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar. Mengingat bahwa
seorang investor cenderung menyukai fluktuasi laba yang stabil.
e. Offsetting Extraordinary/Unusual Gains
Pola ini dilakukan dengan memindahkan efek-efek laba yang yang tidak biasa atau
temporal yang berlawanan dengan trend laba.

Manajemen laba dapat dilakukan melalui tiga pola, income increasing, income
decreasing dan income smooting. Masing-masing pola tersebut mempunyai tujuan
tertentu yang lebih spesifik. Scott (2000) dalam Nasution dan Setiawan (2007)
menyatakan bahwa manajemen laba dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya
menurunkan laba (income decreasing earnings management).

2
3

Anda mungkin juga menyukai