Anda di halaman 1dari 4

NI MADE DIAN KEMALA RATIH PALGUNADI/ 1807531045/ ABSEN 01

NOMOR 1

Apa yang mendorong manajemen melakukan manajemen laba ? Berikan contoh minimum 4
fenomena.

Menurut K. R. Subramanyam dan John J. Wild, sebagaimana dijabarkan di dalam bukunya, ada
beberapa insentif yang dapat mendorong terjadinya manajeman laba, yaitu:

a. Insentif perjanjian, di mana perjanjian yang menggunakan angka akuntansi seperti


kompensasi manajer yang mencakup bonus berdasarkan laba yang terdiri dari batas atas
dan batas bawah. Jika laba yang belum diubah berada di antara batas atas dan bawah,
manajer memiliki insentif untuk meningkatkan laba. Sedangkan apabila laba lebih tinggi
dari batas atas atau lebih rendah dari batas bawah, manajer memiliki insentif untuk
menurunkan laba dan membuat cadangan untuk bonus masa depan.
b. dampak harga saham yang dapat menyebabkan manajer dapat meningkatkan laba untuk
menaikkan harga saham perusahaan sementara sepanjang satu kejadian tertentu seperti
merger yang akan dilakukan atau penawaran surat berharga, atau rencana untuk menjual
saham atau melakukan opsi. Manajer juga melakukan perataan laba untuk menurunkan
ekspektasi pasar melalui pengungkapan sukarela yang pesimis sebelum tanggal
pengumuman dan kemudian meningkatkan laba untuk melampaui ekspektasi pasar.
c. insentif lain, yang dapat dilihat dari penurunan laba dengan tujuan untuk menghindari
biaya politik dan penelitian yang dilakukan badan pemerintah, misalnya untuk ketaatan
Undang-Undang Antimonopoli dan Internal Revenue Service (IRS). Selain itu, perubahan
manajemen yang menyebabkan terjadinya big bath, sebagai tanda bahwa manajer baru
harus membuat keputusan tegas untuk memperbaiki perusahaan

fenomena:

a. Taking a bath
Terjadinya taking a bath pada periode stress atau reorganisasi termasuk pengangkatan CEO
baru. Bila perusahaan harus melaporkan laba yang tinggi, manajer dipaksa untuk
melaporkan laba yang tinggi, konsekuensinya manajer akan menghapus aktiva dengan
harapan laba yang akan datang dapat meningkat. Bentuk ini mengakui adanya biaya pada
periode yang akan datang sebagai kerugian pada periode berjalan, ketika kondisi buruk yang
tidak menguntungkan tidak dapat dihindari pada periode tersebut. Untuk itu
manajemen harus menghapus beberapa aktiva dan membebankan perkiraan biaya yang akan
datang pada saat ini serta melakukan clear the desk, sehingga laba yang dilaporkan di
periode yang akan datang meningkat.
b. Income minimization
Bentuk ini mirip dengan ”taking a bath”, tetapi lebih sedikit ekstrim, yakni dilakukan
sebagai alasan politis pada periode laba yang tinggi dengan mempercepat penghapusan
aktiva tetap dan aktiva tak berwujud dan mengakui pengeluaran-pengeluaran sebagai biaya.
Pada saat profitabilitas perusahaan sangat tinggi dengan maksud agar tidak mendapat
perhatian secara politis, kebijakan yang diambil dapat berupa penghapusan atas barang
modal dan aktiva tak berwujud, biaya iklan dan pengeluaran untuk penelitian dan
pengembangan, hasil akuntansi untuk biaya eksplorasi.
c. Income maximization
Tindakan ini bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang
lebih besar. Perencanaan bonus yang didasarkan pada data akuntansi mendorong manajer
untuk memanipulasi data akuntansi tersebut guna menaikkan laba untuk meningkatkan
pembayaran bonus tahunan. Jadi tindakan ini dilakukan pada saat laba menurun. Perusahaan
yang melakukan pelanggaran perjanjian hutang mungkin akan memaksimalkan pendapatan.
d. Income smoothing
Bentuk ini mungkin yang paling menarik. Hal ini dilakukan dengan meratakan laba yang
dilaporkan untuk tujuan pelaporan eksternal, terutama bagi investor karena pada umumnya
investor lebih menyukai laba yang relatif stabil. Teknik untuk merekayasa laba dapat
dikelompokkan menjadi tiga kelompok (Setiawati dan Na’im, 2000). Pertama yaitu
memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi, antara lain: estimasi tingkat
piutang tak tertagih, estimasi kurun waktu depresiasi aktiva tetap atau amortisasi aktiva tak
berwujud, estimasi biaya garansi. Kedua yaitu mengubah metode akuntansi. Perubahan
metode akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu transaksi, contoh: mengubah
metode depresiasi aktiva tetap yaitu dari metode depresiasi angka tahun ke metode
depresiasi garis lurus. Ketiga yaitu menggeser periode biaya atau pendapatan, misalnya:
mempercepat atau menunda pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan sampai
periode akuntansi berikutnya, mempercepat atau menunda pengeluaran promosi sampai
periode akuntansi berikutnya, mempercepat atau menunda pengiriman produk ke pelanggan,
menjual investasi sekuritas untuk memanipulasi tingkat laba, mengatur saat penjualan aktiva
tetap yang sudah tidak dipakai.

NOMOR 2

Ceritakan dengan singkat fenomena big bath dengan ekspektasi manager masing-masing.

Fenomena big bath adalah suatu kondisi dimana manajer menggeser periode pengakuan
biayanya, sehingga terkesan merugi pada suatu periode namun pada periode berikutnya
mengalami kenaikan yang signifikan. Teknik ini bisa meningkatkan image positif di mata
stakeholder maupun shareholder. Strategi big bath dilakukan melalui penghapusan (write-off)
sebanyak mungkin pada satu periode. Periode yang dipilih biasanya periode dengan kinerja yang
buruk (seringkali pada masa resesi dimana perusahaan lain juga melaporkan laba yang buruk)
atau peristiwa saat terjadi satu kejadian yang tidak biasa seperti perubahan manajemen, merger,
atau restrukturisasi. Strategi big bath juga sering kali dilakukan setelah strategi peningkatan laba
pada periode sebelumnya. Oleh karena sifat big bath yang tidak biasa dan tidak berulang,
pemakai cenderung tidak memperhatikan dampak keuangannya. Hal ini memberikan kesempatan
untuk meningkatkan laba dimasa depan.

Contohnya, semisal laporan yang melakukan bigbath pada perusahaanya menggambarkan


seakan-akan manajer mampu menutup kerugian sebesar 200 pada tahun 2007 dengan
menghasilkan keuntungan sebesar 600 pada tahun 2008.
Pada kenyataan sebenarnya perusahaan hanya mengalami kerugian sebesar 100 pada tahun 2007
dan dapat menutup kerugian tersebut dengan menghasilkan laba sebesar 400 pada tahun 2008.
Bagaimana pun bentuknya, manajemen laba adalah tindakan yang tidak etis oleh kaum
profesional selevel manajer. Banyak terjadi perdebatan apakah ini bisa dikatakan bisa fraud atau
bukan karena pada dasarnya ngga ada duit yang dirampok ama manajer. Dengan menimbang
bahwa manajemen laba itu dibuat berdasarkan Standar Akuntansi yang berlaku, maka tidak bisa
dikatakan bahwa hal ini termasuk fraud.

NOMOR 3

Jelaskan langkah-langkah yang dapat digunakan untuk mengendalikan konflik keagenan.

1. Pertama, dengan meningkatkan insider ownership. Perusahaan meningkatkan bagian


kepemilikan manajemen untuk mensejajarkan kedudukan manajer dengan pemegang
saham sehingga bertindak sesuai dengan keinginan pemegang saham. Dengan
meningkatkan persentase kepemilikan, manajer menjadi termotivasi untuk meningkatkan
kinerja dan bertanggung jawab meningkatkan kemakmuran pemegang saham.
2. Kedua, dengan pendekatan pengawasan eksternal yang dilakukan melalui penggunaan
hutang. Penambahan hutang dalam struktur modal dapat mengurangi penggunaan saham
sehingga meminimalisasi biaya keagenan ekuitas. Akan tetapi, perusahaan memiliki
kewajiban untuk mengembalikan pinjaman dan membayarkan beban bunga secara
periodik.
3. Ketiga, institutional investor sebagai monitoring agent. Moh’d et al, (1998) menyatakan
bahwa bentuk distribusi saham dari luar (outside shareholders) yaitu institutional investor
dan shareholders dispersion dapat mengurangi biaya keagenan ekuitas (agency cost). Hal
ini disebabkan karena kepemilikan merupakan sumber kekuasaan yang dapat digunakan
untuk mendukung atau menantang keberadaan manajemen, maka konsentrasi atau
penyebaran power menjadi suatu hal yang relevan dalam perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai