net/SriApriyantiHusain/pelaporan-korporat-analisis
FINANCIAL SHENANIGANS
A. Pengertian
Financial Shenanigans merupakan tindakan yang sengaja dilakukan oleh manajemen untuk mendistorsi
atau menyembunyikan atau mengubah kinerja atau kondisi finansial yang asli pada suatu entitas.
Dalam hal ini misalkan dewan komisaris independen yang akan berpihak kepada kepentingan
masyarakat (jika perusahaan publik).
3. Newly-public companies
Berikut ini adalah tujuh kategori teknik financial shenanigans yang biasa digunakan:
a. Mencatat pendapatan padahal masih banyak aktivitas layanan yang belum dilakukan
e. Mencatat pendapatan
c. Mencatat kas yang diperoleh dari transaksi pinjam meminjam sebagai pendapatan
5. Mengalihkan beban saat ini ke periode lampau ataupun masa depan, misalnya:
a. mereklasifikasi capitalized cost menjadi beban operasi
e. mengubah praktik akuntansi untuk mengalihkan beban saat ini ke periode sebelumnya..
c. mengakui beban yang akan memberikan manfaat ekonomis bagi perusahaan, seperti R&D, iklan dan
sebagainya.
Pada dasarnya, secara garis besar terdapat dua strategi utama dalam melakukan financial shenanigans,
yakni menggelembungkan pendapatan, serta menyusutkan pendapatan. Menggelembungkan
pendapatan dianggap punya dampak yang lebih serius, karena tidak merefleksikan kinerja perusahaan
yang sebenarnya, atau seolah-olah lebih baik. Sementara, menyusutkan pendapatan tidak bermasalah,
karena itu merupakan salah satu bentuk dari earnings management.
Atas dasar pertimbangan tersebut dan berdasarkan tujuh jenis financial shenanigans diatas maka
kelompok dapat mengatakan teknik yang paling berbahaya adalah pengakuan pendapatan fiktif. Karena
dengan demikian seolah-olah kinerja perusahaan terkait adalah baik dan investor akan terkelabuhi oleh
hal tersebut, baik yang dimaksud seolah-olah perusahaan menpunyai pendapatan yang besar padahal
tidak, jika hal ini berlanjut maka bisa dikatakan tujuan perusahaan untuk Going Concern tak akan
terpenuhi. Memang pada dasarnya pergeseran pengakuan pendapatan (mengakui lebih awal,
menahan, mengakui lebih cepat) juga berbahaya namun pada poin ini kelompok menilai bagaimanapun
pendapatan itu tetap terjadi hanya beda waktu pengakuan dan tidak ada pengurangan pendapatan,
walaupun memang hal ini mengindikasikan keburukan manajemen (Ingat kasus Xerox pada laporan
keuangan 1997-2000 menggeser waktu pengakuan pendapatan yang berakibat pada penurunan harga
sahamnya). Pada intinya adalah perusahaan mengakui apa yang memang menjadi haknya sementara
dalam pengakuan pendapatan fiktif perusahaan mengakui yang bukan menjadi haknya bahkan
mengelompokkan beberapa akun yang salah, misalnya Mencatat kas yang diperoleh dari transaksi
pinjam meminjam sebagai pendapatan. Ketika suatu perusahaan melakukan hal ini maka seolah-olah
rasio Debt to Equity Ratio (DER) perusahaan adalah baik yang artinya kreditur akan terkecoh akan
keputusan investasinya.
Berikut ilustrasinya :
“DER PT Mundur Maju 1.23 kali, kondisi ini terjadi ketika perusahaan mengakui utang sebagai
pendapatan. Padahal seharusnya DER perusahaan 0.90 kali. Artinya ketika investor melihat hasil yang
pertama dengan DER 1.23 kali ada kemungkinan investor akan melakukan investasi ke PT Mundur Maju
tersebut karena setiap 1 satuan utang akan dijaminkan dengan 1.23 satuan aktiva walau memang rasio
yang baik menurut beberapa penelitian adalah 1:2. Jika investor mengetahui hasil sebenarnya dengan
DER 0.90 kali kemungkinan investor untuk melakukan investasi kecil, jika pun ada pastinya dengan
tingkat pengembalian yang cukup besar karena memiliki risiko yang besar.”
Sama halnya dengan perbedaan pengakuan pendapatan, perbedaan waktu pengakuan beban juga
kelompok anggap tidak terlalu berbahaya, karena biasanya beberapa perushaan juga sampai sekarang
menggunakan teknik-teknik ini untuk pengakuan bebannya, misalkan melakukan iklan besar-besaran di
akhir tahun demi mengecilkan pendapatan tahun ini yang berujung pada penurunan laba dan pajak yang
kecil. Bagaimanapu juga nantinya beban tersebut akan diakui oleh perusahaan yang menjadi pembeda
adalah waktu pengakuan.
Demikian adalah beberapa teknik financial shenanigans yang umum dipraktekkan oleh perusahaan.
Analis maupun investor perlu lebih jeli dalam memperhatikan kemungkinan dijalankannya praktek-
praktek seperti ini.
Manipulasi Laporan Keuangan – Accounting Shenanigans
Artikel ini merupakan kelanjutan dari artikel sebelumnya mengenai Financial Reporting & Analysis –
Long Term Liabilities.
Motivasi perusahaan melakukan over stated earning di antaranya adalah untuk meet ekspektasi
analyst supaya perusahaannya tetap mendapatkan predikat yang bagus di mata investor, atau
misalnya memenuhi debt covenants, atau untuk meningkatkan incentive kompensasi bagi manajemen
dari shareholders (bahwa mereka kerjanya bagus).
Overstate atau understate pada liabilities: yaitu untuk mempercantik leverage ratios dan
liquidity ratios.
Understate assets:
Cash flow lebih sulit untuk di manipulasi karena merupakan laporan real cash flow keluar dan
masuk pada perusahaan. Tetapi tetap saja cash flow statement bisa di manipulasi, terutama Cash Flow
from Operation (CFO). CFO yang sustainable adalah penting bagi perusahaan sehingga beberapa
perusahaan berusaha memanipulasi CFO untuk mendapatkan outlook yang positive dari investor.
Manipulasi dapat di lakukan dengan cara misalnya:
Mempermainkan timing cash flow: misalnya seharusnya CFO pada Q4 2015 adalah minus, tetapi
di postpone ke periode berikutnya.
Menunda pembayaran hutang
Jadi perusahaan memilih salah satu atau beberapa dari hutangnya atau semua dari hutangnya,
di catat bukan sebagai hutang pada periode ini tetapi sebagai hutang pada periode berikutnya.
Contoh: perusahaan harus membayar hutang pada Q4 2015, tetapi di delay hutang tersebut
baru di bayar pada Q1 2016, dengan demikian maka Cash Flow from Operation (CFO) pada Q4
2015 akan terlihat lebih banyak karena tidak ada pembayaran hutang, sehingga pada laporan
keuangan tahun 2015 atau specifically Q4 2015 akan terlihat lebih bagus.
Perusahaan tidak bisa menunda hutang selama-lamanya, suatu saat pasti harus di bayar,
dan bentuk asli keadaan keuangan perusahaan akan ketahuan.
Skenarionya yaitu:
misalnya PT. ABC memiliki account payable = $2 juta yang harus di bayar kepada
suppliers (apabila PT. ABC membayarkan hutang ini, maka CFO akan berkurang).
Daripada membayar $2 juta dari internal cash perusahaan, PT. ABC datang ke bank BCD
dan pinjem duit $2 juta untuk bayar suppliers. Bank BCD setuju, dana cair, bayar ke
supplier dan supplier happy.
PT. ABC kemudian convert account payable senilai $2 juta tersebut menjadi notes
payable = $2 juta. Sehingga dari sisi cash flow statement tidak terjadi perubahan apa-
apa, padahal sebenarnya seharusnya PT. ABC membayar $2 juta kepada supplier dan
mengurangi CFO pada periode tersebut.
Di kemudian hari, pada saat PT. ABC membayarkan hutangnya kepada bank,
pembayaran tersebut atau cash out flow tersebut di catat dan di kategorikan sebagai
Cash Flow from Financing (CFF) instead of CFO, sehingga CFO perusahaan terjaga
terlihat bagus (karena misklasifikasi yang di sengaja oleh perusahaan).
Menjual Surat Berharga (Account Receivable)
Yaitu perusahaan menjual piutangnya kepada perusahaan lain yang biasanya di sebut SPE
(Special Purpose Entity) atau di sebut juga VIE (Variable Interest Entity), SPE atau VIE ini yang
nantinya merupakan perusahaan yang akan menerima cash pembayaran dari piutang tersebut.
Skenarionya yaitu:
Misalnya PT. ABC memiliki 3 piutang, sebut saja AR1, AR2, dan AR3. PT. ABC mengemas
ke tiga account receivable tersebut dan di jual kepada perusahaan lain sebut saja PT.
DEF. Jadi PT. DEF membeli surat berharga paket piutang tersebut dan memberikan cash
kepada PT. ABC, dan sebagai gantinya PT. DEF menerima surat berharga atau sekuritas
atas AR1, AR2, dan AR3.
Kemudian, yang terjadi adalah secara otomatis account receivable di PT. ABC akan
berkurang.
Penjualan PT. ABC akan naik, dan CFO akan terlihat melonjak karena menerima cash dari
penjualan surat berharga kepada PT. DEF. Padahal sebenarnya tanpa menjual A/R
tersebut, piutang tersebut pasti akan di bayar juga oleh customer kepada PT. ABC.
Skenario ini juga tidak bisa sustain karena perusahaan tidak selalu memiliki account receivable.
Jadi, simple nya metode ini adalah perusahaan meminjam uang dari SPE atau VIE dengan A/R
sebagai collateral. Ke depan nya, apabila perusahaan ini bangkrut, A/R tersebut akan menjadi
milik si SPE.
Contohnya:
Karyawan membayar kepada perusahaan saat exercise stock option (cash in flow bagi
perusahaan) = $20,000.
Maka, net cash outflow dari transaksi exercise stock option + buy back tersebut adalah =
-$4,000.
Menurut peraturan accounting, -$4,000 di kategorikan sebagai Cash Flow from Financing karena
cash out flow tersebut di gunakan untuk buy back stock dan di anggap sebagai aktivitas
financing.
Bagi analyst, untuk case seperti ini maka -$4,000 tersebut harus di adjust dan di kategorikan
sebagai CFO instead of CFF, karena sebenarnya yang terjadi adalah -$4,000 cash out flow
tersebut di gunakan untuk membayar kompensasi kepada karyawan. Jadi, apabila ada
perusahaan yang melakukan aktifitas seperti ini, maka CFO nya adalah overstated.
Cash out flow -$4,000 tersebut akan di anggap sebagai expense oleh perusahaan. Sehingga
secara otomatis metode ini akan membantu perusahaan membayar pajak lebih sedikit.
Concern yang lain apabila perusahaan melakukan stock buy back adalah, stock buy back akan
mengurangi outstanding share di market. Apabila outstanding shares berkurang, maka EPS akan
naik (perusahaan kelihatan bagus), Price-to-Earning ratio kemungkinan besar akan menjadi lebih
kecil karena faktor EPS nya yang naik (saham terlihat murah), sehingga biasanya akan
menyebabkan harga saham di market menjadi naik.
Mencatat revenue yang belum fully accepted oleh klien secara tertulis melalui berita acara.
Mencatat revenue atas suatu transaksi yang sebenarnya klien tidak memiliki obligasi untuk
membayar.
Mencatat revenue atas cash yang di terima dari meminjam uang kepada perusahaan lain
sebagai revenue operasional perusahaan, padahal bukan perusahaan financing.
Menjual investment atau sekuritas untuk di recognize sebagai gain, atau di gunakan untuk
reduce expenses (seperti contoh stock buy back di atas).
Misalnya menahan untuk mencatat revenue sebelum suatu aksi merger atau akusisi, supaya setelah
M&A revenue terlihat melonjak.
Penggunaan metode FIFO ketimbang average cost atau LIFO untuk pencatatan inventory.
Melakukan accrual loss terhadap contingency (suatu loss yang kemungkinan terjadi di masa
depan tetapi belum pasti).
Tidak mencatatkan alokasi dana untuk biaya warranties, retur, provision untuk doubtful
account yang kemungkinan tidak di bayar oleh klien.
Qualified opinion dari auditor: qualified opinion artinya auditor menemukan satu atau
beberapa situasi di dalam laporan keuangan yang tidak comply dengan prinsip akunting.
Tidak ada audit committee, atau audit committee rata-rata masih terafiliasi sama
perusahaan sehingga tidak netral.
Penurunan likuiditas.
Menelusuri CFO dengan earning, yaitu perubahan pada CFO dengan perubahan pada net
income selama periode tertentu. Wajarnya apabila earning bertambah, seharusnya cash flow
juga positive. Apabila earning positive tetapi cash flow negative pada suatu periode, maka
kemungkinan perusahaan melakukan manipulasi laporan keuangan.
Menelusuri AR versus revenue, yaitu apabila AR naik dengan fantastis tidak proporsional dengan
kenaikkan sales, ada kemungkinan di lakukan manipulasi atau pencatatan penjualan yang fiktif.
Perusahaan terlalu banyak melakukan transaksi off balance sheet financing (operating lease),
mungkin dengan tujuan supaya asset tidak membesar sehingga return on asset terlihat bagus.
Perusahaan meng capitalize operating expense menjadi asset, sehingga net income terlihat lebih
bagus.
Perusahaan melakukan LIFO liquidation pada inventory. Yaitu apabila penjualan pada periode ini
lebih besar daripada pembelanjaan inventory pada periode ini, sehingga stock inventory lama
harus di liquidate.
Sedikit pengulangan, LIFO yaitu Last In First Out, artinya pencatatan COGS di I/S akan
menggunakan harga stock yang terakhir kali di beli. Ketika di lakukan LIFO liquidation, yang
terjadi adalah stock lama dengan harga lebih murah (asumsi inflationary environment) akan
tercatat di COGS, sehingga COGS lebih kecil di match sama revenue saat ini yang lebih tinggi
menghasilkan net income yang lebih besar, namun trade off nya adalah pembayaran pajak yang
lebih tinggi karena EBIT yang lebih tinggi.
Apabila pada quarter terakhir tercatat revenue yang tinggi yang tidak seperti biasanya, atau
expenses yang rendah dan tidak wajar serta tidak terkait sama season tertentu, maka ada
indikasi perusahaan melakukan manipulasi laporan keuangan.
Kemudian dari 8 variable tersebut di kombinasikan dan di hasilkan suatu score di sebut dengan M-Score.
Apabila nilai M-Score di bawah -2.22 maka kemungkinan perusahaan tersebut prudent, tetapi apabila
M-Score lebih besar dari -2.22 maka kemungkinan perusahaan tersebut melakukan manipulasi pada
laporan keuangannya. Kita tidak perlu cape-cape menghitung M-Score, ada yang menyediakan excel
spreadsheet secara gratis, tinggal kita download dan input beberapa parameter dari financial statement
suatu perusahaan, dan M-Score akan di dapat. Keyword di Google untuk download spreadsheet
tersebut: “m score calculator”.
Kembali lagi, secanggih apa pun alat untuk mendeteksi fraud, maling selalu berusaha lebih kreatif untuk
menjebol. Jadi, M-Score pun katanya saat ini sudah tidak terlalu reliable lagi untuk di jadikan sebagai
tool untuk mengukur apakah sebuah perusahaan melakukan manipulasi atau tidak, karena
perusahaan memiliki banyak cara yang kreatif untuk melakukan manipulasi dan mengelabui formula M-
Score.
Memahami Financial Shenanigans, Kejahatan Finansial
Mungkin Anda masih ingat skandal Enron dan Worldcom pada tahun 2000-an? Atau yang termasuk baru
yakni kasus Satyam yang terjadi di India? Itu semua adalah contoh-contoh financial shenanigans yang
memang terjadi secara riil.
Pada dasarnya, secara garis besar terdapat dua strategi utama dalam melakukan financial shenanigans,
yakni menggelembungkan pendapatan, serta menyusutkan pendapatan. Menggelembungkan
pendapatan dianggap punya dampak yang lebih serius, karena tidak merefleksikan kinerja perusahaan
yang sebenarnya, atau seolah-olah lebih baik. Sementara, menyusutkan pendapatan tidak bermasalah,
karena itu merupakan salah satu bentuk dari earnings management.
Howard Schilit merupakan pengarang dibalik buku `Financial Shenanigans` yang dirilis pada tahun 1993.
Saat itu, mata orang belum terlalu terbuka terhadap masalah ini. Namun, begitu terkuaknya skandal
Enron dan perusahaan-perusahaan AS lainnya, namanya langsung meroket. Apalagi, ia sudah
memberikan peringatan terhadap laporan keuangan Enron sejak tahun 1995, namun tidak terlalu
didengar.
Berikut ini adalah tujuh kategori teknik financial shenanigans yang biasa digunakan:
5. Mengalihkan beban saat ini ke periode lampau ataupun masa depan, misalnya
· mereklasifikasi capitalized cost menjadi beban operasi
· meningkatkan umur aset untuk mengurangi beban amortisasi
· mengurangi asset reserve
· tidak mencatat aset yang nilainya sudah jatuh (impaired)
· mengubah praktik akuntansi untuk mengalihkan beban saat ini ke periode sebelumnya..
· mengubah asumsi akuntansi untuk menurunkan utang yang terlapor
· tidak mencatat unearned revenue
Demikian adalah beberapa teknik financial shenanigans yang umum dipraktekkan oleh perusahaan.
Analis maupun investor perlu lebih jeli dalam memperhatikan kemungkinan dijalankannya praktek-
praktek seperti ini.
sumber: http://managementfile.com
Akunting Kreatif ( Accounting shenanigan )
Creative Accounting
Pendahuluan
Seharusnya laporan keuangan menjadi alat informasi yang efektif bagi investor dan kreditor dalam
membuat keputusan penggunaan dana dalam bentuk investasi pada saham atau Surat utang.
Akan tetapi sangat naïf apabila pembaca berpikir bahwa pelapor, yaitu emiten yang di wakili oleh
direktur (CEO), apabila mereka tidak berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut.
Dalam kasus-kasus besar di America, Selain direktur, akuntan juga turut berkontribusi daam maniulasi
laporan keuangan, seperti terjadi pada kasus Enron.
Jadi manipulasi laporan dapat terjadi dengan kerjasama antara pelapor dan auditor.
Sebenernya beberapa kasus penyelewengan dapat kita temui Indonesia Akan tetapi dengan rendahnya
kasus yang terungkap di Indonesia, sulit untuk memperoleh contoh yang sangat jelas.
Manipulasi ini sering di sebut sebagai Creative Accounting atau Financial Shenanigans.
Bagian ini sengaja di pisahkan dari pembahasan tentang rasio, karena tidak membahas rasio tertentu
yang di kaitkan dengan creative accounting.
Walaupun demikian pemahaman tentang creative accounting tetap penting untuk di ketahui oleh para
pembaca dan analis laporan keuangan.
Manipulasi dilakukan dengan alasan tertentu yang member insentif kepada pelakunya. Beberapa alasan
melakukan manipulasi keuangan antara lain :
Seperti diketahui bahwa seorang direktur di kontrak oleh pemegang saham (pemilik) untuk menjalankan
bisnis perusahaan. Apabila mereka mencapai sasaran laba tertentu, maka mereka akan mendapatkan
pengakuan dalam beberapa bentuk, misalnya :
- Bonus
Pada saat anggaran sudah disetujui, dalam pelaksanaannya dapat saja terjadi bahwa laba tidak dapat
dicapai denganc ara yang normal.
Sementara itu direktur harus diukur kinerjanya pada akhir tahun. Sasaran laba tidak dapat tercapai bisa
disebabkan oleh beberapa alasan, misalnya :
Ide dasar manipulasi adalah bagaimana laba yang di laporkan sesuai dengan yang dikehendaki. Laba
yang dikehendaki akan bermuara terhadap bonus atau mempengaruhi harga saham, pada perusahaan
public, Khusus perusaahaan yang menerapkan ESOP (Employee Stock Option Propgram ), maka kenaian
harga saham akan berpengaruh secaralangsung terhadap kesejahteraan manajemen yang mempunyai
saham atau berhak membeli saham.
Arah manipulasi tidak hanya pada kenaikan laba saja, tetapi bagaimana kenaikan laba terebut membuat
persepsi pasar modal yang posifti dan mendongrak harga saham. Selanjutnya kenaikan harga saham
akan berpengaruh terhadap kesejahteraan manajemen.
Melakukan manipulasi keuangan dapat di lakukan dengan mudah, yaitu dengan mengubah tingkat
estimasi, misalnya umut asset. Suatu asset bernilai Rp 40 Milliar berumur 20tahun.
Maka penyusutan nya akan sebesar Rp 2 Miliar setahun. Manajemen meninjau asset tersbeut menjadi
berumur 40 tahun, maka penyusutannya turun menjadi Rp 1 Miliar.
Manajemen melaporkan kenaikan kinerja sebesar Rp 1 miliar berupa laba, tanpa melakukan pekeraaan
sesungguhnya, Ditinjau dari laba akuntansi maka laba meningkat Rp 1 Miliar, dilihat dari arus kas tidak
ada kenaikan sama sekali.
Cara lain yang terbua adalah pengakuan pendapatan. Peluang ini menjadi terbuka pada :
- Perusahaan jasa, dimana saat pengakuan memerlukan estimasi, misalnya dalam membuat faktur
penagihan.
- Perusahaan perdagangan, dimana jarak terbentang cukup lebar antara barang di ambil di gudang
penjual sampai diterima di gudang pembeli.
Pelanggarn di bidang pelaporan keuangan tidak secara langsung terindentifikasi menjadi peristiwa
kejahatan. Apalagi kalau hal tersebut di bungkus dengan kebijakan manajemen. Ada laporan keuangan
perusahaan public yang wajib di audit, yaitu laporan keuangan tahunan. Sedangkan laporan triwulanan
menjadi laporan yang tidak wajib audit.
Dengan demikian laporan triwulanan menjadi lebih mungkin di garap dalam manipulasi. Penjualan yang
tidak merata antar triwulan menjadi terbuka kemungkinannya untuk di manipulasi. Memajukan atau
memundurkan pendapatan dalam rangka mencapai pendapatan tertentu untuk dilaporkan adalah
peluang yang besar. Apalagi kalau secara total penjualan nya memang tidak di geser antar waktu , alias
masih pada tahun yang sama. Maka secara total penjualan nya tidak berubah.
Jadi secara total tidak, tetapi secara triwulanan laporan tersebut menyesatkan. Menyesatkan di sini
harus di artikan bahwa laporan keuangan dapat di jadikan sandaran sebagai dasar pengambilan
keputusan apakah investasi saham atau surat utang.
Ciri-ciri Pelaku
Sayangnya kejahatan kerah putih tidak dengan mudah di kenali dari cirri fisik pelakunya. Beberapa cirri
pelaku yang dapat di indentifikasi antara adalah.
Pengetahuan akuntansi yang memadai dapat di gunakan untuk memanipulasi laporan keuangan. Pelaku
berlatar belakang akuntansi lebih dahulu bagaimana melakukan “treatment” terhadap laporan
keuangan dibanding dengan latar belakang non akuntansi dan keuangan.
Dalam memahami manipulasi akan lebih mudah kalau kita mengarahkan pengaruhnya terhadap :
- Dalam rangka mencapai laba seperti yang ingin di laporkan, terdapat peluang untuk bermain
(manipulasi).
Laba adalah selisih antara pendapatan dan beban. Dengan demikian maka laba dapat di tingkatkan
dengan :
Peningkatan pendapatan dan penurunan beban dapat dilakukan secara terpisah atau bersama-sama
sekaligus.
Menemukan Manipulasi
Menemukan manipulasi laporan keuangan tidak dengan sendirinya di mulai dari laporan keuangan.
Kemungkinan menemukan manipulasi dapat dilakukan dengan cara memperhatian beberapa item.
Manipulasi Laporan Keuangan ( Financial Shenaningans ) , adalah kegiatan yang secara sengaja
mendistorsi laporan keuangan dan kondisi keuangan. Secara sistematis manipulasi laporan keuangan
dapat di bagi menjadi 7 Cara dengan 30 Trik.
Pada bagian ini akan di bahas secara garis besar contoh dari trik yang ada.
Peluang ini terjadi terutama pada perusahaan jasa, misalnya perusahaan penjual perangkat lunak
computer. Kebiasaan dalam industry perangkat lunak adalah adanya perjanjian kontrak.
Misalkan perusahaan mempunyai kontrak penjualan selama 6 tahun. Pendapatan akan di akui selama 6
tahun secara proporsional. Misalnya suatu saat perusahaan mengalami penurunan penjualan secara
signifikan karena kalah bersaing.
Perusahaan kemudian mengubah cara pengakuan pendapatan dari proporsional selama 6 tahun
menjadi 1 tahun. Yang terjadi kemudian adalah penjualan meningkat, tetapi tidak terjadi peningkatan
arus kas. Laba juga meningkat untuk tahun tersebut. Pertanyaannya adalah sampai kapan perusahaan
dapat melakukan hal tersebut secara terus menerus?. Di tahun tahun berikutnya semakin susah untuk
menarik pendapatan mendatang ke periode sekarang karena :
Manipulasi jenis ini tidak dapat bertahan lama sepanjang kondisi bisnis sesungguhnya memang menurun
secara sistematis dn permanen.
Kalaupun perusahaan dapat mengelabui pasar sesaat dengan melaporkan peningkatan laba sehingga
harga saham meningkat, maka periode berikutnya sulit untuk bertahan dengan pola yang sama. Suatu
saat akhirnya pasar akan mengetahui kondisi yang sesungguhnya.
Pendapatan semu terjadi apabila pendapatan yang di akui kurang dukungan dasar ekonominya. Seperti
diketahui bahwa pendapatan (revenue) diakui apabila sudah terjadi penyerahan barang dan jasa dari
penjual kepada pembeli. Transfer dari penjual ke pembeli haruslah bersifat menyerahkan barang atau
jasa dan pembeli mengetahui dengan sengaja menyerahkan barang atau jasa dan pembeli mengetahui
dengan sebenernya konsekuensi penerimaan barang tersebut beserta pembayarannya.
Hal yang sulit di endus oleh auditor adalah adanya kontrak tambahan ( side contract ), di luar kontrak
penjualan yang utama. Pada kontrak tambahan tersebut bisa aja isinya memodifikasi kontrak utama.
Contohnya adalah :
- Pada kontrak tambahan disebutkan bahwa pembeli bisa saja mengembalikan barang kapan saja
apabila diperlukan dengan pengembalian penuh.
- Menjual asset tetap, misalnya tanah yang dibeli sekian tahun yang lalu, sehingga memperoleh
gain yang besar dengan sekali pukul.
- Gain sekali pukul di laporkan sebagai pengurang biaya. Cara ini akan sama besar pengaruhnya
apabila di cantumkan sebagai gain biasa. Akan tetapi efek bagi pembaca akan lain, karena mungkin
pembaca akan melihatnya sebagai perbaikan efesiensi.
Isu yang sering dihadapi manajemen dalam pengeluaran yang besar adalah pengelompokkan kedalam
salah satu criteria dari :
Apabila pengeluaran operasional yang cukup besar terjadi pada tahun tersebut dan dilaporkan sebagai
biaya, maka jelas laba akan turun. ALternatif kedua adalah manajemen dengan berbagai macam alasan
akhirnya bisa membuatnya diklasifikasi sebagai investasi. Maka efek dari pengeluaran tersebut akan
lebih kecil karena di bebankan sebagai penyusutan.
Akuntansi juga berhubungan dengan masalah estimasi. Perusabahan estimasi umut suatu asset tetap
dengan sendirinya akan membuat laba terlihat lebih besar. Akan tetapi efek terhadap arus kas akan
sama saja, kecual hal tersebut secara langsung mempengaruhi jumlah pajak yang di bayarkan.
Pada perusahaan dengan persediaan sebagai asset utama di bagian asset lancar, tersedia peluang untuk
melakukan valuasi atas persediaan tersebut. Kasus semacam ini cocok untuk suatu kondisi dimana :
- Secara fisik persediaan masih terlihat ada, walaupun secara fungsi sudah menurun.
- Buku yang sudah tidak sesuai tren, atau edisi barunya sudah keluar.
- Suku cadang computer yang teknologinya cepat berubah, sementara valuasi persediaan
menggunakan biaya (cost)
Kewajiban timbul karena beberapa hal. Kewajiban terhadap kreditur pendanaan timbul setelah adanya
penerimaan dana dari kreditur. Sementara kewajiban di luar pendanaan, mungkin, timbul karena :
Kasus kedua terjadi pada sisi pendapatan. Perusahaan harusnya menunda pengakuan pendapatan
sampai ada penyerahan barang atau jasa. Apabila pendapatan di muka dia kui sebagai pendapatan,
pelapor di untungkan dengan dua:
Karena beberapa sebab, sebuah perusahaan pada tahun tersebut memperoleh pendapatan yang besar.
Manajemen memprediksi bahwa target dari laba pada tahun tersebut sudah akan tercapai. Dari segi
kinerja, manejemn sudah merasa aman. Sementara itu manajemen melihat kemungkinan lain yang
belum jelas, yaitu bagaimana prospek pendapatan tahun depan.
Cara yang bisa di tempuh perusahaan adalah dengan menggeser pendapatan ke masa yang akan datang.
Tindakan ini adalah untuk mengamankan target tahun berikutnya yang belum bisa diharapkan sebaik
tahun sekarang.
Perusahaan bisa saja mengalami masa sulit. Masa sulit bisa berlanjut ke waktu yang akan datang. Salah
satu kesulitan bisa timbul dengan adanya biaya-biaya di periode yang akan datang. Untuk hal ini
manajemen bisa saja menggunakan trik menggeser biaya ke periode sekarang.
- Menghapus asset yang seharusnya masih bai atau bisa di gunakan di periode sekarang
Teknik pertama membuat laba di waktu yang akan datang kelihatan lebih tinggi karena sebagai
beban( biaya) yang akan terjadi sudah ditarik ke masa sekarang. Teknik kedua adalah dengan
mempercepat biaya yang penetapannya sangat tergantung keputusan (discretionary expense).
Ciri khas biaya diskresioner adalah pengeluarannya tidak langsung mempengaruhi kinerja atau
pendapatan. Dengan menariknya ke periode sekarang, maka biaya di waktu yang akan datang menjadi
lebih kecil, dan dengan sendirinya laba akan membesar.
Kesimpulan
Para manajer dituntut untuk memperoleh laba sesuai yang di targetkan oleh investor. Dalam
pelaksanaannya target tersebut tidak selalu dapat di capai. Kondisi ekonomi memburuk, dan
ketidakmampuan manajemen bersaing di sertai tidak terhaganya etika para manajer, maka melakukan
creative accounting (shenanigan ) menjadi jalan keluar yang mampu mendongkrak kinerja dalam waktu
singkat.
Melakukan manipulasi tidak dapat di lakukan secara terus menerus. Cepat atau lambat pasar akan
mengendusnya sehingga informasi yang terungkap akan mengoreksi harga saham. Dengan
terungkapnya informasi tersebut reputasi para manajer itu sendiri akhirnya juga akan hancur.
Narasumber : Investigasi Laporan Keuangan dan Analisis Rasio Keuangan - Toto Prihadi - Pengembangan
eksekutif
Mengatasi Financial Shenanigans
Tidak ada obat mujarab untuk mengatasi penyakit yang kronis terhadap praktek earning management
yang dijalankan oleh perusahaan karena sifat dasar manusia yang tidak akan pernah merasa puas
terhadap yang dimiliknya.
Namun demikian Howart Schilit, mengatakan bahwa paling tidak masyarakat dapat mengurangi dampak
dari praktek yang tidak sehat ini dengan mnelakukan antara lain:
Improving auditors ability to audit
Improving training for user of financial report
Improving the control environment within organization
Restructuring managers incentive and governance.
Keempat hal tersebut diatas hanya dapat dilaksakan jika semua pihak seperti pemerintah, penegak
hukum, internal dan independent auditors, dewan komisaris, audit komite, dan pihak
– pihak lainnya yang terkait dapat menjalankan fungsinya secara memadai.
Dari sisi manajemen perusahaan (BOD) perlu memiliki etika dan intergritas yang baik dalam
menjalankan tugasnya.
Sudah sejak lama peran dan profesi akuntan menjadi sasaran kritik masyarakat pada umumnya dan
dunia usaha pada khususnya. Keprihatinan tersebut memuncak pada masa – masa sulit dimana semua
telinga akan tertutup bagi para independen auditor (prakarsa,1996)
Dalam kondisi yang sangat tidak menentu ini, potensi resiko yang dihadapi KAP menjadi semakin tinggi
yang tidak sebanding dengan professional fee yang diperoleh oleh KAP itu sendiri.
Earning management yang bersifat abusive dapat dikatagorikan merupakan tindakan kecurangan dan
dapar diklasifikasikan sebagai tindak pidana, yang berakibat akan di kenakan sanksi pidana.
Manajemen perusahaan yang melakukan kecurangan dalam menyusun laporan keuangan perushaan
akan dikenakan sanksi pidana ex pasal 263 KUHP(penipuan) Selanjutnya, perusahaan yang melakukan
kecurangan dalam penyusunan laporan keuangan perusahaan dan menerima class action dari
independent auditor (misal, wajar tanpa pengecualian, wajar dengan empasis paragrafh”dsb) dapat
dikenakan sanksi pidana ex pasal 263 KUHP ayat (2) KUHP(memakai surat palsu dalam melakukan
pemeriksaan), pasal 55 (melakukan atau menyuruh melakukan atau turut serta melakukan perbuatan),
Pasal 56 dan 57 KUHP(membantu kejahatan).
Dasar pandangan universal menyatakan bahwa manajemen perusahaan yang mempunyai tanggung
jawab utama untuk:
Menyajikan Laporan Keuangan secara benar, sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang
diterapkan secara taat asas;
Memberikan keterangan yang benar kepada auditor (dilarang melakukan misrepresentasi);
Menciptakan lingkungan pengendalian internal yang handal untuk mengurangi terjadinya kecurangan
dan memberikan peringatan dini apabila kecurangan masih juga terjadi.
Tanpa landas pemikiran universal mengenai tanggung jawab manajemen sebagaimana diatas, maka:
Tidak ada satu auditor pun di dunia yang dapat melaksanakan fungsi auditnya.
Tidak ada bursa efek didunia yang dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Tidak ada satupun badan pengawas seperti Bapepam, SEC, atau badan pengawasan lainnya dapat
menjalankan pengawasan sebagaimana mestinya.
IAI KAP secara khusus mengeluarkan Pernyaatan standar Audit (PSA) yang secara khusus mengatur
mengenai pertimbangan kecurangan dalam laporan keuangan dan tindakan larangan hukum yang
dilakukan oleh klien, yaitu:
a. SA Seksi 316 – PSA no. 70 tentang pertimbangan atas kecurangan dalam adit laporan keuangan.
b. SA Seksi 317 – PSA No. 31 tentang unsur tindakan pelanggaran hukum oleh klien
Kedua PSA itu secara khusus mengatur mengenai langkah – langkah yang perlu ditempuh oleh auditor
apabila menemukan adanya indikasi pelanggran hukum, atau kecurangan yang dilakukan oleh
manajemen perusahaan seperti:
Menaksir dampak resiko terhadap laporan keuangan secara keseluruhan
Berkomunikasi dengan tingkat manjemen yang lebih tinggi seperti komisaris atau komite audit
Berkomunikasi denga penasehat hukum klien atau penasehat hukum auditor
Mempertimbangan untuk mengundurkan diri dari penugasan.
Mengingat hal – hal tersebut bersifat sensitif, maka auditor perlu secara hati – hati dalam melaporkan
unsur pelanggaran hukum dan kecurangan yang dilakukan oleh kliennya dan disarankan untuk
berkomunikasi dengan konsultan hukum terlebih dahulu.
Menurut penelitian Center for Finacial research &Analysis (CFRA) yang ada di US, terdapat 30 teknik
earnings management (shenanigans) yang biasanya dilakukan oleh perusahaan untuk mengelabuhi
investor atau stokeholders (Howart Schilit,2002). Dari 30 teknik tersebut, kemudian dibagi menjadi tujuh
katagori, yaitu:
Shenanigans No.1:
Recording revenue too Soon or of Questionable Quality
a. Recording revenue when future services remain to be provided
b. Recording revenue before shipment or before the customers unconditional acceptance
c. Recording revenue even though the customer is not obligated to pay
d. Selling to an affiliated party
e. Giving the customer something of value as aquid pro quo Grossing up revenue
Shenanigan No.2:
Recording bogus Revenue
a. Recording sales that lack economic substance
b. Recording cash received in leading transactions as revenue
c. Recording investment income as revenue
d. Recording as revenue supplier rebates tied to future re-quired purchases
e. Releasing revenue that was improperly held back before a merger
Shenanigan No.3:
Boosting income with One-Time Gains
a. Boosting profits by selling undervalued assets
b. Including investment income or gains as part of revenue
c. Reporting investment income or gains as a reduction in operating expenses
d. Creating income by reclassification of balance sheet account
Shenanigan No.4:
Shifting Current Expenses to a Later or Earlier Period
a. Boosting profit by selling undervalued assets
b. Capitalizing normal operating costs, particularly if recently changed from expensing
c. Changing accounting policies and shifting current expenses to an earlier period
d. Amortizing cost too slowly
e. Failing to write down or write off impaired assets
f. Reducing asset reserves
Shenanigan No.5:
Failing to record or improperly reducing Liabilities
a. Failing to record expenses and related liabilities when future obligation remain
b. Reducing liabilities by changing accounting assumptions
c. Releasing questionable reserves into income
d. Creating sham rebates
e. Recording revenue when cash is received, even though futher obligation remain
Shenanigan No.6:
Shifting Current Revenue to a Later Period
a. Creating reserves and releasing them into income in a later period
b. Improperly holding back revenue just for an acquisition closes
Shenanigan No.7:
Shifting Future Expenses to the Current Period as a Special Charge
a. Improperly inflating amount included in a special charge
b. Improperly writing off in-process R & D costs from an acquisition
Dari 30 teknik earnings management (shenanigans) tersebut diatas pada dasarnya dapat juga
dikategorikan menjadi lima fenomena dasar (C Mulford and E Commiskey, 2003), yaitu:
1. Recognizing Premature or Fictitious Revenue
2. Aggressive Capitalization and Expended Amortization Policies
3. Misreported Assets and Liabilities
4. Getting Creative with the income Statement: Classification and Disclosure
5. Problem with Cash flow Reporting
Pola earnings management dapat dibedakan menjadi beberapa macam, antara lain:
Taking a Bath atau Big Bath
Pola ini terjadi pada saat perusahaan melakukan reorganisasi, termasuk penggantian CEO, jika
perusahaan harus melaporkan kerugian,manajemen akan melaporkan nilai kerugian yang lebih besar
dengan tujuan utnuk meningkatkan laba dimasa datang (Scott 2003 dan levit, dalam the Financial
numbers game by C Mulford and E Commiskey)
Income Minimization
Pola ini hampir sama dengan taking a bath namun tidak di laksanakan secara ekstrim dan dilakukan
dengan cara memilih kebijakan akuntansi yang mempunyai dampak mengurangi laba (income
decreasing).
Income Maximization
Pola ini dilakukan untuk tujuan untuk memperoleh bonus, compensations dan juga digunakan
perusahaan yang mendekati pelanggaran debt covenants (Scott,2003). Pola ini dapat dilakukan dengan
melakukan creative acquisition accounting yaitu perusahaan
akuisisi mengklasifikasikan sebagai harga beli sebagai in-process research and development yang
kemudian segera dihapuskan sehingga mengurangi biaya amortisasi harga beli sehingga laba di masa
dating akan meningkat (levitt, dalam the financial numbers Game by C mulford and E commiskey,2002)
Income Smoothing
Manajer memiliki insentif melakukan earnings management sehingga tetap berada antara bogey dan
cap. Jika manajer risk averse, mereka lebih suka aliran bonus yang konstan sehingga mereka meratakan
laba perusahaan (Healy,1985 dan Scott,2003)
Cadangan “Cookie jar”
Manajemen secara bebas membentuk cadangan di masa “boming”yang kemudian digunakan untuk
meratakan laba di masa “sulit”. Dimana booming tersebut cadangan justru cenderung diperbesar
sehingga dapat digunakan pada saat perusahaan mengalami kerugian ataupun penurunan laba agar
perusahaan tidak terlihat jelek (levitt, dalam the Financial numbers game by C Mulford and E.
Commiskey, 2002)
Abuse of Materiality
Penyesuaian tanpa didukung dengan dokumen lengkap sering diabaikan oleh auditor Karena jumlahnya
tidak material. Walaupun jumlahnya tidak material, namun penyesuaian perusahaan misalnya
meningkatkan laba perusahaan ataupun sebaliknya menurunkan laba perusahaan.
Revenue Recognation
Perusahaan mengakui pendapatan secara premature. Penjualan periode dimasa datang diakui sebagai
penjualan pada periode berjalan dan atau menggeser biaya penjualan periode mendatang untuk
menghasilkan laba yang dilaporkan pada tahun berjalan yang lebih tinggi dan melakukan hal sebaliknya,
jika ingin menurunkan laba yang akan dilaporkan.
Penelitian yang dilakukan oleh Scoot (1997), Healy dan Wahlen (1999), Defond and Jiambalvo (1994),
beattty et all (2002), Gaver and Gaver (1999), Jones (1991), Han and Wang (1998), Ramesh and Revshine
(2001), Aboody, Kznik et all (2000), Reidl (2004), wyatt (2004), serta Cheng dan Warfield (2005),
menunjukan bahwa tindakan manajemen untuk melakukan earnings management didorong oleh
motivasi berikut:
Bonus scheme motivation (bonus hypothesis)
Debt covenant hypothesis
Political atau size hypothesis
Pepajakan (Taxation)
Pergantian Management (CEO)
Initial public Offering (IPO)
Regulatory motivations
Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan tersebut, terbukti bahwa manajemen melakukan
earnings management karena adanya motivasi yang lebih bersifat opportunistic dibandingkan dengan
alasan efficiency. Pada dasarnya rewards yang diperoleh oleh management dengan melakukan earnings
management adalah :
Harga saham perusahaan yang semakin baik (share price effect),
biaya modal yang lebih rendah (borrowing cost effect),
manajemen insentif yang tinggi (bonus plan effect) dan
biaya politis yang rendah (political cost effect).
Tujuan dilakukannya earnings management adalah untuk memberikan fleksibilitas kepada manajemen
perusahaan untuk melindungi diri dan perusahaanya dalam menghadapi keadaan yang tidak diinginkan
seperti kerugian bagi pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak dengan perusahaan. Earning management
tidak mempengaruhi tingkat propabilitas perusahaan dalam
jangka panjang. Earnings management terjadi apabila manajemen menggunakan judgement-nya dalam
menyusun laporan keuanganya sehingga dapat menyesatkan stakeholders dalam menilai kinerja
perusahaan.
Posted by ken at 1:22 PM No comments:
Financial Shenanigans
ISTILAH UMUM
Beberapa istilah umum (common label) yang sering digunakan oleh para praktisi dan kalangan bisnis
tentang earnings management antara lain :
creative accountans practices,
income smoothing,
income manipulation,
agresive accounting,
financial numbers game
financial shenanigans
Istilah yang banyak digunakan di kalangan pasar modal di Amerika (USSEC) adalah financial shenanigans,
yaitu earnings management yang kadarnya mulai dari tingkatan sopan dan tidak berbahaya (benign)
sampai dengan tingkatan kotor (penipuan) dan membahayakan publik atau lebih dikenal dengan istilah
fraudulent financial statement (Schilit, 2002).
DEFINISI
Beberapa definisi earnings management, antara lain:
Menurut Scott (2000): Earnings management is the choice by a manager of accounting policies so as
to achieve some specific objectives.
Menurut SEC dalam annual report, reportnya tahun 1999,mengatakan: During 1999 we focused on
financial reporting problem attributable to abusive earnings management by public companies. Abusive
earnings management involves the use of various forms of financial performance in order to achieve a
desired redult (Washington DC, SEC, 1999 dalam C Mulford and E Commiskey, 2002).
Menurut C Mulford and E Commiskey (2002): Earnings management is the active manipulation of
accounting result for the purpose of creating an altered impression of business performance.
Hasil riset akuntansi didunia menunjukan bahwa biasanya earnings Management dilakukan bersamaan
dengan adanya restruktursasi usaha atau adannya pergantian manajemen yang dilakkan perusahaan.
Sedangkan akun dalam laporan keuangan yang paling disering dijadikan objek untuk melakukan earning
management adalah :
persediaan(inventory),
kewajiban (terutama aspek yang terakhir dengan discreationary accrual) dan
pengakuan pendapatan (revenue recornation).
Penelitian akuntansi juga menunjukan bahwa earnings management biasanya dilakukan kuartal 4 (Q4)
dalam periode pelaporan (reporting period).
Para akuntan harus lebih peka dan hati-hati dengan beberapa istilah dalam bisnis yang terkait dengan
huruf “R” seperti :
Retructuring,
Realign,
Redeploy,
Reconfigure,
Resize,
Right Size,
Rationalize,
Reposition,
Reingineer, dan
Reorganize.