Anda di halaman 1dari 19

Audit Forensik dan Pemeriksaan Keuangan

WEEK 9

Oleh:

Melinda Cahyaning Ratri 041814253017

Dyah Ayu Larasati 041814253024

MAKSI A2M

MAGISTER AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2019
Inventory and Other Non Cash Asset

1. OVERVIEW: NONCASH MISAPPROPRIATION DATA FROM THE ACFE 2015


GLOBAL FRAUD SURVEY

Frequency and Cost

Skema non kas memiliki biaya median yang lebih rendah dibandingkan fraud yang

ditargetkan pada kas.

Secara umum asset berupa persediaan dan perlengkapan adalah asset yang kerap disalahgunakan
(case yang lebih tinggi). Meskipun demikian, penyalahgunaan sekuritas memiliki tingkat kerugian
tertinggi dibandingkan kategori lain.

2. SKEMA PENYALAHGUNAAN ASET

Asset Misused / borrowed


Asset yang disalahkgunakan umumnya berupa kendaraan perusahaan, company supplies,
computer dan perlengkapan kantor lainnya. Contoh :
a. Pegawai menggunakan kendaraan kantor untuk melakukan kegiatan pribadi ke luar
kota
b. Pegawai menggunakan computer, persedian dan perlengkapan kantor lainnya untuk
melakukan pekerjaan personal di waktu kerja.
c. Pegawai mencuri persediaan perusahaan dan menggunakan persediaan tersebut untuk
membuat produk nya sendiri, sehingga hal ini membuat pegawai menjadi rival
dagang dari perusahaan.

Cost of Inventory Misuse

Biaya yang ditimbulkan dari inventory misuses cenderung sulit untuk di kuantfikasikan.
Biaya tersebut sesungguhnya dapat diabaikan apabila barang yang dipinjam dikembalikand
dengan kondisi baik. Namun, skema misuse ini akan bersifat costly ketika sebagai contoh
:

a. Pegawai meminjam asset perusahaan untuk mengerjakan pekerjaan sampingan,


akibatknya pegawai tersebut tidak melakukan pekerjaan kantornya dengan optimal
karena mengerjakan hal diluar job desk nya pada saat jam kantor. Hal ini akan
mendorong adanya produktifitas yang rendah, dan apabila perusahaan merespon
dengan merekrut tambahan pegawai, maka akan menyebabkan adanya penambahan
biaya di perusahaan
b. Apabila pekerjaan sampingan yang dilakukan berada pada bisnis yang sama dengan
employer maka akan menyebabkan perusahan kehilangan klien dan memberikan
tambahan biaya.
c. Barang yang dipinjam akan membuat peralatan lebih cepat rusak

Theft of Inventory

a. Larceny schemes
Larceny adalah tipe pencurian persediaan yang paling basic, pada skema ini
pegawai mengambil asset dari perusahaan tanpa adanya usaha untuk menutupinya
dalam catatan perusahaan. Secara umum skema non cash larceny tidak terlalu rumit.
Umumnya dilakukan oleh pegawai seperti orang gudang, inventory clerks, dan
shipping clerks) yang memiliki akses pada persediaan dan asset lain perusahaan.
Skema yang kerap dilakukan adalah set-aside scheme, dalam skema ini pegawai
yang memiliki tugas untuk mengeluarkan persediaan untuk kemudian dikirimkan pada
customer, menyisihkan beberapa persediaan dengan tujuan untuk
menyalahgunakannya. Karena persediaan tersebut visible rekan kerja pelaku tidak
menganggap hal tersebut sebagai upaya pencurian. Nantinya, ketika pelanggan
memberikan complain karena menerima kiriman yang kurang, perusahaan akan
langsung mengirimkan kekurangannya tanpa memastikan kembali kemana hilangnya
persediaan.
Skema ini dilakukan secara umum pada jam operasi perusahaan dan dapat
disaksikan langsung oleh rekan kerja lain. Hal ini dilakukan agar rekan kerja lain
memiliki asumsi bahwa rekannya memang sedang bertindakn jujur. Dan ketika ia
melihat rekannya sedang mengambil sesuatu dari kantor, mereka akan mengasumsikan
ia sedang melakukan tindakan yang legal di perusahaan, padahal tidak. Ironisnya,
pegawai yang mencuri persediaan umumny adalah orang yang memang dipercaya di
dalam organisasi. Dapat dipercaya karena mereka memiliki akses ke area terbatas,
brankas, supply roomi dsb.

FAKE SALES
A fake sale occurs when the accomplice of the employee-fraudster “buys”
merchandise, but the employee does not ring up the sale; the accomplice takes the
merchandise without making any payment
b. Asset requisitions and transfers
Permintaan aset dan hal lain yang memungkinkan aset nontunai dipindahkan dari satu
lokasi di perusahaan ke tempat lain dapat digunakan untuk memfasilitasi
penyalahgunaan aset tersebut. Penipu menggunakan dokumen internal untuk
mendapatkan akses ke barang dagangan tanpa menimbulkan kecurigaan.
Skema paling dasar terjadi ketika seorang karyawan meminta bahan untuk
menyelesaikan proyek yang terkait dengan pekerjaan, kemudian mencuri bahan
tersebut. Umumnya penipu hanya melebih-lebihkan jumlah persediaan atau peralatan
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan dan mencuri kelebihannya.
Karyawan yang tidak jujur juga dapat memalsukan formulir transfer properti sehingga
mereka dapat memindahkan persediaan atau aset lainnya dari gudang ke ruang
penyimpanan. Setelah barang dagangan berada di tangan mereka, para penipu hanya
membawanya pulang.

c. Purchasing and receiving schemes

Pada awalnya mungkin terlihat bahwa setiap skema pembelian harus berada di bawah
judul tagihan palsu, tetapi ada perbedaan antara skema pembelian yang diklasifikasikan
sebagai tagihan palsu dan yang diklasifikasikan sebagai penyelewengan non-kas. Jika
karyawan menyebabkan perusahaan mereka untuk membeli barang dagangan yang
tidak diperlukan perusahaan, ini adalah skema penagihan yang salah; kerugian bagi
perusahaan datang dalam membayar aset yang tidak ada gunanya. Jika aset dibeli
dengan sengaja oleh perusahaan tetapi hanya disalahgunakan oleh penipu, ini akan
diklasifikasikan sebagai skema pencurian persediaan.

Memalsukan Pengiriman Masuk

Salah satu cara paling umum bagi karyawan untuk menyalahgunakan fungsi pembelian
dan penerimaan adalah bagi orang yang ditugasi menerima barang atas nama
perusahaan korban — seperti pengawas gudang atau petugas penerima — untuk
memalsukan catatan pengiriman yang masuk. Masalah nyata dengan ini jenis skema
adalah bahwa jika laporan penerimaan tidak cocok dengan faktur vendor, akan ada
masalah dengan pembayaran. Dalam contoh ini, jika vendor menagih 1.000 unit tetapi
voucher yang menunjukkan akun hanya menerima 900 unit barang dagangan, maka
seseorang harus menjelaskan ke mana perginya 100 unit tambahan. Jelas, vendor akan
menunjukkan bahwa pengiriman penuh telah dilakukan, sehingga perhatian perusahaan
korban kemungkinan akan beralih ke siapa pun yang menandatangani laporan
penerimaan. Dalam hal ini, penipu berusaha menghindari masalah ini dengan
mengubah hanya satu salinan laporan penerima. Salinan yang dikirim ke hutang
menunjukkan penerimaan kiriman penuh, sehingga vendor akan dibayar tanpa
pertanyaan. Daripada menandai pengiriman yang pendek, penipu mungkin menolak
bagian dari kiriman karena tidak memenuhi spesifikasi kualitas. Pelaku kemudian
menyimpan barang dagangan "di bawah" daripada mengirimnya kembali ke pemasok.
Hasilnya sama seperti jika pengiriman telah ditandai pendek

d. False shipments of inventory and other assets


Untuk menyembunyikan pencurian inventaris dan aset lainnya, penipu terkadang
membuat dokumen pengiriman palsu dan dokumen penjualan palsu agar tampak bahwa
inventaris yang hilang tidak benar-benar dicuri tetapi dijual sebagai gantinya.
Dokumen yang memberi tahu departemen pengiriman untuk merilis inventaris untuk
pengiriman biasanya slip kemasan. Dengan membuat slip kemasan palsu, karyawan
yang korup dapat menyebabkan inventaris dikirimkan secara curang kepada diri
mereka sendiri atau kepada kaki tangan. "Penjualan" yang tercermin dalam slip
kemasan biasanya dibuat untuk orang fiktif, perusahaan fiktif, atau kaki tangan pelaku.
Dalam satu contoh, seorang karyawan kontrol inventaris menggunakan posisinya untuk
membuat dokumen palsu yang mengijinkan pengiriman inventaris senilai lebih dari $
30.000 kepada kaki tangannya. Penipu kemudian bisa menjual inventaris untuk
keuntungan mereka sendiri. Satu manfaat menggunakan dokumen pengiriman palsu
untuk menyalahgunakan inventaris atau aset lain adalah bahwa produk tersebut dapat
dihapus dari gudang atau gudang oleh orang lain selain penipu. Pelaku skema tidak
harus mengambil risiko ketahuan mencuri inventaris perusahaan. Sebaliknya,
perusahaan korban tanpa sadar memberikan aset yang ditargetkan kepada penipu.

3. CONCEALMENT
Concealing Inventory Shrinkage
a. Altered Inventory Records
Mengubah catatan persediaan abadi sehingga cocok dengan jumlah persediaan
fisik. Ini juga dikenal sebagai rekonsiliasi akun secara paksa. Alih-alih mengubah
inventaris abadi, penipu yang memiliki akses ke catatan dari penghitungan
inventaris fisik dapat mengubah catatan tersebut agar sesuai dengan total inventaris
abadi
b. Fictitious Sales and Accounts Receivable
Ketika pelaku membuat entri penyesuaian ke akun persediaan dan biaya penjualan
abadi dalam contoh sebelumnya, masalahnya adalah bahwa tidak ada transaksi
penjualan pada buku-buku yang sesuai dengan entri ini. Seandainya pelaku ingin
memperbaiki masalah ini, ia akan memasukkan debit ke piutang dan kredit terkait
ke akun penjualan untuk membuatnya tampak bahwa barang-barang yang hilang
telah dijual.
c. Writing Off Inventory and Other Assets
Menghapus inventaris dan aset lainnya adalah cara yang relatif umum bagi penipu
untuk menghapus aset dari buku sebelum atau setelah dicuri. Sekali lagi, ini
bermanfaat bagi penipu karena menghilangkan masalah penyusutan yang secara
inheren ada dalam setiap kasus penyelewengan aset non kas.
d. Physical Padding
Beberapa penipu mencoba membuatnya tampak bahwa ada lebih banyak aset yang
ada di gudang atau ruang stok daripada yang sebenarnya. Kotak kosong, misalnya,
dapat ditumpuk di rak untuk menciptakan ilusi inventaris tambahan.

4. DETECTION
a. Statistical Sampling
pemeriksa dapat memilih sampel acak, daftar permintaan pembelian acak yang
valid untuk menentukan bahwa semua daftar permintaan dalam sampel yang dipilih
disetujui dengan benar.
b. Physical Inventory Counts
c. Analytical Review
penipuan persediaan dapat dideteksi karena tren tertentu menjadi segera jelas.
Misalnya, jika harga pokok penjualan meningkat dengan jumlah yang tidak
proporsional relatif terhadap penjualan, dan tidak ada perubahan terjadi pada harga
beli, jumlah yang dibeli, atau kualitas produk yang dibeli, penyebab kenaikan harga
pokok penjualan yang tidak proporsional mungkin merupakan salah satu dari dua
hal: Persediaan akhir telah habis karena pencurian, atau entri palsu telah dibuat ke
akun persediaan untuk menyembunyikan penggelapan.
d. Computer-Generated Trend Analysis
e. Detailed Audit Program
 Do adequate, detailed, written inventory instructions and procedures exist?
 Do inventory procedures give appropriate consideration to the location and
arrangement of inventories?
 Do inventory procedures give appropriate consideration to identification
and description of inventories?
 Is the method of determining inventory quantities specified (e.g., weight,
count)?
 Is the method used for recording items counted adequate (e.g., count sheets,
prenumbered tags)?
 Are inventory tags used? If yes: (1) Are they prenumbered? (2) Is accounting
for inventory tags adequate, and does it include control with respect to tags
used, unused, and voided?

5. PREVENTION
a. Proper documentation
b. Segregation of duties (including approvals)
c. Independent checks
d. Physical safeguards

6. MISAPPROPRIATION OF INTANGIBLE ASSETS


a. Misappropriation of Information
Skema penyelewengan informasi biasanya termasuk pencurian oleh karyawan atas
informasi sensitif yang bersaing, seperti daftar pelanggan, strategi pemasaran,
rahasia dagang, produk baru, atau detail di situs pengembangan.
b. Misappropriation of Securities
Dalam satu kasus tertentu, direktur akuntansi dan keuangan, yang bertanggung
jawab untuk melakukan perdagangan, meninggalkan komputernya tanpa
pengawasan untuk waktu yang singkat ketika masuk ke salah satu akun investasi
perusahaan. Karyawan lain, seorang akuntan senior, mengambil kesempatan untuk
mengakses komputer direktur untuk menjual investasi senilai $ 15.000 dan
mengirimkan hasilnya ke perusahaan. Karena kontrol internal yang lemah, akuntan
senior dapat mencegat cek dan menyetornya ke rekening banknya sendiri.
REVIEW ARTIKEL

Judul : Intentions to Report Questionable Acts: An Examination of the Influence of


Anonymous Reporting Channel, Internal Audit Quality, and Setting
Penulis : Steven E. Kaplan dan Joseph J. Schultz
Jurnal : Journal of Business Ethics

1. Is the article published in a reputable, credible, and high-quality journal?


Artikel ini di publikasikan pada Journal of Business Ethics (Q1) yang diterbitkan oleh Kluwer
Academic Publishers; ruang lingkup jurnal dibatasi pada bidang Social Sciences, Art and
Humanities, Business, Management and Accounting, dan Economics, Econometrics and
Finance; score sitasi artikel tinggi karena setiap tahunnya cukup banyak menerima artikel.
2. Overall Questions:
a. What is the research question?
- Bagaimana keberadaan saluran pelaporan internal anonim memengaruhi niat
seseorang untuk melaporkan menggunakan salah satu dari dua saluran pelaporan
internal non-anonim (seperti ke manajemen atau ke departemen audit internal)?
- Apakah kualitas departemen audit internal memengaruhi niat seseorang untuk
melaporkan ke departemen audit internal?
- Bagaimana pengamat dari kesalahan potensial membuat keputusan untuk
melaporkan atau tidak dan ke saluran mana? Apakah dipengaruhi oleh
karakteristik kesalahan dan tingkat bukti yang tersedia untuk calon reporter atau
tidak?

b. Why is it important? (From both academic and practical perspective)


- Academic Perspective:
Penelitian ini memberikan kontribusi dalam literatur audit dengan mengeksplorasi
apakah niat seseorang untuk melaporkan menggunakan saluran pelaporan
tertentu. Penelitian ini fokus pada departemen audit internal karena hubungannya
yang unik dengan manajemen puncak dan komite audit dan karena variasi
substansial ada dalam komposisi, orientasi, dan pendanaan lintas departemen
audit internal.
- Practical Perspective
 Penelitian ini penting bagi perusahaan karena whistleblower memiliki
pengetahuan tentang kesalahan dan / atau tindakan yang dipertanyakan dalam
organisasi mereka dan dapat melaporkan pengetahuan itu kepada para pihak
dalam posisi untuk memperbaiki perilaku (Callahan dan Dworkin, 1992).
Proses whistleblowing yang efektif berfungsi sebagai mekanisme kontrol
penting untuk mencegah dan mendeteksi tindakan yang salah.
 Selain itu, penelitian ini juga penting bagi organisasi karena pelaporan
internal, non-anonim menawarkan kesempatan untuk meningkatkan
integritas pelaporan dan untuk memungkinkan sistem pelaporan yang lebih
efektif untuk memperbaiki tindakan yang dipertanyakan.

c. How is it addressed?
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental untuk memberikan bukti pada
hipotesis yang diajukan dan pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini, dengan
menggunakan mahasiswa MBA sebagai partisipan dalam penelitian.

3. Theory:
a. Is the theory appropriate for the study?
Penelitian ini tidak menjelaskan teori yang digunakan secara eksplisit. Penelitian ini
dibangun dari beberapa penelitian terdahulu berkaitan dengan pentingnya efektivitas
proses whistleblowing dalam mencegah dan memitigasi fraud.
- Near dan Miceli (1995) mengusulkan model whistle-blowing yang efektif dimana
whistleblowing dapat mengubah perilaku orang-orang yang melakukan kesalahan
atau tindakan yang dipertanyakan.
- Ketersediaan saluran pelaporan anonim mendorong efektivitas whistleblowing
karena biaya pribadi atau hasil buruk lainnya secara signifikan lebih rendah ketika
seorang karyawan menggunakan saluran pelaporan anonym, sehingga karyawan
akan lebih suka menggunakan saluran pelaporan anonim versus saluran pelaporan
non-anonim (Dozier dan Miceli, 1985; Gundlach et al., 2003).

b. Is the theory logically consistent?


Beberapa penelitian terdahulu yang digunakan sejalan dengan hasil interpretasi dari
pengujian hipotesis.
- Biaya pribadi diharapkan dianggap lebih rendah untuk saluran pelaporan anonim
dibandingkan dengan saluran pelaporan non-anonim (Ayers dan Kaplan, 2005).
Biaya pribadi yang dipersepsikan memengaruhi niat seseorang untuk melakukan
whistle blowing (Dozier dan Miceli, 1985; Miceli dan Near, 1992; Ponemon, 1994;
Schultz et al., 1993), sehingga niat untuk menggunakan saluran pelaporan non-
anonim menjadi lebih rendah saat saluran pelaporan anonim.
- Standar Institute of Internal Auditor (IIA) mengeluarkan stanadari bahwa auditor
internal bertugas untuk membantu organisasi mereka dalam mengidentifikasi dan
mengevaluasi eksposur yang signifikan terhadap risiko dan untuk memperkuat
manajemen risiko dan sistem kontrol organisasi mereka (PricewaterhouseCoopers,
2002; Vallario, 2003).
- Kegiatan audit internal secara kritis berhubungan dan mempengaruhi kualitas tata
kelola perusahaan (Grambling et al., 2004), serta efektivitas pengendalian internal
dan keandalan pelaporan keuangan (Antoine, 2004).
- Read dan Rama (2003, p.354) berpendapat bahwa auditor internal adalah outlet
alami bagi pelapor, dan menemukan bahwa 69% dari kepala auditor internal yang
termasuk dalam survei mereka menerima laporan kesalahan atau tindakan yang
dipertanyakan. Sekitar 40% dari laporan ini menuduh penipuan keuangan dan
sekitar 60% dugaan pelanggaran lainnya.

c. Do the hypotheses follow from the theory?


Hipotesis dibangun berdasarkan pro dan kontra argumen dari beberapa penelitian
terdahulu yang terkait.
- Hipotesis 1: Sehubungan dengan dua sistem pelaporan yang berisi saluran
pelaporan non-anonim yang sama dengan salah satu sistem pelaporan yang juga
mengandung saluran pelaporan anonim, niat melaporkan menggunakan saluran
non-anonim akan lebih rendah untuk sistem pelaporan yang juga berisi saluran
pelaporan anonim.
- Hipotesis 2: Niat untuk melaporkan ke departemen audit internal akan lebih kuat
ketika departemen audit internal berkualitas tinggi daripada kualitas rendah.

d. What are the conceptual dependent variables?


Variabel dependen dalam penelitian ini adalah niat pelaporan orang pertama untuk
melaporkan perilaku yang dipertanyakan.

e. What are the conceptual independent variables?


Penelitian ini memiliki tiga variabel independen, sebagai berikut: saluran pelaporan
anonim, kualitas dan skenario departemen audit internal.

4. Design :
a. What is the design
- Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan mahasiswa
MBA sebagai partisipan dalam penelitian. Siswa MBA malam biasanya memiliki
pengalaman kerja yang substansial dan akibatnya cenderung lebih dewasa dari
mahasiswa sarjana. Melalui pengalaman kerja mereka, siswa MBA mungkin secara
langsung atau tidak langsung dapat melihat atau menghadapi banyak peluang terkait
dengan tindakan yang dipertanyakan.
- Peserta diberikan materi yang berisi instruksi umum dan informasi latar belakang
tentang perusahaan manufactur, seperti informasi latar belakang termasuk
informasi tentang departemen audit internal, yang dimanipulasi di antara subyek.
Selanjutnya, peserta disajikan 3 skenario berbeda, masing-masing menggambarkan
anggota organisasi yang terlibat dalam tindakan yang dipertanyakan yang
ditemukan oleh anggota organisasi lainnya. Kemudian peserta diminta untuk
menanggapi setiap scenario dengan cara peserta memberikan beberapa niat
pelaporan.
- Untuk melengkapi kuesioner, para peserta merespons manipulasi cek dan beberapa
pertanyaan latar belakang. Mengingat sifat sensitif pertanyaan, maka para peserta
merespons secara anonim.

b. How are the dependent variables operationalized?


Niat Pelaporan Orang Pertama
Pada setiap skenario peserta diminta untuk memberikan niat pelaporan orang pertama.
Item niat pelaporan terpisah digunakan untuk setiap saluran pelaporan. Semua peserta
memberikan niat pelaporan kepada manajer dan auditor internal. Hanya para peserta
yang ditugaskan untuk perawatan tiga saluran yang memberikan niat pelaporan
anonim. Terdapat 7 poin pada skala respons poin (1) “sangat tidak mungkin” dan poin
7 “sangat mungkin. Langkah-langkah pelaporan-niat sedikit dimodifikasi sesuai
kebutuhan masing-masing dari dua skenario lainnya.

c. How are the independent variables operationalized?


Saluran Pelaporan Anonym
Peserta diberitahu bahwa penelitian ini melibatkan pembentukan niat pelaporan ketika
satu karyawan menemukan perilaku yang dipertanyakan oleh karyawan lain. Peserta
diberi instruksi mengidentifikasi saluran pelaporan yang tersedia bagi karyawan untuk
melaporkan dugaan praktik ilegal atau kejadian perilaku yang dipertanyakan.
Ketersediaan saluran pelaporan anonim dimanipulasi antara subjek. Peserta secara acak
ditugaskan untuk menggunaka dua atau tiga saluran.

Kualitas Departemen Audit Internal


Informasi latar belakang tentang perusahaan dapat menggambarkan fungsi departemen
audit internal. Kualitas departemen audit internal dimanipulasi antara subjek. Peserta
secara acak ditugaskan untuk menentukan tingkatan tinggi atau rendah dari kualitas
departemen audit internal. Untuk membangun fitur kualitas departemen audit internal
yang tinggi dan rendah, kami meninjau penelitian audit internal.

Skenario Audit Internal


- Mengikuti instruksi umum dan informasi latar belakang, para peserta membaca tiga
kasus singkat, masing-masing menggambarkan tindakan yang dipertanyakan oleh
sesama karyawan atau konsultan. Setiap skenario menggambarkan orang yang
terlibat dalam tindakan yang dipertanyakan yang ditemukan oleh anggota
organisasi lainnya. Karena setiap peserta mengevaluasi ketiga situasi. Tiga tindakan
yang dipertanyakan dimaksudkan untuk mewakili serangkaian tindakan yang
dipertanyakan yang dapat dipelajari oleh anggota organisasi.
- Tiga kasus berbeda di seluruh status pengamat, posisi pelaku yang jelas, sifat
tindakan yang dipertanyakan, dan tingkat kepastian tentang tindakan yang
dipertanyakan. Satu kasus melibatkan penipuan pelaporan keuangan. Satu kasus
melibatkan pencurian (juga dianggap sebagai jenis kegiatan penipuan oleh AICPA
(2002)). Kasus ketiga melibatkan kualitas kerja yang buruk / representasi yang salah
oleh konsultan.

d. What are other potentially influential variables?


- Dalam penelitian ini, setelah peserta menanggapi tiga skenario, peserta menjawab
pertanyaan cek manipulasi untuk menentukan apakah mereka menghadiri informasi
tentang departemen audit internal sehingga hasilnya dapat lebih valid.
e. Were data collection procedures sound?
- Penelitian ini menggunakan siswa MBA di metropolitan state university. Sembilan
puluh siswa yang terdaftar dalam kursus akuntansi manajerial menyelesaikan
kuesioner. Detailnya adalah sebagai berikut:
f. Data Analysis:
a. What data analysis techniques were used?
Penelitian ini menggunakan pendekatan eksperimental. Semua peserta dalam
penelitian ini diwajibkan memberikan niat pelaporan non-anonim kepada manajemen
dan departemen audit internal. Kemudian niat pelaporan kepada manajemen dan ke
departemen audit internal dianalisis secara terpisah menggunakan analisis varians
tindakan berulang (ANOVA). Analisis dilakukan dengan program model linier umum
SAS, yang mengakomodasi ukuran sel yang tidak sama.

b. Were the techniques appropriate for addressing the hypotheses?


Penelitian ini telah menggunakan teknik yang tepat. Miceli dan Near (1984)
menganjurkan penggunaan pendekatan eksperimental untuk melengkapi survei dan
pendekatan arsip. Schultz et al. (1993), Kaplan dan Whitecotton (2001), dan Ayers dan
Kaplan (2005) telah menggunakan metode eksperimental untuk mengeksplorasi niat
whistleblowing. Pendekatan eksperimental sangat cocok untuk studi saat ini di mana
fokusnya adalah pada pelaporan niat untuk beberapa saluran pelaporan. Selain itu,
penggunaan pendekatan eksperimental meningkatkan validitas internal.
g. Results
a. What were the results?
H1  Accepted
- Hipotesis 1 menyatakan bahwa peserta akan cenderung melaporkan menggunakan
saluran pelaporan non-anonim ketika sistem pelaporan juga berisi saluran pelaporan
anonim.
- Seperti yang ditunjukkan pada Tabel IV Panel A, niat untuk melaporkan kepada
manajemen lebih kuat di bawah kondisi dua saluran daripada di bawah kondisi tiga
saluran. Hasil ini konsisten dengan hipotesis satu.
- Untuk memberikan bukti lebih lanjut untuk menguji hipotesis satu, penelitian ini
secara terpisah melakukan ANOVA pada masing-masing dari tiga tindakan yang
dipertanyakan. Hasil untuk kasus akuntan staf dan kasus Assistant Purchasing
Manager menunjukkan pengaruh utama (p <0,05) yang signifikan untuk saluran
pelaporan anonim dan saluran pelaporan anonim dua arah yang tidak signifikan
oleh interaksi kualitas departemen audit internal. Untuk kasus staf dukungan
komputer, saluran pelaporan anonim maupun interaksinya dengan kualitas
departemen audit internal tidak signifikan. Dengan demikian, hasil dari ukuran
pelaporan departemen audit internal memberikan dukungan parsial untuk hipotesis
satu.
H2  Not Accepted
- Hipotesis dua mengusulkan bahwa peserta akan lebih cenderung melaporkan
tindakan yang dipertanyakan kepada departemen audit internal ketika kualitasnya
tinggi daripada kualitas rendah.
- Seperti yang ditunjukkan pada Tabel III, kualitas departemen audit internal tidak
secara signifikan terkait dengan niat pelaporan departemen audit internal. Dengan
demikian, hipotesis 2 tidak didukung.

b. Were the results credible?


Hasil penelitian ini diuji dengan menggunakan metode yang tepat, yaitu menggunakan
pendekatan eksperimental. Pendekatan ini memungkinkan tingkat kontrol yang tinggi
dan memberikan dasar yang lebih kuat untuk mengevaluasi hubungan sebab-akibat
daripada beberapa alternative (Maines et al., 2006; McDaniel dan Hand, 1996).
Pendekatan eksperimental sangat tepat untuk mengeksplorasi bagaimana niat
pelaporan secara sistematis dibentuk melalui beberapa saluran pelaporan.

h. Conclusions :
a. Did the results add to our knowledge about the studied subject at the time of the study
was conducted?
Penelitian ini memberikan kontribusi dalam literatur audit dengan mengeksplorasi
apakah niat seseorang untuk melaporkan menggunakan saluran pelaporan tertentu.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keberadaan saluran anonim memang
mengurangi kemungkinan pelaporan ke saluran non-anonim, dan secara umum kualitas
departemen audit internal tidak mempengaruhi pelaporan ke saluran non-anonim, dan
bahwa pengaturan kasus mempengaruhi jenis saluran yang akan digunakan.

b. What are possible extensions of this work?


Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menyelidiki hubungan eksplisit dan
pertukaran antara tindakan yang dipertanyakan dan saluran pelaporan.

Anda mungkin juga menyukai