Anda di halaman 1dari 7

NAMA : AMELIA ABRIANI ISMAIL

NPM :0227 1611 003

KELAS :VI A – AKUNTANSI

MATA KULIAH : AKUNTANSI FORENSIK DAN AUDIT INVESTIGATIF

KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN

1. Masalah Kecurangan Laporan Keuangan


Laporan keuangan menyajikan pengungkapan-pengungkapan
yang memilki arti penting mengenai bagaimana perusahaan sebelumnya,
bagaimana perusahaan saat ini dan bagaimana arah perusahaan
selajutnya. Laporan keuangan harusnya dipersiapkan dengan penuh
integritas dan menyajikan representasu posisi keuangan secara wajar
dari entitas yang menerbitkan laporan keuangan tersebut. Akan tetapi,
laporan keuangan terkadang dengan sengaja salah disajikan oleh pihak-
pihak yang mempunyai kepentingan. Salah saji tersebut bisa jadi
merupakan akibat dari adanya tindakan manipulasi, pemalsuan, atau
melakukan perubahan dalam catatan akuntansi. Sebagai akibat
kecurangan laporan keuangan tersebut, dapat menimbulkan kerugian
besar bagi para investor, kurangnya kepercayaan pada pasar dan sistem
akuntansi yang ada, hingga proses peradilan juga rasa malu yang harus
ditanggung oleh individu atau organisasi yang terlibat dalam kecurangan
laporan keuangan tersebut.
Masalah-masalah mengenai laporan keuangan tersebut timbul
bukan tanpa alasan. Alasan seseorang melakukan kecurangan lainnya
juga berlaku pada kecurangan laporan keuangan. Segitiga kecurangan
menunjukkan alasan-alasan seseorang dapat melakukan kecurangan,
yakni: Tekanan, Peluang/kesempatan, dan Rasionalisasi.
Dengan tiga elemen kecurangan di atas, sangat memungkinkan
seseorang melakukan sebuah kecurangan dalam lingkungan tempat
mereka bekerja. Akan tetapi, kecurangan yang lebih ‘dahsyat’ atau
Albrecht,dkk menyebutnya dengan ‘perfect fraud storm’ bisa saja terjadi,
apabila didukung dengan beberapa faktor. Kembali disebutkan oleh
Albrehct dkk, ada sembilan faktor yang menyebabkan ‘perfect fraud
storm’ tersebut.
Faktor 1: Ledakan Ekonomi

Menurut Albrehct, dkk ledakan ekonomi disebabkan oleh para eksekutif


yang percaya bahwa perusahaan mereka akan mengalami kesuksesan
melebihi pencapaian yang sebenarnya dan bahwa kesuksesan
perusahaan tersebut terutama dikarenakan pengelolaan manjemen yang
baik. Namun, kondisi tersebut hanya terlihat seperti itu, sedangkan dibalik
semua itu banyak perilaku-perilaku kecurangan yang disembunyikan.
Kondisi ledakan ekonomi-lah yang memberikan kesempatan pada pelaku
kecurangan untuk menyembunyikan aktivitas mereka.

Faktor 2: Kemerosotan Nilai-nilai moral

Semakin berkembangnya zaman, bukan semakin baik namun yang


ditemukan oleh para peneliti adalah justru kemerosotan moral, salah
satunya adalah ketidakjujuran. Albrecht, dkk menyebutkan bahwa banyak
peneliti menemukan aktivitas mencontek di sekolah, ini merupakan salah
satu ukuran ketidakjujuran. Meskipun aktivitas mencontek tidak secara
langsung berhubungan dengan kecurangan manajemen, hal tersebut
memberikan gambaran kemerosotan moral di lingkungan masyarakat
secara luas dan merupakan titik awal dari ketidakjujuran dalam
lingkungan manajemen nantinya.

Faktor 3: Kesalahan Alokasi Insentif

Salah satu insentif yang ‘menggoda’ bagi para eksekutif adalah


pemberian opsi saham, dimana keuntungan dari insentif jenis ini bisa
mencapai jutaan dolar. Alih-alih memberikan semangat untuk melakukan
kinerja yang baik, Albrecht, dkk menyebutkan bahwa opsi saham ternyata
memberikan tekanan yang luar biasa kepada pihak manajemen untuk
tetap menjaga kenaikan harga saham, bahkan membebankannya pada
pelaporan hasil kinerja keuangan yang akurat. Insentif ini mengalihkan
perhatian banyak CEO dari aktivitas mengelola perusahan menjadi
aktivitas mengelola harga saham, yang sering kali berujung pada laporan
keuangan yang mengandung unsur kecurangan.

Faktor 4: Tingginya Ekspektasi Analis


Analis seringkali memberikan peramalan yang tinggi terhadap laba per
saham yang akan dihasilkan dari saham suatu perusahaan. Para
eksekutif sudah cukup tertekan dengan adanya opsi saham seperti yang
telah disebutkan sebelumnya, ditambah lagi dengan ekspektasi analis
yang harus dipenuhi oleh para eksekutif. Hal ini bisa menjadi tekanan
karena eksekutif mengetahui bahwa ada sanksi atas kegagalan dalam
memenuhi perkiraan analis yang tinggi tersebut. tentu saja akibat yang
ditimbulkan adalah terjadinya kecurangan demi kecurangan dalam
perusahaan.

Faktor 5: Tingginya Tingkat Uang

Dalam Albrecht, dkk, faktor kelima dari perfect fraud storm adalah
tingginya tingkat utang yang dimiliki maisng-masing perusahaan yang
melakukan kecurangan. Utang tersebut memberikan tekanan besar bagi
para eksekutif untuk menghasilkan laba yang tinggi guna menutupi beban
bunga yang tinggi dan untuk memenuhi prasyarat dari perjanjian utang
dan persyaratan dari pemberi pinjaman lainnya. Tidak ada perusahaan
yang menginginkan laporan keuangannya ‘dihiasi’ dengan jumlah liabilitas
yang tinggi, hal inilah yang memotivasi manajemen untuk melakukan
kecurangan.

Faktor 6: Fokus Pada aturan daripada prinsip akuntansi

Albrecht, dkk menyatakan bahwa akuntansi di Amerika Serikat lebih


mendasarkan pada atutan, dengan kata lain standar berbasis aturan,
bukan prinsip akuntansi berlaku umum. Akibat dari standar yang seperti
ini adalah jika klien dapat menemukan celah dalam aturan dan mencatat
transaksi dengan cara yang tidak secara khusus dilarang oleh PABU,
maka auditor akan sulit untuk melarang klien tersebut untuk
menggunakan metode akuntansi tersebut. Hasilnya adalah aturan khusus
yang dimanfaatkan untuk pengaturan-pengaturan keuangan yang baru
dan lebih kompleks sebagai pembenaran untuk memutuskan praktik
akuntansi apa yang bisa diterima dan apa yang tidak bisa diterima.

Faktor 7: Kurangnya Independensi Auditor


Faktor ketujuh yakni perilaku oportinistis dari beberapa KAP. Perilaku
yang selalu ingin memanfaatkan kesempatan dengan sebaik-baiknya
untuk keuntungan diri sendiri ini sangat mengurangi independensi auditor.
KAP menggunakan audit sebagai upaya mengganti kerugian demi
membangun hubungan dengan perusahaan agar mereka dapat
menawarkan pengadaan jasa-jasa konsultasi yang lebih menguntungkan.

Faktor 8: Keserakahan

Pada dasarnya semua manusia memiliki sifat serakah, dan hal ini tidak
dapat dipungkiri ketika sifat tersebut dihadapkan dengan ‘uang’ maka
akan semakin luar biasa serakah. Para eksekutif, bank investasi, bank
komersial, dan investor, masing-masing mengambil keuntungan dari
sistem perekonomian yang kuat, berbagai transaksi yang
menguntungkan, dan laba yang tinggi dari suatu perusahaan.

Faktor 9: Kegagalan Pendidik

a. Pendidik tidak memberikan pendidikan etika yang cukup memadai


pada mahasiswa
b. Tidak mengajarkan kepada para mahasiswa mengenai kecurangan.
c. Cara pendidik mengajar mahasiswa jurusan akuntansi dan bisnis di
masa lampau.
2. Sifat Dasar Kecurangan
Kecurangan laporan keuangan mengandung unsur penipuan dan
upaya penyembunyian secara disengaja. Kecurangan laporan keuangan
dapat disembunyikan melalui dokumentasi fiktif, yang termasuk di
dalamnya pemalsuan dokumen. Kecurangan laporan keuangan dapat
disembunyikan kolusi antara manajemen, pegawai, atau pihak ketiga.
Tanpa adanya pengakuan, dokumen yang benar-benar terlihat
fiktif, atau sejumlah tindakan kecurangan yang sama dan dilakukan
berulang-ulang (sehingga dapat disimpulkan terjadi kecurangan dari
polanya), menuduh seseorang melakukan kecurangan laporan keuangan
dapat menjadi sangat sulit. Karena adanya kesulitan dalam mendeteksi
dan membutikan kecurangan, investigator harus sangat berhati-hati
dalam melakukan pemeriksaan kecurangan, menghitung jumlah
kecurangan, atau melakukan berbagai macam perikatan kerja terkait
dengan kecurangan.
3. Motivasi Kecurangan
1) Terkadang motivasinya adalah untuk memberikan dukungan agar
harga saham tetap tinggi dan atau untuk dukungan terhadap
penawaran obligasi dan saham.
2) Untuk meningkatkan harga saham perusahaan
3) Untuk memaksimalkan bonus bagi manajemen.
4. Kerangka Kerja Deteksi Kecurangan Laporan Keuangan
Seorang auditor harus dapat melakukan pendekatan kepada
manajemen dengan cerdas. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi
kemungkinan pihak manajemen untuk menyembunyikan kecurangan
yang teah dilakukan. Pihak manajemen akan mengatur strategi untuk
melakukan perhitungan audit yang akan dilakukan auditor nantinya.
Dalam hal ini auditor harus dapat mengantisipasi dan mampu mendeteksi
kecurangan yang telah disembunyikan. Seorang auditor yang sedang
melakukan penyelidikan kecurangan akan sangat efektif ketika auditor
mempertimbangkan bagaimana manajemen memandang potensi
pendekatan audit yang akan dilakukan, dengan kata lain seorang auditor
harus lebih unggul dalam memprediksikan metode pendekatan audit yang
akan digunakan.
Seorang auditor dalam mendeteksi terjadinya kecurangan
didasarkan pada teori permainan (game theory). Teori permainan
mencoba untukk memprediksi perilaku yang didasarkan pada individual
yang memiliki kecenderungan terhadap motivasi dan kepercayaan
individu tersebut mengenai bagaimana kemungkinan perilaku pihak
lainnya.
Ada berbagai tingkatan dalam penalaran strategik pengaturan
audit, antara lain:
1) Zero – order reasoning
Hal ini terjadi ketika auditor dan auditee hanya
mempertimbangkan kondisi yang secara langsung
mempengaruhi mereka, tetapi pihak – pihak lain. Ketika
menerapkan strategic ini, auditor hanya mempertimbangkan
besarnya insentif yang akan diterimanya saja.
2) First – order reasoning
Hal ini berarti bahwa auditor mempertimbangkan kondisi yang
secara langsung mempengaruhi auditee. Dalam kasus ini,
auditor mengasumsikan bahwa auditee menggunakan zero –
order reasoning
3) Higher – order reasoning
Tingkatan strategic yang terjadi ketika auditor
mempertimbangkan adanya tambahan tingkatan kompleksitas,
termasuk bagaimana manajemen mengantisipasi perilaku
auditor.

Ketiga tingkatan tersebut merupakan penalaran strategic yang


sering digunakan oleh auditor. Namun, sering juga seorang manajemen
dapat memprediksi penalaran strategik apa yang akan di terapkan oleh
seorang auditor, karena mereka memahami apa yang telah dilakukan
auditor pada audit sebelumnya. Skema kecurangan laporan keuangan
akan berkembang dalam hal ini. Seorang auditor harus menerapkan
strategik yang lebih tinggi untuk mengatasinya yaitu First – order
reasoning atau higher – order reasoning. Hal ini akan mengarahkan
auditor untuk menggunakan prosedur audit yang tidak terduga
sebelumnya dan melakukan pengujian – pengujian yang tidak diketahui
manajemen.

Ketika menerapkan penalaran strategic, auditor akan


mempertimbangkan berbagai pertanyaan berikut:

1. Skema kecurangan yang akan digunakan


2. Jenis pengujian yang digunakan untuk mendeteksi kecurangan
3. Cara manajemen menyembunyikann kecurangan dari jenis pengujian
yang akan digunakan
4. Memodifikasi jenis pengujian tertentu untuk mendeteksi skema
kecurangan yang disembunyikan

Analisi kecurangan laporan keuangan dapat jarang terdeteksi apabila


hanya mengandalan data keuangan perusahaan. Kecurangan laporan
keuangan juga dapat terddeteksi apabila kita membandingkan data
keuangan perusahaan dengan keadaan rill yang seharusnya terwakili
oleh angka – angka tersebut.
Selain itu, jenis analisis tertentu terhadap laporan keuangan (seperti
rasio, analisis vertical dan analisi horizontal), penelitian menganjurkan
agar auditor, investor, regulator dan pemeriksa kecurangan dapat
memanfaatkan penggunaan metode kinerja nonkeuangan untuk menilai
kecurangan laporan keuangan.

Kecurangan dalaam penyajian laporan keuangan umumnya dapat


dideteksi melalui analisis laporan keuangan sebagai berikut:
1) Analisis Vertikal
Analisis vertikal yaitu teknik yang digunakan untuk menganalisis
hubungan antara item-item dalam laporan laba rugi, neraca atau
laporan arus kas dengan menggambarkanya dalam presentase.
2) Analisis Horizontal
Analisis horizontal yaitu teknik untuk menganalisis presentase-
presentase perubahan item laporan keuangan dari beberapa periode
pelaporan.
3) Analisis Rasio
Analisis rasio yaitu alat untuk mengukur hubungan antara nilai-nilai
item dalam laporan keuangan sebagai contoh adala curren ratio,
adanya penggelapan uang atau pencurian uang menyebabkan
turunnya perhitungan rasio tersebut.

Referensi:

Aliefiah, AZ. 2015. Kecurangan Laporang Keuangan.


https://id.scribd.com/doc/291939298/KECURANGAN-LAPORAN-
KEUANGAN. (diunggah pada 20 april 2019)

Wahyudi, Fendi. 2016. Kecurangan Laporan Keuangan.


https://id.scribd.com/doc/304941797/Kecurangan-Laporan-Keuangan.
(diunggah pada 20 april 2019)

e-akuntansi.com. 2015. Kecurangan Laporan Keuangan ( Financial Statement


Fraud). https://www.e-akuntansi.com/2015/12/kecurangan-laporan-
keuangan-financial.html. (diunggah pada 20 april 2019).

Anda mungkin juga menyukai