Akuntansi
Forensik &
Audit Investigasi
Metode Penyelidikan dan Laporan
Kecurangan
Fakultas Ekonomi dan
Program Studi Modul Kode MK Disusun Oleh
Bisnis
9
Akuntansi Tim Dosen
Abstract Kompetensi
Salah satu metode penyelidikan dalam Mahasiswa dapat menjelaskan konsep,
audit investigasi adalah melakukan tujuan dan prinsip penyelidikan audit
wawancara, Wawancara merupakan investigasi, dengan metode wawancara
salah satu alat bukti dalam proses P.E.A.C.E. dalam mengindentifikasi
penyelidikan guna untuk mendapatkan adanya kecuarangan atas laporan
pembuktian adanya unsur tindak keuangan
pidana/kecurangan atas laporan
keuangan. Langkah dalam wawancara
investigasi ini menggunakan metode
P.E.A.C.E. (Planning and Preparatio,n
Engage and Explain, Account, Closure),
Evaluation)
POKOK BAHASAN
1. Wawancara Investigasi
2. Perencanaan wawancara
3. Mekanisme wawancara
4. Laporan Kecurangan
PENDAHULUAN
Di Indonesia alat bukti yang sah merupakan unsur pembuktian tindak pidana sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana (KUHAP). Pasal 184 ayat (1) KUHAP terdapat lima jenis alat bukti,
yaitu: keterangan saksi, keterangan ahli, keterangan terdakwa, surat, dan petunjuk.
Berdasarkan lima jenis alat bukti tersebut terlihat bahwa tiga jenis di antaranya merupakan
keterangan. (1) Keterangan Saksi, merupakan salah satu alat bukti dalam perkara pidana
yang berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri,
ia lihat sendiri, dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan dari pengetahuannya ini.
(Pasal 1 angka 27 KUHAP). (2) Keterangan Ahli merupakan keterangan yang diberikan oleh
seorang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang
suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan. (Pasal 1 angka 28 KUHAP). (3)
Keterangan Terdakwa, merupakan pernnyataan terdakwa di sidang tentang perbuatan yang
ia lakukan atau yang ia ketahui sendiri atau alami sendiri. (Pasal 189 ayat (1) KUHAP). Hal
ini menunjukkan bahwa alat bukti keterangan merupakan jenis alat bukti yang sangat
penting dalam proses pembuktian.
WAWANCARA INVESTIGASI
Wawancara investigatif (investigative interview) merupakan salah satu metode mencari bukti
dugaan terjadinya suatu kecurangan, pelanggaran/penyimpangan dan/atau tindak pidana,
termasuk dugaan TPK. Dalam hukum acara pidana di Indonesia, proses perolehan alat bukti
yang sah dan pembuktiannya dalam persidangan pengadilan merupakan kewenangan
aparat penegak hukum yakni Penyelidik, Penyidik dan Penuntut Umum.
PERENCANAAN WAWANCARA
5. MEKANISME WAWANCARA
TEKNIK WAWANCARA
“Wawancara tidak sama dengan percakapan”
Wawancara adalah tanya jawab yang terstruktur, bertujuan untuk memperoleh informasi
dalam rangka pembuktian
Kenapa Teknik wawancara itu penting?
Ingat aksioma: “Fraud tersembunyi”
Yang dibuktikan adalah “Perbuatan”
Sebagian bukti adalah “kesaksian
Jenis-Jenis Pertanyaan
1. Pertanyaan Pembuka (Introductory)
2. Informasional
3. Assessment Question
4. Penutup (Closing)
5. Memperoleh pengakuan (admission seeking)
• Pertanyaan Rumit/Kompleks
“Apa tugas Saudara, sudah berapa lama Saudara bekerja disini, siapa
itu……………..”
2. Mengulang sangkaan
• Jika tersangka tidak secara jelas menolak sangkaan,
• Sangkaan diulang secara seimbang
3. Menyela penyangkalan
Penundaan Penyangkalan. Contoh: “Linda, saya mendengar apa yang
Interupsi
Pengungkapan alasan, perlihatkan sebagian bukti pendukung
Rasionalisasi:
penjelasan yang dapat diterima secara moral yang akan menyebabkan terdakwa
mengakui kesalahan yang diperbuatnya.
memaksimalkan simpati dan meminimalkan pemahaman pelaku atas kesalahan
yang dilakukan
6. Memperlihatkan bukti fisik
Orang bersalah cenderung ingin tahu buktinya
Perlihatkan dokumen dengan urutan berkebalikan
Tarik dokumen jika punya beberapa alibi
7. Memperkuat penjelasan
Contoh:
“Saya gembira sekali Saudara memutuskan bersedia berbicara
8. Memperkuat pemikiran
Contoh:
“Linda, saya memahami bahwa saudara mempunyai alasan untuk
luar biasa.
3. A – Account (Pernyataan)
‘20 Akuntansi Forensik dan Audit Investigasi
11 Biro Akademik dan Pembelajaran
Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
Wawancara dilaksanakan dengan teknik cognitive interview dan conversation
management.
Tahap ini merupakan bagian utama dari wawancara investigatif. Pada prinsipnya
pewawancara melaksanakan proses wawancara dengan menggunakan teknik-teknik
wawancara tertentu yang disesuaikan dengan sikap dan perilaku dari terwawancara
pada saat wawancara. Ada dua teknik yang dapat digunakan pewawancara, yakni:
a. Cognitive interview/free recall/ingatan bebas
Metode cognitive interview/free recall digunakan untuk terwawancara yang
kooperatif. Terwawancara diminta untuk mengingat kembali suatu kejadian tanpa
disela (mengingat bebas). Kemudian diikuti dengan paling tidak sekali lagi mencoba
mengingat bebas dengan arah atau perspektif yang berbeda. Hal yang terkait
informasi yang diinginkan pewawancara digali lebih dalam.
b. Conversation management/manajemen percakapan
Metode conversation management digunakan untuk terwawancara yang non-
kooperatif. Pewawancara mengambil kendali lebih awal dan mengaturnya secara
berbeda dengan terwawancara yang kooperatif. Biasanya menggunakan agenda
pewawancara (investi
Beberapa hal yang perlu dikuasai oleh pewawancara pada tahap ini adalah:
1) Gaya bertanya
Jenis pertanyaan yang diajukan akan mempengaruhi jawaban informasi/ keterangan
yang diberikan. Pewawancara harus terampil menggunakan pertanyaan yang tepat
pada saat yang tepat guna mendapatkan dampak atas keberhasilan wawancara.
Beberapa jenis pertanyaan diuraikan sebagai berikut:
a. Jenis pertanyaan terbuka biasanya menghasilkan penjelasan yang memberikan
jawaban yang luas dan mendorong terwawancara untuk menggunakan kata-
katanya sendiri. Misalnya dengan menggunakan kata tanya T-E-D, yakni:
T-Tell me/Ceritakan
E-Explain/Jelaskan
D-Describe/Jelaskan/Gambarkan
b. Jenis pertanyaan menggali (probing question) umumnya menggunakan kata tanya
5W 1H (What, Who, When, Where, Why dan How).
c. Jenis pertanyaan tertutup (closed question) umumnya dijawab dengan “Ya”, “Tidak”,
“Bukan”, “Benar” dapat digunakan setelah pertanyaan terbuka tentang topik atau tujuan
tertentu yang telah selesai dibahas dalam hal pewawancara perlu mengklarifikasi suatu
informasi yang lebih detail.
LAPORAN KECURANGAN
Penyusunan laporan merupakan tahap akhir dari kegiatan audit investigatif. Laporan
audit investigatif disampaikan pada pihak-pihak yang berkepentingan untuk:
1. Dalam rangka melakukan kerjasama antara unit pengawasan internal dengan
pihak penegak hukum untuk menindaklanjuti adanya indikasi terjadinya fraud.
2. Memudahkan pejabat yang berwenang dan atau pejabat obyek yang diperiksa
dalam mengambil tindakan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Uraian hasil pelaksanaan pemeriksaan investigatif dan kesimpulan AP pada butir (vi)
dan (vii) di atas mengacu pada beberapa hal berikut:
a. Dasar Hukum
b. Materi temuan investigasi:
i. Pengungkapan Fakta dan Proses Kejadian
ii. Penyebab dan Dampak yang Ditimbulkan.
iii. Pihak yang Terkait.
‘20 Akuntansi Forensik dan Audit Investigasi
15 Biro Akademik dan Pembelajaran
Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
iv. Bukti-bukti yang Diperoleh.
v. Pembahasan (ekspose) dengan pihak terkait
c. Simpulan Akhir.
Daftar Pustaka
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) 2021. Standar Jasa Investigasi (SJI) 5300, tentang
Pemberian Keterangan Ahli. Berlaku efektif tanggal 1 Januari 2022.
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) 2021. Standar Jasa Investigasi (SJI) 5500, tentang
Pemberian Keterangan Ahli. Berlaku efektif tanggal 1 Januari 2022.