Anda di halaman 1dari 30

BAB 16

AUDIT INVESTIGASI DENGAN MENGANALISIS UNSUR PERBUATAN MELAWAN


HUKUM
Akuntan forensik bekerja sama dengan praktisi hukum dalam menyelesaikan masalah
hukum, oleh karenanya akuntan forensik perlu memahami hukum pembuktian sesuai masalahmasalah hukum yang dihadapi, dalam bab ini khususnya tindak pidana khusus yaitu korupsi.
Dalam hal terkait korupsi biasanya tindakan melawan hukum diantaranya terdiri dari kegiatan
memperkaya diri, penyalahgunaan wewenang, suap menyuap, gratifikasi, penggelapan dan
pembiaran penggelapan, pengrusakkan bukti dan memalsukannya, pemerasan, penggunaan
tanah negara oleh pegawai negeri, dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya tersaji pada tabel 1,
terkait 30 Jenis tindak pidana korupsi menurut Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Dan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001.
1. Pasal 2: Memperkaya diri
Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau
orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara taau perekonomian
negara.
2. Pasal 3: Penyalahgunaan wewenang
Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau saranayang ada padanya karena
jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara
3. Pasal 5, ayat (1), a: Menyuap pegawai negeri
Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dengan
maksud supaya pegawai negeri atau penyelenggara tersebut berbuat atau tidak berbuat sesuatu
dalam jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya
4. Pasal 5, ayat (1), b: Menyuap pegawai negeri
Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara karena
atau berhubungan dengan yang bertentangan dengan jabatannya, dilakukan atau tidak dilakukan
dalam jabatannya
5. Pasal 13: Memberi hadiah kepada pegawai negeri
Setiap orang memberi hadiah atau janji kepada pegawai negeri dengan mengingat kekuasaan
atau wewenang yang melekat pada jabatan atau kedudukannya, atau oleh pemberi hadiah atau
janji dianggap melekat pada jabatan atau kedudukantersebut.
6. Pasal 5, ayat (2): Pegawai negeri terima suap
Bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima pemberian atau janji
7. Pasal 12, a: Pegawai negeri terima suap
Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji, padahal diketahui
hadiah atau janji tersebut diberikan untuk menggerakan atau melakukan atau tidak melakukan
sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya.
8. Pasal 12, b: Pegawai negeri terima suap

Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah, padahal diketahui hadiah
tersebut diberikan sebagai akibat atau disebabkan karena telah melakukan atau tidak melakukan
sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya.
9. Pasal 11: Pegawai negeri terima hadiah
Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji, padahal diketahui
atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan karena kekuasaan atau
kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya, atau menurut pikiran orang yang
memberikan hadiah atau janji tersebut ada hubungan secara jabatan.
10. Pasal 6, ayat (1), a: Menyuap hakim
memberi atau menanjanjikan sesuatu kepada hakim dengan maksud untuk mempengaruhi
putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili.
11. Pasal 6, ayat (1), b: Menyuap advokat
memberi atau menjanjikan sesuatu kepada seseorang yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan ditentukan menjadi advocat untuk menghadiri sidang pengadilan dengan
maksud untuk mempengaruhi nasehat atau pendengar yang akan diberikan berhubung dengan
perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili.
12. Pasal 6, ayat (2): Hakim dan advokat terima suap
bagi hakim yang menerima pemberian atau janji sebagaimana dimaksu pada ayat (1) huruf a
atau advocad yang menerima pemberian atau janji sebagaimana dimaksu pada ayat (1) huruf b.
13. Pasal 12, c: Hakim terima suap
Hakim yang menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah
atau janji tersebut diberikan untuk mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya
untuk diadili.
14. Pasal 12, d: Advokat terima suap
Advokat untuk menghadiri sidang, menerima hadiah atau janji. Padahal diketahui atau patut
diduga bahwa hadiah atau janji tersebut untuk mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan
diberikan.
15. Pasal 8: Pegawai negeri menggelapkan uang/membiarkan penggelapan
Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan
umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja menggelapkan uang
atau surat berharga yang disimpan karena jabatannya, atau membiarkan uang atau surat
berharga tersebut diambil atau digelapkan oleh orang lain, atau membantu dalam melakukan
perbuatan tersebut.
16. Pasal 9: Pegawai negeri I memalsukan buku
Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan
umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja memalsukan bukubuku atau daftar-daftar yang khusus untuk pemeriksaan administrasi.
17. Pasal 10, a: Pegawai negeri I merusakkan bukti
Menggelapkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta,
surat, atau daftar yang digunakan untuk meyakinkan atau membuktikan di muka pejabat yang
berwenang, yang dikuasai jabatannya.

18. Pasal 10, b: Pegawai negeri membiarkan orang lain merusakkan bukti
Membiarkan orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak
dapat dipakai barang, akta, surat, atau daftar tersebut.
19. Pasal 10, c: Pegawai negeri membantu orang lain merusakkan bukti
Membantu orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat
dipakai barang, akta, surat, atau daftar tersebut.
20. Pasal 12, e: Pegawai negeri memeras
Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud menguntungkan diri sendiri
atau orang lain secara melawan hukum, atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa
seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau menerima pembayaran dengan potongan, atau
untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri.
21. Pasal 12, f: Pegawai negeri memeras
Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan tugas, meminta, atau
pekerjaan, atau penyerahan barang, seolah-olah merupakan utang kepada dirinya, padahal
diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan utang.
22. Pasal 12, g: Pegawai negeri memeras
Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan tugas meminta,
menerima, memotong pembayaran kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara yang lain
atau kepada kas umum, seolah-olah pegawai negeri atau penyelenggaranegara yang lain atau
kas umum tersebut mempunyai utang kepadanya, padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan
merupakan utang.
23. Pasal 7, ayat (1), a: Pemborong berbuat curang
Pemborong, ahli bangunan yang pada waktu membuat bangunan, atau penjual bangunan yang
pada waktu menyerahkan bahan bangunan, melakukan perbuatan curang yang dapat
membahayakan keamanan orang atau barang, atau keselamatan negara dalam keadaan perang.
24. Pasal 7, ayat (1), b: Pengawas proyek membiarkan perbuatan curang
Setiap orang yang bertugas mengawasi pembangunan atau peneyerahan bahan bangunan,
sengaja membiarkan perbuatan curang.
25. Pasal 7, ayat (1), c: Rekanan TNI/Polri berbuat curang
Setiap orang yang pada waktu menyerahkan barang keperluan Tentara Nasional Indonesia dan
atau Kepolisian Negara Republik Indonesia melakukan perbuatan curang yang dapat
membahayakan keselamatan dalam keadaan perang.
26. Pasal 7, ayat (1), d: Pengawas rekanan TNI/Polri berbuat curang
Setiap orang yang bertugas mengawasi penyerahan barang keperluan Tentara Nasional
Indonesia dan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan sengaja membiarkan
perbuatan curang.
27. Pasal 7, ayat (2): Perima barang TNI/Polri membiarkan perbuatan curang
Bagi orang yang menerima penyerahan bahan bangunan atau orang yang menerima penyerahan
barang keperluan Tentara Nasional Indonesia dan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia
dan membiarkan perbuatan curang.
28. Pasal 12, h: Pegawai negeri menggunakan tanah negara

Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan tugas, telah
menggunakan tanah negara yang diatasnya terdapat hak pakai, seolah-olah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan, telah merugikan orang yang berhak, paahal diketahuinya
bahwa perbuatan tersebut bertentangann dengan peraturan perundang-undangan.
29. Pasal 12, i: Pegawai negeri turut serta dalam pengadaan yang diurusnya
Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud baik langsung maupun tidak
langsung dengan sengaja turut serta dalam pemborongan, pengadaan, atau persewaan, yang
pada saat dilakukan perbuatan, u ntuk seluruh atau sebagian ditugaskan untuk mengurus atau
mengawasinya.
30. Pasal 12B jo.12C: Pegawai negeri menerima gratifikasi dan tidak melapor ke KPK
Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap pemberian suap,
apabila berhubungan dengan jabatannya dan berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya
Selain ke-30 tindak pidana tersebut juga terdapat tindak pidana lain yang terkait tidak
pidana korupsi. Tindak pidana tersebut menurut Undang-Undang Tipikor sebagai berikut.
Mencegah, merintangi, atau menggagalkan secara langsung atau tidak langsung penyidikan,
penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan terhadap tersangka, terdakwa, atau saksi
dalam perkara korupsi.
Tidak memberikan keterangan atau memberikan keterangan palsu
Melanggar KUHP Pasal 220 (mengadukan perbuatan pidana, padahal dia tahu perbuatan itu
tidak dilakukan), Pasal 231 (menarik barang yang disita), Pasal 421 (pejabat menyalahgunakan
wewenang, memaksa orang untuk melakukan atau tidak melakukan, atau membiarkan sesuatu),
Pasal 422 (pejabat menggunakan paksaan untuk memeraspengakuan atau mendapat
keterangan), Pasal 429 (pejabat melampaui kekuasaan ... memaksa masuk ke dalam rumah atau
ruangan atau pekarangan tertutup ...
atau berada disitu melawan hukum) atau Pasal 430 (pejabat melampaui kekuasaan menyuruh
memperlihatkan kepadanya atau merampas surat, kartu pos, barang atau paket ... atau kabar
lewat kawat).

Konsep dalam KUHP dan KUHAP


Alat bukti yang sah
Pengertian alat bukti yang sah, salah satunya menurut penjelasan Undang-Undang Nomor
31 Tahun 1999, yaitu bisa berupa informasi yang diucapkan, dikirim, diterima, atau disimpan
secara elektronik dengan alat optik atau yang serupa dengan itu tetapi tidak terbatas pada data
penghubung elektronik, surat elektronik, telegram, teleks dan faksmile, dan dari dokumen,
yakni setiap rekaman data atau informasi yang dapat dilihat, dibaca atau dikirim, dan atau
didengar yang dapat dikeluarkan dengan atau tanpa bantuan suatu sarana, baik yang tertuang di
atas kertas atau benda fisik apapun selain kertas, maupun yang terekam secara elektronik, yang
berupa tulisan/suara, gambar, peta, rancangan, foto, huruf, tanda, angka, atau perforasi yang
memilii makna.
Pembalikan beban pembuktian

Pembalikan beban pembuktian adalah peletakan beban pembuktian yang tidak lagi pada
diri Penuntut Umum, tetapi kepada terdakwa. Hal ini diberlakukan pada tindak pidana terkait
gratifikasi dan tuntutan perampasan harta benda terdakwa yang diduga berasal dari salah satu
tindak pidana.
Gugatan perdata atas harta yang disembunyikan
Gugatan perdata dapat dilakukan setelah adanya kekuatan hukum tetap oleh pengadilan.
Gugatan dilakukan terhadap terpidana atau ahli warisnya apabila masih terdapat harta hasil
rampasan atau korupsi.
Perampasan harta benda yang disita
Dalam hal terdakwa meninggal dunia sebelum putusan dijatuhkan dan terdapat bukti
yang cukup kuat bahwa yang bersangkutan telah melakukan tindak pidana korupsi maka hakim
atas tuntutan penuntut umum menetapkan perampasan barang-barang yang telah disita.
Pemidanaan secara in absentia
Karena seringnya koruptor yang melarikan diri dan tiak hadir selama persidangan,
sehingga dalam proses hukumnya diberlakukan secara in absentia, yaitu proses mengadili
seorang terdakwa tanpa dihadiri oleh terdakwa sendiri sejak mulai pemeriksaan sampai
dijatuhkannya hukuman oleh pengadilan.
Memperkaya vs menguntungkan
Istilah tersebut dalam proses hukum berbeda. Memperkaya bermakna adanya tambahan
kekayaan sedangkan menguntungkan bermakna keuntungan materiil dan immateriil.
Pembuktian memperkaya lebih sulit daripada menguntungkan.
Pidana mati
Pidana mati merupakan sebuah proses eksekusi mati terhadap terdakwa yangdidasari atas
putusan pengadilan. Pidana mati terkait koruptor salah satunya diatur pada pasal 2 ayat (2)
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999, yaitu dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dikatakan dalam keadaan tertentu, pidana mati dapat dijatuhkan.
Nullum delictum
Maknanya tertuang dalam Pasal 1 ayat (1) KUHP, intinya bahwa suatu perbuatan tidak
dapat dipidana kecuali berdasarkan kekuatan ketentuan-ketentuan perundang-undangan pidana
yang telah ada.
Concursus idealis dan concursus realis
Concursus idealis (eendaadsche samenloop) yaitu suatu perbuatan yang masuk ke dalam
lebih dari satu aturan pidana. Disebut juga sebagai gabungan berupa satu perbuatan yakni suatu
perbuatan meliputi lebih dari satu pasal ketentuan hukum pidana. Sistem pemberian pidana
yang dipakai dalam concursus idealis adalah sistem absorbsi, yaitu hanya dikenakan pidana
pokok yang terberat. Concursus idealis diatur dalam Pasal 63 KUHP. Dalam KUHP bab II Pasal
63 tentang perbarengan peraturan.
Concursus realis
Concursus realis (meerdaadse samenloop) terjadi apabila seseorang melakukan beberapa
perbuatan, dan masing-masing perbuatan itu berdiri sendiri sebagai suatu tindak pidana (tidak

perlu sejenis dan tidak perlu berhubungan). Concursus realis diatur dalam Pasal 65-71 KUHP.
Perbuatan berlanjut
Perbuatan berlanjut terjadi jika beberapa perbuatan, meskipun masing-masing merupakan
kejahatan atau pelanggaran, ada hubungannya sedemikian rupa sehingga harus dipandang
sebagai satu perbuatan berlanjut, sehingga diterapkan ancaman pidana pokok paling berat.
Lepas vs Bebas dari tuntutan hukum
Perbedaan dari istilah diatas adalah dalam hal putusan lepas dari segala tuntutan hukum,
jaksa penuntut umum dapat melakukan kasasi, namun untuk putusan bebas murni, maka jaksa
penuntut umum tidak dapat melakukan kasasi.
BAB 17
INVESTIGASI PENGADAAN

Pengadaan merupakan salah satu sumber korupsi terbesar dalam sektor keuangan publik.
Setiap tahun, BPK dan BPKP melaporkan kasus pengadaan yang mengandung unsur tindak
pidana korupsi. Tidak banyak yang masuk ke persidangan pengadilan, hanya 30 % yang
diselesaikan.
Pengadaan Publik- Sumber Utama Kebocoran Negara
Secara luas, sistem pengadaan publik Indonesia diyakini merupakan sumber utama bagi
kebocoran anggaran yang memungkinkan korupsi dan kolusi yang memberikan sumbangan
besar terhadap kemerosotan pelayanan jasa bagi rakyat miskin Indonesia. Namun, suatu sistem
pengadaan efektif harus dipusatkan pada upaya untuk memastikan bahwa dana publik
dibelanjakan dengan baik guna meningkatkan efektivitas pembangunan. Apabila suatu sistem
pengadaan berfungsi baik, dipastikan pembelian barang akan bersaing dan efektif. Supaya
berfungsi efektif, suatu rezim pengadaan perlu mencakup ciri-ciri :
Kerangka hukum yang jelas, komprehensif, dan transparan diantara lain mewajibkan
pemasangan iklan yang luas tentang kesempatan-kesempatan penawaran, pengungkapan
sebelumnya tentang semua kriteria untuk mendapatkan kontrak, pemberian kontrak yang
didasarkan atas kriteria yang objektif bagi penawar yang dinilai paling rendah, pemaparan
publik bagi penawaran-penawaran itu, akses terhadap mekanisme peninjauan untuk keluhan
penawar, pengungkapan publik dari hasil-hasil proses pengadaan dan pemeliharaan catatan
lengkap tentang seluruh proses tersebut.
Kejelasan tentang tanggung jawab dan akuntabilitas fungsional, termasuk penunjukan tanggung
jawab yang jelas atas pengelolaan proses pengadaan, memastikan bahwa aturan-aturan yang
ditaati dan mengenakan sanksi-sanksi jika aturan-aturan itu dilanggar.
Suatu organisasi yang bertanggung jawab untuk kebijakan pengadaan dan pengawasan
penerapan tepat dari kebijakan tersebut. Secara ideal,badan ini jangan bertanggung jawab pula
untuk mengelola proses pengadaan. Badan tersebut harus memiliki wewenang dan
independensi untuk bertindak tanpa takut atau pilih kasih dalam menjalankan tanggung
jawabnya.

Suatu mekanisme penegakan. Tanpa penegakan, kejelasan aturan, dan fungsi tidak ada artinya.
Badan audit pemerintah harus dilatih untuk mengaudit pengadaan publik dan memulai tindakan
terhadap mereka yang melanggar aturan-aturan. Pemerintah perlu menetapkan mekanismemekanisme yang memiliki kepercayaan penuh dari para pegawai.
Staf pengadaan yang terlatih baik, kunci untuk memastikan sistem pengadaan yang sehat.
Faktor Penyebab Kerangka Akuntabilitas Untuk Pengadaan Gagal
Kerangka akuntanbilitas untuk pengadaan public di Indonesia cacat dalam beberapa hal :
Kerangka hukum cacat
Keppres (UU No. 18/2000) mempunyai kelemahan-kelemahan lain yang berupa
memungkinkan kebijaksanaan cukup besar untuk menghindari pengadaan kompetitif melalui
belanja serta pengontrakan langsung, tidak mewajbkan lelang dan pemberian kontrak yang
dipublikasikan secara luas, gagal mengunci prosedur-prosedur bagi penawar yang kecewa
untuk mendaftarkan keluhan, dan tidak mewajibkan sanksi-sanksi wajib terhadap perusahaanperusahaan yang ditemukan terlibat dalam kolusi atau mal praktik lainnya.
Pemerintah tidak terorganisasi untuk menangani pengadaan
Pemerintah tidak mempunyai badan yang jelas harus bertanggung jawab untuk kebijakan
dan pematuhan pengadaan publik. Pengadaan itu sendiri terutama dikelola oleh manajemen
proyek (Pimpro).
Insentf-insentif terdistorsi
Akibat pamong praja yang dikelola dengan buruk dan peradilan yang lemah, kerangka
insentif melenceng jauh sehingga tidak ada imbalan untuk efisiensi dan kejujuran dan tidak ada
hukuman untuk korupsi. Baik Pimpro maupun anggota panitia lelang menghadapi insentifinsentif kuat untuk berpartisipasi dalam korupsi dan kolusi.
Pengadaan dilakukan di balik pintu tertutup
Sebagian besar proses tersebut berlangsung di balik pintu tertutup. Hasil-hasil penawaran
berikut pembenaran yang sesuai dengan pemenangan penawaran tidak diumumkan.
Pengauditan Lemah
Auditor Pemerintah kurang mengenal aturan dan prinsip pengadaan. Keengganan untuk
menerapkan sanksi-sanksi administratif terhadap pegawai negeri yang ketahuan berkolusi
dengan lingkaran-lingkaran penawar berarti bahwa secara efektif tidak ada mekanisme
penegakan.
Kententuan Perundangan-Undangan
Ketentuan perundang-undangan mengenai pengadaan barang dan jasa yang dibiayai
dengan APBN dan APBD terdapat dalam Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003.
Keputusan presiden ini telah diubah beberapa kali sebagai berikut: dengan Keputusan Presiden
Nomor 61 Tahun 2004, Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2005, dan Peraturan Presiden
Nomor 70 Tahun 2005. Tujuan dikeluarkannya ketentuan perundangan adalah agar pengadaan

barang/jasa pemerintah yang dibiayai dengan APBN/APBD dapat dilaksanakan dengan efektif
dan efisien dengan prinsip persaingan sehat, transparan, terbuka dan perlakuan yang adil bagi
semua pihak, sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan baik dari segi fisik, keuangan
maupun manfaatnya bagi kelancaran tugas Pemerintah dan Pelayanan Masyarakat.
Dalam proses pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemborongan/jasa lainnya yang
memerlukan penyedia barang/jasa dibedakan menjadi empat cara yaitu pelelangan umum,
pelelangan terbatas pembelian langsung, dan penunjukan langsung.

Investigasi Pengadaan
Cara investigasi diterapkan dalam pengadaan yang menggunakan sistem tender atau
penawaran secara terbuka. Dalam sistem ini, lazimnya ada tiga tahapan berikut :
Tahap pretender (presolicitation phase)
Tahap penawaran dan negosiasi (solicitation and negotiation phase)
Tahap pelaksanaan dan penyelesaian administratif (performance and administration phase)
BAB 18
COMPUTER FORENSICS

Computer forensics adalah penerapan teknik-teknik analitis dan investigtif untuk


mengidentifikasi, mengumpulkan, memeriksa, dan melidungi (preserve) bukti atau informasi
digital.
Proses hukum yang mengisyaratkan adanya tindak pidana, sengketa perdata, dan hukum
administrative meskipun lingkup yang popular adalah tindak pidana yang dikenal sebagai cyber
crime, diantaranya:
Penyalahgunaan dan penipuan melalui internet
Pemerasan
Pengungkapan rahasia perusahaan
Kegiatan mata-mata industry (industrial espionage)
Penyimpanan informasi berkenaan dengan perencanaan dan pelaksanaan
kejahatan Ada tiga langkah utama dalam computer forensic, yaitu:

Imaging
Secara sederhana, suatu alat dihubungkan ke salah satu communication port (biasanya
parallel port atau scsi port) dan alat ini akan merekam seluruh data yang ada pada electronic
stroge media (seperti hard disk) dalam computer secara lengkap, tidak kurang tidak lebih. Hard
disk terkadang dilepas dari rumah computer (computer housing). Dikopi secara lengkap, bytebyte copy atau mengopi byte demi byte, tanpa ada yang ditambah atau dikurangi. Hal ini
penting di pengadilan dan ketika computer forensic specialist

Processing
Sesudah mendapat bayangan cermin dari data aslinya, citra atau image ini harus diolah
untuk memulihkan file yang terlanjur dihapus (deleted) atau yang ditulisi kembali
(overwritten) dengan current file. Dengan memulihkan image hasil kopian, files dan folders
akan tampil seperti pada media penyimpanan data yang asli.
Perlu dijelaskan penyebab computer umumny tidak menghapus file ketika kita memberi
perintah delete. Di bagian awal suatu hard disk, terdapat index dari lokasi semua file pada disk
tersebut. Index ini, juga dikenal sebagai file allocation table, member tahu kepada operating
system (seperti windows) di bagian mana dari disk suatu file berada. Ketika kita memanggil
suatu file, petunjuk atau identifier yang ada bagian atas file akan diakses sesuai dengan
tempatnya dalam index.
Ketika kita memberi perintah delete, yang sesungguhnya terjadi adalah entry pada index
dihapus sehingga computer tidak lagi dapat mengakses file tersebut. Juga computer mengerti
bahwa ruang atau space yang tadi teisi dengan file yang kita delete, sekarang boleh diisi dengan
file baru, atau dalam bahasa inggris: is now available to be overwritten.
Ada program yang benar-benar men-delete dan langsung overwritte suatu file baru di
lokasi tempat file lama berada. Namun, program ini tidak umum umum atau tidak digunakan
dengan tepat. Dari sudut security, cara yang paling aman menghancukan data sensitive pada
hard disk adalah menghancurkan data sensitive apad hard disk adalah menghancurkan harddisk secara fisik.

Analyzing
Pada langkah ketiga ini memerlukan keahliannya, kreativitasnya, dan penerapan gagasan
orisinal. Ketiak memeriksa current file, yang sering menjadi perhatian adalah nama file, seperti
nama-nama seksi untuk bahan pornografi; dewa perang untuk penyelundupan senjata, warnawarni untuk uang suap kepada pimpinan partai, bahkan istilah yang menunjukan jabatan
seorang pejabat sipil atau militer dalam kasus korupsi.Semua file dalam langkah ketiga
(analyzing) ini diupanyakan membangun fraud theorynya. Inilah yang dilakukan oleh penyidik
dalam kisah-kisah detektif di awal bab ini.
Seperti penyidik pada umunya, ahli computer forensics mencari bukti kejahatan.
Perlindungan terhadap bukti dan barang bukti sangat penting. Computer forensics specialist
akan bekerja dengan kehati-hatian professional untuk memastikan:
Tidak ada kemungkinan bukti menjadi rusak, dihancurkan, atau tidak lagi murni
(compromised) karena prosedur yang diguanakn dalam investigasi.
Tidak ada kemungkinan masuknya (atau dimasukannya) computer virus sejak kedatangan
penyidik.
Semua bukti yang diperoleh ditangani sedemikian rupa sehingga terlindug dari kerusakan
mekanis dan kerusakan electromagnetic
Ada mata rantai penyimpanan, pengawasan, dan dokumentasi yang berkesinambungan atas

1.
2.
3.
4.

5.
6.

1.
2.

3.
4.
5.
6.

7.

1.
2.
3.
4.

bukti dan barang bukti.


Kalau tidak dapat dihindari, terhentinya kegiatan usaha ditekan serendah mungkin.
Semua informasi rahasia yang dilindungi oleh undang-undang (seperti clientattorney
information di Amerika Serikat dan informasi yang diperoleh seorang pastor Katolik dari
pengakuan dosa umatnya, menurut (KUHAP) tidak boleh disadap. Kalau hal itu terjadi tidak
sengaja, maka penanganan informasi itu harus dilakukan secara hukum dan memperhatikan
segi etika.
Secara lebih spesifik, computer forensic specialist menentukan bukti yang mungkin
terkandung dalam system computer dan berupaya untuk mendapatkannya (retrieve) dengan:
Melindungi seluruh system computer yang menjadi subyek pemeriksaan forensiknya dari
segala perubahan, perusakan, kerusakan, korupsi data atau kemasukan dan pemasukan virus.
Menemukan semua files yang terdiri atas files yang terlihat di monitor, files yang sudah didelete tetapi masih ada, files yang tersembunyi (hidden files), files yang dilindungi dengan
password, dan file yang dilindungi dengan sandi (encrypted files)
Memulihkan sedapat mungkin, semua files yang ditemukan
Mengungkapkan isi dari files yang tersembunyi dan temporary files (file sementara) swap files
(file yang dipertukarkan) yang diguanakan oleh program aplikasi dan operating system.
Mengakses, kalau bisa dan kalau tidak melawan hukum; files yang dilindugi dengan password,
dan file yang dilindungi dengan sandi (encrypted files)
Menganalisis semua data relevan yang mungkin ada. Ini lazimnya ditemukan pada area khusus
di disk yang tidak dapat diakses dengan cara biasa. Area ini meliputi, tetapi tidak terbatas
kepada unallocated space pada disk (berisi area yang dahulunya tempat penyimpanan data
lama yang bisa merupakan bukti penting).dan slack space dalam file (area tersisa pada akhir
pada akhir file atau pada disk cluster terakhir di-assigned, yang sekarang ini tidak terpakai lagi,
tetapi merupakan tempat yang diadakan untuk menyimpan data atau bukti penting).
Mencetak hasil analisis yang menyeluruh mengenai system computer yang diperisa, daftar dari
semua file yang relevan dan data relevan yang ditemukan; systems layout, files structures,
infomasi yang mencantumkan pengarang atau pembuatnya, catatan mengenai upaya
menyembunyikan (hide), menghilangkan (delete), melindungi (protect), member sandi
(encrypt), dan segala sesuatu yang yang terungkap yang kelihatannya relevan dlam pelaksnaan
computer forensics.
8. Memberikan konsultasi sebagai seorang ahli bidang computer forensics dan kesaksian
pengadilan.
Siapa yang dapat memanfaatkan bukti forensic computer? Pemaainya umumnya sama dengan
pemakai jasa akuntansi forensic.
Para penyidik (dalam upaya penggeledahan dan penyitaan) dan penuntut umuum dalam kasus
pidana.
Litigasi dalam kasus perdata.
Perusahaan asuransi yang berusaha menghentikan klain karena adanya unsure fraud
Perusahaan yang menangani perkara tuduhan pelecehan seksual di tempat kerja, asset

misappropriation termasuk rahasia dagang, korupsi, dan informasi konfidensial lainnya.


5. Individu dalam kasus perceraian dan pelecehan seksual.
Spesifikasi dari disk imaging tool
Peralatan computer forensics yang canggih, akurat, dan andal mutlak diperlukan dalam
menginvestigasi kejahatan yang melibatkan computer. Di Amerika Serikat, NIST (the Natioal
Institute of Standards and Technology) mengatur dan memberikan peujuk yang memberikan
keyakinan terhadap perangkat lunak yang digunaan dalam investigasi forensik. NIST
menyiapkan penegak hukum dengan segala wewenang untuk menentukan apakah perangkat
lunak yang dirancang memang boleh diterpkan untuk tujuan yang ditetapkan
NIST misalnya, menerbitkan dokumen yang menjadi bahan tulisan ini. Dokumen tersebut
memerinci persyaratan dari alat- alat pencitraan cakram digital (disk imaging tool) yang
digunakan dalam investigasi forensic dan metode pengujian untuk memastikan bahan alat-alat
itu memenuhi syarat.
Dokumen NIST itu menetapkan lingkup dari spesifikasi yang dibahasnya, yakni terbatas
pada software tools yang mengopi atau membuat pencitraan (image) hard disk drives saja.
Spesifikasi itu tidak meliputi software tools yang membuat pencitraan dari emovable media
seperti floppy disks atau zip disks, analog media, dan digital media lainnya seperti telepon
selular dan pegers.

1.
2.
3.

4.
5.
6.

7.

8.

Persyaratan Yang Wajib Dipenuhi (Mandatory Requirements)


Persyaratan berikut ini wajib dipenuhi oleh semua disks imaging tools (disingkat DIT)
DIT tidak boleh mengubah objek aslinya
Kalau tidak ada kesalahan (eror) dalam mengakses objek aslinya, maka DIT akan menghasilkan
bit-stream duplicate atau bit-stream image dari aslinya
Kalau kesalahan input/ output (I/O errors). Maka DIT akan menghasilkan qualified bit-stream
duplicate atau qualified bit-stream image dari aslinya. Tempat yang diidentifikasi mengandung
kesalahan akan di-replace dengan nilai yang ditentukan oleh dokumentasi dalam DIT.
DIT akan membuat daftar (log) dari semua kesalahan input/output (I/O errors ) dalam bentuk
yang dapat diakses dan dibaca, termasuk jenis da lokasi kesalahan.
DIT dapat dapat mengakses disks drivesmelalui atau lebih inefaces yang ditentuakan.
Dokumentasi berkenaan dengan persyaratan wajib (mandatory requirements) harus benar.
Artinya, sepanjang seluruh prosedur DIT menghasilkan hasil yang diharapkan, maka
dokumentasi harus dianggap benar.
Kalau DIT mengopi sumber (source) ke tujuan akhir (destination) yang lebih besar dari
sumbernya, maka DIT akan mendokumentasikan is dari area yag tidak merupakan bagian dari
copy-an
Kalau DIT mengopi sumber (source) ke tujuan akhir (destination) yang lebih kecil dari
sumbernya, maka DIT akan member tahu si pemakai (user), memotong (truncate) kopiannya,
dan membuat log (catatan) tentang apa yang dilakukannya.

Cloning Atas Data Dalam Ponsel


Alat untuk meng-clone data dalam telepon selular dipakai untuk mengambil (extract) data
seperti daftar nomor telepon (phonebook), citra atau image berupa gambar dan videos, pesanpesan (text messages), daftar telepon masuk dan keluar (call logs), dan informasi mengenai
identitas ponsel tersebut (IMEI-International Mobile Equipment Indentification atas ESNElectronic Serial Number)
Disamping data yang disebut di atas, perlatan ini juga dapat meng-extract pesan-pesan
yang sudah dihapus (deleted text messages), rekaman audio dan video, serta ringtones.
Seperti halnya dengan data imaging atau data cloning untuk data di hard disk, data dalam
ponsel hanya dibaca, tanpa modifikasi apa pun sesuai standar industry di Amerika Serikat untuk
keperluan pengadilan

1.
2.

3.

4.

1.
2.
3.
4.

Mengenali Bukti Digital


Computer dan media digital semakin sering dimanfaatkan dalam kegiatan melawan
hukum. Ia bisa menjadi alat atau sarana kejahatan (misalnya penggunaan telepon selular untuk
memeras), hasil kejahatan (misalnya informasi digital hasil curian), atau sebagai sarana
penyimpan informasi mengenai kejahatan.
Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan sederhana berikut ini akan dapat menentukan
yang sebenarnya peranan computer dalam kejahatan
Apakah computer digunakan untuk penyeludupan informasi atau merupakan hasil kejahatan?
Misalnya, dalam pencurian perngkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software)
Apakah system computer digunakan untuk kejahatan. Pelaku menggunakan system computer
secra aktif untuk kejahatan, seperti identitas palsu atau identitas asli (password) yang dicuri ,
downloading dari informasi yang tersimpan dalam system atau data base, dan lain-lain
Ataukah computer hanya digunaan untuk menyimpan data, misalnya nama, alamat, perincian
kontrak-kontrak yang dibuat dengan para penyuplai yang memberikan uang suap atau
kickback
Apakah computer digunakan dalam kejahatan, sekaligus untuk menyimpan informasi.
Misalnya, computer hacker yang menyerang system dan data base dari penerbit kartu kredit
untuk mencuri informasi mengenai mengenai kartu kredit pelanggan. Hacker ini juga
menyimpan informasi hasil curiannya dalam computer atau media digital.
Setelah mengetahui peranan computer dalam kejahatan, pertanyaan penting berikut harus
dijawab.
Apakah ada alasan untuk meyita perngakat keras?
Apakah ada alasan untuk menyita perangkat lunak?
Apakah ada alasan untuk menyita data?
Di mana penggeledahan akan atau harus dilakukan?

a. Misalnya, apakah lebih praktis melakukan penggeledahan di mana system computer berada
atau di lapangan? Contoh: system computer berada di Jakarta, tetapi tempat yang dicuragai
berada di lading-ladang minyak yang tersebar.

b. Apabila penegak hukum menyita system dan membawanya pergi dari lokasi semula, apakah
system tersebut
Disamping computer yang menyimpan data dan informasi digital, ada beberapa peralatan
elektronis yang kita gunakan sehari-hari yang juga menyimpan informasi digital.
1. Telepon nirkabel (wireless telephones) Telepon nirkabel menyimpan data berikut
a. Nomor telepon yang dihubungi
b. Nomor telepon yang disimpan untuk akses cepat (speed dialing)
c. Caller ID untuk telepon yang diterima
d. Informasi lain yang tersimpan dalam memori dari telepon nirkabel:
1) Nomor telepon atau pager
2) Nama dan alamat
3) Nomor PIN
4) Nomor akses voice mail
5) Kode voice mail
6) Nomor debit cards
7) Nomor calling cards
8) Informasi mengenai akses ke e-mail atau Internet
9) Kalau ada layar, maka nformasi tampilan di layar (on screen image) bisa berisi informasi
penting lainnya
2. Alat penyeranta (electronic paging device)
Berikut bukti-bukti digital yang mungkin tersimpan dalam pesawat penyeranta
a. Data yang tersimpan dalam bentuk angka (untuk penyeranta yang disebut numeric pagers
komunikasi dilakukan hanya dalam bentuk angka atau kode)
b. Data yang tersimpan dalam bentuk angka dan huruf (untuk penyeranta yang disebut alpha
numeric pagers komunikasi dilaukan dalam angka, huruf, dan teks penuh atau full text).
c. Voice pagers dapat mengirimkan komunikasi suara, terkadang sebagai tambahan atas
komunikasii alpha numeric.
d. Pesan-pesan masuk dan keluar dalam 2-way pagers atau penyeranta dua arah
3. Mesi faks
Alat ini bisa berisi nomor telepon dan informasi mengenai pelanggan telepon dari telepon
yag masuk. Gangguan atau terputusnya arus listrik dapat menyebabkan hilangnya data apabila
tidak dilindungi degan baterai pedukung. Dokumentasikan semua data yang tersimpan sebelum
penyitaan atau sebelum kemungkinan hilangnya data.
Mesin faks dapat menyimpan informasi berikut
a. Daftar nomor telepon yang dapat dihubungin dengan dial cepat
b. Faks masuk dan keluar yang tersimpa secara digital
c. Catatan mengenai faks masuk dan keluar
d. Judul di faks
e. Setelan waktu

4. Kartu cerdas
Kartu cerdas, lazimnya seukuran kartu kredit, dilengkapi dengan chip atau
microprocessor yang menyimpan sejumlah nilai uang dan informasi lain. Kartu cerdas ini
digunakan untuk
a. Pembayaran transaksi pada point off sale, misalnya utuk pulsa telepon
b. Pembayaran antar pemegang kartu cerdas
c. Melakukan pembayaran untuk transaksi internet
d. Kemampuan ATM
e. Kemampuan menyimpan data dan file lainnya, seperti pada disk computer
5. Lain-lain
Pemebahasan di atas yang diambil dari United States Secret Service hanyalah mengenai
informasi digital dalam beberapa peralatan sederhana yang digunakan sehari-sehari. Secara
terpisah, akan dibahas cloning dari data digital yang tersimpan dalam hard disk suatu computer.

Perspektif Hukum dari Bukti Digital Penanganan Perangkat Keras dan Lunak
Penyidikan yang diarahkan kepada perangkat keras secara konseptual tidaklah sulit.
Seperti halnya pemeriksaan terhadap senjata yang dipakai dalam kejahatan, perangkat keras
merupakan benda berwujud. Benda-benda menggunakan ruang dan dapat dipindahkan dengan
cara-cara yang kita kenal secara tradisional. Penyelidikan terhadap data, informasi, dan
perangkat lunak lebih rumit dari pemeriksaan perangkat keras.
Karena itu, untuk memudahkan pembahasan, jenis pemeriksaan dibedakan antara: ( a )
pemeriksaan di mana informasi yang dicari ada pada komputer di mana pemeriksaan dilakukan,
dengan ( b ) pemeriksaan atas informasi yang disimpan off-site di tempat lain di mana
komputer digunakan untuk mengakses data.
Informasi Hasil Kejahatan
Informasi hasil kejahatan bisa berupa penggandaan perangkat lunak dengan pelanggaran
hak cipta atau harta kekayaan intelektual dan pencurian informasi perusahaan atau negara yang
dirahasiakan. Karena itu, teori dan praktik yang berlaku untuk penyitaan benda berwujud
lazimnya juga berlaku untuk informasi yang merupakan hasil kejahatan.
Informasi sebagai Instrumen Kejahatan
Dalam hal tertentu, informasi dapat digunakan sebagai alat atau instrumen untuk
melakukan kejahatan, misalnya perangkat lunak yang dirancang khusus untuk membuka kode
atau password, atau untuk memperoleh daftar nomer kartu kredit yang hilang dicuri.
Apabila secara wajar, informasi tersebut patut diduga telah atau dapat digunakan sebagai
instrumen kejahatan, penyidik boleh atau dapat menyitanya.

Informasi sebagai Bukti Kejahatan


Secara umum, di Amerika Serikat, informasi sebagai instrumen kejahatan. Sementara itu,
informasi sekedar sebagai bukti diperlakukan sebagai tidak dapat disita. Dengan
perkembangan ini, pengakuan bahwa dokumen dan informasi lain yang mengkaitkan perbuatan
tersangka dengan kejahataannya umumnya harus dilihat sebagai bukti kejahatan dan bukan
instrumen kejahatan. Bukti kejahatan bisa berupa cetakan (hard copy printouts). Bukti ini
(kalau ada atau ditemukan berada dalam tangan si pelaku) merupakan bukti yang penting.
Misalnya pelaku mengaku ia buta komputer, tidak tahu isi dari data base. Fakta bahwa dia
mempunyai hard copy printouts merupakan bantahan terhadap ketidakmampuannya
menggunakan informasi dalam data base. Bukti kejahatan lainnya adalah catatan yang dibuat
berupa tulisan tangan yang ada did dekat komputer atau peralatan elektronis lainnya, seperti
catatan mengenai password atau sandi-sandi yang dapat memberi petunjuk, daftar nama rekanrekan yang ikut dalam kejahatan, atau daftar nama korban, dan seterusnya.
Data Mining atau Penambangan Data
Salah satu definisi data mining adalah the extraction of hidden predictive information
from large database. Yang mengandung beberapa unsur berikut:
1. Dalam data mining, terdapat sesuatu yang diekstraksi atau ditarik ke permukaan.
2. Yang diekstraksi adalah hidden predictive information atau informasi tersembunyi yang bersifat
prediktif. Kemamuan mengekstraksi informasi seperti inilah yang membuat data mining
menjadi suatu teknologi yang sangat ampuh, misalnya sebagai alat marketing atau investigasi.
3. Data yang ditambang ini berada dalam data base yang sangat besar. Data base yang besar ini
dapat digabungkan dengan data base besar lainnya, misalnya yang berisi semua transaksi yang
mencurigakan menurut undang-undang tindak pidana pencucian uang. Dari data base ini saja,
penyidik akan dapat menambang banyak informasi.
Date base yang besar itulah yang membuat data yang berlimpah menjadi informasi yang
seolah-olah tersembunyi, yang hanya bisa diangkat ke permukaan (diekstraksi) dengan
menggunakan perangkat lunak. Umumnya, dikenal perangkat luank yang sifatnya rerospektif,
orientasinya adalah pada data yang lalu. Informasi prediktif melihat tren ke depan, mencoba
memprediksi apa saja yang bakal terjadi.
Perkembangan Data Mining
Pada perkembangan terakhir, kemampuan teknologi untuk menagrungi samudera data
dalam real time. Data mining melanjutkan proses evaluasi ini: bukan sekedar pengaksesan data
secara retrospektif, tetapi harus berkembang sampai pengaksesan dan navigasi data untuk
penyampaian informasi yang prospektif dan proaktif. Data mining siap untuk aplikasi bisnis,
termasuk investigasi karena didukung oleh tiga teknologi yang saat ini sidah matang, yaitu
teknologi untuk mengumpulkan data secara besar-besaran, adanya multiprocessor computers
yang sagat tangguh, dan tersedianya data mining algorithms.
Tabel 1

Empat Evolusioner Data Mining


Langkah-langkah
Teknologi
Evolusioner

(Enabling Technologies)

Product Providers Karakteristik

Data Collection

Computers, tapes, disk

IBM, CDC

Retrospective,static
data delivery

(1960-an)

Data Access
(1980-an)

Relational databases
(RDBMS), Structured
Query

Oracle,Sybase,
Informix,IBM,
Microsoft

Retrospective,dynami
c
data delivery at
record
level

Language (sql), ODBC


Data Warehousing
&

Arbor,Cognos,

Retrospective,dynami
c
data delivery at
record

Microstrategy

multiple level

On-Line analytic processing Pilot,Comshare,

Decision Support
(OLAP), multidimensional
(1990-an)
Databases, data warehouses

Data Mining
(Berembang terus

Sampai sekarang)

Prospective,
Advanced algorithms,
Pilot,Locheed,
proactive
Multiprocessor computers, IBM,SGI,
information delivery
massive
bermacam-macam
database
perusahaan baru

Lingkup Data Mining


Dengan database yang cukup besar dan bermutu baik, data mining memberikan peluang
dalam investigasi melalui kemampuan berikut.
1. Automated prediction of trends an behavoiurs. Data mining memproses pencarian informasi
prediktif secara otomatis dalam databases yang besar.
2. Automated discovery of previously unknown patterns. Data mining tools seperti meyapu
database dan mengidentifikasi hidden patterns (pola-pola tersembunyi) yang tidak diketahui
sebelumnya, dalam satu langkah saja.
Teknik-teknik data mining memberi manfaat yang besar, baik untuk software platforms
dan hardware platforms yang ada sekarang, maupun dalam sistem yang baru dengan
berkembangnya platforms dan produk baru. Data mining tools yang diimplementasi pada

sistem pengolahan paralalel dengan kinerja yang tinggi mampu menganalisis database maha
besar dalam hitungan menit. Dengan pengolahan data yang lebih cepat, para pemakai dapat
melakukan eksperimen secara otomatis dan langsung dengan model yang lebih banyak untuk
mengerti dan menafsirkan data yang begitu rumit dan banyak. Selanjutnya, database yang besar
cenderung membuat presiksi yang lebih baik.

1.
2.
3.
4.

1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.

3.

4.

5.

Bagaimana Data Mining Bekerja


Data mining sebenarnya menjembatani dua teknologi, yaitu teknologi yang berkenaan
denagn informasi skala besar dengan teknologi yang berkenaan dengan sistem transaksi dan
analitikal. Kedua teknologi ini berkembang dan dikembangkan secara terpisah, dan data mining
menjadi mata rantai yang menghubungkan keduannya. Data mining software menganalisis
hubungan dan pola dalam data transaksi yang dismpan secara elektronis melalui open-ended
user queries. Perangkat lunak analitikal bermacam-macam: statistical, machine learning, dan
neural networks. Perangkat lunak ini umumnya mencari hubungan erikut.
Classes: data digunakan untuk menentukan suatu atau beberapa kelompok yang mempunya
karakteristik tertentu.
Clusters: data items dikelompokkan menurut hubungan yang logis antara prefensi tertentu.
Associations: data juga dapat ditambang untuk menunjukan adanya keterkaitan.
Sequential patterns: data juga ditambang untuk mengantisipasi perilaku dan trens. Ini
merupakan langkah lanjutan dari clusters dan associations tadi.
Data mining terdiri atas ima unsur besar berikut.
Menyarikan, mengubah, dan mengirimkan (extract, transform, dan load) data transaksi ke data
warehouse system.
Menyimpan dan mengelola (store dan manage) data tersebut multidimensional database system.
Memberikan data acces kepada business analysts dan information technology professionals,
termasuk investigator dan computer financial spesialist.
Menganalisis data dengan perangkat lunak aplikasi.
Menyajikan informasi dalam format yang tepat guna, seperti gambar, grafik, tabel, dan
sebagainnya. Berikut berbagai tingkat analisis yang dapat digunakan.
Artificial neural networks: model-model prediktif non-linier yang belajar melalui pelatihan
dan menyerupai jaringan syaraf biologis dalam strukturnya.
Genetic algorithms: Teknik-teknik optimisasi yang menggunakan proses seperti genetic
combination, mutation, dan natural seection dalam rancangan yang didasarkan atas konsep
evolusi alamiah.
Deciaion tress: pengungkapan struktur yang berbentuk pohon untuk menggambarkan suatu atau
beberapa set keputusan. Keputusan-keputusan ini akan menghasilkan aturan untuk
mengklasifikasika suatu dataset.
Nearest neighbor method: teknik ini menghasilkan setiap record dalam dataset berdasarkan
kombinasi kelompok record k di mana k record mempunyai ciri yang paling serupa dalam
historical dataset. Teknik ini terkadang juga disebut k-nearest neighbor technique.
Rule induction: penemuan rumusjika-maka yang relevan dari dataset berdasarkan signifikansi

statistikal.
6. Data visualization: merupakan interprestasi dengan penginderaan mata dari hubungan yang
rumit dalam data multidimensional. Untuk menggambarkan hubunagn ini, peralatan grafis
lazimnya digunakan.
Infrastruktur Teknologi Apa yang Diibutuhkan
Sekarang, data mining applications tersedia dalam sistem untuk semua ukuran bagi
mainframe, client/server, dan PC platforms. Terdapat dua hal kunci yang menetukan teknologi,
yaitu besarnya database dan rumit atau kompleksnya serta besarnya queries(pertanyaan yang
akan diajukan si pemakai dalam memprobe data).
Suatu Arsitektur untuk Data Mining
Untuk menerapkan tenik-teknik data mining yang mutakhir denagn baik, peralatan ini
sebaiknya terintegrasi penuh dengan data warehouse dan alat analisis bisnis interaktif. Banyak
data mining tools yang beroperasi di luar data warehouse sehingga membutuhkan langkahlangkah tambahan untuk data extracing, dan importing, dan data analyzing. Ketika ada insight
baru yang memerlukan implementasi operasioanl, alat yang terintegrasi dengan warehouse
memudahkan aplikasi dari apa yang diahasilkan dari data mining.
Data Interrogation (Interogasi Data)
Dalam data interrogation, seorang investigator (auditor) menganalisis data yang
tersimpan dalam bermacam-macam media penyimpanan data untuk menemukan sesuatu yang
dicarinya. Tidak berbeda dengan seorang auditor yang dalam sistem manual, misalnya mencari
apakah ada faktur penjualan ganda. Hanya saja data, data tersimpan secara digital, tidak
langsung dapat dibaca, dan jumlahnya banyak. Disinilah peluang untuk menggunakan
perangkat lunak untuk melakukan data interrogation. Perangkat lunak semacam ACL dapat
membantu kita memilih kolom-kolom dari spread sheet, tanpa mengganggu integritas data.
Perangkat lunak membantu auditor atau investigator melakukan data interrogation atau
menimba data yang diperlukan dari sumur yang besar dan dalam.
Sebelum perangkat lunak menghasilkan informasi, investigator sudah harus merancang
bentuk dari laporan yang diinginkannya. Tidak jarang, investigator harus mengubah
pertanyaan yang diajukannya.
Karena itu, perangkat lunak mendokumentasikan seluruh langkah ini yang disebut
command log. Perangkat lunak mendokumentasikan seluruh langkah ini dalam apa yang
disebut command log. Perangkat lunak berikut dapat melakukan data interrogation lainnya
yang berguna untuk audit atau investigation lainnya yang berguna untuk audit dan investigasi.
1. Meng-extract data tertentu. Contohnya pada investigasi utang, data yang di extract adalah nama
penyuplai, alamat penyuplai, tanggal dan jumlah invoice, serta tanggal pembayaran. Dalam file
utang, data tersebut disebut record atau field seperti kolom dalam spread sheet.
2. Meng-export record yang kita pilihuntuk menciptakan file baru yang akan kita gunakan dengan
program lain seperti Word atau Excel.

3. Men-short data, misalnya Sort menurut nama kota menunjukan ada puluhan penyuplai di suatu
kota yang memenuhi persyaratan tender pengadaan pemerintah. Namun, hanya dua dari mereka
yang mengikuti tender tersebut.
4. Meng-classify dan men-summarize. Contoh classify: dari buku pembelian diketahui pembelian
per transaksi lengkap dengan nomor faktur dan nilai perfaktur. Kitabisa meng-classify data
pembelian untuk tahun 2006, misalnya menurut penyuplai. Kita akan mendapat banyaknya
(lembar) dan nilai total faktur dari setiap penyuplai, dengan angka persentase (lembar dan nilai
faktur).
1 Men-summarize. Contoh: persediaan suku cadang di suatu perusahaan penerbangan terdiri atas
jutaan item dengan nilai total hampir mencapai triliunan rupiah. Kitabisa men-summarize
persediaan ini berdasarkan nilai per unit. Hasil summarize menunjukan dua ekstrim. Pertama,
ada beberapa item yang niali per unitnya miliaran. Secara total, mereka meliputi 40% dari nilai
total persediaan. Kedua, ada jutaan item yang nilai per unitnya hanya ratusan ribu rupiah, dan
secara total meliputi 35% dari nilai total persediaan. Sementara itu, persediaan lainnya terletak
di antara kedua ekstrim.
6. Men-stratify. Contoh: direktorat Jenderl Pajak ingin mnstratifikasi para pembayar pajak
penghasilan di seluruh indonesia. Data pembayaran pajak dapat distratifikasi, misalnya
berdasarkan income tax bracket atau kelompik penghasilan yang mempunyai tarif pajak
tersendiri.
7. Melakukan analisis umur (aging analysis). Contoh analisis umur piutang, utang, persediaan
barang, dan lain-lain.
8. Menggabungkan files, istilah tekns yang dipakai bisa bermacam-macam, seperti joining,
relating, merging, dan lain-lain. Menggabungkan files memungkinkan kita menghubungkan
data yang berada dalam beberapa files sehingga kita mempunyai lebih banyak data untuk
di-manipulasi lebih lanjut. Dalam menggabungkan files, juga ada kemungkinan data terkait
tidak diperoleh dalam files lainnya. Unmatched records ini bisa kita teliti lebih lanjut. Contoh
dari suatu current file yang akan digabung dengan master file ditemukan puluhan penyuplai
yang aktif memasok barang, tetapi mereka tidak mempunyai data dasar dalam master file.
9. Melakukan sampling. Dari data yang banyak, perlu diambil contoh (samples) untuk diperiksa.
Hasil pemeiksaan sample dipakai untuk menarik kesimpulan mengenai seluruh data
(population). Perangkat lunak dapat digunakan untuk emlakukan sampling dengan bermacam
teknik,s eperti random sampling, statistical sampling dan lain-lain. Dalam statistical sampling,
kita juga dapat menaksir jumlah kesalahan (error) dalam population dengan mengevaluasi
kesalahan dalam sample.
10. Melakukan digital analysis berdasarkan Benfords Law. Ini adalah data interogasi yang ampuh,
tetapi hampir tidak dikenal apalagi diprakktikan di Indonesia. Hal ini akan dijelaskan dengan
contoh pengungkapan fraud melalui mark-up.
Analisis dengan Menggunakan BenfordS Law
Frank Benford, seorang ahli fisika yang bekerja di GE Research Laboratories, New York
membuat pengamatan sederhana pada tahun 1920-an. BenfordS Law sangat membantu auditor

pada umumnya dan investigator pada khususnya dalam melihat indikasi terjadinya fraud dari
suatu daftar bilangan.
Perangkat lunak yang meneydiakan Benford analysis memungkinkan investigator memusatkan
perhatian pada potensi penyimpangan atau anomali. Perangkat lunak ini tidak membuktikan
bahwa fraud memang terjadi. Ia hanya menunjuk pada hal-hal yang perlu pengkajian lebih
lanjut atas dasar perhitungan-perhitungan satistik. Terdapat perangkat lunak dengan fungsi
BenfordS Law yang membaca nilai dalam kolom yang kita temukan, dan memeberi tahu
apakah deretan bilangan wajar dalam suatu daftar yang menyerupai naturally occuring data.
Makin banyak jumlah bilangan, makin banyak BenfordS Law berfungsi. Perangkat lunak
menyediakan pengjian digit pertama (first-digit test), digit kedua (second-digit test), dan
pengujian dua digit pertama (first-two-digits test). Pengujian atas digit pertama (first-digit test)
digunakan untuk menentukan kelayakan (reasonableness) data yang akan diuji. Artinya, apakah
data yang kita periksa umumnya memenuhi norma (BenfordS Law) atau perlu dikaji lebih
mendalam. Perangkat lunak ini menunjukan hal dalam angka dan grafik.

BAB 19
WAWANCARA DAN INTEROGASI

Wawancara
Wawancara bersifat netral dan tidak menuduh, dengan tujuan mengumpulkan informasi
(Tuanakotta:2007). Auditor Investigatif selama melakukan wawancara harus mengumpulkan
informasi yang penting bagi investigasinya dan informasi mengenai perilaku dari orang yang
diwawancarai (behavioral information), seperti: perilaku orang yang diwawancarai pada waktu
menjawab pertanyaan, bagaimana cara duduknya, kontak mata dengan yang mewawancarai,
ekspresi wajahnya, cara memberikan jawaban, pilihan kata atau kalimat, hal itu semua dapat
memberi petunjuk apakah orang yang diwawancarai jujur atau tidak. Pada akhirnya
pewawancara harus menilai kredibilitas dari jawaban yang diberikan oleh orang yang
diwawancarai melalui evaluasi atas sikapnya selama wawancara, seiring dengan penilaian atas
substansi informasi yang diberikan. Pada umumnya wawancara yang dilakukan oleh auditor
investigatif apabila bukti-bukti sudah terkumpul, namun kadang-kadang wawancara sudah
dimulai pada saat gambaran kasar tentang suatu kasus sudah dimiliki dengan asumsi bahwa
wawancara adalah untuk mengumpulkan/menambah informasi.
Seringkali wawancara disinonimkan dengan interogasi, tetapi sebetulnya sangat berbeda
karena interogasi bersifat menuduh, dilakukan dengan persuasi yang aktif, dengan tujuan untuk
mengetahui yang sebenarnya. (Tuanako tta:2007). Tetapi dalam audit investigasf lebih

cenderung menggunakan wawancara dalam mengumpulkan informasi dan meyakinkan buktibukti audit. Dalam wawancara terdapat tiga tingkat atau saluran yang digunakan untuk
komunikasi yaitu:
a. Verbal channel adalah ucapan atau perkataan yang keluar dari mulut orang yang diwawancarai,
pilihan kata dan susunan kata-kata yang dipergunakan untuk mengirimkan pesan. Dalam
metode ini dinyatakan bahwa orang yang berbohong akan cemas, karena takut kebohongannya
terungkap (Verbal Behavior).
b. Paralinguistic channel adalah ciri-ciri percakapan diluar apa yang diucapkan oleh orang yang
diwawancarai, maksudnya adalah ucapan yang makna sesungguhnya berbeda dari apa yang
keluar dari mulutnya (Paralinguistic Behavior).
c. Non verbal channel adalah merupakan sikap tubuh, gerak tangan dan mimik wajah orang yang
diwawancarai, jadi setiap ucapan selalu diperkuat dan dimodifikasi dengan gerak tubuh/bahasa
tubuh (Nonverbal Behavior).
Ketiga saluran atau metode tersebut semuanya digunakan untuk mengetahui adanya
kebohongan. (Tuanakotta:2007).
Untuk keberhasilan dalam wawancara persiapan yang harus dilakukan oleh auditor
investigatif adalah: (BPKP:2007)
a. Auditor investigatif harus mempelajari berkas kasus/permasalahan dan dokumen
untukmemastikan adanya informasi penting yang belum diperoleh
b. Menetapkan tujuan informasi yang akan digali dalam wawancara
c. Mempelajari informasi apa yang dapat diperoleh dari calaon responden yang akan diwawancarai
d. Mempersiapkan catatan yang berisi poin-poin yang akan ditanyakan agar informasi yang digali
tidak terlewatkan
e. Mempersiapkan tempat untuk wawancara
Pihak-pihak yang diwawancarai dalam audit investigatif adalah: (BPKP:2007)
a. Saksi pihak ketiga yang netral (Neutral Third-Party Witness)
b. Saksi yang dapat membenarkan (Corroboraative Witness)
c. Pihak yang diduga ikut terlibat (Co-Conspirators)
d. Pihak yang diduga melakukan penyimpangan (Subject/Target)
Sebagai contoh misalnya Auditor Investigatif akan melakukan wawancara dengan pihak
yang diduga terlibat/target yaitu Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) untuk kegiatan pengadaan
barang dan jasa suatu instansi pemerintah. Berdasarkan data-data yang sudah tersedia, auditor
pertama kali akan menanyakan kepada pihak yang netral, misalnya Bagian Kepegawaian yang
tidak ada sangkut paut dengan kegiatan pengadaan barang dan jasa tersebut. Wawancara
dengan Bagian Kepegawaian akan ditanyakan riwayat pekerjaan PPK, sanksi yang pernah
diberikan ataupun penghargaan yang pernah diberikan, jadi auditor sudah memperoleh riwayat
pekerjaan yang dapat digunakan untuk wawancara ketahap berikutnya.
Setelah diperoleh data dari pihak yang netral tahap berikutnya adalah wawancara dengan saksi
yang dapat membenarkan, misalnya ditanyakan kepada atasan langsungnya atau bekas atasan
langsungnya yang mengetahui betul menganai PPK tersebut, sehingga auditor akan
memperoleh informasi tentang PPK tersebut apakah pernah kena sanksi kepegawaian atau
belum, ataupun pernah berbuat curang..

Selanjutnya wawancara dilanjutkan kepada pihak yang ikut terlibat misalnya auditor
mewawancarai rekanan yang memasok barang-barang tersebut, sangat mengetahui bahwa
barang yang diserahkan kualitasnya rendah, tetapi dalam Berita Acara Serah Terima (BAST)
barang dinyatakan sesuai dengan spesifilasinya. Jadi auditor berdasarkan bukti yang
sebelumnya sudah dimiliki dapat membuat simpulan sementara, bahwa telah terjadi
penyimpangan kualitas dan rekanan tersebut nantinya juga akan dijadikan pihak yang ikut
bertanggung jawab.
Tahap terakhir dari wawancara adalah mewawancarai subyek/target atau kadang juga
disebut dengan suspect yaitu PPK, untuk meyakinkan auditor investigatif bahwa pengadaan
barang telah terjadi penyimpangan kualitas sehingga mengakibatkan kerugian negara, Dari
hasil wawancara tersebut dan disertai bukti-bukti yang sudah diperoleh sebelumya misalnya
kontrak, hasil pemerilsaan fisik, maka auditor dapat menyimpulkan bahwa telah terjadi
penyimpangan kualitas dan merugikan keuangan negara serta PPK tersebut dapat dinyatak
pihak yang diduga bertanggung jawab.

Wawancara Dalam Audit Investigatif


Audit investigatif dilakukan apabila sudah terdapat indikasi adanya unsur melawan
hukum dan adanya indikasi kerugian keuangan negara yang biasanya dilakukan dengan telaah
5W dan 1H. Setelah dilakukan telaah baru dimulai dengan audit investigatif dengan tujuan
untuk mengumpulkan bukti-bukti/informasi dalam rangka pembuktian atas kasus yang terjadi.
Informasi harus sebanyak-banyaknya dikumpulkan, karena informasi merupakan nafas dan
darahnya audit investigatif. Informasi tersebut diperoleh melalui pengumpulan bukti-bukti
seperti: Pemeriksaan Fisik, Dokumen, Konfirmasi, Prosedur Analitis, Penghitungan Ulang.
Observasi maupun Tanya Jawab. Semua bukti-bukti tersebut biasanya dikumpulkan dulu
sebelum dilakukan wawancara. Karena kalau bukti-bukti tersebut belum lengkap auditor
investigatif belum mempunyai bekal, fakta atau informasi yang banyak mengenai
permasalahan/kasus tersebut sehingga sulit untuk dilanjutkan dengan wawancara. Setelah
auditor investigatif mengetahui banyak fakta dan informasi melalui bukti-bukti yang telah
diperoleh, maka tahap berikutnya adalah wawancara dalam rangka meyakinkan bukti-bukti
yang telah diperoleh betul-betul bukti audit yang kompeten dan bisa digunakan sebagai dasar
penyusunan Laporan Hasil Audit Investigasi (LHAI). Wawancara biasanya dilakukan untuk
memverifikasi bukti-bukti audit yang sudah diperoleh dalam tahap sebelumnya., sehingga dapat
dikatakan wawancara merupakan teknik audit yang tepat/jitu untuk meyakinkan auditor dalam
perolehan bukti audit investigatif.
Untuk memperoleh hasil wawancara yang memadai, maka wawancara seharusnya
dilakukan oleh auditor investigatif yang mempunyai karakteristik berikut (BPKP:2007) yaitu:
a. Orang yang mudah bergaul, berbakat dalam berinteraksi
b. Ingin membuat orang lain ingin berbagi informasi
c. Pewawancara tidak akan mengiterupsi responden dengan pertanyaan yang tidak penting

d. Dapat menyusun pertanyaan yang spesifik yang bisa membuat responden secara sukarela
memberikan informasi
e. Menunjukkan keseriusan dan perhatian atas jawaban yang diberikan responden
f. Cara mengajukan pertanyaan tidak dengan sikap yang menyalahkan
g. Pewawancara harus tepat waktu, berpakaian rapi dan bersikap fair dalam berinteraksi dengan
responden.
Namun dalam kenyataan sering wawancara dilakukan oleh auditor yang tidak
mempunyai karakteristik seperti tersebut diatas, sehingga hasil wawancaraya kurang berhasil
atau justru tidak berhasil, yang mengakibatkan hasil audit investigasinya kurang meyakinkan.
Hal itu banyak disebabkan kurangnya auditor investigatif yang tersedia di instansi tersebut.
Selain kriteria tersebut diatas auditor investigatif dalam melaksanakan auditnya harus selalu
dilandasi dengan sikap mental dan independensi serta integritas yang tinggi untuk
menghindarkan adanya penyimpangan yang dilakukan oleh auditor, misalnya adanya
penyuapan.

BAB 20
OPERASI PENYAMARAN
Undercover Operation
Ada dua bentuk cover operation, yaitu undercover operation (operasi penyamaran) dan
survelliance operation (operasi pengintaian)
Undercover operation merupakan kegiatan yang berupaya mengembangkan bukti secara
langsung dari pelaku kejahatan dengan menggunakan samaran dan tipuan.
Pemerikasa tidak menunggu informasi yang dikumpulkan melalui jalur yang bisa di
tempuh.keputusan dilakukan secara sadar dan matang untuk melakukan undercover operation.
Surveilliance operation merupakan pengamatan untuk memastikan tindak tanduk pelaku
kejahatan. Operasi ini dilakuakn dengan penuh keterampilan dan kesabaran.
Covert operation membutuhkan keterampilan yang tinggi dan perancanaan yang matang.
Apabila dilaksanakan tepat waktu dan tingkat kehati hatian dan kecermatan yang tinggi, covert
operation bisa menuai hasil yang menakjubkan yang tidak dapat dicapai melalui cara lain.
Namun, jika dilaksanakan dengan kliru atau ditangani dengan buruk, covert operation bisa
mendatangkan bencana.
Samaran dan tipuan dikenal dalam hukum dan sistem peradilan AS sebagai bentuk atau
cara penegakan hukum.
Sebelum melakukan undercover operation, pemimpin operasi harus membuat memorandum
mengenai :
1. Informasi yang sudag terkumpul.
2. Informasi yang diharapkan dapat dikumpulkan melalui operasi ini.
3. Indentitas tersangka kalau diketahui
4. Para pelaksana yang berada dalam binaannya, dalam penjagaannya, atau dibawah kendalinya.

Tujuan Undercover Operation


Paul OConell menulis, langkah pertama dalam merencanakan suatu undercover
operation adalah menetapkan tujuan dari investigasi ini. Tujuan ini harus menetapkan spesifik
mungkin, apa yang ingin dicapai operasi itu, misalnya membongkar identitas pelaku.
Beberapa Masalah Dalam Melakukan Covert Operation
Disamping ketentuan perundang undangan yang harus diperhatikan, covert operation
merupakan kegiatan investigator yang berisiko tinggi dan sangat mahal. Karena itu, covert
operation hanya boleh dilakukan sebagai upaya terakhir.
Penjebakan
Penjebakan merupakan masalah hukum terbesar dalam covert operation, khususnya
dalam undercover operation. Operasi ini harus ditangani dengan tepat.
Surveilliance
Surveilliance atau pengintaian adalah pengamatan terencana terhadap manusia, tempat,
atau objek. Tempat atau objek biasanya merupakan prioritas kedua yang utama adalah
pengamatan terhadap manusia.
BAB 21
PENIUP PELUIT
Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK)
Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), adalah lembaga yang bertugas dan
berwenang untuk memberikan perlindungan dan hak-hak lain kepada Saksi dan/atau Korban.
[3] LPSK merupakan lembaga yang mandiri, LPSK bertanggung jawab untuk menangani
pemberian perlindungan dan bantuan pada Saksi dan Korban berdasarkan tugas dan
kewenangan sebagaimana diatur dalam No 13 Tahun 2006.
Keanggotaan LPSK
Anggota LPSK terdiri atas 7 (tujuh) orang yang berasal dari unsur profesional yang
mempunyai pengalaman di bidang pemajuan, pemenuhan, perlindungan, penegakan hukum dan
hak asasi manusia, Kepolisian, Kejaksaan, Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia,
Akademisi, Advokat, atau Lembaga Swadaya Masyarakat.[4]
Dalam pelaksanaan tugasnya, LPSK dibantu oleh sebuah sekretariat yang bertugas
memberikan pelayanan administrasi bagi kegiatan LPSK.Sekretariat LPSK dipimpin oleh
seorang Sekretaris yang berasal dari Pegawai Negeri Sipil.[5]
Struktur Organisasi LPSK
Dalam menjalankan tugasnya LPSK terdiri atas unsur Pimpinan dan Anggota.Unsur
pimpinan LPSK terdiri atas Ketua dan Wakil Ketua yang merangkap anggota yang dipilih dari

dan oleh anggota LPSK. Pelaksanaaan kegiatan LPSK dilakukan oleh beberapa anggota yang
bertanggung jawab pada bidang-bidang yakni Bidang Perlindungan, Bidang Bantuan,
Kompensasi, dan Restitusi, Bidang Kerjasama, Bidang Pengembangan Kelembagaan, dan
Bidang Hukum Diseminasi dan Humas.[6]
Agar tugas dan fungsi LPSK sebagaimana diamanatkan oleh UU No. 13 Tahun 2006
dapat berjalan, maka diangkat seorang Sekretaris berdasarkan Permensesneg No. 5 Tahun 2009
tentang Organisasi Tata Kerja Sekretariat LPSK.[7]
Untuk mengefektifkan kinerjanya, LPSK merubah susunan Bidang-bidang menjadi
Divisi-divisi.Sebelumnya ada 5 bidang dalam pelaksanaan kegiatan LPSK dimana masingmasing anggota bertanggungjawab pada masing-masing bidang.Seiring berjalannya
pelaksanaan tugas dan fungsi LPSK, susunan tersebut dirubah menjadi dua divisi.Divisi
Pemenuhan Hak Saksi dan Korban dan Divisi Hukum, Kerjasama dan Pengawasan
Internal.Diseminasi dan Humas menjadi sebuah Unit langsung dibawah tanggungjawab Ketua
LPSK. Dengan susunan baru ini, LPSK berharap akan lebih fokus dalam pelaksanaan
kegiatannya.[8]
Sejarah Lahirnya LPSK
Gagasan untuk menghadirkan undang-undang perlindungan saksi dan korban dimulai
pada tahun 1999, di mana beberapa elemen masyarakat mulai mempersiapkan perancangan
undang-undang perlindungan saksi. Hal ini kemudian disusul dengan adanya naskah akademis
tentang undang-undang perlindungan saksi dalam proses peradilan pidana. Naskah akademis ini
kemudian menghasilkan RUU perlindungan saksi.[9]
Selanjutnya, tahun 2001 undang-undang perlindungan saksi diamanatkan untuk segera
dibentuk berdasarkan Ketetapan MPR No.VIII Tahun 2001 tentang Rekomendasi Arah
Kebijakan Pemberantasan dan Pencegahan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Juni 2002 Badan
Legislasi DPR RI mengajukan RUU Perlindungan Saksi dan Korban yang ditandatangani oleh
40 anggota DPR dari berbagai fraksi sebagai RUU usul inisiatif DPR.[10]
Sebagai konsekuensi Indonesia meratifikasi UN Convention Against Corruption pada
tahun 2003, dalam pasal 32 dan 33 konvensi ini disebutkan bahwa kepada setiap negara
peratifikasi wajib menyediakan perlindungan yang efektif terhadap saksi atau ahli dari
pembalasan atau intimidasi termasuk keluarganya atau orang lain yang dekat dengan mereka.
Awal 2005 Rencana Aksi Nasional Pemberantasan Korupsi (RAN PK) yang disusun oleh
Bappenas menjadwalkan pembahasan RUU Perlindungan Saksi pada triwulan kedua
2005.Februari 2005 Rapat Paripurna ke 13 DPR RI Peridoe 2004-2009 telah menyetujui
Program Legislasi Nasional.Salah satu RUU yang diprioritaskan untuk segera dibahas adalah
RUU Perlindungan Saksi. Sepuluh fraksi di DPR RI memandang bahwa RUU Perlindungan
Saksi yang juga memuat mengenai ketentuan pembentukan Lembaga Perlindungan Saksi dan
Korban (LPSK) memiliki peran strategis dalam upaya penegakan hukum dan memciptakan
pemerintahan yang bebas dari korupsi, melalui Perlindungan Saksi dan Korban.[11]
Pada bulan Juni 2005 RUU Perlindungan Saksi dan Korban disampaikan dalam surat
pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat kepada Presiden. Lalu, tanggal 30 Agustus 2005 Presiden

mengeluarkan surat penunjukan wakil untuk membahas RUU tentang Perlindungan Saksi dan
Korban yang menugaskan Menteri Hukum dan HAM mewakili pemerintah dalam pembahasan
RUU tersebut. Januari 2006 pemerintah yang diwakili Departemen Hukum dan HAM
menyerahkan Daftar Inventarisasi Masalah, tentang RUU Perlindungan Saksi dan Korban
kepada DPR RI. Awal Februari 2006 komisi III DPR RI membentuk Panitia Kerja yang terdiri
dari 22 orang untuk membahas RUU Perlindungan Saksi dan Korban. Pada bulan Juli 2006,
Rapat Paripurna DPR RI akhirnya mengesahkan RUU Perlindungan Saksi dan Korban menjadi
UU Perlindungan Saksi dan Korban.[12]
Sepuluh fraksi di DPR RI mendukung keberadaan UU tersebut.11 Agustus 2006 Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono mengesahkan Undang-Undang Perlindungan Saksi dan Korban
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 64). Salah satu amanat yang ada
dalam UU Perlindungan Saksi dan Korban ini adalah pembentukan Lembaga Perlindungan
Saksi dan Korban (LPSK) yang dibentuk paling lambat setahun setelah UU Perlindungan Saksi
dan Korban disahkan. Dalam perkembangan selanjutnya, LPSK dibentuk dan dipilih 7 (tujuh)
pada tanggal 8 Agustus 2008.[13]
Tugas, Fungsi dan Kewenangan LPSK
UU PSK menyatakan bahwa LPSKH adalah lembaga yang mandiri .Apa yang dimaksud
mandiri dalam UU ini ,lebih tepatnya adalah sebuah lembaga yang yang independen (biasanya
disebut sebagai komisi independen),yakni organ negara (state organ ) yang diidealkan
independen dan karenanya berada di luar cabang kekuasaan baik eksekutif, legislatif maupun
judikatif ,namun memiliki fungsi campuran antara tiga cabang kekuasaan tersebut.[14] Sifat
independen tercermin dari kepemimpinan yang kolektif, bukan hanya seorang pimpinan.[15] Di
dalam UU Perlindungan Saksi dan Korban disebutkan bahwa LPSK bertanggung jawab kepada
Presiden. Disebutkan pula bahwa Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban adalah lembaga
yang bertugas dan berwenang untuk memberikan perlindungan dan hak-hak lain kepada Saksi
dan/atau Korban sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang
Perlindungan Saksi dan Korban. Ruang lingkup perlindungan ini adalah pada semua tahap
proses peradilan pidana. Tujuan Perlindungan ini adalah untuk memberikan rasa aman kepada
saksi dan/atau korban dalam memberikan keterangan dalam proses peradilan pidana.[16]
UU No . 13 Tahun 2006 dalam ketentuan umumnya telah menyatakan bahwa Lembaga
Perlindungan Saksi dan Korban ,yang selanjutnya disingkat LPSKH ,adalah lembaga yang
bertugas dan berwenang untuk memberikan perlindungan hak-hak lain kepada Saksi dan /atau
Korban, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang.Namun UUPSK tidak merinci tugas dan
wewenang dari LPSKH tersebut lebih lanjut 20,perumus UU kelihatannya menjabarkan tugas
dan wewewnang LPSKH dalam suatu bagian atau bab tersendiri dalam Tugas dan
kewenangan LPSKH yang tersebar dalam UU No.13 Tahun 2006,yaitu :
a.
Menerima permohan Saksi dan /atau Korban untuk Perlindungan (pasal 29)
b.
Memberikan keputusan pemberian perlindungan Saksi dan/atau korban (pasal 29)
c.
Memberikan perlindungan kepada saksi dan /atau Korban (Pasal 1)
d.
Menghentikan progam perlindungan Saksi dan/ Korban (pasal 32)

e.
Mengajukan ke pengadilan (berdasarkan keinginan korban)berupa hak atas kompensasi
dalam kasus pelanggaran hak asasai manusia yang berat dan hak atas restitusi atau ganti
kerugian yang menjadi tanggung jawab pelaku tindak pidana (pasal 7)
f.
Menerima permintaan tertulis dari Korban ataupun orang yang mewakili korban untuk
bantuan (pasal 33 dan 34)[17]
g.
Menentukan diperlukan diberikannya bantuan kepada Saksi dan /atau Korban (Pasal 34)
h.
Bekerja sama dengan instansi terkait yang berwenang dalam melaksanakan pemberian
perlindungan dan bantuan (pasal 39)
LPSK bertanggung jawab untuk menangani pemberian perlindungan dan bantuan kepada
saksi dan korban berdasarkan tugas dan kewenangan sebagaimana diatur di dalam Undangundang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban.[18]
Untuk melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud di atas, LPSK melaksanakan:[19]
a.
merumuskan kebijakan di bidang Perlindungan Saksi dan Korban;
b.
melaksanakan perlindungan terhadap Saksi dan Korban;
c.
melaksanakan pemberian kompensasi, restitusi, dan bantuan kepada Saksi dan atau
Korban;
d.
melaksanakan diseminasi dan hubungan masyarakat;
e.
melaksanakan kerjasama dengan instansi dan pendidikan pelatihan;
f.
melaksanakan pengawasan, pelaporan, penelitian dan pengembangan;
g.
melaksanakan tugas lain berkaitan dengan pelindungan Saksi dan Korban.
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, LPSK memiliki struktur yang terdiri dari pimpinan,
anggota dan sekretaris. Anggota LPSK memiliki tanggung jawab atas tugas dan fungsi:
a.
perlindungan;
b.
bantuan;
c.
kerjasama;
d.
pendidikan dan Pelatihan;
e.
pengawasan:
f.
pelaporan;
g.
penelitian dan pengembangan;
h.
pembentukan hukum; dan
i.
diseminasi dan humas.[20]
D. Mekanisme Perlindungan Saksi dan Korban oleh LPSK
Perlindungan terhadap saksi dan korban diberikan berdasarkan beberapa asas seperti yang
tercantum dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 yaitu: penghargaan atas
harkat dan martabat, rasa aman, keadilan, tidak diskriminatif, dan kepastian hukum.
Sebelum saksi dan korban bisa mendapatkan perlindungan hukum dari LPSK, mereka harus
melewati beberapa prosedur yang telah ditetapkan oleh LPSK disamping mereka harus
memenuhi persyaratan untuk mendapat perlindungan dari LPSK ini seperti yang telah
dijelaskan dalam pasal 28 pasal 36 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006.
Proses Pemberian Perlindungan Bagi Saksi dan/atau Korban[21]

a.
Permintaan diajukan secara tertulis oleh pihak yang bersangkutan, baik atas inisiatif
sendiri, diajukan oleh orang yang mewakilinya, dan atau oleh pejabat yang berwenang kepada
LPSK;
b.
Pemberian perlindungan dan bantuan kepada Saksi dan/atau Korban ditentukan dan
didasarkan pada Keputusan LPSK;
c.
Dalam hal LPSK menerima permohonan tersebut, Saksi dan/atau Korban yang
bersangkutan berkewajiban menandatangani pernyataan kesediaan mengikuti syarat dan
ketentuan perlindungan Saksi dan Korban;
d.
Perlindungan LPSK diberikan kepada Saksi dan/atau Korban termasuk keluarganya sejak
ditandatanganinya pernyataan kesediaan;
e.
Perlindungan bagi Saksi dan/ atau Korban diberikan sejak ditandatanganinya perjanjian
pemberian perlindungan;
f.
Pembiayaan perlindungan dan bantuan yang diberikan dengan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara;
g.
Perlindungan bagi Saksi dan/ atau Korban hanya dapat dihentikan berdasarkan alasan: (a)
inisiatif sendiri dari Saksi dan/ atau Korban yang dilindungi, (b) atas permintaan pejabat yang
berwenang, (c) saksi dan/ atau korban melanggar ketentuan sebagaimana tertulis dalam
perjanjian; atau (d) LPSK berpendapat bahwa Saksi dan/ atau Korban tidak lagi memerlukan
perlindungan berdasarkan bukti-bukti yang meyakinkan; dan
h.
Penghentian perlindungan bagi Saksi dan/ atau Korban harus dilakukan secara tertulis.
Adapun beberapa persyaratan yang telah di tentukan oleh LPSK untuk pemberian
perlindungan dan bantuan terhadap saksi dan korban tercantum dalam Pasal 28 UndangUndang Nomor 13 Tahun 2006 yang berbunyi:
Perjanjian perlindungan LPSK terhadap Saksi dan/atau Korban tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) diberikan dengan mempertimbangkan syarat
sebagai berikut:
a. Sifat pentingnya keterangan Saksi dan/atau Korban;
b. Tingkat ancaman yang membahayakan Saksi dan/atau Korban;
c. Basil analisis tim medis atau psikolog terhadap Saksi dan/atau Korban;
d. Rekam jejak kejahatan yang pernah dilakukan oleh Saksi dan/atau Korban.[22]
Ada pula Syarat untuk mendapatkan perlindungan bagi Pelapor dan Saksi
Pelapor menurut PeraturanBersama, Menteri hukuk dan hak asasi manusia Republik Indonesia,
Jaksa Agung RI, Kepala Kepolisian RI, Komisi Pemberantasan Korupsi RI, Ketua LPSK No:
M.HH-11.HM.03.02.th.2011 No : PER-045/A/JA/12/2011 No : 1 Tahun 2011 NOMOR :
KEPB-02/01-55/12/2011 No : 4 Tahun 2011 Tentang Perlindungan Bagi Pelapor, Saksi Pelapor
dan saksi pelaku yang bekerjasama, adalahsebagai berikut:
a. adanya informasi penting yang diperlukan dalam mengungkap terjadinya atau akan
terjadinya suatu tindak pidana serius dan/atau terorganisir;
b. adanya ancaman yang nyata atau kekhawatiran akan adanya ancaman atau tekanan, baik
secara fisik maupun psikis terhadap Pelapor dan Saksi Pelapor atau keluarganya apabila tindak
pidana tersebut diungkap menurut keadaan yang sebenarnya; dan

c. laporan tentang adanya ancaman atau tekanan tersebut disampaikan kepada pejabat yang
berwenang sesuai dengan tahap penanganannya dan dibuatkan berita acara penerimaan laporan.
Tata cara memperoleh perlindungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 sebagai
berikut:
a. Saksi dan/atau Korban yang bersangkutan, baik atas inisiatif sendiri maupun atas
permintaan pejabat yang berwenang, mengajukan permohonan secara tertulis kepada LPSK;
b. LPSK segera melakukan pemeriksaan terhadap permohonan sebagaimana dimaksud
c. Keputusan LPSK diberikan secara tertulis paling lambat 7 (tujuh) hari sejak permohonan
perlindungan diajukan.
Dari ketentuan Pasal 29 ini ada pengaturan mengenai apakah permohonan itu secara
tertulis atau permohonan perlindungan seharusnya bukan cuma dari pihak saksi/korban dan
pejabat yang berwenang tetapi juga oleh keluarga saksi dan korban yang bersangkutan dan
pendamping saksi dan korban.Pengajuan seharusnya dapat dilakukan oleh orang tua atau
walinya terhadap korban atau saksi masih dibawah umur atau anak-anak.[23]
Permohonan yang telah diterima akan dilanjutkan kepada UP2 oleh ketua LPSK. UP2
(Unit Penerimaan Permohonan) adalah Unit yang bertugas untuk memberikan pelayanan
penerimaan permohonan perlindungan bagi saksi dan korban yang terkait pelaksanaan fungsi
dan tugas Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban.Sedangkan mengenai keputusan LPSK
perihal diterima ataupun ditolaknya suatu permohonan perlindungan yang berdasarkan
pemeriksaan yang telah dilakukan disampaikan paling lambat 7 hari sejak permohonan
perlindungan tersebut diajukan.
Selanjutnya dalam pasal 30 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 tahun 2006 menyebutkan
bahwa: Dalam hal LPSK menerima permohonan Saksi dan/atau korban sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 29, Saksi dan/atau Korban menandatangani pernyataan kesediaan
mengikuti syarat dan ketentuan perlindungan Saksi dan Korban. Adapun mengenai pernyataan
kesediaan mengikuti syarat dan ketentuan perlindungan yang harus ditandatangani oleh saksi
dan/atau korban diatur dalam pasal 30 ayat (2) yang berisi:
Pernyataan kesediaan mengikuti syarat dan ketentuan perlindungan Saksi dan Korban
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat:
a.
Kesediaan Saksi dan/atau Korban untuk memberikan kesaksian dalam proses peradilan;
b.
Kesediaan Saksi dan/atau Korban untuk menaati aturan yang berkenaan dengan
keselamatannya;
c.
Kesediaan Saksi dan/atau Korban untuk tidak berhubungan dengan cara apa pun dengan
orang lain selain atas persetujuan LPSK, selama ia berada dalam perlindungan LPSK;
d.
Kewajiban Saksi dan/atau Korban untuk tidak memberitahukan kepada siapa pun
mengenai keberadaannya di bawah perlindungan LPSK; dan
e.
Hal-hal lain yang dianggap perlu oleh LPSK.
Proses pengajuan permohonan hingga disetujuinya permohonan tersebut sering kali
membingungkan para saksi dan korban, karena mereka harus melewati proses yang tidak
pendek untuk mendapat perlindungan dari LPSK ini. Hal inilah yang sering menjadi penyebab
saksi dan atau korban merasa enggan untuk meminta perlindungan dari LPSK dan memilih

untuk diam. Para saksi dan korban merasa kurang mengerti akan prosedur-prosedur yang
ditetapkan oleh LPSK. Apalagi bagi para saksi dan korban yang tidak begitu mengerti akan
hukum. Karena itulah pemdampingan akan seorang advokat akan sangatlah membantu para
saksi dan korban ini.
Dengan berada dibawah perlindungan LPSK, saksi dan/atau korban ini tidaklah secara
sepenuhnya merasa aman, karena banyaknya persoalan yang kian datang sesuai dengan
berjalannya suatu persidangan.Dalam realita social penegak hukum tidak mau mendengar,
melihat, atau merasakan bahwa saksi yang dipanggil oleh penegak hukum, apakah dirinya
merasa aman atau nyaman, termasuk anggota keluarganya.Apalagi dalam setiap tahap
pemeriksaan mulai dari tingkat penyidikan sampai pemeriksaan di pengadilan yang bertele-tele
memakan waktu cukup lama. Kadang-kadang perkara yang telah berlangsung cukup lama,
sehingga secara manusiawi saksi atau korban lupa akan peristiwa itu, tetapi di depan sidang
pengadilan harus dituntut kebenaran kesaksiannya.[24] Dalam fase yang seperti inilah campur
tangan LPSK sangat diperlukan. Karena kehadiran LPSK diharapkan dapat memberikan rasa
nyaman dan aman bagi saksi atau korban agar dapat memberikan kesaksiannya di depan
persidangan dan proses persidangan pun dapat berjalan tanpa bertele-tele.

Anda mungkin juga menyukai