Anda di halaman 1dari 14

KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Akuntansi Forensik


Yang diampu Oleh :

Asmawarna Sinaga, M.E.I

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK V

SEMESTER VII PS UNGGULAN

1. FACHRIANSYAH HASTI ( 0352.3.16 )


2. RATIH ABDI PRATIWI ( 0412.3.16 )

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

JAM’IYAH MAHMUDIYAH TANJUNG PURA LANGKAT

TA : 2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Akutansi Forensik ini. Tak lupa pula shalawat beserta
salam atas junjungan nabi besar Muhammad SAW.

Makalah Akutansi Forensik ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu, kami mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkonstribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah Akutansi Forensik ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.

Tanjung Pura, 15 Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………….….. i

DAFTAR ISI ………………………………………………………………. ii

Bab I : PENDAHULUAN

1. Latar belakang ………………………………………………… …. 1


2. Rumusan Masalah ……………………………………………. …. 1

Bab II : PEMBAHASAN

1. Pengertian Kecurangan Laporan Keuangan ..……………….......... 2


2. Skema yang dilakukan Dalam Kecurangan Laporan Keuangan ….. 2
3. Cara Mencegah Kecurangan Laporan Keuangan ………………… 6
4. Contoh Kasus Kecurangan Laporan Keuangan …………………... 9

Bab III : PENUTUP

1. Kesimpulan …………………………………………………... … 10
2. Saran …………………………………………………………. … 10

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Financial statement fraud merupakan tindakan yang dilakukan oleh pejabat
atau eksekutif suatu perusahaan atau instansi pemerintah untuk menutupi kondisi
keuangan yang sebenarnya dengan melakukan rekayasa keuangan dalam
penyajian laporan keuangannya untuk memperoleh keuntungan.
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang membahas mengenai
financial statement fraud. Penelitian yang dilakukan oleh Sartono (2013)
menyimpulan bahwa financial statement fraud sangat berdampak buruk bagi
perusahaan publik dan menggerus tingkat keyakinan investor terhadap
bonafiditas perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di bursa efek. Selain
itu Suprajadi (2009) menyimpulkan bahwa pelaku akan melakukan
kecurangan karena merasa yakin bahwa perbuatannya tidak akan ditemukan.
Langkah sistematis untuk mendeteksi kecurangan adalah melalui pemahaman
teori kecurangan, mengamati sinyal kecurangan dan memahami skenario
kecuranlan (awareness) serta metodologi yang didisain untuk menemukan
kecurangan.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimakssud dengan Kecurangan Laporan Keuangan?
2. Apa saja skema yang dilakukan dalam Kecurangan Laporan Keuangan?
3. Bagaimana cara mencegah Kecurangan Laporan Keuangan?
4. Apa saja contoh kasus dalam Kecurangan Laporan Keuangan?

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Kecurangan Laporan Keuangan


Financial statement fraud atau kecurangan pelaporan keuangan adalah
salah saji yang disengaja atau kelalaian dari jumlah atau pengungkapan
dengan maksud untuk menipu pengguna laporan keuangan (Arens et al, 2014
dalam Adelina& Harindahyani, 2018).
Statement of Auditing Standards No.99 mendefinisikan financial
statement fraud sebagai tindakan atau perbuatan yang disengaja untuk
menghasilkan salah saji material dalam laporan keuangan yang merupakan
subjek audit (Nugrahaeni & Triatmoko, 2017).
Australian Auditing Standarts (2000) yang menyatakan kecurangan
laporan keuangan adalah tindakan salah saji material yang disengaja untuk
menyesatkan informasi laporan keuangan. Sehingga dapat berakibat kesalahan
dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh para pengguna informasi
laporan keuangan (Maula dan Rakhman, 2018).
Financial statement fraud adalah tindakan yang dilakukan oleh pejabat
atau eksekutif suatu perusahaan atau instansi pemerintah untuk menutupi
kondisi keuangan yang sebenarnya dengan melakukan rekayasa keuangan
dalam penyajian laporan keuangannya untuk memperoleh keuntungan
(ACFE, 2016).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Kecurangan Laporan
Keuangan adalah perbuatan yang disengaja yang berupa salah saji material
yang dilakukan untuk menyesatkan informasi keuangan sehingga menipu
pengguna laporan keuangandan untuk menutupi kondisi keuangan yang
sebenarnya.

2.2. Skema yang Dilakukan dalam Kecurangan Laporan Keuangan


Sartono (2013) dalam jurnalnya menyatakan bahwa COSO menyebutkan
adapun skema yang sering dilakukan dalam penyimpangan laporan keuangan
adalah sebagai berikut :

2
3

a. Pengakuan pendapatan yang tidak benar


b. Melebih-lebihkan nilai asset perusahaan
c. Penyajian biaya yang tidak benar
d. Penyalahgunaan aset
e. Pengungkapan secara tidak tepat dan
f. Skema lainnya.
Menurut COSO sekitar separuh dari semua penyimpangan yang ada
adalah melebih-lebihkan pendapatan. Manajemen akan menggunakan
bermacam teknik akunting “kreatif” agar laporan keuangan tampak sehat.
Berikut di bawah ini kategori kecurangan yang sering dilakukan
manajemen.
a. Penjualan fiktif/overstatement.
Dalam katagori ini penjualan dilakukan dengan cara memfakturkan
kepada pelanggan yang tidak pernah ada atau kepada pihak hubungan
istimewa dengan harga yang diatur, atau dengan cara faktur palsu yang tidak
pernah dikirim ke pelanggan tapi dicatat. Overstatement penjualan juga
dilakukan dengan mencatat penjualan kepada cabang sendiri, mencatat deposit
pelanggan sebagai pendapatan, penjualan retur dianggap pendapatan, dan
mencatat seluruh hasil penjualan atas aktiva yang dijual (seperti aktiva tetap,
surat berharga) sebagai pendapatan.
b. Lebih dini mengakui pendapatan.
Dalam katagori ini termasuk:
a. Mencatat penjualan beberapa hari setelah tanggal neraca.
b. Melakukan pengiriman barang dan mencatat penjualan walaupun
pada saat tanggal neraca pelanggan belum setuju dengan syarat-
syarat pada kontrak jual beli.
c. Mengakui penjualan destination point walaupun pada tanggal
neraca barang belum tiba di pelabuhan pembeli.
d. Overstatement persentase pendapatan berdasarkan penyelesaian
(percentage of companion) walaupun terdapat keraguan atas
tingkat penyelesaian sesuai kontrak.
e. Tidak mencatat penjualan retur dan klaim penjualan.
4

f. Mencatat penjualan atas pengiriman barang lebih dini tanpa


persetujuan pembeli.
g. Barang masih dalam proses perakitan telah diakui sebagai
penjualan.
c. Sengaja salah mengklasifikasi pendapatan dan aktiva
a. Transaksi ekstra ordinasi dan rugi laba nonrecurring dicatat
sebagai pendapatan operasi.
b. Sengaja salah mencatat ke aktiva lancar dan tidak lancar.
c. Menggabung saldo kas dan bank dalam restriksi ke saldo tanpa
restriksi.
d. Investasi jangka panjang dicatat sebagai surat berharga jangka
pendek
d. Mencatat aktiva fiktif.
Umumnya dilakukan dengan overstatement persediaan barang dagangan
dengan cara:
a. Mencatat barang rusak dengan label baru dan barang dengan nilai
rendah seolah olah barang mahal dan laku di pasaran.
b. Mencatat barang konsinyasi seperti barang sendiri.
c. Mencatat barang belum tiba di gudang dimana pembelian
dilakukan dengan syarat destination point.
e. Overvalued aktiva dan undervalued biaya dan kewajiban.
Ini umumnya dilakukan dengan cara:
a. Mencatat dengan nilai nominal piutang yang sudah lama jatuh
tempo.
b. Nilai piutang yang material kepada pihak hubungan istimewa.
c. Cadangan piutang/pinjaman dan biaya piutang/pinjaman ragur-
ragu kurang dicatat.
d. Cadangan kerugian persediaan usang kurang dicatat.
e. Tidak mengkoreksi penurunan nilai pasar investasi atau surat
berharga.
f. Menangguhkan biaya administrasi dan biaya penjualan sebagai
beban yang masih mempunyai manfaat di mada depan (deferred
5

cost atau preoperational expense) dan menyusutkan secara


periodik.
g. Masih tetap mencatat biaya research and development cost yang
diketahui sudah gagal sebagai deferred charges.
h. Kurang membukukan penurunan nilai aktiva
f. Tidak mencatat kewajiban.
a. Tidak atau kurang mencatat kewajiban pensiun kepada karyawan.
b. Tidak mencatat putusan pengadilan yang mengharuskan
perusahaan membayar kerugian sejumlah tertentu kepada pihak
ketiga, namun baru mencatat saat dibayar (cash basis method).
c. Tidak atau kurang mencatat biaya yang akan timbul pada masa
garansi produk tertentu.
d. Tidak mencatat hutang komisi penjualan kepada pihak ketiga.
g. Menghilangkan atau mengurangi disclosure penting.
Ini mengakibatkan laporan keuangan menjadi tidak transparan, misal
penjelasan atas perubahan prinsip akuntansi, penjelasan perubahan
manajemen puncak dan komposisi pemegang saham, penjelasan atas aktiva
yang dijaminkan untuk pinjaman bang yang diterima.
h. Kecurangan dalam permodalan.
Ini mencakup :
a. Overvalued aktiva yang merupakan setoran modal.
b. Melakukan overvalued nilai appraisal atas aktiva tetap, misal
dalam rangka kuasi reorganisasi dimana keuntungan atau selisih
nilai buku dengan nilai appraisal digunakan untuk menutupi
kerugian akumulasi.
c. Memilih metode akuntansi yang salah untuk merger atau akuisisi,
yakni antara metode pembelian dengan metode penggabungan
kepentingan.
d. Hubungan dengan pihak istimewa. Banyak sekali jenis kecurangan
yang dapat dilakukan dengan pihak ini
i. Kecurangan dalam laporan keuangan dengan “arah terbalik”.
6

Hal ini dilakukan dengan undervalued aktiva/pendapatan dan


overvalued kewajibannya/biaya dengan tujuan menghindari/merendahkan
kewajiban paja perusahaan, atau menghindari akuisisi yang tidak diinginkan
oleh manajemen agar perusahaan tampak tidak sehat secara keuangan
(financially not health), atau “menabung saat panen raya” contoh kecurangan
seperti ini adalah :
a. Membentuk pencadangan yang menjadikan biaya lebih besar
(seperti membentuk cadangan piutang ragu saat semua piutang dapat
ditagih) saat laba perusahaan tinggi di suatu periode dengan harapan
di kemudian hari saat perusahaan merugi/laba kecil, cadangan
dimaksud di jurnal balik (reverse) dan diakui sebagai pendapatan.
b. Menggeser pendapatan ke periode mendatang.
c. Mencatat pembelian aktiva tetap sebagai biaya saat laba perusahaan
tinggi.
d. Menghapuskan aktiva tetap yang masih operasional dengan alasan
rusak atau tidak ekonomis lagi. Unsur-unsur dan klasifikasi dari
kecurangan laporan keuangan.

2.3. Cara Mencegah Kecurangan Laporan Keuangan


Undang-undang Sarbanes-Oxley memfokuskan terhadap pencegahan
terhadap kecurangan dalam laporan keuangan. Landasan utama dalam Sarbanes
Oxley adalah untuk meminimalisir terjadinya kecurangan dalam laporan keuangan
dengan menekankan pada penerapan Good Corporate Governance (GCG) dengan
mengoptimalkan peran dari elemen-elemen GCG. Menurut Sutedi (2011) good
corporate governance merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan
perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua
stakeholder. Elemen-elemen GCG yang dimaksud yakni:
1. Dewan Komisaris
Berdasarkan UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang perseroan terbatas pada
pasal 108 ayat 1 dijelaskan bahwa tugas dan fungsi dewan komisaris adalah
melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada
7

umumnya, baik mengenai Perseroan maupun usaha Perseroan, dan memberi


nasihat kepada Direksi.
2. Komite Audit
Menurut Keputusan Ketua Bapepam dan LK nomor : Kep-643/BL/2012,
komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dan bertanggungjawab kepada
dewan komisaris dalam membantu melaksanakan tugas dan fungsi dewan
komisaris.Komite audit adalah komite yang lazimnya dibentuk oleh dewan
komosaris atau direksi korporasi dengan tujuan:
1. Memantau kinerja internal audit sebagai kepanjangan tangan dewan
komisasris yang diberi mandat mengawasi seluruh aktivitas korporasi,
termasuk merekomendasikan dewan komisaris/direksi untuk
memberikan sanksi kepada individu auditor atau institusi internal
audit, bila terjadi penyimpangan dari kaidah profesionalisme yang
berlaku (Kumaat, 2011:59).
2. Menjadi institusi yang akan memberikan final judgment terhadap
solusi atau sanksi atas temuan internal audit, terutama bila dijumpai
tindak kecurangan (fraund) atau kasus yang melibatkan senior
management (direksi, manajemen) atau permasalahan sistem yang
menyentuh corporate/business strategy secara substansial (Kumaat,
2011:59).

3. Management
Manajemen adalah anggota gorporate governance yang paling bertanggung
jawab atas kualitas, integritas dan kehandalan proses pelaporan keuangan dan
penyajian yang wajar atas laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum, dan oleh karenanya manajemen bertanggung jawab atas
pencegahan dan pendeteksian kecurangan atas laporan keuangan (Sartono, 2013).
4. Internal Audit
Internal audit bertanggung jawab memonitor aspek operasional, kinerja
keuangan dan struktur pengendalian intern (Sartono, 2013).Internal auditor,
menurut IIA (2011) No. 2120.A1 menjelaskan bahwa aktivitas internal audit harus
mengevaluasi risiko yang berhubungan dengan tata kelola perusahaan, operasi dan
sistem informasi untuk memenuhi kehandalan dan intergritas informasi keuangan
8

dan operasi, keefektivan dan efisiensi operasi dan program, mengamankan harta
dan taat pada hukum, regulasi, kebijakan, prosedur dan kontrak. Internal auditor
juga adalah auditor yang harus memiliki pengetahuan yang cukup untuk
mengevaluasi risiko atau potensial terjadinya kecurangan dan sikap yang ada di
perusahaan, tetapi tidak diharapkan untuk mendeteksi dan menginvestigasi
kecurangan sebagai tanggung jawab utamanya (IIA, 2011) dalam (Lukman dan
Harun, 2018).
Sawyer’s (2005:10) dalam Yuliani et al (2013) menggambarkan lingkup
audit internal modern sebagai sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang
dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda dalam
organisasi untuk menentukan apakah (1) informasi keuangan dan operasi telah
akurat dan dapat diandalkan; (2) risiko yang dihadapi perusahaan telah
diidentifikasi dan diminimalisasi; (3) peraturan eksternal serta kebijakan dan
prosedur internal yang bisa diterima telah diikuti; (4) kriteria operasi yang
memuaskan telah dipenuhi; (5) sumber daya telah digunakan secara efisien dan
ekonomis dan (6) tujuan organisasi telah dicapai secara efektif semua dilakukan
dengan tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota
organisasi dalam menjalankan tanggungjwabnya secara efektif.
5. Eksternal Audit
Auditor eksternal adalah pihak yang bertanggung jawab untuk
merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan yang
memadai apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang
disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan (IAPI, 2011) dalam (Lukman dan
Harun, 2018). Akuntan publik bertanggung jawab untuk melaksanakan auditing
dan attestasi atas kewajaran laporan keuangan (Sartono, 2013). Auditor
memberikan kredibilitas laporan keuangan perusahaan dan dengan demikian
menambah nilai tata kelola perusahaan melalui audit yang terintegrasi terhadap
pelaporan keuangan dan laporan keuangan (Anugerah, 2014).
6. Regulator
Pihak regulator merupakan bagian dari CG dalam mencegah terjadinya
kecurangan material dalam pelaporan keuangan dengan mengeluarkan aturan-
aturan yang disebut diatas dan mengenakan sanksi terhadap setiap pelanggaran.
9

2.4. Contoh-contoh Kasus financial statement fraud


1. kasus perusahaan Enron yang merupakan salah satu perusahaan terbesar
di Amerika Serikat. Enron melakukan aksi penipuan laporan keuangan
perusahaan demi menarik investor, hal tersebut dilakukan dengan cara
melebih-lebihkan keuntungan di laporan keuangan dan memanipulasi
laporan keuangan hingga utang-utangnya tidak ketahuan. Ketika kasus
skandal akuntansi tersebut terungkap Pada akhir 2001, hanya dalam
waktu kurang dari setahun, saham Enron anjlok parah hingga ke level
US$ 26 cents.
2. Toshiba Corp membesar-besarkan laba operasioanl sebesar ¥ 151.8
miliar atau sekitar US$ 1,22 miliar sejak enam tahun terakhir yaitu antara
tahun 2008 sampai 2014. Berdasarkan hasil penyelidikan,
skandaltersebut dilakukan karena CEO Toshiba Corp yaitu Hisao
Tanaka danWakil direktur Norio Sasaki ditekan divisi bisnis untuk
memenuhi target yang sulit.
3. British Telecom melakukan modus fraud akuntansi dengan cara
inflasi (peningkatan) atas laba perusahaan selama beberapa tahun
dengan cara tidak wajar melalu kerja sama koruptif dengan klien-
klien perusahaan dan jasa keuangan.Modusnya adalah membesarkan
penghasilan perusahaan melalui perpanjangan kontrak yang palsu dan
invoice-nya serta transaksi yang palsu dengan vendor. Praktik fraud
ini sudah terjadi sejak tahun 2013. Dorongan untuk memperoleh
bonus (tantiem) menjadi stimulus fraud akuntansi ini
4. Bank Bukopin melakukan manipulasi laporan keuangan untuk
memperindah kinerja perusahaan. Modifikasi tersebut dilakukan pada
akun laba bersih, pendapatan provisi dan komisi yang merupakan
pendapatan dari kartu kredit, dan beban penyisihan kerugian penurunan
nilai atas aset keuangan.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Financial statement fraud adalah tindakan atau perbuatan yang
disengaja untuk menghasilkan salah saji material untuk menutupi
kondisi keuangan yang sebenarnya, sehingga informasi keuangan
yang dihasilkan menyesatkan dan menipu pengguna laporan
keuangan.
2. Skema yang dilakukan dalam kecurangan laporan keuangan
adalah melakukan pencatatan penjualan fiktif/overstatement,
mengakui pendapatan lebih dini, sengaja salah mengklasifikasi
pendapatan dan aktiva, mencatat aktiva fiktif, overvalued aktiva dan
undervalued biaya dan kewajiban, tidak mencatat kewajiban,
menghilangkan atau mengurangi disclosure penting, kecurangan
dalam permodalan, kecurangan dalam laporan keuangan dengan “arah
terbalik”.
3. Cara mencegah kecurangan laporan keuangan adalah dengan
menekankan pada penerapan Good Corporate Governance (GCG)
dengan mengoptimalkan peran dari elemen-elemen GCG yaitu dewan
komisaris, komite audit, manajemen, internal audit, eksternal audit, dan
regulator.

3.2. Saran
Sebagai manusia jangan pernah kita melakukan hal-hal yang melanggar
norma-norma, salah satunya adalah kecurangan. Perbuatan yang tidak baik itu
sangatlah tidak dibenarkan oleh pemerintah terutama dalam agama. Apalagi
kita sebagai umat muslim yang mana kecurangan adalah perbuatan dosa yang
dapat merugikan orang lain maupun diri sendiri.

10
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/37962319/FINANCIAL_STATEMENT_FRAUD-
KECURANGAN_LAPORAN_KEUANGAN

11

Anda mungkin juga menyukai