Anda di halaman 1dari 25

Dosen mata kuliah :

Riana Anggraeny Ridwan, SE., M.Si

AKUNTANSI FORENSI

“RUANG LINGKUP AKUNTANSI FORENSIK”

OLEH KELOMPOK 1 :

 MUHAMMAD ALWI HUSAIN C0219346


 RUSMIN BUSSA C0219372
 SITI UMI ASIFAH C0219518
 NURAFNI SAGITA C0219358
 WAHYUNI C0219388
 HIJRINA C0219394
 SARINA C0219378

FAKULTAS EKONOMI PRODI AKUNTANSI


UNIVERSITAS SULAWESI BARAT
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat,
Taufiq, dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat meyelesaikan makalah yang berjudul
“RUANG LINGKUP AKUNTANSI FORENSIK” dengan baik.
Kami meyadari bahwa keberhasilan dalam penyusunan makalah ini tentu tidak
lepas dari bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk
itu kami menyampaikan terima kasih yang tulus kepada Ibu Riana Anggraeny Ridwan,
SE., M.Si. selaku Dosen Pengampuh mata kuliah Akuntansi Forensik.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu kami
mengharap saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya.

Majene, 1 Maret 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...............................................................................................................i
Daftar Isi..........................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang.................................................................................................1
1.2Rumusan Masalah...........................................................................................2
1.3Tujuan..............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 pengertian akuntansi forensik.........................................................................3
2.2 Disiplin ilmu dan profesi forensik lainnya........................................................4
2.3 Akuntansi atau audit forensic..........................................................................4
2.4 Akuntansi forensic sektor publik …………………………….............................5
2.5 Model akuntansi forensik................................................................................5
2.6 Segi tiga akuntansi forensik............................................................................6
BAB III PENUTUP.
A.Kesimpulan........................................................................................................6
B.Saran.................................................................................................................6
Daftar Pustaka................................................................................................................7
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pasca Krisis Moneter 1997 yang meluluhlantakkan perekonomian


danmenghancurkan rezim orde baru yang berkuasa berimbas ke berbagai aspek dari
ekonomi, politik, hukum dan tata negara, Sistem perekonomian yang dibangun orde
baru dengankekuasaan sekelompok elit politik dan didukung militer telah menampakkan
kebobrokannya,dimana faktor kolusi, korupsi dan nepotisme menjadi sebab utama
mengapa negara ini tidakmampu bertahan dari krisis bahkan dampaknya masih terasa
hingga sekarang. Reformasiyang dilakukan pemerintah setelah orde baru memberikan
harapan akan adanya perubahandari sisi demokrasi kepempimpinan melalui pemilihan
umum langsung dan pemilihan kepaladaerah, distribusi prekonomian dengan lebih
merata dengan diberlakukannya otonomi daerahmaupun transparansi dan akuntabilitas
pemerintah yaitu dengan diberlakukannya Undang-Undang No 28 Tahun 1999 Tentang
Pemerintahan yang bebas KKN, Undang-Undang No 31Tahun 1999 Tentang Tindak
Pidana Korupsi, dan Undang-Undang No 17 Tahun 2003Tentang Keuangan
Negara.Namun harapan tersebut seakan jauh panggang dari api, kasuskorupsi di
Indonesia seakan semakin berkembang dengan metode baru yang lebih
canggih.Pemberantasan korupsi dilakukan selama ini kurang memberikan efek jera
yang diharapkantimbul dari terpidananya pelaku koruptor.Kasus Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme seakan menjadi penyakit baru yang mewabahdari tingkat Pemerintah Pusat
sampai ke DPR yang menyebar luas ke tingkat daerah dari pemimpin, penyelenggara
pemerintahaan sampai DPRD yang seakan-akan berjamaahmenikmati kue yang
selama ini tidak sampai ke piring mereka. Namun apabila dilihat dari data-data yang
ada, sebenarnya tidak sepenuhnya benar.Usaha pemberantasan korupsi di Indonesia
sedikit demi sedikit telah memperbaiki citraIndonesia. Indeks persepsi korupsi (CPI)
yang dikeluarkan oleh Transparency Internationalmenunjukkan bahwa telah terjadi
perbaikan signifikan selama kurun waktu 1998– 2007dimana skor CPI Indonesia
meningkat dari 2,0 menjadi 2,3 . Ini berarti Indonesia telahmenempuh setengah jalan
untuk menjadi negara yang kondusif untuk pemberantasan korupsi(skor CPI 5,0).
Persepsi publik terhadap pemberantasan korupsi di Indonesia juga telahmenunjukkan
tren perbaikan, sedikit banyak hal tersebut karena gebrakan KomisiPemberantasan
Korupsi yang gencar memburu koruptor.
Dalam perkembangannya Akuntansi Forensik Indonesia sekarang ini hanya
sedikit diminati di bandingkan dengan bagian cabang akuntansi yang lainnya seperti
akuntansi biaya,akuntansi keuangan, akuntansi auditing dan sebagainya dan
perkembangannya pun lebihsedikit terlambat di bandingkan dengan bagian ilmu
akuntansi yang lainnya.Di Indonesia perkembangan ilmu ini masih jauh dari harapan,
dari sekian banyakKantor Akuntan Publik ( KAP ) Hanya sebagian Kecil saja yang
menawarkan Jasa ini,alasannya apa lagi kalau bukan ceruk pasar yang masih minim,
secara ilmu ekonomi “ belumada pasarnya”. Apalagi standar operasional dan ujian
sertifikasi, konon belum begitumemadai, sangat jauh bila dibandingkn dengan negara
tetangga Australia yang sedangmenyusun Standar Akuntansi Forensik. Kanada dan
Amerika Serikat sudah memiliki standaryang baku, namun belum serinci Standar
Akuntansi Keuangan ( SAK ).Belum adanya standar yang memadai, persoalan
tambahan yang membuat ilmu ini kurang begitu populer adalah penguasaan ilmu yang
cukup luas. Selain akuntansi dan audit, akuntan forensik juga harus menguasai bidang
yang berkaitan dengan kejahatan keuangan (money laundering), hukum, psikologi,
sosiologi, antropologi, viktimologi, kriminologi, danlain-lain. Akuntan forensik harus
memiliki kemampuan “multitalenta”. Kedepan, beberapakalangan meramalkan
perkembangan profesi ini akan lebih pesat. Selain makin banyakkantor bisnis dari
negara asing yang masuk ke Indonesia., juga makin tingginya kesadaran perusahaan
untuk melindungi asset mereka dari pola-pola tindakan kecurangan.
1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut

1. Apakah defenisi dari Akuntansi Forensik ?

2. Bagaimana ruang lingkup dari Akuntansi Forensik itu sendiri ?

3. Apakah kegunaan dari Akuntansi Forensik?

4. Bagaiamana peran Akuntansi Forensik dalam menyelesaikan masalah ( kasus )


?

1.3 Tujuan

Dari rumusan masalah di atas maka pemakalah mempunyai tujuan sebagai


berikut Untuk mengetahui defenisi dari Akuntansi Forensik

1. Untuk mengetahui ruang lingkup dari akuntansi forensic

2. Untuk mengetahui kegunaan dari akuntansi forensic

3. Untuk mengetahui peran akuntansi forensik dalam menyelesaikan masalah


(kasus)
BAB 2
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN AKUNTANSI FORENSIK


Akuntansi forensik adalah berbagai teknik akuntansi serta investigasi yang
dipakai guna menemukan kecurangan dalam keuangan. Akuntansi forensik memakai
keterampilan akuntansi, audit, serta investigasi dalam memeriksa keuangan individu
ataupun bisnis. Akuntansi forensik memberikan analisis akuntansi yang cocok untuk
digunakan dalam proses hukum dan sering digunakan dalam kasus penipuan dan
penggelapan di pengadilan. Posisi yang mendalami akuntansi forensik seringkali
disebut sebagai akuntan forensik, yang menganalisis, menafsirkan, dan meringkas
masalah keuangan dan bisnis yang kompleks. Para akuntan mungkin dipekerjakan oleh
perusahaan asuransi, bank, kepolisian, lembaga pemerintah, atau kantor akuntan
publik. Akuntan forensik menyusun bukti keuangan, mengelola informasi yang
dikumpulkan, dan mengkomunikasikan temuan mereka dalam bentuk laporan atau
presentasi. Bersamaan dengan memberikan kesaksian di pengadilan, seorang akuntan
forensik dapat diminta untuk menyiapkan alat bantu visual untuk mendukung bukti
persidangan. Untuk investigasi bisnis, akuntansi forensik memerlukan penggunaan
dana penelusuran, identifikasi aset, pemulihan aset, dan tinjauan uji tuntas.
Akuntan forensik dapat mencari pelatihan tambahan dalam penyelesaian
sengketa alternatif karena tingkat keterlibatan mereka yang tinggi dalam masalah
hukum dan keakraban dengan sistem peradilan. Proses menggali semua informasi
keuangan perusahaan atau individu dalam akuntansi forensik dapat memakan waktu
berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun dan membutuhkan tim akuntan khusus
yang bertindak seperti detektif yang mencoba memecahkan misteri.
Biasanya, sebuah kantor akuntan akan dibutuhkan oleh klien yang ingin
membela diri mereka sendiri, atau yang ingin mengadili seseorang. Sebagian besar
perusahaan menengah hingga besar memiliki departemen akuntansi forensik, yang
dapat terdiri dari berbagai auditor forensik.
1. Tujuan Akuntan Forensik
Sebagai akuntan forensik yang mendalami akuntansi forensik, akuntansi
ini bertujuan untuk memeriksa data dengan mengetahui segala bentuk pencurian
uang dan solusinya. Jenis akuntansi ini juga dapat menyajikan laporan temuan
keuangan sebagai bukti selama persidangan, dengan akuntan yang bersaksi
sebagai saksi ahli.
Sebagai akuntan forensik, Anda memiliki tujuan penting di firma akuntansi
dan konsultan publik, firma hukum, lembaga penegak hukum, dan perusahaan
asuransi.Beberapa akuntan forensik menangani kasus penipuan yang lebih luas,
seperti yang bekerja di lembaga penegak hukum atau firma hukum. Akuntan
yang bekerja di bidang yang lebih spesifik, seperti akuntansi publik atau
asuransi, biasanya memiliki tujuan dengan berfokus pada jenis penipuan
tertentu, seperti penipuan asuransi.
2. Ruang Lingkup Akuntansi Forensik
Ada berbagai jenis dalam ruang lingkup akuntansi forensik dan biasanya
dikelompokkan berdasarkan jenis proses hukum. Berikut beberapa contoh pada
umumnya:
a. Penghindaran atau Penipuan Pajak
Beberapa individu dan bisnis mengklaim informasi palsu tentang situasi
keuangan mereka untuk menghindari pembayaran pajak. Akuntan forensik
melacak pendapatan untuk menentukan sejauh mana penipuan pajak yang
dilakukan. Akuntan forensik juga dapat menggunakan data untuk
membuktikan bahwa perusahaan tertuduh tidak melakukan penipuan pajak.
b. Penipuan Sekuritas
Ketika pialang saham atau organisasi membuat klaim palsu tentang
informasi yang digunakan investor untuk membuat keputusan, mereka
melakukan penipuan sekuritas. Akuntan forensik bekerja untuk membantu
investor menghindari penipuan ini dan mengungkap perusahaan yang terlibat
dalam penipuan sekuritas.
c. Pencucian Uang
Pencucian uang mempersulit akuntan forensik untuk melacak uang
ilegaL. Keterampilan analitis dan akuntansi yang kuat diperlukan bagi akuntan
forensik untuk menyelesaikan kejahatan ini dan menemukan sumber asli
dana.
d. Perselisihan Keluarga dan Perkawinan
Penipuan juga bisa terjadi dalam keluarga dan pernikahan. Apakah
menyembunyikan uang atau menggunakan hubungan untuk mencuri dana,
akuntan forensik membantu menyelesaikan situasi ini. Meskipun kejahatan ini
biasanya terjadi dalam skala yang lebih kecil daripada skandal dengan
perusahaan yang lebih besar, perselisihan keluarga dan perkawinan masih
bisa sangat merusak.
e. Kerugian Ekonomi Bisnis dan Kebangkrutan
Ketika sebuah bisnis mengalami kerugian ekonomi yang parah atau
menghadapi kebangkrutan, akuntan forensik dapat memainkan peran berharga
dalam proses pemulihan. Terkadang akuntan forensik menemukan bukti
penipuan yang dapat membantu bisnis mendapatkan kembali pijakannya.
f. Aset Tersembunyi atau Disalahgunakan
Aset yang disalahgunakan mungkin tampak sebagai penggelapan,
penipuan, atau pencurian. Individu atau bisnis juga dapat menyembunyikan
aset mereka, dengan sengaja meninggalkannya dari neraca agar tidak dimiliki
oleh individu atau entitas lain. Akuntan keuangan bekerja untuk mengungkap
ketidaksesuaian ini dan membuat orang dan perusahaan bertanggung jawab
atas keuangan mereka.
g. Klaim Asuransi
Klaim asuransi palsu adalah cara umum bagi individu untuk
mendapatkan keuntungan dari kebohongan yang melibatkan perlindungan
atas aset mereka. Contohnya termasuk klaim palsu seperti pencurian atau
kebakaran rumah. Akuntan forensik dengan hati-hati melihat fakta seputar
klaim ini untuk menentukan validitasnya.
Tahapan dan Prosedur yang Dilakukan Audit akuntansi forensik
memerlukan jenis penanganan yang berbeda dari audit laporan keuangan.
Setiap situasi membutuhkan protokol yang unik. Proses ini melibatkan
penyelidikan awal, pelaporan informasi, dan litigasi akhir.
Informasi di bawah ini mengeksplorasi investigasi akuntansi forensik dan
pentingnya keterampilan khusus akuntan forensik saat melakukan penelitian
untuk membuat klaim.
h. Investasi
Akuntan forensik biasanya memulai penyelidikan dan mengumpulkan
bukti ketika kecurigaan penipuan sudah ada. Mereka mungkin mewawancarai
staf di suatu perusahaan untuk mendapatkan lebih banyak informasi dan
berusaha menemukan individu di balik penipuan tersebut. Dengan
menggunakan informasi yang dikumpulkan, mereka mulai membuat hipotesis
tentang apa yang terjadi dan membuat rencana tindak lanjut untuk terus menilai
bisnis. Setelah langkah ini mencapai penyelesaian, akuntan forensik
menentukan tindakan selanjutnya yang diperlukan dan menyampaikan informasi
ini ke perusahaan.
i. Pelaporan
Setelah profesional akuntansi forensik mengumpulkan informasi / data
dan mengembangkan kasus, mereka menyajikan ringkasan temuan mereka.
Dengan menggunakan informasi ini, para akuntan menentukan bagaimana
penipuan terjadi dan siapa yang berperan.
Kemudian, akuntan menentukan bagaimana menangani kasus tersebut
dan menyarankan langkah-langkah yang harus diambil perusahaan selanjutnya.
Selain itu, mereka mungkin merekomendasikan cara untuk mencegah insiden ini
di masa mendatang dengan meningkatkan / memperkuat keamanan internal.
Setelah menyerahkan laporan mereka, akuntan forensik mempersiapkan peran
mereka dalam proses pengadilan terkait kasus tersebut.
j. Litigasi
Langkah terakhir dari proses akuntan forensik yakni sebagai saksi ahli
dalam kasus pengadilan insiden tersebut. Akuntan menyajikan temuan mereka
sebagai bukti di pengadilan dan bersaksi melawan pelanggar.
Akuntan menjelaskan bukti apa pun dan menafsirkan dokumen keuangan
dalam istilah yang dapat dimengerti, menyajikan bagaimana mereka
mengidentifikasi subjek. Artinya, akuntan tidak hanya harus mencari bukti tetapi
juga menggunakan retorika yang masuk akal ke pengadilan. Setelah langkah ini
selesai, pengadilan akan menentukan keputusan akhir untuk situasi tersebut.
Akuntan forensik memainkan peran penting selama proses ini.
k. Standar Akuntan Forensik yang Diperlukan
Dalam melakukan pekerjaannya, akuntan forensik tentu mempunyai
standar yang perlu dipatuhi. Di Indonesia memang belum terdapat standar
secara khusus untuk akuntan forensik. Berbeda halnya dengan negara-negara di
Amerika maupun Australia. Negara-negara tersebut telah mempunyai standar
akuntansi forensik sendiri. Indonesia masih mengadopsi standar dari luar negeri.
Akan tetapi, semua akuntan forensik yang sudah terlatih sekurang-
kurangnya memiliki tingkat pengetahuan serta standar dalam bidang-bidang
berikut ini (Hopwood, Leiner, & Young, 2008) :
l. Keterampilan Auditing
Auditing sebagai bagian penting pada akuntansi forensik sebab terdapat
pengumpulan maupun verifikasi setiap informasi. Akuntan forensik yang terampil
harus dapat mengumpulkan maupun mengkaji informasi yang relevan agar
kasus-kasus yang ditangani akan didukung secara positif dari pihak pengadilaN.
m. Pengetahuan dan Keterampilan investigasi
Contohnya, taktik surveillance, keterampilan wawancara, serta interogasi,
yang mendukung akuntan forensik saat melangkah di luar keterampilan dan
mengaudit aspek-aspek forensik baik melalui aspek legal maupun aspek
finansial.
n. Kriminologi
Secara khususnya studi psikologi tindak kejahatan, penting bagi
akuntan forensik sebab keterampilan investigasi yang efektif sering
bergantung pada pengetahuan akuntan terkait motif serta insentif yang
dialami oleh perpetrator.
o. Pengetahuan Akuntansi
Pengetahuan akuntansi dibutuhkan guna menganalisis,
menginterpretasi informasi keuangan dalam suatu kasus investigasi
keuangan, apakah termasuk kasus kebangkrutan, operasi pencucian uang,
ataupun hal penyelewengan lainnya. Hal ini mencakup pengetahuan
mengenai pengendalian internal yang baik seperti yang berhubungan dengan
kepemimpinan perusahaan (corporate governance).
p. Pengetahuan tentang Hukum
Pengetahuan mengenai prosedur hukum serta pengadilan
mempermudah akuntan forensik dalam mengidentifikasi jenis bukti yang
dibutuhkan untuk memenuhi standar hukum yurisdiksi ketika kasus akan
dinilai serta menjaga bukti melalui cara-cara yang memenuhi kriteria
pengadilan.
q. Pengetahuan dan Keterampilan Teknologi informasi (TI)
Teknologi informasi sebagai sarana penting bagi akuntan forensik
terutama di era yang dipenuhi kejahatan dunia maya seperti saat ini.
Setidaknya, akuntan forensik dapat mengetahui poin di mana mereka harus
menghubungi seorang ahli bidang piranti keras (hardware) ataupun piranti
lunak (software) komputer. Akuntan forensik mengandalkan keterampilan
teknologi dalam mengkarantina data, ekstraksi data melalui penggalian data,
mendesain serta menjalankan pengendalian atas manipulasi data,
menghimpun informasi database untuk perbandingan, maupun menganalisis
data.
r. Keterampilan Berkomunikasi
Komunikasi pun diperlukan bagi akuntan forensik guna memastikan
bahwa hasil penyelidikan/analisis dapat dipahami secara benar serta jelas
oleh pengguna jasanya.

B. DISIPLIN ILMU DAN PROFESI FORENSIK LAINNYA


Dalam sidang pengadilan ahli-ahli forensik dari disiplin yang berbeda
termasuk akuntan forensik, dapat dihadirkan untuk memberikan keterangan ahli. Di
negara-negara yang berbahasa inggris, mereka disebut expert witness (saksi ahli).
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) menggunakan istilah
“ahli",meskipun dalam percakapan sehari-hari dan oleh pers digunakan istilah “saksi
ahli". KUHAP Pasal 179 ayat (1) menyatakan: “Setiap orang yang diminta
pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya wajib
memberikan keterangan ahli demi keadilan.”Berikut ini adalah beberapa profesi
forensik lainnya di luar akuntan forensik menurutBlack’s Law Dictionary
1. Forensic engineering
Forensic engineering merupakan penerapan prinsip-prinsip dan praktik
rekayasa (engineering) untuk menjawab secara jelas pertanyaan di muka
pengadilan.
2. Forensic linguistic
Forensic linguistic merupakan sebuah teknik berkaitan dengan evaluasi
mendalam mengenai karakteristik linguistik sebuah teks, termasuk tata
bahasa,sintaksis, ejaan, kosa kata, dan ungkapan, yang dicapai melalui
perbandingan berbagai macam teks yang dikenal maupun yang tidak dikenal
untuk menentukan penulis dari teks yang sedang dianalisa.
3. Forensic medicine
Forensic medicine merupakan ilmu yang yang mengajarkan aplikasi
cabang pengetahuan medis untuk tujuan hukum di muka pengadilan untuk
sampai pada kesimpulan yang benar atas pertanyaan yang dapat mempengaruhi
kehidupan maupun property.
4. Forensic pathology
Forensic pathology merupakan cabang kedokteran yang berhubungan
denganpenyakit dan gangguan tubuh dalam kaitannya dengan prinsip-prinsip
dan kasus hukum.

C. AKUNTANSI ATAU AUDIT FORENSIC


Audit forensik merupakan pemeriksaan dan evaluasi catatan keuangan
perusahaan atau personal guna mendapatkan bukti pada saat di pengadilan atau
saat proses hukum berlangsung.
Dalam rangka melakukan audit forensik, dibutuhkan prosedur akuntansi
untuk mengaudit dan pengetahuan ahli tentang hukum audit itu sendiri. Dalam hal
ini, audit forensik mencakup berbagai kegiatan investigasi yang kerap dilakukan
untuk menuntut suatu pihak atas penipuan, penggelapan, atau kejahatan yang
berkaitan dengan keuangan lainnya.
Selama proses audit, auditor dipanggil untuk menjadi saksi ahli dalam proses
persidangan. Selain tindakan yang disebutkan sebelumnya, audit forensik ini pun
dapat dilibatkan dalam situasi seperti perselisihan terkait kebangkrutan, penipuan
bisnis, hingga perceraian. Melalui audit forensik, dapat terungkap atau terkonfirmasi
berbagai aktivitas ilegal. Itu sebabnya audit forensik lebih sering dipilih daripada
audit reguler.
Contoh Kasus Audit Forensik
Investigas yang dilakukan dengan melibatkan audit forensik biasanya karena
beberapa alasan. Berikut ini termasuk beberapa alasan tersebut dan contoh kasus
audit forensik yang umum ditemukan.
1. Suap
Suap berarti memberikan penawaran sejumlah dana untuk menyelesaikan
suatu masalah atau memengaruhi kondisi yang menguntungkan seseorang.
Misal, perusahaan C menyuap karyawan dari perusahaan lawan, katakanlah
perusahaan A dengan maksud karyawan tersebut memberikan sejumlah data
yang akan digunakan perusahaan C untuk dijadikan bahan tawaran tender
kepada perusahaan A.
2. Konflik Kepentingan
Dalam hal ini, seseorang yang memiliki kekuasaan akan menggunakan
pengaruhnya untuk keuntungan pribadi yang dapat merugikan perusahaan.
Misalnya, seorang manajer menyetujui pengeluaran dana yang tidak akurat dari
seorang rekan yang secara pribadi memiliki hubungan erat. Meski secara
finansial manajer tersebut tidak mendapatkan keuntungan, namun secara pribadi
ia bisa mendapatkan keuntungan.
3. Penyalahgunaan Aset suatu Perusahaan
Dapat dikatakan bahwa penyalahgunaan aset perusahaan merupakan
tindak penipuan yang paling umum ditemukan. Penyalahgunaan aset yang
sering dilakukan adalah penggunaan uang tunai yang tidak semestinya,
pemalsuan faktur, pembayaran yang dilakukan kepada pemasok atau karyawan
namun tidak ada keterangannya, dan pencurian inventaris kantor.
4. Pemerasan
Kasus ini biasa terjadi apabila perusahaan A meminta uang untuk
memberi kontrak kepada perusahaan C. Hal ini dapat disebut sebagai
pemerasan.
5. Penipuan Laporan Keuangan
Biasanya hal ini dilakukan dengan cara menyajikan angka-angka yang
tidak sebenarnya dengan tujuan meningkatkan likuiditas, menghadapi tekanan
kinerja pasar, memastikan manajemen secara terus menerus mendapatkan
bonus, dan hal lainnya. Pemalsuan catatan akuntansi yang disengaja,
menghilangkan segala jenis transaksi, dan tidak mengungkapkan detail yang
relevan pada laporan keuangan pun termasuk dalam penipuan laporan
keuangan.
Prosedur Pelaksanaan Audit Forensik
Untuk melaksanakan audit ini, dibutuhkan pelatihan khusus terkait teknik
mengaudit forensik beserta legalitas akuntansinya. Berikut ini prosedur yang perlu
dilalui kala pelaksanaan audit forensik:
Membuat Perencanaan Investigasi
Ketika seorang klien menyewa auditor forensik, maka auditor tersebut sebaiknya
memahami betul fokus auditnya. Contoh, klien merasa curiga dengan kemungkinan
penipuan dalam hal bahan baku yang dipasok. Maka auditor mungkin akan
merencanakan penyelidikan untuk mencapai tujuan sebagai berikut:
a. Identifikasi jenis penipuan dan apa yang dilakukan.
b. Menentukan rentang waktu dilakukannya penipuan.
c. Menemukan seperti apa penipuan tersebut ditutupi atau disembunyikan.
d. Mengidentifikasi pelaku penipuan.
e. Menghitung perkiraan kerugian yang dialami karena penipuan.
f. Mengumpulkan bukti relevan yang dapat diterima saat di pengadilan nanti.
g. Menyarankan langkah-langkah yang dapat mencegah penipuan semacam itu
terjadi lagi di masa yang akan datang.
Pengumpulan Bukti
Tahap ini sangat penting untuk dilakukan untuk memahami jenis kecurangan yang
telah dilakukan dan bagaimana hal tersebut dapat dilakukan. Bukti harus relevan dan
cukup untuk naik saat di pengadilan. Auditor pun harus dapat mengungkapkan rincian
skema penipuan dan mendokumentasikan jumlah kerugian yang diterima dan pihak
mana saja yang terdampak dari penipuan tersebut.
Auditor pun diharapkan dapat memastikan bukti atau dokumen yang dikumpulkan
tidak rusak atau diubah oleh pihak manapun. Teknik yang biasa dilakukan untuk
mengumpulkan bukti dalam audit forensik ini adalah:
- Teknik analitis :
untuk membandingkan tren selama periode waktu tertentu atau
mendapatkan data komparatif dari segmen yang berbeda-beda.
- Teknik subtantif :
Melakukan rekonsiliasi, tinjau dokumen, dll.
- Audit computer :
Melacak program perangkat lunak yang digunakan untuk
mengindentifikasi kecurangan.
- Mendalami pengendalian internal dan mengujinya:
Agar mengetahui celah kemungkinan terjadinya kecurangan.
Pelaporan
Membuat laporan agar dapat disajikan kepada klien. Laporan tersebut mencakup
temuan investigasi, ringkasan bukti, penjelasan tentang seperti apa kecurangan
dilakukan, serta saran agar pengendalian internal dapat ditingkatkan guna mencegah
kecurangan yang sama terjadi di masa depan. Laporan ini diserahkan kepada klien
agar klien dapat menentukan untuk mengajukan kasus hukum apabila dibutuhkan.
Proses Pengadilan
Selama proses pengadilan, sebaiknya auditor forensik dapat pula hadir untuk
menjelaskan bukti yang telah terkumpul. Auditor harus dapat menyederhanakan
masalah akuntansi yang kompleks dan menjelaskan dengan bahasa yang mudah
dicerna oleh orang awam sehingga dapat memahami istilah akuntansi. Dengan
begitu proses akan jauh lebih mudah dan fokus kecurangan dapat disampaikan
secara lebih sederhana namun rinci dan pasti.

D. AKUNTANSI FORENSIC SEKTOR PUBLIK


Akuntansi Forensik di Indonesia lebih dikenal pada sektor publik daripada di
sektor privat. Hal ini terlihat dari besarnya peran para akuntan forensik dari Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), BPK, dan apparat pengawasan
internal pemerintah yang tergabung dalam Aparat Pengawasan Internal Pemerintah
(APIP). Terutama setelah dilakukannya pembaharuan dalam pengelolaan keuangan
negara, sebagaimana dikeluarkannya beberapa undang-undang di bidang keuangan
negara, yaitu UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No. 1 Tahun
2004 tentang Perbendaharaan Negara dan UU No. 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
Sebagai penggunaan keahlian di bidang audit dan akuntansi yang dipadu
dengan kemampuan investigatif untuk memecahkan suatu masalah atau sengketa
keuangan, akuntansi forensik juga dapat berguna sebagai pencegah dan pembatas
cakupan kecurangan, sebagai hasil dari studi. Pada sektor publik, akuntansi forensik
mempunyai peranan dalam mengungkapkan fakta-fakta yang terjadi yang bisa
dijadikan sebagai dasar bukti dalam berbagai bentuk kejahatan, termasuk salah
satunya yaitu kecurangan. Dalam pengungkapan kecurangan, akuntansi forensik
tidak hanya sampai menemukan bukti saja melainkan terus menelusuri sampai pada
titik temu tersangka yang menjadi pelaku kecurangan dan menghadapkannya ke
pengadilan dengan bukti-bukti yang diperoleh selama penerapan akuntansi forensik.
Adanya kebutuhan penting untuk memerangi praktik kecurangan, baik pada
dunia bisnis dan pemerintahan, diperlukan adanya upaya pencegahan dan
penanganan kasus-kasus tersebut dengan tindakan nyata melalui pengetahuan yang
cakap di bidang tersebut. Salah satu kasus kecurangan yang paling sering ditemukan
dan akhir-akhir ini marak dibahas adalah kasus pungutan liar (pungli).
Sedangkan pada sektor swasta, kecurangan atau fraud auditing dapat
berguna bagi sebagian besar kasus kejahatan keuangan seperti: penggelapan,
kekeliruan fakta keuangan, pembakaran nirlaba, penipuan bank, suap dan
penyuapan komersial, penipuan komputer, dan lain sebagainya.
Banyak penelitian telah mengurakan metode dan teknik penyelidikan
akuntansi forensik. Mengenai pemeriksaan laporan keuangan, alat yang paling sering
digunakan untuk pemeriksaan data klien ialah Excel, CaseWare IDEA, dan ACL
Software. Beberapa alat data mining tertentu dapat mengungkapkan pola data
transaksi penipuan seperti entri yang tidak biasa bagi transaksi, nilai tinggi atau
rendah dari variable, dan berbagai file transaksi akuntansi atau nilai-nilai yang tidak
dapat dijelaskan dari catatan.
Pemeriksaan kecurangan melalui akuntansi forensik dilakukan dengan
mengumpulkan bukti akuntansi dari catatan, sitem, jaringan, dan laporan. Akuntan
forensik kemudian akan mencoba mengumpulkan bukti lain dari sumber-sumber
lainnya seperti penyidik kejahatan, sistem monitoring video dan saksi mata, untuk
merekonstruksikan peristiwa kecurangan. Pada langkah berikutnya, akuntan forensik
melakuakan mount image forensik komputer yang dicurigai atau data lain yang
relevan dari proses penyelidikan ke mesin forensik maya.
Dalam melakukan pembuktian terhadap suatu kecurangan, akuntan forensik
dapat bekerja sama dengan seorang ahli digital forensic untuk membantu
mengumpulkan data dan bukti yang terekam dalam suatu sistem komputer.
Pelatihan Akuntansi Forensik dan Audit Investigasi dalam Pelaporan Keuangan
Perusahaan akan membahas terkait langkah untuk mengumpulkan bukti untuk
mengetahui keabsahan transaksi akuntansi yang kompleks guna memecahkan
suatu masalah atau sengketa keuangan atau dugaan kecurangan yang pada
akhirnya akan diputuskan oleh pengadilan/arbitrase/tempat penyelesaian
perkara lainnya.

E. MODEL AKUNTANSI FORENSIK


Akuntansi forensik awalnya adalah perpaduan yang paling sederhana antara
ilmu akuntansi dan hukum. Contohnya : penggunaan akuntan forensik dalam
pembagian harta gono-gini. Disini terlihat unsur akuntansinya, unsur hitung
menghitung besarnya harta yang diterima pihak (mantan) suami dan (mantan) istri.
Segi hukumnya dapat diselesaikan di dalam dan di luar pengadilan, secara litigasi
atau non-litigasi.
Dalam kasus yang lebih pelik, ada satu bidang tambahan (disamping
akuntansi dan hukum). bidang tambahan ini adalah audit, sehingga model akuntansi
forensiknya direpresentasikan dalam tiga bidang, yaitu Akuntansi, Hukum dan Audit.
Dalam audit secara umum maupun audit yang khusus untuk mendeteksi
adanya fraud (kecurangan), si auditor (internal maupun ekternal) secara proaktif
berupaya melihat kelemahan-kelemahan dalam sistem pengendalian intern,
terutama yang berkenaan dengan perlindungan terhadap asset (safeguarding of
asset), yang rawan akan terjadinya fraud. Ini adalah bagian dari keahlian yang harus
dimiliki oleh auditor. Sama seperti seorang ahli security memeriksa instalasi
keamanan diperusahaan minyak atau dihotel, dan memberi laporan mengenai titik-
titik lemah dari segi keamanan dan pengamatan perusahaan minyak atau hotel
tersebut.
Kalau dari suatu audit umum (general audit atau opinion audit) diperoleh
temuan audit, atau ada tuduhan (allegation) dari pihak lain, atau ada keluhan
(complaint), auditor bersikap reaktif. Ia menanggapai temuan, tuduhan atau keluhan
tersebut.
F. SEGI TIGA AKUNTANSI FORENSIK

a.) Konsep yang digunakan dalam segitiga akuntansi forensik ini adalah
konsephukum yang paling penting dalam menetapkan ada atau tidaknya kerugian.Di
sektor publik maupun privet, akuntansi forensik berurusan dengankerugian. Di
sektor publik ada kerugian Negara, sedangkan disektor privat juga ada kerugian
yang timbul karena cidera janji dalam suatu perikatan.Kerugian adalah titik pertama
dalam segitiga akuntansi forensik.Landasannya adalahpasal 1365 kitab Undang-
Undang Hukum Perdata yang berbunyi “ Tiap perbuatan yang melanggar hukum
dan membawa kerugiankepada orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan
kerugian itukarena kesalahannya untuk menggantikan kerugian tersebut.”
b.) Titik kedua dalam akuntansi forensik adalah perbuatan melawan hukum. Tanpa
perbuatan melawan hukum, tidak ada yang dapat dituntut untuk mengganti
kerugian. Itulah sebabnya dalam berbagai bencana yang jelas- jelas ada kerugian
bagi para korban, seperti dalam hal kasus lumpur lapindo.
c.) Titik ketiga dalam segitiga akuntansi forensik adalah adanya keterkaitanantara
kerugian dan perbuatan melawan hukum atau ada hubungankausalitas antara
kerugian dan perbuatan melawan hukum. Perbuatanmelawan hukum dan hubungan
kausalitas (antara perbuatan melawanhukum dan kerugian) adalah ranahnya para
ahli dan praktisi hukum.
Perhitungan besarnya kerugian adalah ranahnya para akuntan
forensik.Dalam mengumpulkan barang bukti untuk menetapkan adanya
hubungankausalitas, akuntan forensik dapat membantu ahli dan pratiksi
hukum.Seperti diagram-diagram akuntansi diatas, segitiga akuntansi forensik
merupakan model yang mengaitkan disiplin hukum, akuntansi dan auditing.

2. Fosa dan Cosa


Fraud audit terdiri atas dua kompene. Kompenen pertama proactive fraud
audit (fraud audit yang proaktif), yang berada diluar payung akuntansiforensik,
sedangkan kompenen kedua investigative audit (audit investigative),merupakan
bagian dari akuntansi forensik.Bagian ini membahas kompenen pertama dari fraud
audit, yakni fraud audit yang proaktif. Berbagai istilah digunakan untuk fraud audit
yang proaktif.Ada yang menggunakan kajian sistem, karena dalam fraud audit
dilakukankajian sistem yang bertujuan mengidentifikasikan potensi - potensi atau
resikoterjdinya fraud. Dalam teknologi informasi, kajian atas sistem untuk mengetahui
kelemahan dalam sistem itu disebut system audit istilah fraud dalam FOSA (Fraud –
oriented system audit ) digunakan dalam arti seluas – luasnya; seprti yang digunakan
The Association Of Certified Fraud Examiners dalam fraud tree-nya. Kalau focus
dalam kajian ini adalah korupsi (sepertiyang dilakukan KPK). Penulis mengusulkan
istilah (Corruption – Oriented System Audit) atau COSA. Untuk kajian sistem yang
bertujuan untuk mengidentifikasi potensi fraud secara umum, kita dapat
menggunakan istilahFOSA. Untuk kajian sisteem yang bertujuan untuk
mengidentifikasi potensikorupsi secara spesifik kita dapat menggunakan COSA.
FOSA dapat dilakukan oleh organisasi itu sendiri. Pada perusahaanswasta,
FOSA dikerjakan oleh auditor internal, auditor internal dan bagian hukum atau unit
lainnya yang ditunjuk komite audit. Kalau organisasi tersebuttidak memiliki keahlian
yang diperlukan, ia dapat meminta jasa kantor akuntan publik yang memberikan jasa
khusus untuk itu. Hal serupa dapat dilakukandepartemen atau kementrian Bank
Indonesia, BUMN, BUMD, Yayasan, danlembaga – lembaga sektor publik yang lain.
KPK melakukan kajian semacamFOSA dengan focus kepada potensi korupsi.
Contoh “ dari situs Web KPK dan pemberitaan dimedia masa, dapat dilihat salah satu
tugas KPK menurutUndang – Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang KPK, yakni
memonitoring penyelenggaraan pemerintah Negara (Pasal 6 huruf e). KPK
melakukan kajianterhadap sistem diberbagai lembaga, diantaranya kajian atas
sistem pelayanan pertanahan di Bidang Pertanahan Nasional, perizinan investasi di
BKPM, pelayanan keimigrasian, administrasi impor di Direktorat Jenderal Bea
danCukai, pelayanan perpajakan di Direktorat Jenderal Pajak, pengolahan dikantor
pelayanan dan bendaharawan Negara, pelayanan dan implementasi e-
announcement terhadap kontrak - kontrak badan rehabilitasi dan rekonstruksi
Ngangroe Aceh Darussalam dan Nias (pasca-tsunami desember 2004).

3.Sistematika Fosa Atau Cosa


1.) Langkah pertama adalah mengumpulkan materi untuk menilai adanya potensi atau
resiko fraud dalam system dari entitas yang dikaji. PerlatanFOSA yang dapat
dipergunakan :
a.) Memahami entitas dengan baik
b.) Segitiga fraud
c.) Wawancara, bukan introgasi
d.) Kuesioner, ditindak lanjuti dengan substansiasi
e.) Observasi lapangan
f.) Sampling dan timing
g.) Titik lemah dalam sistem pengadaan barang dan jasa
h.) Profiling
i.) Analisis data

Potensi fraud dalam sistem dari entitas yang bersangkutan dapat dilihat pada:
a.) Kelemahan sistem dan kepatuhan
b.) Entitas sering kali menyajikan pihak – pihak yang disebutnyastakeholders.

FOSA mendapatkan informasi melalui berbagai sumber :


a.) Entitas yang bersangkutan seharusnya merupakan sumber penting
b.) Pressure group seperti media dan Lembaga Swadaya Masyarakatmerupakan
sumber informasi penting
c.) Whistleblowers merupakan sumber yang memberikan warna lain dalam
pengumpulan materi untuk mengidentifikasikan potensi dan resiko fraud
d.) Masyarakat sering kali berani melaporkan ketidakberesan dalam
suatuentitas
e.) Google atau search engine lainnya.
2.) Langkah kedua dalam FOSA adalah menganalisis dan menyimpulkan berbagai
informasi yang diperoleh dalam langkah pertama. Pelaksana FOSAmenggabungkan
berbagai analisis tentang potensi atau resiko fraud yangsatu sama lain mungkin tidak
sejalan, dan ada kesenjangan. Pelaksanaan FOSA melakukan analisis kesenjangan
untuk mengetahui mengapa satuanalisis berbeda dari analisis yang lain, termasuk
tanggapan yang diberikanentitas terhadap kesimpulan sementara. Analisis dalam
langkah kedua dankhususnya analisis kesenjangan mendorong terjadinya proses chek
and recheck pada akhir langkah kedua. Hal ini dapat dilihat dari lingkaranumpan balik
(feedback loop).
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan diatas maka pemakalah dapat menarik


sebuahkesimpulan yaitu :

a. Akuntansi forensik adalah ilmu akuntansi yang digunakan untuk


kepentinganhukum.

b. Akuntansi forensik memiliki ruang lingkup yakni tentang akuntansi yang


berkaitandengan ilmu-ilmu lainnya seperti ilmu hukum, ruang lingkup organisasi
dan sisteminformasi serta auditing.

c. Kegunaan akuntansi yaitu memberikan pendapat hukum untuk proses


pengadilan.

B. Saran

Dari kesimpulan diatas kami pemakalah menyarankah agar akuntansi


forensiklebih di kedepankan agar kasus korupsi dan suap – sogok bisa di deteksi.
Daftar Pustaka

Online,http://www.suarapembaruan.com/News/1996/12/021296/Headline/hl4/hl4.html

Theodorus M. Tuanakotta.2007. Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif. Seri


DepartemenAkuntansi FEUI. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Univesitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai