Anda di halaman 1dari 5

RANGKUMAN MATAKULIAH

PENGAUDITAN II

Disusun Oleh:
NAMA

: LENI PRADASARI

NIM

: F0313049

KELAS

:B

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015

AUDIT KECURANGAN (FRAUD AUDITING)

1. Definisi Fraud Auditing


Kecurangan (fraud) perlu dibedakan dengan kesalahan (Errors). Kesalahan dapat
dideskripsikan sebagai Unintentional Mistakes (kesalahan yang tidak disengaja).
Kesalahan dapat terjadi pada setiap tahapan dalam pengelolaan transaksi terjadinya
transaksi, dokumentasi, pencatatan dari ayat-ayat jurnal, pencatatan debit kredit,
pengikhtisaran proses dan hasil laporan keuangan. Kesalahan dapat dalam banyak bentuk
matematis. Kritikal, atau dalam aplikasi prinsip-prinsip akuntansi. Terdapat kesalahan
jabatan atau kesalahan karena penghilangan / kelalaian, atau kesalahan dalam interprestasi
fakta. Commission merupakan kesalahan prinsip (error of principle), seperti perlakuan
pengeluaran pendapatan sebagai pengeluaran modal. Sedangkan Omission berarti
bahwa suatu item tidak dimasukkan sehingga menyebabkan informasi tidak benar.
Apabila suatu kesalahan adalah disengaja, maka kesalahan tersebut merupakan
kecurangan (fraudulent). Istilah Irregulary merupakan kesalahan penyajian keuangan
yang disengaja atas informasi keuangan.
Pengertian kecurangan sesuai Standar Profesional Akuntan Publik (PSA No.70
seksi 316.2 paragraf 4) adalah salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau
pengungkapan dalam laporan keuangan untuk mengelabuhi pemakai laporan keuangan.
Secara umum, unsur-unsur dari kecurangan (keseluruhan unsur harus ada, jika ada
yang tidak ada maka dianggap kecurangan tidak terjadi) adalah:

Harus terdapat salah pernyataan (misrepresentation)

dari suatu masa lampau (past) atau sekarang (present)

fakta bersifat material (material fact)

dilakukan secara sengaja atau tanpa perhitungan (make-knowingly or recklessly)

dengan maksud (intent) untuk menyebabkan suatu pihak beraksi.

Pihak yang dirugikan harus beraksi (acted) terhadap salah pernyataan tersebut
(misrepresentation)

yang merugikannya (detriment).


Fraud Auditing (Auditing atas Kecurangan) yang dapat didefinisikan sebagai Audit

Khusus yang dimaksudkan untuk mendeteksi dan mencegah terjadinya penyimpangan atau
kecurangan atas transaksi keuangan. Fraud Auditing termasuk dalam audit khusus yang
berbeda dengan audit umum terutama dalam hal tujuan yaitu fraud auditing mempunyai
tujuan yang lebih sempit (khusus) dan cenderung untuk mengungkap suatu kecurangan
yang diduga terjadi dalam pengelolaan aset/aktiva.
2. Tujuan Fraud Auditing
Pemeriksaan intern bertanggung jawab untuk menguji dan menilai kecukupan dan
efektifitas dan tindakan yang di ambil oleh manajemen untuk memenuhi kewajiban

tersebut.
Deteksi atas penemuan kecurangan : pemerikasaan interen harus mempunyai
pengetahuan yang cukup tentang kecurangan dan dapat mengidentifikasikan

indikator kemungkinan terjadinya kecurangan.


Aksioma Pemeriksaan Kecurangan
Kecurangan, pada hakekatnya, tersembunyi. Tidak ada keyakinan absolut yang

dapat diberikan bahwa kecurangan benar-benar terjadi atau tidak terjadi.


Untuk mendapatkan bukti bahwa kecurangan tidak terjadi, orang harus juga

berupaya membuktikan kecurangan telah terjadi.


Untuk mendapatkan bukti bahwa kecurangan telah terjadi, orang harus juga

berupaya membuktikan kecurangan tidak terjadi.


Penetapan final apakah kecurangan terjadi merupakan tanggung jawab pengadilan

(hakim), bukan pemeriksanya.


Prinsip-prinsip audit kecurangan
Investigasi adalah tindakan mencari kebenaran,
Kegiatan investigasi mencakup pemanfaatan sumber-sumber bukti yang dapat

mendukung fakta yang dipermasalahkan,


Semakin kecil selang antara waktu terjadinya tindak kejahatan dengan waktu untuk
merespons maka kemungkinan bahwa suatu tindak kejahatan dapat terungkap
akan semakin besar,

Auditor mengumpulkan fakta-fakta sehingga bukti-bukti yang diperolehnya tersebut

dapat memberikan kesimpulan sendiri/bercerita,


Bukti fisik merupakan bukti nyata. Bukti tersebut sampai kapanpun akan selalu

mengungkapkan hal yang sama.


Informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dengan saksi akan sangat

dipengaruhi oleh kelemahan manusia.


Jika auditor mengajukan pertanyaan yang cukup kepada sejumlah orang yang
cukup, maka akhirnya akan mendapatkan jawaban yang benar.

Informasi merupakan nafas dan darahnya investigasi.

3. Keunikan Fraud Auditing


Kategori Kecurangan yang ditinjau dari pengklasifikasiannya berdasarkan
keunikan dapat dikelompokkan sebagai berikut:

Kecurangan khusus (specialized fraud), yang terjadi secara unik pada orang-orang
yang bekerja pada operasi bisnis tertentu. Contoh: (1) pengambilan aset yang
disimpan deposan pada lembaga-lembaga keuangan, seperti: bank, dana pensiun,

reksa dana (disebut juga custodial fraud) dan (2) klaim asuransi yang tidak benar.
Kecurangan umum (garden varieties of fraud) yang semua orang mungkin hadapi
dalam operasi bisnis secara umum. Misal: kickback, penetapan harga yang tidak
benar, pesanan pembelian/kontrak yang lebih tinggi dari kebutuhan yang
sebenarnya, pembuatan kontrak ulang atas pekerjaan yang telah selesai,
pembayaran ganda, dan pengiriman barang yang tidak benar.

4. Program Audit Kecurangan


Sebelum melaksanakan tahap-tahap audit kecurangan dimana program audit harus
disusun secara sistematis dan terarah sehingga audit kecurangan dapat berjalan secara
efektif.
Program audit adalah salah satu bagian penting dalam proses audit, karena
didalamnya terdapat berbagai petunjuk mengenai langkah atau tindakan yang harus
diambil selama melakukan audit. Program audit merupakan suatu rangkaian yang
sistematis dari prosedur-prosedur audit untuk mencapai tujuan audit.
Program Audit Kecurangan berisi hal-hal sebagai berikut, antara lain :

a. Objek Audit. Pada prosedur penjualan yang menjadi objek audit adalah bagianbagian yang terlibat langsung dengan penjualan yaitu: Bagian Penjualan, Bagian
Akuntansi dan Keuangan dan Bagian Kasir.
b.

Tujuan audit kecurangan pada kegiatan penjualan yaitu : untuk mengidentifikasi


jenis kecurangan apa yang terjadi terhadap kegiatan penjualan dan pencatatan
piutang didalam perusahaan, untuk mengetahui kapan dan dimana terjadinya
kecurangan yang dilakukan terhadap kegiatan penjualan dan pencatatan piutang
di perusahaan, dan untuk mendeteksi bagaimana kecurangan yang dilakukan
terhadap kegiatan penjualan dan piutang perusahaan serta siapa yang harus
bertanggung jawab terhadap kecurangan tersebut.

c. Ruang lingkup audit kecurangan pada aktivitas bagian penjualan meliputi


prosedur-prosedur, kebijakan penjualan dan kelengkapan dokumen pendukung.
d.

Prosedur Audit terhadap Penjualan antara lain : Periksa terhadap sistem


penjualan yang digunakan, Periksa terhadap laporan penjualan yang terjadi
selama, 1 hari Tes terhadap customer secara acak dengan apakah faktur
penjualan telah sesuai dengan nominal yang terdapat difaktur penjualan, dan
Periksa bukti pendukung penjualan yang telah diotorisasi, Prosedur Audit
terhadap Piutang antara lain : Periksa secara fisik dan bandingkan dengan faktur
penjualan dengan laporan penjualan secara harian, Minta aging schedule dari
pencatatan piutang, Periksa terhadap piutang yang sudah ditagih dengan bukti
pendukung yang telah dilampirkan, dan Mengevaluasi ulang pemeriksaan agar
tidak terjadi salah pencatatan

Anda mungkin juga menyukai