Anda di halaman 1dari 8

PENGAUDITAN SIKLUS PENGELUARAN

MATERI 4

OLEH :

Kadek Ayu Yuliana Dewi (1802622010607)

I Gede Irvan Prabowo (1802622010610)

Ganis Surya Widiarini (1802622010612)

I Nyoman Hari Weda Wikrama (1802622010620)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MAHASARASWATI

DENPASAR

2018
4.1 Sifat Siklus Pengeluaran
Siklus pengeluaran meliputi berbagai keputusan dan proses yang perlu untuk memperoleh
barang dan jasa yang diperlukan dalam kegiatan operasional bisnis perusahaan. Siklus
pengeluaran dimulai dengan adanya permintaan pembelian dari berbagai fungsi dan departemen
yang ada dalam perusahaan, dan diakhiri dengan pembayaran atas pembelian. Siklus itu
berkaitan dengan pembelian persediaan, aktiva tetap, barang dan jasa, biaya dibayar dimuka dan
pembayaran atas pembelian tersebut. Dua kelas transaksi utama dalam siklus ini adalah transaksi
pembelian dan pengeluaran kas.
Pembayaran gaji dan upah, dan pembelian surat berharga organisasi lain serta surat
berharga perusahaan yang dibeli kembali perusahaan (treasury stock), sebenarnya dapat
dimasukkan kedalam siklus pengeluaran dengan pembahasan yang terpisah dari siklus
pengeluaran. Pembayaran gaji dan upah akan dibahas pada pembahasan siklus jasa personalia.
Pembelian surat berharga organisasi lain maupun surat berharga perusahaan yang dibeli kembali
perusahaan (treasury stock), akan dibahas dalam pembahasan siklus investasi dan pendanaan.
Kedua kelas transaksi ini mempengaruhi berbagai rekening berikut;
1. Persediaan barang dagang.
2. Persediaan bahan baku, bahan pembantu, dan suku cadang.
3. Biaya dibayar di muka , misalnya sewa dibayar dimuka atau asuransi.
4. Aktiva tetap, misalnya gedung dan mesin- mesin.
5. Aktiva lain- lain.
6. Utang dagang.
7. Retur dan potongan pembelian.
8. Berbagai biaya misalnya depresiasi, dan harga pokok penjualan.
9. Kas.

4.2 Tujuan Audit Siklus Pengeluaran


Tujuan audit siklus pengeluaran adalah untuk memperoleh bukti mengenai masing-
masing asersi signifikan yang berkaitan dengan transaksi dan saldo siklus pengeluaran. Tujuan
audit ditentukan berdasar atas kelima katagori asersi laporan keuangan yang dinyatakan oleh
manajemen.
1. Asersi Keberadaan atau Keterjadian
Auditor menekankan pada apakah seluruh saldo utang dagang dan aktiva tetap benar-
benar eksis atau ada pada tangga neraca. Disamping itu, asersi ini juga menekankan pada
apakah seluruh transaksi pembelian dan pengeluaran kas yang tercatat benar- benar
terjadi dan bukan rekaan manajemen semata. Tujuan audit asersi keberadaan atau
keterjadian:
a. Utang dagang tercatat sesuai jumlah yang menjadi kewajiban perusahaan pada
tanggal neraca.
b. Aktiva tetap tercatat sesuai asset yang dapat digunakan pada tanggal neraca.
c. Transaksi pembelian tercatat sesuai barang, asset produksi, dan jasa yang diterima
selama periode di bawah audit.
d. Pengeluaran kas tercatat sesuai pembayaran yang dibuat selama period kepada
pemasok atau kreditur.
2. Asersi kelengkapan
Asersi kelengkapan menekankan apakah seluruh transaksi dan saldo yang semestinya
tercantum dalam laporan keuangan, sudah benar- benar dicatat dan disajikan. Berikut
rincian tujuan audit asersi kelengkapan:
a. Utang dagang termasuk semua jumlah yang menjadi kewajiban perusahaan pada
pemasok pada tanggal neraca.
b. Saldo property, aktiva tetap, dan perlengkapan termasuk pengaruh semua transaksi
dan kejadian selama satu periode.
c. Pembelian dan pengeluaran kas tercatat termasuk semua transaksi yang terjadi selama
satu periode.
3. Asersi Hak dan Kewajiban
Auditor berusahan memastikan perusahaan mempunyai hak kepemilikan yang sah atas
aktiva tetap, dan apakah perusahaan mempunyai kewajiban yang sah atas utang dagang.
Berikut rincian tujuan asersi hak dan kewajiban:
a. Utang dagang adalah kewajiban legal perusahaan pada tanggal neraca.
b. Perusahaan memiliki dan berhak atas semua property, aktiva tetap, dan perlengkapan
pada tanggal neraca.
4. Asersi Penilaian dan Pengalokasian
Auditor akan berusahan memperoleh bukti mengenai apakah saldo biaya, utang dagang,
dan aktiva tetap telah disajikan dalam laporan keuangan pada umlah yang tepat. Berikut
rincian tujuan audit asersi penilaian atau pengalokasian:
a. Utang dagang ditetapkan atau dinilai pada jumlah yang tepat sesuai jumlah yang
wajib dibayar.
b. Property, aktiva tetap dan peralatan ditetapkan atau dinilai sesuai cost dikurangi
akumulasi depresiasi.
c. Saldo biaya tercatat sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.
5. Asersi Pelaporan dan Pengungkapan
Selain memperoleh bukti mengenai keempat asersi diatas, auditor perlu menghimpun
bukti mengenai apakah transaksi dan saldo yang tercatat telah tepat diklasifikasikan,
dijelaskan, dan diungkapkan dalam neraca. Berikut rincian tujuan audit asersi pelaporan
dan pengungkapan:
a. Utang dagang dan aktiva tetap tepat diidentifikai dalam neraca.
b. Pengungkapan dilakukan secara tepat sesuai metode depresiasi yang dipakai
perusahaan, kondisi pokok kontrak leasing modal, dan aktiva tetap sebagai jaminan
utang.

Auditor menggunakan tiga tipe prosedur audit untuk menemukan bukti yang diperlukan untuk
mencapai tujuan spesifik audit, yaitu:
a. Prosedur untuk memperoleh pemahaman struktur pengendalian intern.
b. Pengujian pengendalian.
c. Pengujian substantif.

4.3 Materialitas, Risiko Bawaan, dan Strategi Audit


1. Materialitas
Transaksi- transaksi dalam siklus pengeluaran ini seringkali lebih mempengaruhi
laporan keuangan daripada kombinasi berbagai siklus lainnya. Kesalahan dalam
membedakan pengeluaran untuk aktiva dan pengeluaran sebagai biaya akan
menyebabkan laporan keuangan salah saji material.
2. Risiko Bawaan
Auditor perlu mempertimbangkan faktor- faktor yang mempengaruhi asersi dalam
siklus pengeluaran. Faktor- faktor yang mungkin dapat berpengaruh meliputi tekanan
untuk menyatakan lebih rendah (understate) beban operasional untuk menampakkan
target laba yang telah ditentukan padahal dalam kenyataannya target tersebut tidak
tercapai atau tekanan untuk menyatakan lebih rendah besarnya utang dagang untuk
menunjukkan kinerja modal kerja yang lebih baik.
Risiko bawaan siklus pengeluaran pada banyak perusahaan adalah tinggi. Ada
berbagai faktor yang menyebabkan tingginya risiko bawaan siklus pengeluaran, antara
lain:
a. Volume transaksi selalu tinggi.
b. Pembelanjaan dan pengeluaran tanpa otorisasi yang dapat terjadi.
c. Pembelian asset yang tidak perlu.
d. Masalah akuntansi yang berkembang misalnya apakah cost (harga perolehan)
dikapitalisasi atau dianggap biaya.
3. Strategi Audit
Tingginya risiko bawaan siklus pengeluaran menyebabkan banyak perusahaan
memprioritaskan atau memperluas struktur pengendalian intern siklus pengeluaran untuk
mencegah dan mendeteksi salah saji. Prioritas ini signifikan mengurangi risiko
pengendalian asersi keberadaan dan keterjadian, kelengkapan, penilaian dan
pengalokasian yang berkaitan dengan transaksi dan rekening siklus pengeluaran. Jadi,
strategi audit yang sering dipakai adalah Pendekatan Tingkat Risiko Pengendalian yang
Ditetapkan Lebih Rendah. Dalam strategi tersebut, auditor lebih banyak mengandalkan
pengujian pengendalian.

4.4 Pemahaman Struktur Pengendalian Intern


Auditor melakukan pemahaman terhadap struktur pengendalian intern yang diterapkan
dalam siklus pengeluaran yang meliputi lima komponen. Kelima komponen tersebut terdiri dari:
1. Lingkungan Pengendalian
Dalam usaha memahami lingkungan pengendalian, auditor harus memahami struktur dan
organisasi klien atas kegiatan pengeluaran. Sebagai contoh pembelian, penerimaan, dan
penggunaan aktiva tetap berada di bawah direktur operasional. Berikut merupakan
beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan oleh auditor untuk memahami lingkungan
pengendalian klien:
a. Kesempatan yang dimiliki oleh karyawan untuk melakukan penyelewengan dalam
pemrosesan pembelian dan pengeluaran kas.
b. Komitmen manajemen terhadap kompetensi akan memberikan gambaran
mengenai penugasan dan pelatihan bagi para karyawan yang terlibat dalam
pemrosesan pembelian dan pengeluaran kas.
c. Struktur organisasi dan delegasi otoritas- tanggungjawab dalam aktivitas siklus
pengeluaran hendaknya dikomunikasikan/ disosialisasikan pada karyawan dan
memberikan panduan yang jelas mengenai alur otoritas, tanggung jawab, dan
laporan- laporan yang terkait.
d. Praktik dan kebijakan karyawan yang terlibat dalam pemrosesan pengeluaran kas
dan pembelian.
2. Penaksiran Risiko
Penaksiran risiko manajemen dalam siklus pengeluaran yang harus dipertimbangkan oleh
auditor meliputi:
a. Kemampuan entitas klien untuk mencukupi aliran kas dalam pembelian.
b. Kerugian bersyarat yang berkaitan dengan komitmen pembelian.
c. Ketersediaan supplier yang berkelanjutan dan hubungan jangka panjang yang baik
dengan supplier.
d. Efek kenaikan biaya dalam perusahaan.
3. Informasi dan Komunikasi (Sistem Akuntansi)
Sistem akuntansi adalah metode pengolahan data, dokumen, dan catatan. Sistem
akuntansi siklus pengeluaran dan pengeluaran kas suatu perusahaan harus dapat
menyediakan adanya jejak audit yang lengkap atas setiap transaksi.
4. Pemantauan
Bebrapa tipe pemantauan yang terus- menerus dan periodic memberikan informasi pada
manajemen mengenai efektivitas komponen struktur pengendalian intern yang lai dalam
mengurangi risiko salah saji.
5. Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian yang relevan dengan audit dapat digolongkan sebagai kebijakan
dan prosedur yang berkaitan dengan berikut ini:
a. Riview kinerja
Aktivitas pengendalian ini mencakuo riview atas kinerja sesunggunya dari transaksi
yang berkaitan dengan system pembelian dibandingkan dengan anggaran atau
prakiraan pengeluaran periode sebelumnya.
b. Pengolahan informasi
Dua pengelompokan untuk aktivitas pengendalian jenis ini adalah pengendalian
umum dan pengendalian aplikasi. Pengendalian umum ini terkait dengan
pengendalian atas operasional dari transaksi pembelian, pengembangan dan
pemeliharaan system aplikasi. Sedangkan pengendalian aplikasi berlaku untuk
pengolahan aplikasi secara individual untuk masing- masing transaksi tersebut.
c. Pengendalian fisik
Aktivitas ini mencakup keamanan fisik aktiva yang dibeli, termasuk penjagaan
memadai seperti fasilitas yang terlindungi dari akses yang tidak dikehendaki.
Pengendalian fisik juga termasuk pengendalian terhadap pembelian barang atau jasa
yang tidak dibutuhkan (excessive or unnecessary item).
d. Pemisahan tugas
Pembebanan tanggung jawab ke orang yang berbeda untuk memberikan informasi
transaksi pembelian, pencatatan transaksi pembelian, menyelenggarakan
penyimpanan aktiva yang dibeli yang dimaksudkan untuk mengurangi kemungkinan
atau kesemoatan orang berbuat curang.

4.5 Pertimbangan Aktivitas Pengendalian- Transaksi Pembelian


Aktivitas pengendalian yang relevan dengan audit atas transaksi pengeluaran kas dapat
digolongkan menjadi beberapa kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan:
1. Riview Kinerja
2. Pengolahan informasi
3. Pengendalian fisik, dan
4. Pemisahan tugas

4.6 Penghimpunan dan Pendokumentasian Pemahaman


Penghimpunan pemahaman dapat dilakukan dengan cara melakukan rivie pendahuluan,
dokumentasi system, melakukan proses transaksi/ transaction walk trhough, dan
menentukan apakah pengendalian intern dapat diandalkan.

4.7 Penetapan Risiko Pengendalian


Ada lima tahap penetapan risiko pengendalian, yaitu :
1. Mengindentifikasi salah saji potensial yang dapat terjadi.
2. Mengidentifikasi pengendalian yang dapat diterapkan untuk mencegah dan
mendeteksi salah saji.
3. Menghimpun bukti melalui pengujian pengendalian yang munngkin.
4. Mengevaluasi bukti yang dihimpun.
5. Menglakukan penetapan atau penilaian risiko pengendalian.

4.8 Pengujian Pengendalian


Auditor sangat mengandalkan struktur pengendalian intern klien dalam audit siklus
pengeluaran. Hal tersebut disebabkan volume transaksi. Oleh karena itu, auditor perlu
memperluas pengujian oleh tingginya pengendalian untuk memperoleh keyakinan bahwa
rancangan prosedur pengendalian adalah efektif dan dapatberoperasi sebagaimana
mestinya. Prosedur pengujian pengendalian yang dpata diterapkan untuk siklus
pengeluaran dibedakan atas prosedur:
1. Pengujian pengendalian pembelian.
2. Pengujian pengendalian penerimaan.
DAFTAR PUSTAKA

Halim, Abdul dan Totok Budi Santoso. Edisi Keempat 2014. Auditing II: Dasar- dasar Prosedur
Pengauditan Laporan Keuangan. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Anda mungkin juga menyukai