Anda di halaman 1dari 13

Anggota Kelompok 7:

Virananda Dwi Yunita (126403202129)

Nanda Aulia Anisah Asmy (126403202141)

Alfi Nahdliyatul Halimah (126403202149)

Fania Yanuar Riyanasari (126403202150)

Kelas : Akuntansi Syariah 6C

Mata Kuliah : Akuntansi Forensik

Management Fraud: Financial Statement Fraud

1) Definisi Fraud atas Laporan Keuangan.


Kecurangan Laporan Keuangan atau Fraudulent Financial Reporting adalah salah saji
atau pengabaian jumlah dan pengungkapan yang disengaja dengan maksud menipu para
pemakai laporan keuangan. Kecurangan laporan keuangan (Financial Statement Fraud)
dapat didefinisikan sebagai kecurangan yang dilakukan oleh manajemen dalam bentuk
salah saji material Laporan Keuangan yang merugikan investor dan kreditor. Kecurangan
ini dapat bersifat financial atau kecurangan non financial. G.Jack Bologna, Robert J.
Lindquist dan Joseph T. Wells mendifinisikan kecurangan Fraud is criminal deception
intended to financially benefit the deceiver yaitu kecurangan adalah penipuan kriminal
yang bermaksud untuk memberi manfaat keuangan kepada si penipu. Kriminal disini
berarti setiap tindakan kesalahan serius yang dilakukan dengan maksud jahat. Dan dari
tindakan jahat tersebut ia memperoleh manfaat dan merugikan korbannya secara
financial. Biasanya kecurangan mencakup tiga langkah yaitu: (1) tindakan/the act, (2)
Penyembunyian/theconcealment, (3) konversi/the conversion. Misalnya pencurian atas
harta persediaan adalah tindakan, kemudian pelaku akan menyembunyikan kecurangan
tersebut dengan membuat bukti transaksi pengeluaran fiktif. Selanjutnya setelah
perbuatan pencurian dan penyembunyian dilakukan, pelaku akan melakukan konversi
dengan cara memakai sendiri atau menjual persediaan tersebut.
Pada dasarnya terdapat dua tipe kecurangan, yaitu eksternal dan internal. Kecurangan
eksternal adalah kecurangan yang dilakukan oleh pihak luar terhadap suatu
perusahaan/entitas, seperti kecurangan yang dilakukan pelanggan terhadap usaha atau
wajib pajak terhadap pemerintah. Sedangkan kecurangan internal adalah tindakan tidak
legal dari karyawan, manajer dan eksekutif terhadap perusahaan tempat ia bekerja.
Sumber:
https://www.bpkp.go.id/public/upload/unit/investigasi/files/Gambar/PDF/cegah_det
eksi.pdf
2) Motivasi pembuatan laporan keuangan.
Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan dari suatu perusahaan pada suatu
periode akuntansi. Keberadaan laporan keuangan dapat digunakan untuk
menggambarkan kinerja perusahaan atau bisnis khususnya dalam bidang keuangan.
Ketika memulai membangun sebuah bisnis, terkadang membuat laporan keuangan
menjadi hal yang disepelekan dan dianggap tidak begitu penting, sampai terabaikan.
Namun ada beberapa motivasi seorang pebisnis dalam pembuatan laporan keuangan
yaitu:
a. Untuk memantau perkembangan bisnis
Dalam hal ini, kita bisa memantau bisnis melalui laporan keungan. Kita bisa mengetahui
apakah bisnis yang kita lakukan mendapatkan keuntungan maupun kerugian dalam jangka
waktu tertentu. Kita juga bisa memantau berapa banyak modal yang sudah kita tanam
dan berapa banyak modal yang sudah dikeluarkan. Laporan keuangan memiliki beberapa
jenis dan memiliki fungsi masing-masing. Seperti laporan laba/rugi, laporan neraca, dan
laporan arus kas. Laporan ini tidak hanya bisa mencatat keuangan saja. Tapi juga bisa
menentukan strategi bisnis ke depannya.
b. Untuk mengontrol biaya
Dalam sebuah bisnis, ada banyak sekali biaya yang mungkin dikeluarkan. Dengan
melakukan pencatatan melalui laporan keuangan tentunya akan memudahkan dalam
mengontrol biaya secara akurat sampai menghitung laba dan rugi bisnis.
c. Alat untuk mengambil keputusan
Laporan keuangan dapat menjadi sebuah acuan untuk mengambil sebuah keputusan.
Sehingga dapat memudahkan kita dalam menjalankan sebuah bisnis. Hasil laporan
keuangan inilah yang bisa digunakan untuk menjadi alat pengambil keputusan. Misalnya
jika perusahaan untung, maka kita akan membuat sebuah strategi apa yang bisa
meningkatkan keuntungan maupun strategi apa yang bisa dilakukan untuk
mempertahankan keuntungan. Apabila terjadi kerugian, maka kita dapat mengambil
sebuah kebijakan yang baik untuk membuat perusahaan untung dan juga membuat hasil
yang lebih baik untuk kedepannya. Inilah alasan mengapa setiap perusahaan atau bisnis
harus memiliki laporan keuangan.
d. Untuk menghitung pajak
Dalam laporan ini kita akan dimudahkan dalam menghitung pajak dari perusahaan. Kita
tidak usah takut lagi untuk membayar pajak karena sudah dicatat dalam laporan
keuangan. Karena laporan keuangan sudah mencatat berapa total pajak yang harus bayar
maka akan lebih mudah dalam membayarnya sesuai dengan jumlah yang diminta.
Sumber:https://instiki.ac.id/2022/10/10/inilah-alasan-kenapa-kamu-harus-membuat-
laporan-keuangan-untuk-bisnismu/

3) Kerangka dalam Pendeteksian Fraud atas Laporan Keuangan.


Ruang lingkup dalam mendeteksi kecurangan (Fraud) adalah Peran dan Tanggung Jawab
Internal Auditor dalam masalah kecurangan terdapat 4 pilar utama dalam memerangi
kecurangan yaitu Pencegahan kecurangan (fraud prevention), Pendeteksian dini
kecurangan (eraly fraud detection), Investigasi kecurangan (fraud investigation),
Penegakan hukum atau penjatuhan sanksi (follow-up lega action).
Berdasarkan 4 pilar utama dalam rangka memerangi kecurangan tersebut, peran penting
dari internal auditor dalam ikut membantu memerangi perbuatan kecurangan khususnya
mencakup adalah Preventng Fraud (mencegah kecurangan), Detecting Fraud (mendeteksi
kecurangan), Investigating Fraud (melakukan investigasi kecurangan)
Metodologi yang digunakan dalam penilaian resiko kecurangan khusunya dalam ruang
lingkup audit atas laporan keuangan dapat menggunakan panduan yang diterbitkan oleh
IFAC Audit Guide (2007;145) bahwa dalam prosedur penaksiran resiko kecurangan,
audit team harus mengindentifikasikan risiko risiko kecurangan secara bersama-sama ke
dalam eleman-elemen fraud triagle. Risiko-risiko yang telah diklasifikasikan ke dalam
elemen-eleman fraud triagle nantinya akan dinilai tingkat signifikasinya berdasarkan
profesuonal judgment. Prosedur penaksiran risiko kecurangan (Fraud Risk assessment
Procedure) dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut (IFAC Audit Guide,
2007;145-151) yaitu (1) Audit Team Discussion adalah mengenai informasi yang di
peroleh anggota tim audit untuk memperolah suatu keyakinan yang terintegrasi mengenai
faktor risiko kecurangan yang mengkin terjadi, (2) Identification of Fraud Risk Faktor
adalah Merupakan proses mengidentifikasi faktor risiko kecurangan yang dilakukan
melalui prosesdur, inquiry of management, observation, dan analytical. Perlu kecermatan
dalam mengolah hasil identifikasi karena kecurangan selalu disembuyikan dan manajemen
selalu memberikan respon positif mengenai kondisi perusahaan.(3) Asessment of fraud
Risk adalah menaksir tingkat kemungkinan (likelihood) terjadinya resiko dan besarnya
dampak (inpact) menggunakan risk rigister. (4) Fraud Risk Register adalah salah satu
bentuk format untuk mengidentifikasikan dan menilai resiko-resiko kecurangan. (5)
Determination of significant risks adalah penilaian terhadap tingkat signifikansi risiko-
risiko teridentifikasi dengan mengalihkan nilai yang terdapat pada kemungkinan terjadi
dan dampak yang ditimbulkan. (6) Responding to signifikant Risks adalah ketika risiko
diklasifikasikan menjadi signifikan, auditor harus melakukan respon terhadap desain dan
implementasi pengendalian internal dan tidak tergantung pada hasil evaluasi
pengendalaian tahun sebelumnya.
Teknik mendeteksi kecurangan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
(1) Critical Point Auditing (CPA) adalah merupakan suatu teknik dimana melalui
pemeriksaan atas catatan pembukuan, gejala suatu manipulasi dapat diidentifikasi. Critical
point auditing ini adalah : (a) Analisis Tren ; pengujian ini terutama dilakukan atas
kewajaran pembukuan pada rekening buku besar dan menyangkut pula
pembandingannya dengan data sejenis untuk periode sebelumnya maupun dengan data
sejenis dari cabang-cabang perusahaan. (b) Pengujian Khusus dilakukan terhadap
kegiatan-kegiatan yang memiliki risiko tinggi untuk terjadinya kecurangan. Kegiatan-
kegiatan tersebut seperti : - Pembelian, Pemeriksa tingkat kewenangan pejabat dalam
melakukan pembelian dan menyetujui faktur, - Lakukan uji-petik terhadap kontrak,
terutama dari pemasok yang barang-barangnya dibeli tanpa ada harga resminya, -
Penjualan dan pemasaran. Kecurangan dalam aktivitas ini biasanya dilakukan dengan cara
seolah-olah terjadi penjualan yang diikuti dengan pengiriman barang namun tanpa
pendebetan pada rekening debitur. Persediaan, - Analisis hubungan.
(2) Job Sensitivity Analysis (JSA) adalah Teknik analisis kepekaan pekerjaan (job
sensitivity analysis) didasarkan pada suatu asumsi. Dengan kata lain, teknik ini merupakan
analisis dengan risiko kecurangan dari sudut pelaku potensial, sehingga pencegahan
terhadap kemungkinan terjadinya kecurangan dapat dilakukan misalnya dengan
memperketat pengendalian intern pada intern pada posisi-posisi yang rawan kecurangan.
Sebagaimana diuraikan sebelumnya, resiko yang dihadapi perusahaan diantaranya adalah
Integrity risk, yaitu resiko adanya kecurangan oleh manajemen atau pegawai perusahaan,
tindakan illegal, atau tindak penyimpangan lainnya yang dapat mengurangi nama baik /
reputasi perusahaan di dunia usaha, atau dapat mengurangi kemampuan perusahaan
dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Adanya resiko tersebut mengharuskan
internal auditor untuk menyusun tindakan pencegahan / prevention untuk menangkal
terjadinya kecurangan sebagaimana diuraikan dalam bagian sebelumnya.
Pelaku Kecurangan dapat dikatagorikanmenjadi empat kelompok yaitu : (1) First time
offenders merupakan pelaku tanpa latar belakang criminal, pelaku memiliki tekanan
penghasilan maka mencari kelemahan pengendalian internal untuk melakukan
kecurangan. (2) Repeat offenders adalah seorang yang melakukan kecurangan lebih dari
dua kali factor kesempatan yang menjadi pemicunya. (3) Organized crime groups adalah
kelompok kecurangan professional, bisa juga secara individu seperti penyuapan,
pemerasan dan lain-lain. (4) internally communitted for the perceived benefit of the
corporation adalah pelaku kecurangan biasanya pegawai yang percaya bahwa tindakan
kecurangan yang dilakukan adalah untuk kebaikan organisasi/perusahaan.
Penggolongan Kecurangan, Sebagian besar bukti-bukti kecurangan merupakan bukti-
bukti tidak sifatnya langsung. Petunjuk adanya kecurangan biasanya ditunjukkan oleh
munculnya gejala-gejala (symptoms) seperti adanya perubahan gaya hidup atau perilaku
seseorang, dokumentasi yang mencurigakan, keluhan dari pelanggan ataupun kecurigaan
dari rekan sekerja. Pada awalnya, kecurangan ini akan tercermin melalui timbulnya
karakteristik tertentu, baik yang merupakan kondisi / keadaan lingkungan, maupun
perilaku seseorang. Karakterikstik yang bersifat kondisi / situasi tertentu, perilaku /
kondisi seseorang personal tersebut dinamakan Red flag (Fraud indicators).
Berikut adalah gambaran secara garis besar pendeteksian kecurangan berdasar
penggolongan kecurangan oleh ACFE tersebut di atas.
 Kecurangan Laporan Keuangan
 Asset Misappropriation (Penyalahgunaan aset).
 Corruption (Korupsi),
Sumber: Mantinaf. 2020. Upaya Mendeteksi Kecurangan Fraud dalam
https://inspektorat.waykanankab.go.id/detailpost/upaya-mendeteksi-
kecurangan-fraud
4) Fraud atas Laporan Keuangan Menggunakan Analisis atas Laporan Keuangan.
Definisi kecurangan laporan keuangan menurut Efitasari (2013) adalah kecurangan yang
dilakukan oleh manajemen dalam bentuk salah saji material laporan keuangan yang
merugikan investor dan kreditor. Kecurangan ini dapat bersifat finansial dan non
finansial.
Kecurangan laporan keuangan dapat berkaitan dengan beberapa skema seperti:
(1) pemalsuan, pengubahan atau manipulasi dari catatan keuangan, dokumen pendukung
atau transaksi bisnis;
(2) kesalahan pencatatan material yang disengaja, penghapusan, atau kesalahan presentasi
dari kejadian, transaksi, akun, atau informasi signifikan lainnya yang merupakan sumber
informasi pembuatan laporan keuangan;
(3) kesalahan yang disengaja pada penggunaan prinsip akuntansi, kebijakan, dan prosedur
yang digunakan untuk mengukur, mengakui, melaporkan dan mengungkapkan kejadian
ekonomis dan transaksi bisnis;
(4) penghilangan secara sengaja dari pengungkapan atau penyajian pengungkapan yang
tidak memadai berkaitan dengan standar, prinsip, praktek akuntansi dan informasi
keuangan yang berhubungan;
(5) penggunaan teknik akuntansi yang agresif melalui pengelolaan laba yang tidak
diperbolehkan; dan
(6) manipulasi dari praktek akuntansi yang didasarkan pada standar akuntansi yang
tersedia yang memiliki celah yang dapat digunakan perusahaan untuk menutupi substansi
ekonomi dari kinerjanya (Pratiwi, 2017).
Secara skematis, Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) menggambarkan
cabang-cabang dari fraud kedalam bentuk skema hubungan 16 kerja, beserta ranting dan
anak rantingnya. Fraud terbagi atas tiga cabang utama dari jens fraud, yaitu Corruption,
Asset Misappropriation, dan Fraudulent Statements
 Asset Misappropriation (Penyimpangan atas Aset)
Asset misappropriation meliputi penyalahgunaan/pencurian aset atau harta
perusahaan atau pihak lain. Ini merupakan bentuk fraud yang paling mudah
dideteksi karena sifatnya tangible atau dapat diukur/dihitung. Penyalahgunaan
aset terjadi ketika pelaku atau menyalahgunakan suatu aset organisasi.
Penyelewengan aset adalah skema penipuan yang dominan dilakukan terhadap
usaha kecil dan para pelaku biasanya karyawan.
 Fraudulent Statements ( Pernyataan Palsu )
Fraudulent statements meliputi tindakan yang dilakukan oleh pejabat atau
eksekutif perusahaan atau instansi pemerintah untuk menutupi kondisi keuangan
yang sebenarnya dengan melakukan rekayasa keuangan dalam penyajian laporan
keuangan untuk memperoleh keuntungan. Salah satu bentuk dari fraudulent
statements adalah manajemen laba.
 Corruption ( Korupsi)
Corruption banyak terjadi di negara-negara yang memilki sistem penegakan
hukum yang lemah, serta kurangnya kesadaran akan tata kelola yang baik sehingga
faktor integritasnya masih dipertanyakan. Jenis fraud ini yang paling sulit dideteksi
karena menyangkut kerja sama dengan pihak lain seperti suap dan korupsi yang
memiliki hubungan simbiosis mutualisme.
 Fraud Triangle
Fraud triangle theory merupakan suatu gagasan yang meneliti tentang penyebab
terjadinya kecurangan. Gagasan ini pertama kali diciptakan oleh Donald R.
Cressey (1953) yang dinamakan fraud triangle atau segitiga kecurangan. Fraud
triangle menjelaskan tiga faktor yang hadir dalam setiap situasi fraud: Ada 3 hal
yang mendorong terjadinya sebuah upaya fraud, yaitu pressure (dorongan),
opportunity (peluang), dan rationalization (rasionalisasi), sebagaimana tergambar
berikut ini:
 Tekanan (Pressure)
Orang melakukan fraud karena adanya tekanan. Tekanan merupakan dorongan
yang menyebabkan seseorang melakukan fraud. Tekanan terbagi menjadi tekanan
financial, tekanan akan kebiasaan buruk, dan tekanan yang berhubungan dengan
pekerjaan. Pada umumnya, orang yang melakukan kecurangan karena adanya
tekanan financial. Hal tersebut muncul karena adanya keserakahan, standar hidup
yang terlalu tinggi, banyaknya tagihan dan utang, kebutuhan hidup yang tak
terduga. Tekanan yang kedua adalah tekanan akan kebiasaan buruk yaitu
dorongan.
untuk melakukan kebiasaan buruk. Selanjutnya tekanan yang terakhir yaitu
tekanan yang berhubungan dengan pekerjaan. Hal ini bisa terjadi karena
ketidakadilan dalam perusahaan, kurangnya perhatian dalam oleh manajer.
Menurut SAS No.99, terdapat empat jenis kondisi yang umum terjadi pada
tekanan yang dapat mengakibatkan kecurangan, yaitu :
 financial stability
Financial stability adalah keadaan yang menggambarkan kondisi keuangan
perusahaan dalam kondisi stabil. Contoh faktor risiko: perusahaan mungkin
memanipulasi laba ketika stabilitas keuangan atau profitabilitasnya terancam oleh
kondisi ekonomi.
 financial targets,
Financial targets adalah tekanan berlebihan pada manajemen untuk mencapai
target keuangan yang dipatok oleh direksi atau manajemen. Contoh faktor risiko:
perusahaan mungkin memanipulasi laba untuk memenuhi prakiraan atau tolok
ukur para analis seperti laba tahun sebelumnya.
 Personal financial need
Personal financial need adalah kondisi ketika keuangan perusahaan turut
dipengaruhi oleh kondisi keuangan para eksekutif perusahaan. Contoh faktor
risiko: kepentingan keuangan oleh manajemen yang signifikan dalam entitas,
manajemen memiliki bagian kompensasi yang signifikan yang bergantung pada
pencapaian target yang agresif untuk harga saham, hasil operasi, posisi keuangan,
atau arus kas manajemen menjaminkan harta pribadi untuk utang entitas.
 External pressure
External pressure adalah tekanan yang berlebihan bagi manajemen untuk
memenuhi persyaratan atau harapan dari pihak ketiga. Contoh faktor risiko:
ketika perusahaan menghadapi adanya tren tingkat ekspektasi para analis
investasi, tekanan untuk memberikan kinerja terbaik bagi investor dan kreditor
yang signifikan bagi perusahaan atau pihak eksternal lainnya.
 Kesempatan (Opportunity)
Fraud terjadi karena seseorang memiliki kesempatan untuk melakukannya. Hal ini
terjadi karena pengendalian internal pada perusahaan yang lemah, kurangnya
pengawasan, atau penyalahgunaan wewenang. Peluang dapat terjadi kapan saja
sehingga memerlukan pengawasan dari struktur organisasi mulai dari atas.
Kegagalan dalam menetapkan prosedur yang memadai untuk kondisi fraud juga
mampu meningkatkan keterjadian suatu kecurangan. Organisasi harus
membangun adanya proses, prosedur dan pengendalian yang bermanfaat dan
menempatkan karyawan dalam posisi tertentu agar mereka tidak dapat melakukan
kecurangan dan efektif dalam mendeteksi kecurangan seperti yang dinyatakan
dalam SAS No.99. SAS No.99 menyebutkan bahwa peluang pada financial
statement fraud dapat terjadi pada tiga kategori kondisi, yaitu nature of industry,
ineffective monitoring, dan organizational structure. Nature of industry adalah
berkaitan dengNature of industry adalah berkaitan dengan munculnya risiko bagi
perusahaan yang berkecimpung dalam industri yang melibatkan estimasi dan
pertimbangan yang signifikan jauh lebih besar. Contoh faktor risiko: penilaian
persediaan mengandung risiko salah saji yang lebih besar bagi perusahaan yang
persediaannya tersebar di banyak lokasi. Risiko salah saji persediaan ini semakin
meningkat jika persediaan itu menjadi usang.
 Rasionalisasi (Rationalization)
Rasionalisasi menjadi elemen penting dalam terjadinya fraud, di mana pelaku
mencari pembenaran atas perbuatannya. Rasionalisasi merupakan bagian fraud
triangle yang paling sulit untuk diukur (Skousen et al., 2009). Sikap atau karakter
adalah apa yang menyebabkan satu atau lebih individu untuk secara rasional
melakukan fraud. Integritas manajemen merupakan penentu utama dari kualitas
laporan keuangan. Ketika integritas manajemen dipertanyakan, keandalan laporan
keuangan diragukan. Bagi mereka yang umumnya tidak jujur maka akan lebih
mudah merasionalisasi kecurangan. Bagi mereka dengan standar moral yang lebih
tinggi, mungkin tidak begitu mudah. Pelaku fraud selalu mencari pembenaran
rasional untuk membenarkan perbuatannya. SAS No. 99 menyebutkan bahwa
rasionalisasi pada perusahaan dapat diukur dengan siklus pergantian auditor, opini
audit yang didapat perusahaan tersebut serta keadaan total akrual dibagi dengan
total aktiva.
5) Tindakan Fraud Atas Laporan Keuangan.
Menurut Wells et al (2011) kecurangan laporan keuangan mencakup antara lain:
a. Pemalsuan, pengubahan, atau manipulasi catatan keuangan (financial record), dokumen
pendukung atau transaksi bisnis.
b. Penghilangan yang disengaja atas peristiwa, transaksi, akun, atau informasi signifikan
lainnya sebagai sumber dari penyajian laporan keuangan.
c. Penerapan yang salah dan disengaja terhadap prinsip akuntansi, kebijakan, dan prosedur
yang digunakan untuk mengukur, mengakui, melaporkan dan mengungkapkan peristiwa
ekonomi dan transaksi bisnis.
d. Penghilangan yang disengaja terhadap informasi yang seharusnya disajikan dan
diungkapkan menyangkut prinsip dan kebijakan akuntansi yang digunakan dalam
membuat laporan keuangan (Rezaee, 2002).
Peran utama dari internal auditor sesuai dengan fungsinya dalam pencegahan
kecuarangan adalah berupaya untuk menghilangkan atau mengeleminir sebab- sebab
timbulnya kecurangan tersebut. Karena pencegahan terhadap akan terjadinya suatu
perbuatan curang akan lebih mudah daripada mengatasi bila telah terjadi kecurangan
tersebut. Pada dasarnya kecurangan sering terjadi pada suatu suatu entitas apa bila :
 Pengendalian intern tidak ada atau lemah atau dilakukan dengan longgar dan
tidak efektif.
 Pegawai dipekerjakan tanpa memikirkan kejujuran dan integritas mereka.
 Pegawai diatur, dieksploitasi dengan tidak baik, disalahgunakan atau ditempatkan
dengan tekanan yang besar untuk mencapai sasaran dan tujuan keuangan yang
mengarah tindakan kecurangan.
 Model manajemen sendiri melakukan kecurangan, tidak efsien dan atau tidak
efektif serta tidak taat terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
 Pegawai yang dipercaya memiliki masalah pribadi yang tidak dapat dipecahkan,
biasanya masalah keuangan, kebutuhan kesehatan keluarga, gaya hidup yang
berlebihan.
 Industri dimana perusahaan menjadi bagiannya, memiliki sejarah atau tradisi
kecurangan.
Sumber : https://accounting.binus.ac.id/2019/07/16/memahami-fraud-dalam-
laporan-
keuangan/#:~:text=Menurut%20Wells%20et%20al%20(2011)%20kecurangan%
20laporan%20keuangan%20mencakup%20beberapa,dokumen%20pendukung%2
0atau%20transaksi%20bisnis
6) Studi Kasus ASABRI

Presiden Direktur PT Rimo International Lestari, Teddy Tjokrosapoetro divonis 12


tahun penjara dan wajib membayar uang pengganti korupsi senilai Rp 20,83 miliar karena
terbukti melakukan korupsi pengelolaan dana PT ASABRI. Kasus ini disebut merugikan
negara senilai Rp 22.788 triliun. "Mengadili, menyatakan terdakwa Teddy Tjokrosapoetro
terbukti secara sah dan bersalah melakukan tindak pidana sekaligus serta melakukan
tindak pidana korupsi sebagaimana dakwaan kesatu primer dan tindak pidana pencucian
uang sebagaimana dakwaan kedua primer. Menjatuhkan pidana terhadap narapidana
dengan pidana penjara selama 12 tahun ditambah denda Rp 1 miliar, bila denda tidak
dibayar diganti kurungan selama 1 tahun," kata ketua majelis hakim Ignatius Eko
Purwanto dalam gugatan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta. Teddy juga
diwajibkan untuk membayar uang pengganti kepada negara sebesar Rp 20.832.107.126
dengan memperhitungkan barang bukti yang disita dan bila tidak dibayar maka harta
bendanya akan disita dan bila tidak mencukupi akan dipidana dengan penjara selama 5
tahun. Vonis tersebut lebih ringan dibanding tuntutan Jaksa Penuntut Umum (JPU)
Kejaksaan Agung yang menuntut agar Teddy divonis 18 tahun penjara ditambah denda
Rp 5 miliar subsider 1 tahun kurungan serta membayar uang pengganti sebesar Rp 20,83
miliar. Hal yang memberatkan perbuatan kejahatan bersama-sama saksi Benny
Tjokrosapoetro telah mengakibatkan kerugian negara yang cukup besar, perbuatan
kejahatan tidak mendukung program pemerintah dalam rangka menyelenggarakan negara
yang bersih dan bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN), perbuatan kejahatan terkait
transaksi saham Rimo , Nusa, dan Posa, perbuatan pidana dapat menimbulkan
ketidakpercayaan atau ketidakpercayaan masyarakat terhadap kegiatan perasuransian dan
pasar modal," ungkap hakim. Apalagi, Teddy juga disebut tidak mengakui kesalahannya.
Sedangkan hal yang meringankan menurut hakim adalah Teddy belum pernah dihukum,
kooperatif, pengaduan sopan dalam perkara, dan merupakan tulang punggung keluarga.
Teddy Tjokrosapoetro menilai terbukti melakukan perbuatan korupsi berdasarkan Pasal 2
ayat (1) jo Pasal 18 UU No 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan UU No 20
Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 55 ayat (1) ke-1
KUHPidana dan tindak pidana pencucian uang berdasarkan pasal 3 UU Nomor 8 Tahun
2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang juncto
Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP. Dalam dakwaan pertama, Teddy Tjokrosapoetro
melakukan korupsi yang menyebabkan kerugian negara hingga Rp 22.788 triliun
berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan Investigasi Dalam rangka Penghitungan
Kerugian Negara oleh Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI)
Nomor: 07/LHP/XXI/05/2021 tanggal 17 Mei 2021. Sedangkan dalam dakwaan kedua,
Teddy melakukan pencucian uang dengan melakukan jual beli reksa dana, saham dan
penyetoran modal ke berbagai perusahaan. Dalam perkara ini, dari sembilan hukuman,
sudah ada tujuh hukuman yang telah dijatuhi hukuman vonis.
Sumber: https://news.republika.co.id/berita/rg1fjf409/kasus-korupsi-dana-asabri-teddy-
tjokro-divonis-12-tahun-penjara

Modus :
Sejumlah modus yang ditemukan di antaranya yakni penempatan dana pada saham-saham
lapis tiga, instrumen utang seperti obligasi dan surat utang jangka menengah yang
berkualitas rendah dan kegagalan bayar penerbit surat utang. Kemudian reksa dana
dengan underlying saham dan surat utang yang berkualitas rendah, dibuat sebagai skema
'penyelamat', sehingga nilai investasi pada neraca pembukuan investor dapat dibuat
seakan-akan sehat dengan mencantumkan nilai reksa dana pada nilai perolehan.
Pembelian saham-saham perusahaan yang tidak diperdagangkan di bursa efek dan
investasi langsung berupa pembelian properti yang tidak disertai dengan pengalihan hak
yang wajar

Faktor terjadinya fraud :


kesalahan dalam pengelolaan keuangan dan penempatan dana investasi perusahaan yang
dilakukan oleh manajemen lama perusahaan. Ketua BPK Agung Firman Sampurna
mengatakan telah terjadi penyimpangan atau perbuatan melawan hukum dalam
pengelolaan keuangan dan dana investasi di Asabri selama tujuh tahun untuk periode
2012-2019. Penyimpangan tersebut mengakibatkan terjadinya kerugian keuangan negara
pada Asabri yang merupakan nilai dana investasi Asabri yang ditempatkan pada saham
dan reksa dana secara tidak sesuai ketentuan, dan belum kembali sampai dengan 31 Maret
2021.

Vonis :
Divonis pidana penjara selama 12 tahun ditambah denda Rp 1 miliar, bila denda tidak
dibayar diganti kurungan selama 1 tahun.
Cara mencegah kasus :
Salah satu upaya pencegahan korupsi adalah dengan membangun sistem pengelolaan
keuangan negara yang baik dan integritas aparatur. Hal itu dilakukan Kementerian
Keuangan sebagai pengelola keuangan negara berperan aktif dalam kegiatan pencegahan
korupsi demi membangun kesadaran masyarakat terhadap budaya antikorupsi, khususnya
di lingkungan Kementerian Keuangan. Pengelolaan keuangan yang prudent dan
berintegritas diharapkan dapat meningkatkan pencegahan rasuah di pemerintahan.

Anda mungkin juga menyukai