Anda di halaman 1dari 6

(IAI,2007) Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.

Laporan keuangan
disusun dan disajikan sekurang-kurangnya setahun sekali untuk memenuhi kebutuhan sejumlah besar
pengguna laporan keuangan seperti investor, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha
lain, pelanggan, pemerintah, dan masyarakat yang berkepentingan. Laporan keuangan tersebut dibuat
manajemen bertujuan untuk memberikan informasi tentang posisi laporan keuangan, kinerja, dan arus kas
perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam rangka
membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas
pernggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Dalam rangka mencapai tujuan
tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai perusahaan yang meliputi asset,
kewajiban, ekuitas, pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian, dan arus kas. Laporan
keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan
arus kas, dan catatan ataslaporan keuangan..

Dalam akuntansi, dikenal dua jenis kesalahan yaitu kekeliruan (error) yang mengandung unsur
ketidaksengajaan dan kecurangan (fraud) yang bisanya memang disengaja untuk menaikkan harga saham
perusahaan. Kecurangan Laporan Keuangan atau Fraudulent Financial Reporting adalah salah saji
atau pengabaian jumlah dan pengungkapan yang disengaja dengan maksud menipu para pemakai laporan
keuangan. Kecurangan ini biasanya terjadi ketika sebuah perusahaan melaporkan lebih tinggi dari yang
sebenarnya (overstates) terhadap asset atau pendapatan, atau ketika perusahaan melaporkan lebih rendah
dari yang sebenarnya (understates) terhadap kewajiban dan beban. Kecurangan laporan keuangan
dilakukan oleh siapa saja pada level apa pun dan siapa pun yang memiliki kesempatan.

Menurut Wells et al (2011) kecurangan adalah “ Fraud is criminal deception intended to financially
benefit the deceiver ( 1993,hal 3 )” yaitu kecurangan adalah penipuan kriminal yang bermaksud untuk
memberi manfaat keuangan kepada si penipu.

Menurut Wells et al (2011) kecurangan laporan keuangan mencakup beberapa modus, antara lain:
1. Pemalsuan, pengubahan, atau manipulasi catatan keuangan (financial record), dokumen pendukung atau
transaksi bisnis.
2. Penghilangan yang disengaja atas peristiwa, transaksi, akun, atau informasi signifikan lainnya sebagai
sumber dari penyajian laporan keuangan.
3. Penerapan yang salah dan disengaja terhadap prinsip akuntansi, kebijakan, dan prosedur yang digunakan
untuk mengukur, mengakui, melaporkan dan mengungkapkan peristiwa ekonomi dan transaksi bisnis.
4. Penghilangan yang disengaja terhadap informasi yang seharusnya disajikan dan diungkapkan menyangkut
prinsip dan kebijakan akuntansi yang digunakan dalam membuat laporan keuangan (Rezaee, 2002).

Kecurangan dibagi dalam tiga kelompok sebagai berikut :

 Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud).


Kecurangan Laporan Keuangan dapat didefinisikan sebagai kecurangan yang dilakukan oleh
manajemen dalam bentuk salah saji material Laporan Keuangan yang merugikan investor dan kreditor.
Kecurangan ini dapat bersifat financial atau kecurangan non financial.
 Penyalahgunaan aset (Asset Misappropriation).
Penyalahagunaan aset dapat digolongkan ke dalam ‘Kecurangan Kas’ dan ‘Kecurangan atas
Persediaan dan Aset Lainnya’, serta pengeluaran-pengeluaran biaya secara curang
(fraudulentdisbursement).
 Korupsi (Corruption).
Korupsi dalam konteks pembahasan ini adalah korupsi menurut ACFE, bukannya pengertian
korupsi menurut UU Pemberantasan TPK di Indonesia. Menurut ACFE, korupsi terbagi ke dalam
pertentangan kepentingan (conflict of interest), suap (bribery), pemberian illegal (illegal gratuity), dan
pemerasan (economic extortion).

Pada dasarnya kecurangan sering terjadi pada suatu suatu entitas apabila :

1. Pengendalian intern tidak ada atau lemah atau dilakukan dengan longgar dan tidak efektif.
2. Pegawai dipekerjakan tanpa memikirkan kejujuran dan integritas mereka.
3. Pegawai diatur, dieksploitasi dengan tidak baik, disalahgunakan atau ditempatkan dengan tekanan yang
besar untuk mencapai sasaran dan tujuan keuangan yang mengarah tindakan kecurangan.
4. Model manajemen sendiri melakukan kecurangan, tidak efsien dan atau tidak efektif serta tidak taat
terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
5. Pegawai yang dipercaya memiliki masalah pribadi yang tidak dapat dipecahkan , biasanya masalah
keuangan, kebutuhan kesehatan keluarga, gaya hidup yang berlebihan.
6. Industri dimana perusahaan menjadi bagiannya, memiliki sejarah atau tradisi kecurangan.

Salah satu kasus fraud audit yang paling sering ditemui adalah earning management (manajemen laba)
dan income smoothing (perataan laba). Earning management adalah tindakan untuk memenuhi target laba
yang dilakukan oleh para manajemen secara disengaja. Income smoothing adalah suatu tindakan
manajemen laba yang disengaja dengan memindahkan pos-pos beban dan pendapatan ke dalam beberapa
periode yang bertujuan untuk mengurangi fluktuasi laba. Sebagai contoh manajemen melebih sajikan
pendapatan dengan cara melebihsajikan aset dan mengakui pendapatan secara tidak tepat.

Jenis – Jenis Kecurangan (Fraud) Kerap Terjadi di Perusahaan.


Kecurangan (Fraud) memiliki jenis yang berbeda. Jenis tersebut terbagi berdasarkan dua macam hal, yaitu
antara pelaku dan tindakan. Berikut ini informasil detail tentang konsultan manajemen Fraud secara
otomatis yang lebih lengkap.

1. Jenis fraud berdasarkan pelaku:


• Employee fraud : adalah sesuatu kecurangan akuntansi yang dilaksanakan oleh beberapa karyawan
internal organisasi perusahaan.
• Management fraud: merupakan salah satu tindakan kecurangan akuntansi yang dikerjakan oleh pihak
manajemen dengan cara menggunakan laporan keuangan sebagai salah satu medianya. Kebanyakan
mereka melakukan hal tersebut untuk mengelabui para pemegang kepentingan (stakeholders) perusahaan.

2. Jenis fraud berdasarkan tindakan:


• Misappropriation of assets: adalah salah satu Tindakan penyalahgunaan aset perusahaan yang
dilakukan secara sengaja demi urusan pribadi dan golongan tertentu, biasanya paling sering dilakukan
oleh karyawan, seperti contoh penyelewengan dana kas perusahaan.
• Fraudulent financial reporting: adalah sesuatu kesengajaan untuk membiarkan jumlah dan pencatatan
dari laporan keuangan untuk menutupi para pengguna dari laporan keuangan tersebut , biasanya sering
dilakukan oleh pihak manajemen untuk menipu para investor dan kreditur, seperti contoh overstating
asset.

Pengertian Fraud Triangle


Menurut Reciprocity, fraud triangle adalah model yang biasa digunakan dalam audit dengan tujuan untuk
mengetahui alasan atau kemungkinan terjadinya penipuan atau kecurangan di tempat kerja. Biasanya,
kecurangan tersebut berkaitan dengan kecurangan dalam laporan keuangan. Fraud triangle atau segitiga
kecurangan dapat membantu mengukur potensi kecurangan dalam bisnis.
Seorang pegawai bisa saja melakukan kecurangan, dan setiap kecurangan tersebut pasti didasari oleh
kondisi tertentu. Hal inilah yang coba dipecahkan dalam teori fraud triangle.Terutama, bagi bisnis
menengah atau besar yang jumlah karyawannya cukup banyak. Teori ini dikemukakan oleh Donald R.
Cressey.Istilah fraud triangle atau segitiga kecurangan digunakan karena dalam teorinya terdapat tiga
komponen yang memengaruhi seseorang untuk berbuat curang.
Komponen Fraud Triangle
Komponen fraud triangle dibagi menjadi tiga bagian, yaitu tekanan, peluang, dan pembenaran. Berikut
penjelasan lengkapnya.
1. Tekanan atau Pressure
Komponen pertama dalam fraud triangle adalah adanya tekanan. Tekanan ini bisa juga dikatakan sebagai
motivasi atau niat seseorang dalam melakukan kecurangan.Seseorang dapat terdorong untuk berbuat
curang karena masalah keuangan pribadi, seperti hutang, cicilan, tagihan listrik, gaya hidup mewah, dan
kebutuhan finansial lain.
Selain itu, dorongan berbuat curang juga bisa disebabkan oleh target kerja yang tidak realistis. Kondisi ini
bisa memicu seseorang untuk melakukan kecurangan, misalnya mengkorupsi dana perusahaan untuk
kepentingan pribadi. Selain itu, seseorang juga bisa saja memalsukan atau memanipulasi data perusahaan
jika merasa target kerjanya tidak realistis.
2. Peluang atau Opportunity
Menurut Accounting Tools, setelah tekanan atau keinginan berbuat curang muncul, seseorang akan
mencoba mencari peluang untuk melakukan kecurangan. Misalnya, seorang staff akuntan mungkin
menyadari bahwa audit keuangan tidak dilakukan setiap hari.
Maka bisa saja ia memanfaatkan peluang tersebut untuk menggelapkan dana perusahaan. Peluang
melakukan kecurangan bisa jadi semakin besar jika pengawasan internal perusahaan kurang baik. Jika
seseorang berhasil memanfaatkan satu peluang untuk berbuat curang, maka sangat mungkin Ia
mengulanginya lagi di kesempatan berbeda.
3. Pembenaran atau Rasionalisasi
Dalam melakukan kecurangan, seseorang akan meyakini bahwa kecurangan yang dilakukan lebih penting
daripada kemungkinan Ia tertangkap. Ia menganggap bahwa tindakannya tidak akan diketahui oleh siapa
pun.
Selain itu, seseorang yang berbuat curang juga mungkin berpikir bahwa kecurangan yang dilakukannya
adalah benar. Sebab, ia akan meyakinkan dirinya sendiri untuk mengganti uang yang diambil
nantinya.Fraud triangle dibutuhkan perusahaan dalam menganalisa motif atau kemungkinan terjadinya
kecurangan.
Jenis-jenis Objek Fraud Traingle
Jenis objek fraud triangle dalam bisnis, yaitu:
 Pencurian data perusahaan yang dijual kepada kompetitor maupun untuk kepentingan pribadi.
Data perusahaan ini bisa berupa resep, data pegawai, data keuangan, data konsumen, dan
sebagainya.
 Pemalsuan gaji, biasanya dilakukan dengan memalsukan jam kerja agar pegawai mendapat gaji
lebih tinggi, memalsukan nomor rekening, hingga memasukkan data karyawan palsu untuk
kepentingan pribadi.
 Mark up biaya reimbursement perusahaan. Kasus ini biasanya terjadi dengan menaikkan biaya-
biaya dalam anggaran proyek, atau meminta kwitansi kosong dari vendor dan menuliskan sendiri
biayanya di atas biaya asli.
 Penyalahgunaan aset perusahaan, misalnya menggunakan kendaraan kantor untuk kepentingan
pribadi.
 Menghilangkan atau memalsukan laporan keuangan periode tertentu agar bisa melakukan
tindakan korupsi atau suap.
Cara Mengatasi Kecurangan dalam Bisnis
1. Tingkatkan Pengawasan Internal
Cara pertama adalah dengan meningkatkan sistem pengawasan internal. Beberapa bidang yang rentan
mengalami kecurangan seperti keuangan dan kepegawaian, seharusnya diberikan perhatian khusus.
Misalnya, memperketat jadwal audit dan menggunakan aplikasi untuk mencatat dan melaporkan data
secara real time. Dengan begitu, data tak akan bisa dimanipulasi. Pengawasan internal perlu dievaluasi
dalam kurun waktu tertentu untuk mengetahui efektivitasnya.
2. Menanamkan Kode Etik yang Kuat
Cara kedua adalah menanamkan kode etik pegawai yang kuat. Pastikan perusahaan sudah memiliki aturan
dan kode etik yang baik dan diterapkan kepada seluruh pegawai tanpa terkecuali dengan menyertakan
sanksi atau hukuman bersamaan dengan pembekalan kode etik. Harapannya adalah agar dapat terbangun
kedisiplinan dalam diri setiap pegawai dan menghindari terjadinya tindak kecurangan.
3. Menggunakan Aplikasi atau Program untuk Menyimpan Data
Cara ketiga untuk menghindari pencurian dan manipulasi data adalah dengan menggunakan sistem
database program aplikasi. Sistem ini menjadikan data perusahaan lebih aman dan terlindungi. Sebab,
untuk mengakses data perusahaan harus menggunakan password dan membatasi siapa saja yang bisa
mengakses. Selain itu, pengawasan juga bisa dilakukan kapan saja dengan menggunakan program. Cara
ini bisa memperkecil kemungkinan pemalsuan data.
4. Berikan Reward Kepada Pegawai
Cara lainnya adalah dengan menjadikan kedisiplinan, kejujuran, dan keterbukaan sebagai kompetisi antar
pegawai. Perusahaan bisa memilih pegawai terbaik tiap bulannya dan memberikan hadian atau
insentif.Dengan begitu, setiap orang akan berusaha memberikan performa terbaik dan menjauhi segala
bentuk kecurangan. Perusahaan bisa memberikan insentif dalam bentuk uang, barang-barang, maupun
tiket liburan.
CONTOH KASUS FRAUD
Facebook dan Google Fraud US$ 122 Juta
Esvaldas Rimasauskas, didakwa melakukan tindak kejahatan pencurian identitas, penipuan finansial, dan
pencucian uang sepanjang 2013-2015. Pria asal Lithuania itu melakukan penipuan terhadap dua
perusahaan teknologi raksasa asal Amerika Serikat (AS), Facebook dan Google. Pria berusia 50 tahun
tersebut melakukan penipuan dengan total kerugian mencapai US$ 122 juta. Masing-masing Facebook
US$ 99 juta dan Google US$ 23 juta. Esvaldas melancarkan aksinya dengan metode Business Email
Compromise (BEC). Ia mengirimkan tagihan kepada kedua perusahaan menggunakan email beridentitas
Quanta Computer, perusahaan manufaktur di Taiwan, lengkap dengan dokumen dan surat kontrak yang
dipalsukan.
Facebook dan Google percaya tagihan itu dan mengirimkan uang. Namun pada 2017, aksi itu ketahuan
dan Esvaldas akhirnya dijatuhi hukuman. Fraud dengan metode BEC ini disebut-sebut tak hanya dialami
oleh Facebook dan Google. Berdasarkan data FBI, total kerugian yang dialami perusahaan di seluruh
dunia melalui penipuan BEC mencapai US$ 12,5 miliar.
Modus operandi yang dilakukan umumnya ialah membajak email dan mengirimnya seakan asli dari mitra
bisnis perusahaan. Kasus fraud yang dialami Facebook dan Google ini merupakan salah satu contoh
kasus fraud jenis Aset misappropriation.

Contoh Kasus Fraud di Indonesia


Tidak hanya di luar negeri saja tetapi di Indonesia juga ada banyak contoh kasus fraud yang dilakukan
oleh perusahaan dalam melakukan kecurangan seperti dalam akuntansi atau laporan keuangan.
Berikut ini adalah contoh kasus kecurangan akuntansi dalam perusahaan Indonesia:
Poles Laporan Keuangan oleh Garuda Indonesia
Dengan bantuan aplikasi pencatat keuangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mengklaim mencatatkan
kinerja keuangan cemerlang pada 2018 lalu, dengan laba bersih US$ 809 ribu atau sekitar Rp 11,33
miliar.
Namun dua komisaris perusahaan menolak menandatangani laporan keuangan karena menduga ada
kejanggalan pencatatan transaksi demi memoles laporan keuangan tahunan 2018.
Dua komisaris tak sepakat dengan salah satu transaksi kerja sama dengan PT Mahata Aero Teknologi,
perusahaan rintisan (startup) penyedia teknologi wifi on board, yang dibukukan sebagai pendapatan oleh
manajemen.
Kronologinya, Mahata bekerja sama secara langsung dengan PT Citilink Indonesia, anak usaha Garuda
Indonesia yang dianggap menguntungkan hingga US$ 239,9 juta. Dalam kerja sama itu, Mahata
berkomitmen menanggung seluruh biaya penyediaan, pemasangan, pengoperasian, dan perawatan
peralatan layanan konektivitas.
Pihak Mahata sebenarnya belum membayar sepeserpun dari total kompensasi yang disepakati hingga
akhir 2018, namun manajemen tetap mencatat laporan itu sebagai pendapatan kompensasi atas hak
pemasangan peralatan layanan konektivitas dan hiburan dalam pesawat. Sampai pada akhirnya, laporan
keuangan Garuda Indonesia menorehkan laba bersih.
Namun, hal itu terendus oleh pihak regulator. Pada akhirnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) memberikan
peringatan tertulis III dan mengenakan denda sebesar Rp 250 juta kepada Garuda Indonesia, serta
menuntut perusahaan untuk memperbaiki dan menyajikan laporan keuangan. Tak hanya itu, Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) mengenakan denda masing-masing sebesar Rp 100 juta kepada Garuda Indonesia dan
seluruh anggota direksi.
OJK juga mewajibkan perusahaan untuk memperbaiki dan menyajikan kembali laporan keuangan 2018.
Bagi Kantor Akuntan Publik (KAP), OJK membekukan Surat Tanda Terdaftar (STTD) selama 1 tahun
kepada KAP Kasner Sirumapea. Di sisi lain, Kementerian Keuangan juga membekukan izin terhadap AP
Kasner Sirumapea selama 12 bulan. Skandal keuangan yang dialami Garuda Indonesia ini merupakan
contoh kasus kecurangan laporan keuangan atau fraud jenis Fraudulent Statements.

Anda mungkin juga menyukai