Anda di halaman 1dari 37

Fraud Pada Laporan Keuangan dan Kewajiban Auditor

MATA KULIAH :

ETIKA BISNIS DAN PROFESI

DOSEN PENGAMPU :

Dr. Robiatul Auliyah, S.E., MSA.

Nama Kelompok :

Andini Resa Fahrani (220221100004)

Anis Windofiroh (220221100010)

Shintiya Nailul Rohmah (220221100029)

Yuli Indrawati (220221100041)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2022/2023
BAB 1
PENDAHULUAN

Tinjauan Pustaka
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 TANGGUNG JAWAB SEORANG AUDITOR


Seorang auditor yang melakukan audit sesuai dengan standart audit yang berlaku umum
(GAAS) adalah bertanggung jawab untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan
keangan secara keseluruhan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kecurangan
maupun kesalahan.
Pelaporan keuangan yang curang melibatkan salah saji atau penghilangan jumlah atau yang
disengaja pengungkapan dalam laporan keuangan yang dimaksud untuk menipu pengguna
laporan keuangan. Curang pelaporan keuangan umumnya terjadi melalui salah satu dari tiga
cara :
1. Penipuan seperti manipulasi, pemalsuan, atau perubahan catatan akuntansi atau dokumen
pendukung yang menjadi sumber keuangan pernyataan disiapkan;
2. Penyajian yang keliru, atau penghilangan yang disengaja dari laporan keuangan mengenai
peristiwa, transaksi, atau informasi penting lainnya; dan
3. Kesalahan penerapan akuntansi yang disengaja prinsip – prinsip yang berkaitan dengan
pengukuan, pengakuan, klasifikasi, penyajian atau pengungkapan.
Akuntan dan auditor yang melakukan penipuan gagal memenuhi kewajiban etisnya untuk
mengutamakan kepentingan publik di atas segalanya. Karena penipuan melibatkan tindakan yang
disengaja, pelaku kebohongan mengetahui, atau harus tahu, bahwa apa yang dia usulkan untuk
dilakukan adalah salah. Setelah laporan keuangan dipalsukan, hubungan kepercayaan antara
auditor dan publik rusak. Sifat dan penyebab salah saji dalam laporan keuangan dapat
disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan dan dapat terdiri dari salah satu dari hal – hal
tersebut, meliputi :
1. Ketidak akuratan dalam pengumpulan atau pengolahan data yang menjadi dasar
penyusunan laporan keuangan.
2. Perbedaan antara jumlah, klasifikasi, atau penyajian laporan keuangan yang dilaporkan
elemen, akun, atau item dan cara yang seharusnya tercermin dalam GAAP.
3. Penghilangan elemen, akun, atau item laporan keuangan
4. Pengungkapan laporan keuangan yang disajikan tidak sesuai dengan GAAP.
5. Penghilangan informasi yang perlu diungkapkan sesuai dengan GAAP.
6. Estimasi akuntansi yang salah karena kelalaian, penyajian fakta yang keliru, atau penipuan.
7. Pertimbangan manajemen mengenai estimasi akuntansi atau pemilihan atau penerapannya
kebijakan akuntansi yang mungkin dianggap tidak masuk akal atau tidak tepat oleh auditor.
Salah saji juga dapat terjadi jika transaksi dicatat tanpa substansi ekonomi. Transaksi tidak
boleh dicatat sedemikian rupa untuk menyembunyikan maksud sebenarnya. Masalah ini penting
bagi auditor, karena mereka diharuskan untuk membuktikan kewajaran penyajian serangkaian
laporan keuangan, dan kewajaran penyajian serta substansi melebii bentuk konsep pada dasarnya
adalah hal yang sama.
1. KESALAHAN
Kesalahan dapat terjadi karena salah saji atau penghilangan jumlah atau pengungkapan
yang tidak disengaja dalam laporan keuangan laporan keuangan. Kesalahan mungkin melibatkan
kesalahan dalam pengumpulan atau pemrosesan data, tidak beralasan estimasi akuntansi yang
timbul karena kekeliruan atau salah tafsir fakta, atau kesalahan dalam penerapannya dari GAAP.
Auditor bertanggung jawab untuk mendeteksi kesalahan yang berdampak material terhadap
keuangan laporan dan melaporkan temuan mereka kepada komite audit. Kesalahan biasanya
dicatat oleh menyesuaikan saldo awal laba ditahan periode sebelumnya penyesuaian terhadap
laba bersih.
2. TIPUAN
Auditor harus peka terhadap tanda bahaya yang memperingatkan kemungkinan terjadinya
kecurangan, atau bahkan mungkin tidak mungkin terjadi. Penipuan, apakah pelaporan keuangan
yang curang atau penyalahgunaan aset, melibatkan insentif atau tekanan untuk berkomitmen
penipuan, peluang yang dirasakan untuk melakukan hal tersebut, dan beberapa rasionalisasi
tindakan tersebut. Tindakan penipuan yang disengaja terjadi ketika individu berada dalam
manajemen, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, karyawan, atau pihak ketiga pihak,
menggunakan penipuan dengan cara yang mengakibatkan salah saji material dalam laporan
keuangan. Di dalamnya bentuk paling umum, penipuan manajemen melibatkan manipulasi
keuangan yang menipu oleh manajemen puncak pernyataan.
Tanggung jawab auditor adalah menentukan akuntansi dan pelaporan keuangan yang
tepatpenanganan suatu pelanggaran ketika telah ditentukan bahwa suatu pelanggaran memang
telah terjadi. Tanggung jawab auditor adalah mendeteksi dan melaporkan salah saji yang
diakibatkan oleh tindakan ilegal yang berdampak langsung dan material terhadap penentuan
jumlah laporan keuangan (yaitu, mengharuskan suatu entri akuntansi). Tanggung jawab auditor
untuk mendeteksi pelanggaran yang berdampak langsung dan material adalah lebih besar dari
tanggung jawab mereka untuk mendeteksi tindakan ilegal yang timbul dari undang-undang yang
hanya berdampak secara tidak langsung laporan keuangan klien.
Auditor tidak perlu mengkomunikasikan hal-hal yang jelas-jelas tidak penting dan dapat
mencapai kesepakatan terlebih dahulu dengan komite audit mengenai sifat hal-hal yang harus
dikomunikasikan. Kejujuran mengharuskan kita mengungkapkan kebenaran sesuai dengan apa
yang kita ketahui dan apa yang tidak kita ketahui tipu muslihat. Dengan mengabaikan informasi
yang benar (tidak penting) dalam komunikasi auditor, standar sanksi perilaku tidak etis.
Fraud adalah penyajian laporan keuangan palsu secara sengaja dengan menghilangkan
atau menambahkan jumlah tertentu untuk menipu pemilik hak dari laporan keuangan tersebut.
Contoh fraud adalah penipuan pajak, penipuan kartu kredit, penipuan sekuritas, dan penipuan-
penipuan keuangan yang lain. Fraud sendiri dapat dilakukan oleh satu individu, kelompok
maupun perusahaan secara utuh. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengertian dari apa itu
fraud adalah serangkaian ketidakberesan (irregularities) dan perbuatan melawan hukum (illegal
act) yang dilakukan oleh suatu pihak guna mendapatkan keuntungan pribadi.
2.2 Jenis – Jenis Fraud

1. Korupsi
Korupsi adalah salah satu contoh fraud yang paling marak terjadi di Indonesia. Korupsi
biasanya berbentuk penyuapan, pemerasan, atau penyalahgunaan informasi suatu instansi.
Wujud yang dapat terbentuk dari fraud jenis ini adalah gratifikasi atau pemberian hadiah
demi kepentingan jangka panjang.

2. Pencucian dan Penggelapan Uang


Pencucian dan penggelapan uang adalah jenis kasus fraud di Indonesia yang berkorelasi
dengan white collar crime. Dalam jenis penipuan ini pelaku akan menyalahgunakan aset
yang dipercayakan padanya. Contohnya adalah multi level marketing dengan skema Ponzi.
Jadi, pelaku akan menggelapkan aset para investor yang dipercayakan padanya.

3. Pencucian Data
Pencurian data adalah salah satu jenis kasus fraud di indonesia yang terjadi melalui
pengambilan data-data penting instansi atau perusahaan untuk mendapatkan keuntungan
pribadi. Tindakan ini tidak hanya merugikan perusahaan tetapi juga dapat merugikan
masyarakat secara luas. Penipuan jenis pencurian data disebut computer fraud jika
pencatatan data baik berupa pembukuan keuangan atau catatan operasional hingga data
pribadi suatu perusahaan terpusat pada komputernya.

4. Penyimpangan Aset
Pencurian data adalah salah satu jenis kasus fraud di indonesia yang terjadi melalui
pengambilan data-data penting instansi atau perusahaan untuk mendapatkan keuntungan
pribadi. Tindakan ini tidak hanya merugikan perusahaan tetapi juga dapat merugikan
masyarakat secara luas. Penipuan jenis pencurian data disebut computer fraud jika
pencatatan data baik berupa pembukuan keuangan atau catatan operasional hingga data
pribadi suatu perusahaan terpusat pada komputernya.

2.3 Faktor Penyebab Fraud secara umum

1. Tekanan ekonomi

Faktor ekonomi menjadi faktor penyebab fraud yang pertama. Hal ini disebabkan karena
seseorang yang berada di bawah tekanan ekonomi dapat melakukan fraud demi memenuhi semua
kebutuhan ekonominya. Karena dorongan faktor ekonomi inilah seseorang dapat mengambil
keputusan yang salah hingga berujung fraud dan hal tersebut dilakukan hanya untuk keuntungan
diri sendiri.

2. Keinginan individu
Kedua, faktor penyebab fraud adalah faktor individu. Ini biasanya terjadi dalam pelaporan
keuangan dan penipuan. Faktor individu tertanam di dalam diri seseorang dimana terdapat dua
kategori yaitu, moral dan motivasi. Kategori moral adalah ketika keserakahan dalam diri
seseorang muncul, dan itu memicu mereka untuk melakukan fraud. Sedangkan untuk kategori
motivasi yaitu karena tidak terpenuhinya kebutuhan seseorang, sehingga fraud sering menjadi
pilihan guna memenuhi kebutuhannya.

3. Lemahnya kebijakan dan hukum

Ketiga, faktor penyebab fraud adalah faktor hukum. Lemahnya kebijakan hukum yang
dibuat perihal sanksi pidana dan hukum melakukan fraud membuat pelaku fraud tidak takut
untuk melakukan hal tersebut. Contoh hal ini bisa dilihat dari banyaknya pelaku korupsi dalam
sebuah pemerintahan. Atau sebuah perusahaan mendapatkan keringanan sanksi pidana dan
potongan hukuman, berbeda dibanding kasung pencurian lain.

2.4 Cara Mendeteksi Operasional Laporan

Fraud adalah kecurangan pada laporan keuangan yang sudah sepatutnya kita waspadai.
Namun, Anda tidak perlu khawatir karena ada beberapa cara yang dapat kamu lakukan untuk
mendeteksi kecurangan tersebut.

1. Memeriksa karakteristik operasional laporan

Cara mendeteksi adanya fraud adalah dengan melakukan pemeriksaan terhadap beberapa
laporan keuangan, mulai dari catatan pendapatan, pengeluaran, aset, kewajiban, hingga ekuitas.
Nantinya tanda kecurangan akan terdeteksi dengan melihat apabila ada perbedaan jumlah dalam
laporan keuangan tersebuT,

2. Melakukan audit secara internal dan eksternal

Cara berikutnya untuk mendeteksi adanya fraud adalah dengan audit. Audit adalah
aktivitas konsultasi yang obyektif dan independen guna memperbaiki operasional perusahaan.
Audit sendiri dibagi menjadi 2, yaitu audit melalui internal dan audit melalui eksternal.

Audit internal adalah penilaian yang dilakukan oleh pihak di dalam perusahaan yang dinilai
memiliki kompetensi dalam meneliti catatan akuntansi dan pengendalian internal perusahaan.

Sementara, audit eksternal adalah penilaian yang dilakukan dengan bantuan pihak di luar
perusahaan untuk mendeteksi kecurangan, serta menganalisis laporan apabila auditor internal
mengalami kesulitan (NISP, 2023).

3. Memeriksa jajaran manajerial

Pada beberapa kasus penggelapan maupun kecurangan pada laporan keuangan seringkali
melibatkan pihak pengambil keputusan atau yang biasa disebut jajaran manajerial.

2.5 3 Tips Mencegah Terjadinya Fraud


1. Tegas dalam menerapkan hukum

Pertama, tips mencegah terjadinya contoh fraud adalah dengan membuat sanksi dan
hukuman tegas, guna memunculkan efek jera bagi para pelaku yang melakukan fraud dan
sebagai pencegahan timbulnya banyak pelaku yang berniat melakukannya. Hal tersebut perlu
dilakukan untuk menjaga keuangan dan aset milik perusahaan.
2. Melakukan evaluasi berkala

Berikutnya tips mencegah fraud adalah dengan melakukan evaluasi berkala terhadap
perilaku menyimpang dari aturan dan sistem kerja yang berlaku. Evaluasi ini bebas dilakukan
berapa kali dalam setahun tergantung ketentuan perusahaan.

3. Mengadakan penyuluhan tentang fraud

Terakhir, tips mencegah terjadinya kasus fraud adalah dengan mengadakan penyuluhan
tentang bahayanya perilaku tersebut dalam internal sebuah perusahaan atau organisasi, agar
seluruh elemen berjalan sesuai sistem kerja dan dapat memiliki tanggung jawab untuk menjaga
kepercayaan perusahaan.

2.6 Segitiga Penipuan


Donald R Cressey mengembangkan hipotesis mengapa seseorang melakukan peniupan, mereka
menganggap diri mereka memiliki masalah keuangan yang tidak dapat dibagikan, menyadari
bahwa masalah ini dapat diselesaikan secara diam-diam dengan melanggar posisi kepercayaan
keuangan, dan dapat mengajukan permohonan ke kontak mereka dalam masalah tersebut.
3 kondisi yang muncul ketika penipuan terjadi,
1) manajemen/karyawan lain mempunyai insentif atau berada dibawah tekanan
2) terdapat keadaan yang memberikan peluang terjadinya penipuan
3) seseorang yang terlibat mampu merasionalisasikan tindkan penipuan

Segitiga penipuan.

Insentif/tekanan

peluang Rasionalisasi

Insentif/tekanan untuk melakukan penipuan


Insentif untuk melakukan penipuan bersifat mementingkan diri sendiri. Egoisme mendorong
terjadinya penipuan dalam arti bahwa pelaku merasakan manfaat tertentu dengan melakukan
penipuan, seperti bonus atau promosi yang lebih tinggi.
Peluang untuk melakukan penipuan
Karyawan yang memiliki akses terhadap asset seperti uang tunai harus diawasi secara ketat
melalui sistem pengendalian internal yang efektif yang membantu menjaga asset.
Raonalisasi penipuan
pelaku penipuan biasanya mencoba menjelaskan bahwa tindakan mereka dapat diterima bagi
para eksekutif perusahaan rasionalisasi untuk melakukan penipuan mungkin mencakup
pemikiran seperti kita perlu melindungi pemegang saham kita dan menjaga harga saham tetap
tinggi.
Faktor resiko yang berkaitan dengan salah saji yang timbul dari kecurangan keuangan pelaporan.
2.7 INSENTIF ATAU TEKANAN
A. Insentif ada karena stabilitas keuangan atau profitabilitas terancam oleh perekonomian
Industri, atau entitas kondisi pengoperasian,
• tingkat persaingan atau kejenuhan pasar yang tinggi, disertai dengan penurunan Margin
kerentanan yang tinggi terhadap perubahan yang cepat, seperti perubahan teknologi, keusangan
produk, atau suku bunga.
• penurunan signifikan dalam permintaan pelanggan dan meningkatnya kegagalan bisnis baik
dalam industri maupun perekonomian secara keseluruhan.
• kerugian operasional menyebabkan ancaman kebangkrutan penyitaan, atau pengambil alihan
secara tidak bersahabat.
• arus kas negatif yang berulang dari operasi dan ketidakmampuan menghasilkan arus kas dari
operasi saat melaporkan laba dan pertumbuhan laba.
• pertumbuhan yang cepat atau profitabilitas yang tidak biasa, terutama dibandingkan dengan
perusahaan lain di industri yang sama.
• persyaratan akuntansi, undang-undang, atau peraturan baru.
B. Ada tekanan berlebihan bagi manajemen untuk memenuhi persyaratan atau harapan pihak
ketiga ketika hal-hal berikut:
• ekspektasi tingkat profitabilitas atau tren dari analis investasi, investor institusi, kreditor
penting, atau pihak eksternal lainnya (khususnya ekspektasi yang terlalu agresif atau tidak
realistis), termasuk ekspektasi yang dibuat oleh manajemen, misalnya, siaran pers atau pesan
laporan tahunan yang terlalu optimis.
• Perlu memperoleh tambahan pembiayaan utang atau ekuitas agar tetap kompetitif termasuk
pembiayaan penelitian dan pengembangan besar atau belanja modal.
• Kemampuan Marginal untuk memenuhi persyaratan pencatatan bursa atau Pembayaran utang
atau persyaratan perjanjian utang lainnya
• dampak buruk yang dirasakan atau nyata dari pelaporan hasil keuangan yang buruk pada hal-
hal signifikan yang tertunda transaksi seperti kombinasi bisnis atau pemberian kontrak
C. Informasi yang tersedia menunjukkan bahwa situasi keuangan pribadi manajemen atau pihak
yang bertanggung jawab atas tata kelola terancam oleh kinerja keuangan entitas yang timbul dari
hal-hal berikut.
• Kepentingan keuangan yang signifikan dalam entitas.
• Sebagian besar kompensasi mereka misalnya bonus, opsi saham, dan pengaturan pendapatan
tergantung pada pencapaian target agresif pada harga saham, kinerja operasional, dan hasil,
posisi keuangan, atau arus kas.
D. Tekanan berlebihan terhadap manajemen atau personel operasional untuk memenuhi target
keuangan yang ditetapkan oleh pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola atau manajemen,
termasuk sasaran insentif penjualan atau profitabilitas.

2.8 PELUANG
A. Sifat Industri atau operasi entitas memberikan peluang untuk terlibat dalam kecurangan
pelaporan keuangan yang dapat timbul dari hal-hal berikut:
• transaksi signifikan dengan pihak berelasi yang bukan merupakan kegiatan usaha sehari-hari
atau dengan entitas berelasi tidak diaudit atau diaudit oleh perusahaan lain.
• Aset, liabilitas, pendapatan, atau beban berdasarkan estimasi signifikan yang melibatkan
pertimbangan subjektif atau ketidakpastian yang sulit untuk dibuktikan kebenarannya.
•Operasi signifikan yang berlokasi atau dilakukan melintasi perbatasan internasional di y uridiksi
tempat terdapat lingkungan bisnis dan budaya yang berbeda

2.9 SIKAP ATAU RASIONALISASI


faktor risiko yang mencerminkan sikap atau rasionalisasi pihak yang bertanggung jawab atas tata
kelola, manajemen, atau karyawan yang memungkinkan mereka terlibat dalam atau
membenarkan pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan mungkin tidak rentan untuk
diamati oleh auditor. Misalnya, auditor mungkin menyadari informasi berikut yang mungkin
mengindikasikan suatu faktor risiko:
• komunikasi, penerapan, dukungan, atau penegakan nilai atau standar etika entitas yang tidak
efektif oleh manajemen atau komunikasi nilai atau standar etika yang tidak tepat.
• Partisipasi atau keasyikan manajemen non keuangan yang berlebihan pada pemilihan prinsip
akuntansi atau penentuan estimasi signifikan.
• Sebuah praktik manajemen yang berkomitmen kepada analisis, kreditor, dan pihak ketiga
lainnya untuk mencapai tujuan perkiraan yang agresif atau tidak realistis.

2.10 PROSEDUR PENILAIAN RISIKO PENIPUAN


Penilaian Risiko Penipuan Sebagian besar persyaratan AU-C 240 mengharuskan auditor untuk
terlibat dalam penilaian risiko selama audit. Sebenarnya, penilaian risiko dimulai dengan evaluasi bukti
tentang calon klien sebelum menyetujui untuk melakukan audit. Salah satu langkah penting adalah
berkomunikasi dengan auditor pendahulu untuk mengetahui alasan pemecatan atau alasan tidak lagi
melayani klien. Yang paling penting adalah menilai integritas manajemen puncak dan personel akuntansi
utama. Auditor penerus juga harus mengklarifikasi dengan pendahulunya apakah ada perbedaan pendapat
dengan manajemen mengenai penerapan prinsip akuntansi dan bagaimana penanganannya, termasuk
peran komite audit. Penilaian risiko penipuan sebagian besar bergantung pada pemeliharaan skeptisisme
profesional saat mengevaluasi keandalan bukti audit yang diperoleh dan menilai apakah ada salah saji
material akibat penipuan.
Dalam melakukan assessment, tentunya auditor tidak boleh mendekati audit dengan sikap
terhadap manajemen "Kamu adalah penjahat. Buktikan aku salah."Sebaliknya, sikap yang sehat adalah
sikap yang menginformasikan manajemen dalam kata - kata dan perbuatan bahwa tanggung jawab auditor
adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan sulit, memeriksa dokumentasi yang relevan secara
menyeluruh, dan menyelidiki untuk menentukan apakah budaya organisasi mendorong pengambilan
keputusan yang etis dan apakah ada dukungan untuk laporan keuangan. jumlah dan pengungkapan. AU-C
240 mengidentifikasi tujuan luas penilaian risiko penipuan untuk
(1) mengajukan pertanyaan kepada manajemen dan orang lain di dalam organisasi untuk mendapatkan
pandangan mereka tentang risiko penipuan dan bagaimana hal itu ditangani;
(2) mempertimbangkan setiap hubungan yang tidak biasa atau tidak terduga yang telah diidentifikasi
dalam menjalankan prosedur analitik (yaitu, perbandingan laporan keuangan dari waktu ke waktu dan
analisis rasio) dalam merencanakan audit;
(3) mempertimbangkan apakah ada satu atau lebih faktor risiko penipuan;
(4) mempertimbangkan informasi lain (yaitu, hasil keuangan sementara dan faktor-faktor yang terkait
dengan penerimaan klien) yang dapat membantu dalam mengidentifikasi risiko salah saji material akibat
penipuan.
Penilaian Pengendalian Internal Risiko bahwa pengendalian internal tidak akan membantu
mencegah atau mendeteksi salah saji material dalam laporan keuangan merupakan evaluasi kritis untuk
memberikan jaminan yang wajar. Sistem pengendalian internal dan apakah sistem tersebut beroperasi
sebagaimana dimaksud memungkinkan auditor untuk memperoleh keyakinan tentang pemrosesan
transaksi internal, yang baik-baik saja, atau keraguan, yang harus dikejar oleh auditor
lima komponen pengendalian intern di bawah kerangka COSO:
(1) lingkungan kontrol
(2) penilaian risiko;
(3) kegiatan pengendalian;
(4) pemantauan; dan
(5) informasi dan komunikasi.

Lingkungan Kontrol Karena pentingnya pengendalian internal yang efektif atas pelaporan keuangan,
auditor harus mengevaluasi lingkungan pengendalian di perusahaan. Sebagai bagian dari evaluasi
lingkungan pengendalian, auditor harus menilai:
* Apakah filosofi manajemen dan gaya operasi mendorong pengendalian internal yang efektif atas
pelaporan keuangan;
* Apakah integritas dan nilai-nilai etika yang baik, khususnya manajemen puncak, dikembangkan dan
dipahami; dan
* Apakah dewan atau komite audit memahami dan menjalankan tanggung jawab pengawasan atas
pelaporan keuangan dan pengendalian internal.
Ada hubungan langsung antara tingkat risiko bahwa kelemahan material dapat terjadi di area
tertentu dari pengendalian internal perusahaan atas pelaporan keuangan dan jumlah perhatian audit yang
harus diberikan pada area tersebut. Selain itu, risiko bahwa pengendalian internal perusahaan atas
pelaporan keuangan akan gagal mencegah atau mendeteksi kesalahan penyajian yang disebabkan oleh
kecurangan biasanya lebih tinggi daripada risiko kegagalan mencegah atau mendeteksi kesalahan. Auditor
harus lebih memusatkan perhatiannya pada area dengan risiko tertinggi.
COSO mensponsori sebuah studi, Fraudulent Financial Reporting: 1998-2007, untuk memberikan
analisis komprehensif tentang kejadian pelaporan keuangan penipuan yang diselidiki oleh SEC selama
periode waktu tersebut. Beberapa temuan penting tersebut antara lain:
* Ada 347 dugaan kasus pelaporan penipuan perusahaan publik selama 1998-2007, dibandingkan 294
kasus dari 1987 hingga 1997.
* Total salah saji kumulatif atau penyelewengan hampir mencapai $120 miliar.
* SEC menunjuk CEO dan / atau CFO untuk beberapa tingkat keterlibatan dalam 89 persen kasus
penipuan, naik dari 83 persen pada periode 1987-1997.
* Teknik penipuan yang paling umum melibatkan pengakuan pendapatan yang tidak tepat, diikuti dengan
pernyataan berlebihan atas aset yang ada atau kapitalisasi pengeluaran.
* Dua puluh enam persen perusahaan penipu berganti auditor antara laporan keuangan bersih terakhir dan
laporan keuangan curang terakhir, sedangkan hanya 12 persen dari perusahaan tanpa penipuan yang
beralih auditor pada waktu yang sama. Enam puluh persen dari perusahaan penipuan yang mengubah
auditor melakukannya selama periode penipuan, sedangkan 40 persen sisanya berubah dalam periode
fiskal tepat sebelum penipuan dimulai.
2.10.1 Manajemen Risiko Perusahaan-Kerangka Kerja Terintegrasi
Pada tahun 2001, COSO memprakarsai sebuah proyek untuk mengembangkan kerangka kerja yang dapat
digunakan oleh manajemen untuk mengevaluasi dan meningkatkan manajemen risiko perusahaan (ERM)
organisasi mereka. Kerangka kerja ini menggabungkan prinsip-prinsip pengendalian internal yang
meningkatkan tata kelola perusahaan dan manajemen risiko. ERM didefinisikan sebagai suatu proses,
yang dilakukan oleh dewan direksi, manajemen, dan personel entitas lainnya dan diterapkan dalam
pengaturan strategi dan di seluruh perusahaan, yang dirancang untuk mengidentifikasi peristiwa potensial
yang dapat memengaruhi entitas dan untuk mengelola risiko dalam selera risikonya
Menurut COSO, ERM mencakup enam elemen:
1. Menyelaraskan selera risiko dan strategi. Risk appetite dipertimbangkan oleh manajemen dalam
mengevaluasi alternatif strategis, menetapkan tujuan terkait, dan mengembangkan mekanisme untuk
mengelola risiko terkait
2. Meningkatkan keputusan respons risiko. ERM memberikan disiplin untuk mengidentifikasi dan
memilih di antara respons risiko alternatif-penghindaran risiko, pengurangan, pembagian, dan
penerimaan.
3. Mengurangi kejutan dan kerugian operasional. ERM menyediakan kemampuan untuk
mengidentifikasi peristiwa potensial dan menetapkan tanggapan, mengurangi kejutan dan biaya atau
kerugian terkait.
4. Mengidentifikasi dan mengelola berbagai risiko lintas perusahaan. ERM memfasilitasi respons
efektif terhadap aspek risiko yang saling terkait yang memengaruhi berbagai bagian organisasi, dan
respons terintegrasi terhadap berbagai risiko.
5. Merebut peluang. ERM memungkinkan manajemen untuk mempertimbangkan berbagai peristiwa
potensial, memposisikannya untuk mengidentifikasi dan secara proaktif merealisasikan peluang.
6. Meningkatkan penyebaran modal. Informasi risiko yang disediakan oleh ERM memungkinkan
manajemen untuk menilai secara efektif kebutuhan modal secara keseluruhan dan meningkatkan alokasi
modal.
Menurut Panduan COSO, pemantauan yang efektif melibatkan
(1) menetapkan garis dasar untuk efektivitas pengendalian,
(2) merancang dan melaksanakan prosedur pemantauan yang didasarkan pada signifikansi risiko bisnis
relatif terhadap tujuan entitas, dan
(3) menilai dan melaporkan hasil, termasuk tindak lanjut atas tindakan korektif. Pemantauan dapat
dilakukan melalui kegiatan yang sedang berlangsung atau evaluasi terpisah yang dibangun ke dalam
kegiatan normal entitas yang berulang dan mencakup kegiatan manajemen dan pengawasan rutin.
2.10.2 Tanggung Jawab Komite Audit untuk Penilaian Risiko Penipuan
Komite Audit merupakan organ pendukung yang berada dibawah Dewan Komisaris, yang dibentuk
dan bertanggungjawab kepada Dewan Komisaris dengan tujuan membantu Dewan Komisaris dalam
rangka mendukung efektivitas pelaksanaan tugas dan fungsi pengawasan atas hal-hal yang terkait dengan
laporan keuangan, sistem pengendalian internal dan eksternal (Organ GCG, 2016), disni komite audit
harus mengevaluasi identifikasi risiko penipuan oleh manajemen, penerapan tindakan antifraud, dan
pembentukan nada yang sesuai di tingkat atas.
Pengawasan aktif oleh komite audit dapat membantu memperkuat komitmen manajemen untuk
menciptakan budaya dengan "toleransi nol" terhadap penipuan. Komite audit entitas juga harus
memastikan bahwa manajemen senior (khususnya, CEO dan CFO) menerapkan tindakan pencegahan dan
pencegahan penipuan yang tepat untuk melindungi investor, karyawan, dan pemangku kepentingan
lainnya dengan lebih baik. Evaluasi dan pengawasan komite audit tidak hanya membantu memastikan
bahwa manajemen senior memenuhi tanggung jawabnya, tetapi juga dapat berfungsi sebagai pencegah
bagi manajemen senior yang terlibat dalam aktivitas penipuan (yaitu, dengan memastikan terciptanya
lingkungan di mana setiap upaya manajemen senior untuk melibatkan karyawan dalam melakukan atau
menyembunyikan penipuan akan segera mengarah pada laporan dari karyawan tersebut kepada orang
yang tepat, termasuk komite audit). Komite audit juga memainkan peran penting dalam membantu
mereka yang bertanggung jawab atas tata kelola memenuhi tanggung jawab pengawasannya sehubungan
dengan proses pelaporan keuangan entitas dan sistem pengendalian intern.
Dalam menjalankan tanggung jawab pengawasan ini, komite audit harus mempertimbangkan potensi
manajemen mengesampingkan pengendalian atau pengaruh lain yang tidak tepat atas proses pelaporan
keuangan. Beberapa contoh berikut;

 Komite audit harus meminta pandangan auditor internal dan auditor independen sehubungan dengan
keterlibatan manajemen dalam proses pelaporan keuangan dan, khususnya, kemampuan manajemen
untuk mengesampingkan informasi yang diproses oleh sistem pelaporan keuangan entitas (misalnya,
kemampuan manajemen atau orang lain untuk memulai atau mencatat entri jurnal yang tidak standar).
* Komite audit harus mempertimbangkan untuk meninjau informasi yang dilaporkan entitas untuk
kewajaran dibandingkan dengan hasil sebelumnya atau yang diperkirakan, serta dengan rekan sejawat
atau rata-rata industri.
* Informasi yang diterima dalam komunikasi dari auditor independen dapat membantu komite audit
dalam menilai kekuatan pengendalian internal entitas dan potensi pelaporan keuangan yang curang
Sebagai bagian dari tanggung jawab pengawasannya, komite audit harus mendorong manajemen
untuk menyediakan mekanisme bagi karyawan untuk melaporkan kekhawatiran tentang perilaku yang
tidak etis, penipuan aktual atau yang diduga, atau pelanggaran terhadap kode etik atau kebijakan etika
entitas. Komite kemudian harus menerima laporan berkala yang menjelaskan sifat, status, dan disposisi
akhir dari setiap penipuan atau perilaku tidak etis. Ringkasan kegiatan, tindak lanjut, dan disposisi juga
harus diberikan kepada semua yang bertanggung jawab atas tata kelola
Komunikasi Auditor dengan Mereka yang Bertanggung Jawab atas Tata Kelola Setiap kali auditor
telah menetapkan bahwa terdapat bukti adanya kecurangan, masalah tersebut harus dibawa ke tingkat
manajemen yang sesuai. AU-C 240 memerlukan komunikasi semacam itu meskipun masalah tersebut
mungkin dianggap tidak penting, seperti penyelewengan kecil oleh seorang karyawan. Kecurangan (baik
yang disebabkan oleh manajemen senior atau karyawan lain) yang menyebabkan salah saji material
terhadap laporan keuangan harus dilaporkan langsung kepada mereka yang bertanggung jawab atas tata
kelola. Selain itu, auditor harus mencapai pemahaman dengan mereka yang bertanggung jawab atas tata
kelola mengenai sifat dan jangkauan komunikasi dengan mereka tentang penyelewengan yang dilakukan
oleh karyawan tingkat bawah A - C Bagian 260 mengidentifikasi tanggung jawab komunikasi auditor.
Dalam hal ini, komite audit merupakan elemen kunci dalam berkomunikasi dengan mereka yang
bertanggung jawab atas tata kelola.
Prinsip-prinsip tata kelola yang baik menyarankan bahwa
* Auditor memiliki akses ke komite audit jika diperlukan.
* Ketua komite audit bertemu dengan auditor secara berkala.
* Komite audit bertemu dengan auditor tanpa manajemen setidaknya setiap tahun kecuali dilarang oleh
undang-undang atau peraturan
Mengingat pentingnya audit independen dalam mendeteksi kecurangan dalam laporan keuangan,
auditor harus mendiskusikan dengan komite audit hubungan yang menimbulkan ancaman terhadap
independensi auditor dan perlindungan terkait yang telah diterapkan untuk menghilangkan atau
mengurangi ancaman tersebut ke tingkat yang dapat diterima. Bidang komunikasi penting lainnya adalah
tentang estimasi akuntansi. Estimasi akuntansi tertentu sangat sensitif karena signifikansinya terhadap
laporan keuangan dan karena kemungkinan bahwa peristiwa di masa mendatang yang mempengaruhinya
mungkin berbeda secara signifikan dari penilaian manajemen saat ini. Dalam berkomunikasi dengan
mereka yang bertanggung jawab atas tata kelola tentang proses yang digunakan oleh manajemen dalam
merumuskan estimasi sensitif, termasuk estimasi nilai wajar, dan tentang dasar kesimpulan auditor
mengenai kewajaran estimasi tersebut, auditor harus mempertimbangkan
hal-hal yang harus di pertimbangkan oleh auditor sebagai berikut
* Sifat asumsi yang signifikan;
* Tingkat subjektivitas yang terlibat dalam pengembangan asumsi; dan
* Materialitas relatif dari item yang diukur terhadap laporan keuangan secara keseluruhan

 Laporan Audit dan Standart Audit


Sejak tahun 1926 New York Stock Exchange (NYSE) telah mewajibkan laporan
auditor kepada publik laporan keuangan perusahaan. Kemudian Securities Exchange Act
of 1934 yang mewajibkan semua perusahaan publik untuk memiliki laporan auditor
independen atas keuangan tahunan. Saat ini, PCAOB mengawasi audit perusahaan publik
sejak Sarbanes-Oxley Act of 2002. Dewan Standar Audit (ASB) AICPA mengawasi audit
perusahaan non-publik. Untuk entitas publik dan nonpublik, laporan auditor atas laporan
keuangan dan entitas terkait pengungkapan memberikan atau tidak memberikan opini
mengenai apakah laporan keuangan entitas dan entitas terkait pengungkapan disajikan
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP). Pendapat tersebut
didasarkan pada pengujian pengendalian dan prosedur substantif yang telah dilaksanakan
selama keterlibatan audit.
 Laporan Audit
Laporan auditor yang tidak dimodifikasi atau standar untuk perusahaan
non-publik berdasarkan persyaratan AICPA yang terdiri atas paragraf pendahluan,
tanggung jawab manajemen atas laporan keuangan, tanggung jawab auditor,
opini, dan paragraf opini (bagian ini biasanya tidak berlaku kecuali auditor
mempunyai tanggung jawab pelaporan lainnya). Terdapat perbedaan antara
laporan yang tidak dimodifikasi yang digunakan untuk audit perusahaan non-
publik dan laporan audit PCAOB. Perbedaan utamanya meliputi :
a) Laporan PCAOB diberi judul Laporan Kantor Akuntan Publik Terdaftar
Independen, dan laporan ASB diberi judul Laporan Auditor Independen.
b) Laporan PCAOB tidak menyertakan judul bagian
c) PCAOB memuat uraian yang kurang rinci mengenal tanggung jawab
manajemen dan auditor.
d) Laporan PCAOB merujuk pada standar PCAOB dan bukan standar
auditing yang diterima secara umum
e) PCAOB menyertakan paragraft tambahan yang menunjukkan bahwa
auditor juga telah menerbitkan laporan pada pengendalian internal klien
atas pelaporan keuangan
 Opini Audit
Auditor dapat menyatakan opini tanpa modifikasian, opini wajar dengan
pengecualian, opini tidak wajar, atau disclaimer. Auditor juga dapat menarik diri
dari perikatan dalam keadaan tertentu. Yang memenuhi syarat opini, opini tidak
wajar, atau opini disclaimer (dimodifikasi).

 Paragraf Opini Tidak Dimodifikasi


Seorang auditor harus memberikan pendapat tanpa pengecualian ketika
laporan keuangan "menyajikan” posisi keuangan, hasil operasi, dan arus kas yang
wajar. Situasi tertentu mungkin memerlukan penambahan seperti paragraf
tambahan yakni paragraf yang menekankan suatu hal atau hal lain. Paragraf
penekanan suatu hal adalah paragraf dalam laporan auditor yang merujuk pada
suatu hal atau hal lain.
Paragraf penekanan suatu hal adalah paragraf dalam laporan auditor yang
merujuk pada suatu hal disajikan atau diungkapkan secara tepat dalam laporan
keuangan (misalnya kelangsungan usaha, litigasi ketidakpastian, peristiwa
selanjutnya, dil). Ditambahkan jika, dalam pertimbangan profesional auditor, item
tersebut sangat penting sehingga merupakan hal mendasar bagi pemahaman
pengguna laporan keuangan. Paragraf hal lain adalah paragraf yang disertakan
dalam laporan auditor yang merujuk pada suatu hal lain selain yang disajikan atau
diungkapkan dalam laporan keuangan yang, menurut pertimbangan profesional
auditor, relevan dengan pemahaman pengguna mengenai audit, tanggung jawab
auditor, atau laporan auditor (misalnya, informasi tambahan).
 Paragraf Opini Dimodifikasi
Menurut (Kode Etik Profesional AICPA, Peraturan 203) menghalangi
pembenan opini yang menyatakan bahwa laporan keuangan telah disusun sesuai
dengan GAAP, atau pernyataan bahwa auditor tidak mengetahui adanya
modifikasi material yang harus dilakukan terhadap laporan tersebut atau data agar
sesuai denger GAAP, jika pernyataan atau data tersebut mengandung
penyimpangan dari prinsip akuntansi yang mempunyal dampak material terhadap
laporan atau data secara keseluruhan. Hasilnya adalah dikeluarkannya opini yang
dimodifikasi mengenai hal tersebut yang menimbulkan penyimpangan dari
GAAP. Auditor harus memodifikasi opini dalam laporan auditor ketika :
1) auditor menyimpulkan, berdasarkan bukti audit yang diperoleh, laporan
keuangan secara keseluruhan mengandung salah saji material; atau
2) auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk
menyimeukan bahwa laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari
salah saji material.
Pendapat dengan pengecualian akan tepat jika auditor telah memperoleh
bukti audit yang cukup dan tepat, menyimpulkan bahwa salah saji, baik secara
individual maupun agregat, adalah material tetapi tidak meresap ke dalam laporan
keuangan; atau auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat
untuk mendasari opininya, namun auditor menyimpulkan bahwa kemungkinan
dampak kesalahan penyajian yang tidak terdeteksi terhadap laporan keuangan,
jika ada, dapat bersifat material namun tidak pervasif.
Pendapat tidak wajar adalah tepat jika auditor, setelah memperoleh bukti
audit yang cukup dan tepat, menyimpulkan bahwa salah saji, baik secara
individual maupun agregat, bersifat material dan tersebar luas dalam laporan
keuangan. Pervasif adalah istilah yang digunakan dalam konteks salah saji untuk
menggambarkan dampaknya kesalahan penyajian dalam laporan keuangan, jika
ada, yang tidak terdeteksi karena ketidakmampuan memperoleh bukti audit yang
cukup dan tepat. Dampak pervasif terhadap laporan keuangan memerlukan
pertimbangan profesional oleh auditor dan umumnya tidak terbatas pada elemen,
akun, atau pos tertentu dalam laporan keuangan, namun jika ya, dampak tersebut
mewakili atau dapat mewakili sebagian boser laporan keuangan.
 Penarikan Diri dari Perikatan dari Waktu Ke Waktu
Auditor mungkin mempertimbangkan untuk menarik diri dari suatu
perkatan. Penarikan umumnya adalah tidak tepat karena auditor dipekerjakan oleh
klien untuk melakukan audit dan memberikan opini, bukan berjalan menjauh dan
kewajiban seseorang ketika keadaan menjadi sult. Namun, jika terdapat konflik
yang signifikan dengan manjomen atau auditor memutuskan bahwa manajemen
tidak dapat dipercaya, mesku mungkin saja terjadi penarikan dir dibenarkan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesimpulan auditor antara lain implikasi
keterlibatan :
a. Anggota manajemen atau pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola
dalam pelanggaran apa pun
b. Masalah kepercayaan adalah sebuah masalah etika ketka tekanan
meningkat dalam hubungan auditor-klien dan hubungan tersebut
memuncak, auditor narus melakukannya pertimbangkan apakah keretakan
hubungan telah mencapai titik yang tidak dapat dipungkin lagi informasi
yang diberikan oleh klien mencurigakan. Seorang auditor tidak boleh
membiarkan dirinya berada pada posisi tersebut mempertanyakan motif
klien dengan setiap pernyataan yang dibuat dan bukti yang dikumpulkan.
 Keterbatasan Laporan Audit
1) Jaminan yang Wajar
Istilah wajar sering digunakan dalam hukum untuk
mendefinisikan suatu standar perilaku untuk memutuskan masalah
hukum. Misalnya, seorang auditor harus menerapkan tingkat
kehati-hatian yang wajar (due care) untuk menghindar tuduhan
kelalaian dan kemungkinan tanggung jawab kepada klien. Standar
orang yang masuk akal (prudent) biasanya digunakan untuk
menilai apakah individu yang tidak terlibat dalam melihat perilaku
seorang auditor, mungkin dalam kaitannya dengan independensi
dan hubungan dengan klien, dapat menyimpulkan bahwa auditor
telah mempertahankan penampilan independensinya Standar
penampilan ini digunakan karena seringkali sulit untuk mengetahui
apakah auditor benar-benar independen dalam mengambil
keputusan audit karena independena sebenarnya bergantung pada
apa yang ada dalam piran auditor pada sant in memutuskan untuk
memasukkan atau mengecualikan audit tertentu.
Kepastian yang wajar bukan merupakan jaminan mutlak
bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Auditor
tidak memeriksa seluruh transaksi perusahaan. Transaksi yang
dipilih untuk diperiksa ditentukan berdasarkan pertimbangan
materialitas dan penilaian risiko. Meski begitu, hanya sebagian
kecil transaksi yang dipilih, seringkali dengan teknik sampling
statistik Pertimbangan profesional sangat penting dalam
mengambil keputusan ini.
2) Materialitas
Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau
salah saji informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang
melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan atas atau
pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakan
kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya
penghilangan atau salah saji itu (Setiadi, 2019). Konsep
materialitas mengakui bahwa beberapa hal penting untuk penyajian
wajar laporan keuangan, sementara yang lain tidak. Konsep
materialitas merupakan hal mendasar dalam audit karena laporan
audit menyatakan bahwa audit dilakukan untuk memperoleh
keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari
salah saji material. Pertimbangan materialitas memerlukan
penggunaan pertimbangan profesional dan didasarkan pada
persepsi manajemen dan auditor mengenai kebutuhan orang yang
berakal sehat yang akan mengandalkan laporan keuangan.
Materialhas dalam konteks audit mencerminkan
pertimbangan auditor mengenai kebutuhan pengguna sehubungan
dengan informasi dalam laporan keuangan dan kemungkinan
dampak salah saji terhadap keputusan pengguna secara kelompok.
Materialitas dinilai dengan menilai apakah penghilangan atau salah
saji suatu pos dalam laporan dapat, secara individu atau kolektif,
mempengaruhi keputusan ekonomi yang diambil oleh pengguna
laporan keuangan. Materialitas bergantung pada ukuran dan sifat
kelalaian atau salah saji yang dinilai berdasarkan keadaan yang
ada.
 Standar Audit yang Diterima Secara Umum (GAAS)
Keseluruhan GAAS bersifat komprehensif dan lebih rinci. GAAS
menangani hal-hal yang berkaitan dengan pertimbangan profesional dan
skeptisisme profesional auditor independen merencanakan, melaksanakan, dan
melaporkan hasil audit sesuai dengan GAAS. Standar audit memberikan ukuran
kualitas audit dan tujuan yang ingin dicapai dalam suatu audit. Standar audit
berbeda dengan prosedur audit karena prosedur merupakan langkah-langkah yang
diambil oleh auditor selama pelaksanaan audit untuk mematuhi GAAS. Penerapan
standar auditing memerlukan pengambilan pertimbangan sehubungan dengan sifat
bukti audit, kecukupan, kompetensi dan keandalan. Pertimbangan materialitas
juga penting untuk menilai apakah opini audit seharusnya

 Standar dasar PCAOB yang dikembangkan oleh ASB AICPA dan sekarang
dimasukkan ke dalam standar audit yang diklarifikasi :
a) Standar Umum
Ada tiga standar umum yang berkaitan dengan kualitas
profesional yang melakukan audit. Hal ini mencakup (1) pelatihan
dan kemahiran teknis yang memadai, (2) kemandiran dalam sikap
mental, dan (3) kehati-hatian dalam pelaksanaan audit dan
penyusunan laporan. Sebagaimana dibahas dalam Bab 4, menjadi
mandin berarti menghindari segala kesan bahwa penilaian
seseorang mungkin dikaburkan oleh berbagai peristiwa dan
hubungan. Kehati-hatian dalam melaksanakan audit juga tercakup
dalam Pedoman ini, hal ini memerlukan ketekunan dan kompetensi
dalam membuat penilaian profesional, termasuk menerapkan
skeptisisme profesional.
b) Standar Kerja Lapangan
Standar kerja lapangan menetapkan kriteria untuk menilai
apakah audit telah memenuhi persyaratan kualitas Standar tersebut
mencakup (1) merencanakan pekerjaan audit secara memadai dan
mengawasi asisten agar audit terlaksana lebih mungkin mendeteksi
salah saji material; (2) untuk memperoleh pemahaman yang
memadai tentang entitas dan pengendalian intermalnya, untuk
menilai resiko kesalahan penyajian material dalam laporan
keuangan, baik yang sudah jatuh tempo terhadap kesalution atau
kecurangan, dan untuk merencanakan secara efektif sifat, waktu,
dan luas prosedur audit lebih lanjut, dan (3) mengumpulkan bahan
bukti kompeten yang cukup melalui prosedur audit termasuk
inspeksi, observasi, permintaan keterangan, dan konfirmasi untuk
memberikan dasar (dukungan) yang wajar bagl suntu opini
mengenai laporan keuangan yang diaudit.
c) Standar Pelaporan
Ada tiga standar pelaporan yang memandu auditor dalam
menyampaikan laporan audit dan dalam menentukan tingkat
tanggung jawab yang dipikul auditor sehubungan dengan
pernyataan opini atas laporan keuangan. Hal ini mencakup
penentuan apakah laporan telah disusun sesuai dengan GAAP,
identifikasi situasi di mana prinsip akuntansi tidak dipatuhi secara
konsisten pada periode berjalan dibandingkan dengan periode
sebelumnya, dan pembahasan dalam laporan tentang situasi apa
pun yang diidentifikasi dalam catatan kaki laporan keuangan di
mana pengungkapan informatif tidak memadai.
d) Bukti Audit
Mengumpulkan dan mengevaluasi bukti audit secam
objektif mengharuskan auditor untuk mempertimbangkan
kompetensi dan kecukupan bukti. Representasi dari manajemen,
meskipun merupakan bagian dari bahan bukti yang diperoleh
auditor, bukan merupakan pengganti penerapan prosedur audit
yang diperlukan untuk memberikan dasar yang masuk akal bagi
suatu opini mengenal laporan keuangan yang diaudit.
Risiko audit dan materialitas perlu dipertimbangkan
bersama dalam menentukan sifat, waktu, dan luasnya prosedur
audit dan dalam mengevaluasi hasil prosedur tersebut. Menurut
AU-C 315, auditor harus mempertimbangkan risiko audit dan
materialitas baik dalam merencanakan audit dan merancang audit.
prosedur dan mengevaluasi apakah laporan keuangan secara
keseluruhan disajikan secara wajar, dalam semua hal yang
material, sesuai dengan GAAP 14 Respon auditor terhadap risiko
kesalahan penyajian material akibat kecurangan melibatkan
penerapan skeptisisme profesional ketika mengumpulkan dan
mangevaluasi bukti audit.
Contoh penerapan skeptisisme profesional dalam
menanggapi risiko salah saji material akibat kecurangan adalah
memperoleh pembuktian tambahan atas penjelasan atau
representasi manajemen mengenai hal-hal material, seperti melalui
konfirmasi pihak ketiga, penggunaan spesialis, prosedur analitis,
pemeriksaan atas dokumentasi dari sumber independen, atau
permintaan keterangan dari pihak lain di dalam atau di luar entitas.
Pengetahuan pribadi auditor independen yang diperoleh melalui
pemeriksaan fisik, observasi, perhitungan, dan inspeksi secara
langsung lebih persuasif dibandingkan informasi yang diperoleh
secara tidakskeptlangsung.

Skeptisisme Profesional

Skeptisisme profesional adalah sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan,
waspada terhadap kondisi yang dapat mengindikasikan kemungkinan kesalahan penyajian, baik
yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan, dan suatu penilaian penting atas bukti
audit (Ii, 2012). Skeptisisme profesional memainkan peran penting yang mendasar dalam audit
dengan memfasilitasi pertimbangan profesional, khususnya mengenai keputusan tentang:
. Sifat, waktu, dan luas prosedur audit yang harus dilakukan untuk mengurangi risiko kesalahan
penyajian material ke tingkat yang tepat;
• Apakah bukti yang diperoleh cukup, kompeten, dan relevan dan apakah bukti tambahan perlu
dikumpulkan untuk mendukung analisis risiko:
Evaluasi atas pertimbangan dan estimasi manajemen yang digunakan dalam pencatatan
transaksi dan penyajian laporan keuangan:
Pertimbangan adanya kecurangan dalam audit; Dan
• Kesimpulan yang diambil berdasarkan bukti audit yang diperoleh.

Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh auditor:

1. Dokumentasikan proses pemikiran, pandangan alternatif yang dipertimbangkan,


penilaian yang dibuat, dan bagaimana hal tersebut secara kolektif memengaruhi bukti
audit yang dikumpulkan dan mendukung kesimpulan akhir.

2. Dokumentasikan tantangan terhadap pandangan dan asumsi manajemen, bukan hanya


bagaimana tantangan tersebut diterima.

3. Dokumentasikan dasar transaksi satu kali yang tidak biasa dan alasan bisnis terkait.
• Menyertakan catatan diskusi yang lengkap dan komprehensif dengan manajemen,
khususnya dalam bidang yang penuh ketidakpastian.
• Mendokumentasikan penilaian terhadap keandalan sumber dokumen, khususnya yang
disiapkan oleh entitas.

4. Dokumentasikan skeptisisme profesional dalam hal-hal penting.

Nelson berpendapat bahwa kurangnya skeptisisme dapat disebabkan oleh kegagalan dalam
mengenali masalah (kurangnya penilaian skeptis) atau kegagalan dalam mengambil tindakan
terhadap masalah yang diketahui (kurangnya tindakan skeptis). Hurtt dkk. mengembangkan
kerangka penilaian berdasarkan komponen dasar Nelson. Pertimbangan skeptis terjadi ketika
auditor menyadari bahwa potensi masalah mungkin ada dan diperlukan lebih banyak upaya
atau upaya. Tindakan skeptis terjadi ketika auditor mengubah perilakunya berdasarkan
pertimbangan skeptis. Keduanya penting dalam audit, dan penilaian skeptis merupakan kondisi
yang diperlukan untuk tindakan skeptis.

Penilaian skeptis bergantung pada kemampuan mengenali suatu masalah dan merumuskan
penilaian skeptis. mempertimbangkan dampaknya terhadap audit dan, pada akhirnya, pengguna
laporan keuangan. Seorang auditor mungkin memiliki pengetahuan, pengalaman, atau sifat
yang diperlukan untuk mengenali suatu permasalahan dan mampu merumuskan penilaian
skeptis, namun mungkin memilih untuk tidak melakukannya karena tekanan selama audit.
Dengan kata lain, auditor mungkin tidak memiliki kapasitas untuk menangani tekanan-tekanan
tersebut secara efektif dan etis serta melakukan penilaian skeptis dengan tindakan skeptis.

(Gowthorpe & Blake, 1998) mendefinisikan sifat-sifat sebagai karakteristik individu yang
memungkinkan auditor menentukan kapan bukti tidak “bertambah”. atau sifat-sifat yang
memungkinkan auditor melakukan penilaian skeptis. 19 Hurtt mengembangkan Skala
Skeptisisme Profesional yang mengukur sifat skeptisisme menggunakan skala yang terdiri dari
enam karakteristik: (1) pikiran mempertanyakan, (2) penangguhan penilaian, (3) pencarian
pengetahuan, (4) pemahaman antarpribadi. (5) otonomi, dan (6) harga diri. Penelitian lain
menggunakan skala yang dirancang untuk mengukur kepercayaan dan menyamakan skor yang
lebih rendah dengan skeptisisme. Secara keseluruhan, penelitian mengenai perbedaan sifat
individu menunjukkan bahwa auditor dengan tingkat skeptisisme sifat yang lebih tinggi (yang
diukur dengan Skala Skeptisisme Profesional) atau tingkat kepercayaan yang lebih rendah
cenderung menunjukkan penilaian yang lebih skeptis.

Penelitian telah menunjukkan bahwa dampak pengalaman terhadap penilaian skeptis (atau
ketiadaan penilaian skeptis) berasal dari sejumlah faktor, seperti tingkat pengetahuan tentang
bisnis dan industri klien, jumlah tahun seseorang bekerja sebagai auditor, dan tugas-tugasnya.
pengalaman spesifik dengan audit yang lebih kompleks

Salah satu kekhawatirannya adalah, terlepas dari pelatihan dan pengalaman , auditor masih dapat
membuat penilaian yang bias, seperti yang dibahas dalam Bab 4. Yang diperlukan adalah agar
auditor menyadari proses berpikirnya atau bias yang tidak disadari yang mempengaruhi
penilaiannya, sehingga mereka mungkin mulai berpikir lebih skeptis. Bazerman dkk. catatan,
"Yang diperlukan adalah pendidikan yang membantu auditor memahami kesalahan yang tidak
disadari yang mereka buat dan alasan kesalahan tersebut dilakukan, sehingga mereka dapat mulai
mengubah perilaku akuntansi untuk mencegah konflik kepentingan yang mendorong bias.
.Bazerman dan Tenbrunsel menyarankan bahwa ketika karyawan tidak membuat penilaian
skeptis, seseorang harus memeriksa tujuan perusahaan audit dan memberikan insentif. Mereka
membahas dampak kognitif bahwa "orang melihat apa yang ingin mereka lihat dan dengan
mudah melewatkan informasi yang bertentangan ketika mereka berkepentingan untuk tetap tidak
tahu apa-apa," sebuah gagasan sebagai kebutaan yang termotivasi. Mereka juga mencatat
hubungan antara penilaian skeptis dan tindakan serta kaitannya dengan struktur penghargaan
dalam audit: "Banyak manajer yang bersalah karena memberi penghargaan pada hasil
dibandingkan keputusan berkualitas tinggi. Seorang karyawan mungkin membuat keputusan
buruk yang ternyata baik dan diberi imbalan atau keputusan baik yang ternyata buruk dan dapat
dihukum" dan lebih jauh lagi "hukum sering kali memberikan hukuman yang lebih berat
terhadap hasil yang buruk dibandingkan dengan niat buruk
Berdasarkan analisis penelitian terhadap skeptisisme dan penilaian profesional, auditor mungkin
tidak merasa termotivasi secara ekstrinsik untuk membuat penilaian skeptis karena sistem
insentif tidak memberikan penghargaan kepada mereka atas proses pembuatan penilaian skeptis,
namun hanya memberi penghargaan kepada mereka ketika penilaian tersebut menghasilkan hasil
yang positif. hasil yang menguntungkan bagi perusahaan.
Mereka juga percaya bahwa filosofi dan gaya operasi perusahaan merupakan pendahuluan
penting untuk menciptakan insentif dan memotivasi auditor untuk menjadi lebih skeptis. Namun,
mereka mencatat bahwa ciri-ciri kepribadian yang dibawa oleh masing-masing auditor ke dalam
perusahaan juga merupakan faktor penentu apakah auditor menunjukkan tingkat skeptisisme
yang tepat. Dengan kata lain, ketekunan, ketelitian, objektivitas, dan keandalan merupakan ciri-
ciri yang dapat menumbuhkan skeptisisme profesional. Skeptisisme tidak terjadi dalam ruang
hampa. Hal ini bergantung pada ciri-ciri karakter individu yang didukung oleh sistem perusahaan
dan budaya organisasi yang menghormati penilaian skeptis yang didukung oleh kepemimpinan
perusahaan yang menentukan sikap yang tepat.
Faktor penting lainnya yang mendasari penilaian skeptis adalah pengaruh lingkungan eksternal.
Para penulis mengidentifikasi pengaruh-pengaruh ini sebagai interaksi auditor individu dengan
perusahaannya melalui akuntabilitas kepada pengulas, dampak akuntabilitas kepada regulator,
dan dampak penilaian risiko yang lebih sulit. Mereka mencatat bahwa pengaruh-pengaruh ini
mewakili insentif kuat yang dapat memotivasi penilaian skeptis baik secara positif maupun
negatif. Akuntabilitas kepada para pengkaji dan regulator berfungsi sebagai pendorong yang
berdampak pada penilaian skeptis dan tindakan skeptis. Jelasnya, PCAOB dalam proses
pemeriksaannya yang dijelaskan kemudian mencari pertimbangan dan skeptisisme yang
memadai ketika meninjau laporan audit perusahaan publik yang terdaftar.25
Standar dan Inspeksi PCAOB
Standar PCAOB
AS No. 5 : Audit Pengendalian Intern Atas Pelaporan Keuangan Yang Terintegrasi Dengan
Audit Laporan Keuangan
AS No. 5 menetapkan persyaratan dan memberikan arahan yang berlaku ketika auditor
ditugaskan untuk melakukan audit atas penilaian manajemen atas efektivitas pengendalian
internal atas pelaporan keuangan. Ketentuan ini menyatakan bahwa “pengendalian internal yang
efektif atas pelaporan keuangan [ICFR] memberikan keyakinan yang wajar mengenai keandalan
pelaporan keuangan dan penyusunan laporan keuangan untuk tujuan eksternal. Jika terdapat satu
atau lebih kelemahan material, ICFR perusahaan tidak dapat dianggap efektif." Standar ini
menekankan bahwa standar umum berlaku untuk audit ICFR. Standar tersebut memerlukan
pelatihan teknis dan kemahiran sebagai auditor, independensi, dan penerapan kecermatan
profesional, termasuk skeptisisme profesional. Standar ini juga menetapkan kerja lapangan dan
standar pelaporan yang berlaku untuk audit ICFR.
Audit ICFR harus diintegrasikan dengan audit laporan keuangan. Meskipun tujuan audit tidak
sama, auditor harus merencanakan dan melaksanakan pekerjaan untuk mencapai tujuan kedua
audit tersebut. Dalam audit terintegrasi, auditor harus merancang prosedur pengujian
pengendalian internal untuk mencapai tujuan kedua audit secara bersamaan: (1) untuk
memperoleh bukti yang cukup untuk mendukung opini auditor atas ICFR pada akhir tahun, dan
(2) untuk memperoleh bukti yang cukup. untuk mendukung penilaian risiko pengendalian auditor
untuk tujuan audit atas laporan keuangan.
Standar AS No. 5 mencakup perolehan keyakinan memadai mengenai apakah laporan keuangan
bebas dari salah saji material, baik disebabkan oleh kesalahan atau kecurangan, dan apakah
penilaian manajemen atas efektivitas ICFR perusahaan dinyatakan secara wajar dalam semua hal
yang material. Oleh karena itu, terdapat risiko bahwa salah saji material dalam laporan keuangan
atau kelemahan material dalam pengendalian internal atas pelaporan keuangan tidak terdeteksi.
Meskipun tidak mutlak, namun jaminan yang masuk akal merupakan tingkat jaminan yang
tinggi. Selain itu, audit terintegrasi tidak dirancang untuk mendeteksi kesalahan atau kecurangan
yang tidak material terhadap laporan keuangan atau defisiensi dalam pengendalian internal atas
pelaporan keuangan yang, secara individual atau kombinasi, tidak terlalu parah dibandingkan
kelemahan material.
Sebab, auditor tidak dapat menyelesaikan auditnya atau tidak mampu membentuk atau belum
membentuk opini, ia dapat menolak menyatakan opini atau menolak menerbitkan laporan akibat
perikatan tersebut.

AS No. 7-Tinjauan Kualitas Keterlibatan

Tinjauan kualitas penugasan diperlukan dan sering kali memberikan gambaran tentang
bagaimana audit telah dilakukan dan prosedur pengendalian kualitas perusahaan itu sendiri,
yang keduanya diteliti oleh PCAOB dalam proses inspeksinya. Kualitas reviewer meliputi
kompetensi, independensi, integritas, dan objektivitas.

Sebagian besar standar ini mengatur tanggung jawab peninjau perikatan untuk mengevaluasi
pertimbangan signifikan yang dibuat oleh tim perikatan, termasuk penilaian risiko signifikan
atas kesalahan penyajian material dan kecurangan, serta kesimpulan terkait yang dicapai dalam
membentuk kesimpulan keseluruhan atas perikatan dan dalam mempersiapkan peninjauan.
laporan pertunangan. Penilaian risiko merupakan komponen penting dari proses inspeksi
PCAOB dan seringkali secara langsung mempengaruhi temuannya.

Permasalahan menarik yang dibahas dalam standar ini adalah persyaratan periode "penenangan"
selama dua tahun bagi rekan perikatan yang mengundurkan diri dari suatu perikatan dan
menjadi peninjau kualitas perikatan. PCAOB memasukkan periode tunggu karena PCAOB
meyakini bahwa akan lebih sulit bagi rekan perikatan yang telah memiliki tanggung jawab
keseluruhan atas audit setidaknya selama satu tahun untuk melakukan peninjauan dengan
tingkat objektivitas yang tepat.

Dimasukkannya periode dua tahun telah dikritik oleh beberapa perusahaan kecil karena
memberikan kesulitan yang tidak semestinya pada mereka mengingat terbatasnya jumlah mitra.
Untuk mengatasi masalah ini, PCAOB memutuskan untuk mengikuti pengecualian SEC dari
persyaratan rotasi mitra untuk persyaratan periode tunggu bagi perusahaan dengan klien
penerbit kurang dari lima dan kurang dari 10 mitra.

Aturan independensi SEC memperbolehkan mitra perikatan dan mitra serentak untuk menjabat
selama lima tahun berturut-turut, setelah itu mereka tidak boleh memegang peran mana pun
selama periode lima tahun berikutnya. Dalam jangka waktu lima tahun, peraturan tidak
memberlakukan masa tunggu sebelum rekan perikatan dapat bertindak sebagai rekan pada saat
yang bersamaan. Jadi, mitra perikatan dapat menjabat selama tiga tahun dan kemudian segera
menjabat sebagai mitra peninjau selama dua tahun tambahan berdasarkan peraturan SEC.

Pada tanggal 1 April 2015, PCAOB mengecam dua CPA karena melanggar persyaratan
rotasi/periode jeda mitranya.27 Dalam kasus pertama PCAOB mengecam Dustin M. Lewis,
mitra di L..L. Bradford & Company LLC, karena melanggar independensi sehubungan dengan
lima klien audit penerbit karena ia menjabat sebagai mitra utama atau mitra pendamping dalam
audit tersebut untuk jangka waktu gabungan lebih dari lima tahun berturut-turut. Pemberitahuan
kecaman tersebut menunjukkan bahwa Lewis gagal mengevaluasi dengan tepat pertimbangan
signifikan yang dibuat oleh tim perikatan audit.

AS No.14-Evaluasi Hasil Audit

Standar ini menetapkan persyaratan mengenai evaluasi auditor atas hasil audit dan penentuan
apakah auditor telah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat. Proses evaluasi yang
ditetapkan dalam standar ini mencakup, antara lain, evaluasi salah saji yang diidentifikasi
selama audit; penyajian laporan keuangan secara keseluruhan, termasuk pengungkapannya; dan
potensi bias manajemen dalam laporan keuangan.

Dalam memberikan opini apakah laporan keuangan disajikan secara wajar, dalam semua hal
yang material. Sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, auditor harus
mempertimbangkan seluruh bukti audit yang relevan, terlepas dari apakah bukti tersebut tampak
menguatkan atau bertentangan dengan asersi dalam laporan keuangan.

Dalam audit atas laporan keuangan, evaluasi auditor terhadap hasil audit harus mencakup hal-
hal berikut:
Hasil prosedur analitis yang dilakukan dalam review keseluruhan atas laporan keuangan
(“overall review”).
• Salah saji yang terakumulasi selama audit, termasuk, khususnya, salah saji yang tidak
dikoreksi.
• Aspek kualitatif praktik akuntansi perusahaan.
• Kondisi yang diidentifikasi selama audit terkait dengan penilaian risiko kesalahan
penyajian material yang disebabkan oleh kecurangan (“risiko kecurangan”).
 penyajian laporan keuangan, termasuk pengungkapannya.
 Kecukupan dan ketepatan bukti audit yang diperoleh.
AS No. 15-Bukti Audit

Standar ini menjelaskan apa yang dimaksud dengan bukti audit dan menetapkan persyaratan
untuk merancang dan melaksanakan prosedur audit untuk memperoleh bukti audit yang cukup
dan tepat untuk mendukung opini yang dinyatakan dalam laporan auditor. Bukti audit adalah
seluruh informasi, baik yang diperoleh dari prosedur audit atau sumber lain, yang digunakan
oleh auditor dalam sampai pada kesimpulan yang menjadi dasar opini auditor. Informasi ini
terdiri dari informasi yang mendukung dan menguatkan asersi manajemen mengenai laporan
keuangan atau pengendalian internal atas pelaporan keuangan dan informasi yang bertentangan
dengan asersi tersebut.
Auditor harus merencanakan dan melaksanakan prosedur audit untuk memperoleh bukti audit
yang cukup dan tepat untuk memberikan dasar yang masuk akal bagi pendapatnya. Kecukupan
adalah ukuran kuantitas bukti audit.

Kuantitas bukti audit yang dibutuhkan dipengaruhi oleh hal-hal berikut:


1. Risiko kesalahan penyajian material (dalam audit atas laporan keuangan) atau risiko
yang terkait dengan pengendalian (dalam audit pengendalian internal atas pelaporan
keuangan). Ketika risiko meningkat, jumlah bukti yang harus diperoleh auditor juga
meningkat. Misalnya, biasanya diperlukan lebih banyak bukti untuk merespons risiko
yang signifikan.
2. Kualitas bukti audit yang diperoleh. Ketika kualitas bukti meningkat, kebutuhan akan
bukti tambahan yang menguatkan berkurang. Namun, perolehan lebih banyak bukti
audit yang sejenis tidak dapat mengkompensasi buruknya kualitas bukti tersebut,
3. Kesesuaian adalah ukuran kualitas bukti audit (yaitu relevansi dan keandalannya).
Agar tepat, bukti audit harus relevan dan dapat diandalkan dalam memberikan
dukungan terhadap kesimpulan yang menjadi dasar opini auditor.

AS No. 16-Komunikasi dengan Komite Audit

AS No. 16 mewajibkan auditor untuk berkomunikasi dengan komite audit perusahaan


mengenai hal-hal tertentu yang berkaitan dengan pelaksanaan audit dan untuk memperoleh
informasi tertentu dari komite audit yang relevan dengan audit tersebut.
Auditor harus mengkomunikasikan kepada komite audit hal-hal berikut:
1. Kebijakan dan praktik akuntansi yang signifikan. Kebijakan akuntansi signifikan
mencakup pemilihan awal atau perubahan kebijakan akuntansi signifikan oleh
manajemen atau penerapan kebijakan tersebut pada periode berjalan dan dampaknya
terhadap laporan keuangan atau pengungkapannya.
2. kebijakan akuntansi yang signifikan di bidang yang kontroversial atau bidang yang
tidak memiliki panduan atau konsensus yang berwenang, atau keragaman dalam
praktiknya.
3. Kebijakan dan praktik akuntansi penting. Seluruh kebijakan dan praktik akuntansi
penting yang akan digunakan harus dikomunikasikan kepada komite audit, termasuk
alasan kebijakan dan praktik tertentu dianggap penting dan bagaimana peristiwa saat ini
dan masa depan dapat mempengaruhi penentuan apakah kebijakan tertentu dianggap
penting.
4. Estimasi akuntansi penting. Deskripsi proses yang digunakan manajemen untuk
mengembangkan estimasi akuntansi penting harus dikomunikasikan, bersama dengan
asumsi signifikan manajemen yang digunakan dalam estimasi akuntansi penting yang
memiliki tingkat subjektivitas tinggi. Komunikasi tambahan mencakup setiap
perubahan signifikan yang dilakukan manajemen terhadap proses yang digunakan untuk
mengembangkan estimasi akuntansi penting atau asumsi signifikan, penjelasan tentang
alasan manajemen atas perubahan tersebut, dan dampak perubahan terhadap laporan
keuangan.
5. Transaksi signifikan yang tidak biasa. Transaksi signifikan yang tidak biasa mencakup
transaksi yang berada di luar kegiatan bisnis normal perusahaan atau yang tampak tidak
biasa karena waktu, ukuran, atau sifatnya; dan kebijakan serta praktik yang digunakan
manajemen untuk memperhitungkan transaksi signifikan yang tidak biasa.

Auditor harus mengkomunikasikan kepada komite audit berbagai hal yang berkaitan
dengan kualitas pelaporan keuangan perusahaan. Ini termasuk:
 Aspek kualitatif dari kebijakan dan praktik akuntansi yang signifikan, termasuk
situasi di mana auditor mengidentifikasi bias dalam pertimbangan manajemen
mengenai jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan.
 Hasil evaluasi auditor terhadap perbedaan antara estimasi yang paling didukung
oleh bukti audit dan estimasi yang disertakan dalam laporan keuangan, yang
wajar secara individual namun menunjukkan kemungkinan bias di pihak
manajemen perusahaan.
Penilaian auditor atas pengungkapan manajemen yang terkait dengan kebijakan dan
praktik akuntansi penting, serta setiap modifikasi signifikan terhadap pengungkapan
kebijakan dan praktik yang diusulkan oleh auditor namun tidak dilakukan oleh
manajemen.

Dasar bagi kesimpulan auditor mengenai kewajaran estimasi akuntansi penting.


Pemahaman auditor mengenai alasan bisnis atas transaksi signifikan yang tidak biasa.
 Hasil evaluasi auditor mengenai apakah penyajian laporan keuangan dan
pengungkapan terkait telah sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan
yang berlaku, termasuk pertimbangan auditor terhadap bentuk,
pengaturan, dan isi laporan keuangan (termasuk catatan terlampir) ,
mencakup hal-hal seperti terminologi yang digunakan, jumlah rincian
yang diberikan, klasifikasi barang, dan dasar jumlah yang ditetapkan.
 Situasi dimana, sebagai akibat dari prosedur auditor, auditor
mengidentifikasi kekhawatiran mengenai antisipasi penerapan
pernyataan akuntansi yang telah dikeluarkan oleh manajemen namun
belum efektif dan mungkin mempunyai dampak signifikan terhadap
pelaporan keuangan di masa depan.
⚫ Perlakuan alternatif diperbolehkan berdasarkan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku
untuk kebijakan dan praktik terkait item material yang telah didiskusikan dengan manajemen,
termasuk konsekuensi penggunaan pengungkapan dan perlakuan alternatif tersebut serta
perlakuan yang disukai oleh auditor.

Auditor harus mengomunikasikan kepada komite audit hal-hal yang sulit atau kontroversial
yang harus dikonsultasikan oleh auditor di luar tim perikatan dan yang menurut auditor cukup
relevan dengan pengawasan komite audit atas proses pelaporan keuangan. Auditor juga harus
mengomunikasikan kepada komite audit, jika memungkinkan, hal-hal berikut yang berkaitan
dengan evaluasi auditor terhadap kemampuan perusahaan untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya:

 Jika auditor yakin terdapat keraguan besar mengenai kemampuan perusahaan untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya selama jangka waktu yang wajar, maka
kondisi dan peristiwa yang diidentifikasi oleh auditor, jika dipertimbangkan secara
keseluruhan, menunjukkan adanya keraguan besar.
 Jika auditor menyimpulkan, setelah mempertimbangkan rencana manajemen, bahwa
keraguan substansial mengenai kemampuan perusahaan untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya telah berkurang, maka dasar bagi kesimpulan auditor tersebut,
termasuk unsur-unsur yang diidentifikasi oleh auditor dalam rencana manajemen yang
penting untuk mengatasi dampak buruk tersebut. dampak dari kondisi dan kejadian.
 Jika auditor menyimpulkan, setelah mempertimbangkan rencana manajemen, bahwa
keraguan besar mengenai kemampuan perusahaan untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya untuk jangka waktu yang wajar masih ada, maka dampaknya,
jika ada, terhadap laporan keuangan dan kecukupan pengungkapan terkait harus
dikomunikasikan, beserta dampaknya terhadap laporan auditor.

Auditor harus mengkomunikasikan kepada komite audit hal-hal berikut yang berkaitan dengan
laporan auditor:
 Ketika auditor mengharapkan untuk mengubah opini dalam laporan auditor,
alasannya
modifikasi, dan kata-kata dalam laporan.
 Ketika auditor berharap untuk menyertakan bahasa atau paragraf penjelasan
dalam laporan auditor (yaitu, penekanan suatu hal), alasan penggunaan bahasa
atau paragraf penjelasan tersebut, dan kata-kata dalam bahasa atau paragraf
penjelasan tersebut.

Auditor harus mengomunikasikan kepada komite audit setiap perselisihan dengan manajemen
mengenai hal-hal, baik yang diselesaikan dengan memuaskan atau tidak, yang secara individu
atau secara keseluruhan dapat berdampak signifikan terhadap laporan keuangan perusahaan
atau laporan auditor. Ketidaksepakatan dengan manajemen tidak termasuk perbedaan pendapat
berdasarkan fakta yang tidak lengkap atau informasi awal yang kemudian diselesaikan oleh
auditor dengan memperoleh fakta atau informasi tambahan yang relevan sebelum penerbitan
laporan auditor.
Auditor harus mengkomunikasikan kepada komite audit setiap kesulitan signifikan yang
dihadapi selama audit. Kesulitan signifikan yang dihadapi selama audit mencakup, namun
tidak terbatas pada:

⚫ Penundaan yang signifikan oleh manajemen, ketidaktersediaan personel perusahaan, atau


keengganan pihak-pihak
manajemen untuk menyediakan informasi yang dibutuhkan auditor untuk melaksanakan
prosedur auditnya.
 Waktu yang sangat singkat untuk menyelesaikan audit.
 Upaya ekstensif yang tidak terduga diperlukan oleh auditor untuk memperoleh
bukti audit yang cukup dan tepat. Pembatasan manajemen yang tidak wajar
yang dihadapi oleh auditor dalam pelaksanaan audit.
 Keengganan manajemen untuk melakukan atau memperluas penilaiannya
terhadap kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya ketika diminta oleh auditor
.
Komunikasi komite audit merupakan bagian penting dari sistem tata kelola yang efektif dan
merupakan unsur utama dalam menciptakan lingkungan organisasi yang beretika. Komunikasi
terbuka antara auditor dan komite audit sangat penting untuk mendukung peran pengawasan
pelaporan keuangan yang ditugaskan kepada komite audit di bawah SOX. Komite audit
memainkan peran penting dalam menyelesaikan perbedaan antara auditor dan manajemen dan
mendukung tujuan penyajian laporan keuangan yang wajar dan pengendalian internal yang
efisien dan efektif atas pelaporan keuangan.

AS No. 18-Transaksi Pihak Berelasi

Transaksi dan hubungan pihak berelasi menimbulkan peningkatan risiko salah saji material
akibat penipuan, konflik kepentingan, atau kesalahan. Auditor harus melaksanakan prosedur
untuk memperoleh pemahaman tentang hubungan dan transaksi perusahaan dengan pihak-
pihak berelasi yang secara wajar diperkirakan akan berdampak pada risiko kesalahan penyajian
material dalam laporan keuangan dengan cara:

 Memperoleh pemahaman tentang sifat transaksi dan hubungan tersebut;


• Melakukan penyelidikan terhadap manajemen untuk mengklarifikasi permasalahan: dan
• Berkomunikasi dengan komite audit.

Permintaan keterangan auditor terhadap manajemen harus mencakup:


Sifat hubungan apa pun, termasuk struktur kepemilikan, antara perusahaan dan pihak berelasi;
 Transaksi yang dilakukan, diubah, atau diakhiri, dengan pihak-pihak yang mempunyai
hubungan istimewa selama periode di bawah audit serta syarat dan tujuan bisnis (atau
ketiadaan tujuan tersebut) dari transaksi tersebut;
 Setiap transaksi pihak berelasi yang belum diotorisasi dan disetujui sesuai dengan
kebijakan atau prosedur yang ditetapkan perusahaan mengenai otorisasi dan persetujuan
transaksi dengan pihak berelasi, dan
 Evaluasi auditor mengenai apakah perusahaan telah mengidentifikasi dengan tepat
pihak-pihak berelasi serta hubungan dan transaksi dengan pihak-pihak berelasi.

Auditor juga harus mempertimbangkan pengendalian internal atas hubungan tersebut dan
apakah hubungan tersebut tidak diungkapkan di masa lalu. Auditor harus mengevaluasi apakah
transaksi pihak berelasi telah dicatat dan diungkapkan dengan benar dalam laporan keuangan.
Hal ini termasuk mengevaluasi apakah laporan keuangan berisi informasi mengenai hubungan
dan transaksi dengan pihak-pihak berelasi yang penting untuk penyajian wajar sesuai dengan
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.

Jika laporan keuangan memuat pernyataan manajemen bahwa transaksi dengan pihak-pihak
berelasi dilakukan dengan persyaratan yang setara dengan transaksi wajar, auditor harus
menentukan apakah bukti yang diperoleh mendukung atau bertentangan dengan pernyataan
manajemen. Jika auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk
mendukung asersi manajemen, dan jika manajemen tidak setuju untuk mengubah
pengungkapan, auditor harus menyatakan opini wajar dengan pengecualian atau opini tidak
wajar.

Auditor harus mengomunikasikan kepada komite audit evaluasi auditor atas identifikasi,
akuntansi, dan pengungkapan perusahaan atas hubungan dan transaksinya dengan pihak-pihak
berelasi. Auditor juga harus mengomunikasikan hal-hal penting lainnya yang timbul dari audit
mengenai hubungan dan transaksi perusahaan dengan pihak berelasi termasuk, namun tidak
terbatas pada:

 Identifikasi pihak-pihak berelasi atau hubungan atau transaksi dengan pihak-pihak


berelasi yang sebelumnya tidak diungkapkan kepada auditor;
 Identifikasi transaksi pihak berelasi signifikan yang belum diotorisasi atau disetuju i
sesuai dengan kebijakan atau prosedur yang ditetapkan perusahaan:
 Identifikasi transaksi pihak berelasi yang signifikan dimana pengecualian terhadap
kebijakan atau prosedur yang ditetapkan perusahaan diberikan;
1. Pencantuman dalam laporan keuangan bahwa suatu transaksi dengan pihak
berelasi dilakukan dengan persyaratan yang setara dengan transaksi wajar dan
bukti yang diperoleh auditor untuk mendukung atau bertentangan dengan
pernyataan tersebut;
2. Identifikasi transaksi pihak berelasi signifikan yang menurut auditor tidak
memiliki tujuan bisnis.

Transaksi pihak berelasi dapat menjadi masalah bagi auditor karena manajemen mungkin tidak
ingin auditor mengetahui hubungan tersebut, khususnya jika hal tersebut menimbulkan konflik
kepentingan dan menutupi transaksi signifikan yang mungkin tidak dilakukan secara terbuka.
Skeptisisme yang sehat diperlukan untuk menemukan hal-hal ini dan memastikan hal-hal
tersebut dicatat dan diungkapkan dengan benar dalam laporan keuangan.

Defisiensi Audit-Tindakan SEC


Temuan studi defisiensi audit pada Pusat Kualitas Audit yang mencakup tahun 1998 hingga
2010 menunjukkan bahwa SEC menjatuhkan sanksi terhadap perusahaan audit di 87 kasus
terpisah. 30 Kekurangan-kekurangan ini masih ada hingga saat ini dan mencakup bidang-
bidang berikut:
 Kegagalan mengumpulkan bukti kompeten yang cukup (73 persen).
 Kegagalan dalam melaksanakan kehati-hatian (67 persen).
 Tingkat skeptisisme profesional yang kurang (60) persen).
 Kegagalan memperoleh bukti yang memadai terkait representasi manajemen (54
persen).
 Kegagalan untuk menyatakan opini audit yang tepat (47 persen).

Proses Pemeriksaan PCAOB.


Selain memberi wewenang kepada PCAOB untuk memeriksa dan menetapkan standar
profesional untuk kantor akuntan publik, SOX memberikan keleluasaan yang luas kepada dewan
untuk menyelidiki dan mendisiplinkan perusahaan dan "orang terkait" mereka atas pelanggaran
undang-undang sekuritas federal yang mengatur persiapan dan penerbitan
Proses Penegakan Hukum Berdasarkan SOX dan peraturan dewan, proses penegakan PCAOB
bersifat nonpublik kecuali
(1) para pihak menyetujui audiensi publik,
(2) dewan telah menjatuhkan sanksi dan waktu untuk mengajukan banding ke SEC telah
berakhir, atau
(3) SEC, saat mengajukan banding, mengeluarkan perintah terkait sanksi yang dijatuhkan.
Karena responden dalam proses PCAOB memiliki sedikit insentif untuk menyetujui
audiensi publik, dan proses banding dapat memakan waktu bertahun-tahun untuk diselesaikan,
ada tindakan penegakan hukum yang dilakukan oleh PCAOB yang belum—dan mungkin tidak
akan pernah-diketahui publik. Selain itu, jika penyelidikan formal atau informal dilakukan tetapi
tidak ada proses disipliner yang dilembagakan, atau jika proses disipliner dilembagakan tetapi
tidak ada sanksi yang dijatuhkan oleh petugas sidang (atau, jika naik banding, oleh dewan),
publik tidak mungkin mengetahui adanya penyelidikan atau persidangan tersebut. PCAOB
mengumumkan 25 proses penegakan hukum pada tahun 2014, meningkat dari 17 pada tahun
2013. Jenis-jenis kasus yang dipublikasikan dewan pada tahun 2014 serupa dengan yang telah
menjadi tarif standar beban kasus Divisi Penegakan Hukum sejak dimulainya PCAOB. Informasi
yang dipublikasikan terkadang mengejutkan, seperti perusahaan yang terdaftar di PCAOB atau
personel mereka yang secara tidak tepat mengganggu inspeksi atau investigasi dewan dengan
mengambil langkah yang tidak tepat untuk memodifikasi, menambah, atau memperbarui kertas
kerja audit. 32 Secara keseluruhan, prosiding tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar
tindakan penegakan PCAOB melibatkan kegagalan serius oleh perusahaan kecil dengan
pengalaman terbatas dengan standar PCAOB untuk mematuhi standar audit dewan dan
persyaratan lainnya, tetapi juga mencerminkan kesediaan dewan untuk memberikan sanksi
kepada auditor yang lebih berpengalaman yang gagal untuk menunjukkan skeptisisme
profesional yang memadai atau untuk menanggapi dengan tepat potensi " bendera
merah."Kekurangan Inspeksi dan Audit Masalah signifikan yang dibahas dalam banyak tindakan
penegakan hukum terhadap perusahaan audit adalah kurangnya skeptisisme profesional dan
kehati-hatian.
Praktik Audit Staf PCAOB Waspada 10, Mempertahankan dan Menerapkan Skeptisisme
Profesional dalam Audit, mencatat kekhawatiran lanjutan tentang apakah auditor secara
konsisten dan rajin menerapkan skeptisisme profesional. PCAOB menunjukkan bahwa keadaan
tertentu dapat menghambat penerapan skeptisisme profesional yang tepat dan memungkinkan
terjadinya bias yang tidak disadari, termasuk insentif dan tekanan yang dihasilkan dari kondisi
tertentu yang melekat dalam lingkungan audit, penjadwalan dan tuntutan beban kerja 33, atau
tingkat kepercayaan atau kepercayaan yang tidak tepat. manajemen. Peringatan PCAOB
mencatat bahwa sistem kontrol kualitas perusahaan dapat meningkatkan skeptisisme profesional
terhadap tim keterlibatan dengan menetapkan nada yang tepat di bagian atas yang menekankan
pentingnya skeptisisme dengan, misalnya, menantang representasi manajemen. Penilaian kritis
terhadap bukti audit dan pola pikir yang menantang juga bermanfaat dalam menilai risiko salah
saji material dan penilaian pengendalian internal. Skeptisisme profesional merupakan bagian
integral dari kehati-hatian dan komponen penting bagi auditor dalam mengevaluasi estimasi dan
penilaian manajemen yang signifikan tentang transaksi yang tercatat dan penyajian laporan
keuangan. Bias dan kecenderungan untuk menerima pernyataan manajemen tentang masalah ini
membahayakan objektivitas auditor dan melanggar standar etika profesi. Auditor terkadang
mengembangkan tingkat kepercayaan yang tidak beralasan pada manajemen karena kegagalan
dalam skeptisisme profesional mereka. Selain itu, kondisi tertentu yang melekat dalam
lingkungan audit dapat menciptakan insentif dan tekanan yang dapat menghambat penerapan
skeptisisme profesional yang tepat dan memungkinkan adanya bias yang tidak disadari.
Peringatan PCAOB mengidentifikasi contoh-contoh berikut yang dapat menghambat skeptisisme
professional;
* Insentif dan tekanan untuk membangun atau mempertahankan keterlibatan audit jangka
panjang;
* Insentif dan tekanan untuk menghindari konflik yang signifikan dengan manajemen;
* Keinginan untuk mencapai peringkat kepuasan klien yang tinggi;
* Keinginan untuk menekan biaya audit; dan
* Keinginan untuk menjual silang layanan kepada klien
Standar audit telah berkembang pesat dalam 20 tahun terakhir. Secara khusus, standar saat ini
menyediakan kerangka kerja untuk mengevaluasi pengendalian internal dan menilai risiko audit,
dan mereka melakukan pekerjaan yang lebih baik untuk mengidentifikasi tanda bahaya yang
menunjukkan bahwa penipuan mungkin ada. Segitiga Penipuan menyediakan kerangka kerja
untuk mengevaluasi risiko penipuan dan lebih memahami cara mencegah dan mendeteksinya
agar tidak terjadi. Sistem tata kelola perusahaan yang kuat, termasuk komite audit independen,
pengendalian internal yang efektif atas pelaporan keuangan, dan prosedur penilaian risiko audit,
adalah cara terbaik untuk mencegah penipuan. Sangat mengganggu bahwa persentase audit yang
begitu tinggi oleh perusahaan CPA Empat Besar yang telah diperiksa oleh PCAOB menunjukkan
kekurangan dalam pengendalian internal atas pelaporan keuangan dan kegagalan penilaian
profesional. Ketergantungan yang berlebihan pada representasi manajemen tampaknya menjadi
biang keladinya sekali lagi, menyebabkan banyak kekurangan audit. Seperti kata pepatah,
"percaya tetapi verifikasi" harus menjadi mantra audit yang baik. Kami percaya bahwa
perusahaan harus berkomitmen kembali pada cita-cita kepentingan publik yang menjadi dasar
profesi akuntansi. Hal ini dapat dilakukan melalui pemeriksaan yang lebih cermat terhadap niat
manajemen, waspada terhadap tekanan internal di dalam perusahaan, dan mengajukan
pertanyaan menyelidik selama audit. Penilaian skeptis dan tindakan skeptis adalah awal yang
baik untuk meningkatkan kualitas audit

Kasus 5-7 Diamond Foods: Accounting for Nuts 1 Diamond Foods,


yang berbasis di Stockton, California, adalah perusahaan makanan ringan dan kacang kuliner
premium dengan operasi yang beragam. Perusahaan memiliki reputasi melakukan akuisisi yang
berani dan mahal. Karena persaingan dalam industri makanan ringan, Diamond mengembangkan
budaya perusahaan yang agresif yang sangat menekankan pada kinerja. Slogan perusahaan
adalah "Lebih besar lebih baik."Namun, tanpa pengawasan etika yang kuat, perilaku yang
meragukan mulai bertahan di Diamond Foods pada tahun 2009. Tuduhan penipuan yang serius
terhadap manajemen puncak menyebabkan restrukturisasi kepemimpinan. Inilah cerita yang
kami juluki: "Menghitung Kacang."Pada tanggal 14 November 2012, Diamond Foods Inc.
laporan keuangan disajikan kembali yang diungkapkan terkait dengan skandal akuntansi yang
mengurangi pendapatannya selama tiga kuartal pertama tahun 2012 karena mengambil biaya
signifikan terkait dengan akuntansi yang tidak tepat untuk pembayaran kepada petani kenari.
Pernyataan kembali tersebut memangkas pendapatan Diamond sebesar 57 persen untuk tahun
Fiskal 2011 menjadi $ 29,7 juta, dan sebesar 46 persen untuk tahun Fiskal 2010 menjadi $23,2
juta. Pada 7 Desember 2012, harga saham Diamond telah turun 54 persen untuk tahun tersebut.
Diamond Foods, pembuat Emerald nuts dan pembeli berikutnya Pop Secret popcorn (2008) dan
Kettle potato chips (2010), menjadi fokus penyelidikan SEC setelah The Wall Street Journal
mengajukan pertanyaan tentang waktu dan penghitungan pembayaran Diamond kepada petani
kenari. Kasus ini berfokus pada pencocokan biaya dan pendapatan. Inti dari penyelidikan adalah
pertanyaan apakah manajemen senior Diamond menyesuaikan akuntansi pembayaran petani
dengan tujuan untuk meningkatkan keuntungan selama periode tertentu. Kasus ini muncul pada
bulan September 2011, ketika Douglas Barnhill, seorang akuntan yang juga seorang petani seluas
75 hektar kebun kenari California, mendapat cek misterius senilai hampir $46.000 dari Diamond.
Barnhill menghubungi Eric Heidman, direktur operasi lapangan perusahaan, tentang apakah cek
tersebut merupakan pembayaran terakhir untuk panen tahun 2010 atau pembayaran di muka
untuk panen tahun 2011. (Penanam intan dibayar dengan mencicil, dengan pembayaran terakhir
untuk panen musim gugur sebelumnya datang pada akhir tahun berikutnya.) Meskipun saat itu
bulan September 2011, Barnhill masih menunggu pembayaran penuh untuk kacang kenari yang
dia kirimkan Berlian pada tahun 2010. Heidman memberi tahu Barnhill bahwa pembayarannya
adalah untuk panen tahun 2010, bagian dari tahun Fiskal 2011, tetapi akan " dianggarkan hingga
tahun depan."Masalahnya adalah di bawah aturan akuntansi, Anda tidak dapat secara sah
mencatat jumlah panen tahun sebelumnya di tahun fiskal mendatang. Jumlah tersebut seharusnya
telah diperkirakan selama tahun 2010 dan dicatat sebagai beban terhadap pendapatan dari
penjualan kenari. Penyelidikan oleh komite audit pada Februari 2012 menemukan pembayaran
sebesar $20 juta kepada petani kenari pada Agustus 2010 dan $60 juta pada September 2011
yang tidak dicatat dalam periode yang tepat. Pengungkapan penyajian kembali keuangan pada
November 2012 dan penyelidikan komite audit menyebabkan pengunduran diri mantan CEO
Michael Mendes, yang setuju untuk membayar uang tunai sebesar $2,74 juta dan mengembalikan
6.665 saham kepada perusahaan. Uang tunai Mendes dipotong dari pembayaran pensiunnya
sebesar $ 5,4 juta. Mantan CFO Steven Neil dipecat pada 19 November 20a12, dan tidak
menerima pesangon apa pun. SEC mengajukan gugatan terhadap Diamond Foods, Mendes, dan
Neil. Itu diselesaikan dengan perusahaan dan Mendes pada 9 Januari 2014. Dalam tindakan
terpisah, Neil menyelesaikan tuduhan bahwa dia telah mengarahkan upaya untuk secara curang
melaporkan uang yang dibayarkan kepada petani kenari dengan menunda pencatatan
pembayaran ke periode fiskal selanjutnya. Sebagai hasil dari penyelidikan komite audit dan
analisis serta prosedur selanjutnya yang dilakukan, perusahaan mengidentifikasi kelemahan
material dalam tiga bidang: lingkungan pengendalian, akuntansi penanam kenari, dan pengakuan
waktu hutang usaha. Perusahaan mengumumkan upaya untuk memperbaiki area kelemahan
material ini, termasuk peningkatan pengawasan dan kontrol, perubahan kepemimpinan,
kebijakan estimasi biaya walnut yang direvisi, dan peningkatan pelaporan keuangan dan operasi
di seluruh organisasi. Aspek yang menarik dari kasus ini adalah banyaknya tanda bahaya,
termasuk waktu pembayaran yang tidak biasa kepada petani, lompatan margin keuntungan, dan
persediaan serta arus kas yang tidak stabil. Selain itu, perusahaan tampaknya berusaha keras
untuk terus maju
menurut wawancara dengan mantan karyawan Diamond dan anggota dewan, saingan, pemasok,
dan konsultan, selain meninjau catatan Diamond publik dan nonpublik. Nick Feakins, seorang
akuntan forensik, mencatat kenaikan tanpa henti dalam margin keuntungan Diamond, termasuk
peningkatan laba bersih sebagai persentase penjualan dari 1,5 persen pada FY2006 menjadi lebih
dari 5 persen pada FY2011. Menurut Feakins, "tidak ada pesaing yang berkembang seperti itu;
bahkan dengan meningkatnya permintaan Asia."Reuters melakukan tinjauan terhadap 11
perusahaan yang terdaftar sebagai organisasi yang sebanding dalam pengajuan peraturan
Diamond dan menemukan bahwa hanya satu, B & G Foods, yang melakukan banyak akuisisi,
menambah pendapatan selama periode tersebut. Bendera merah lainnya adalah bahwa sementara
pertumbuhan laba bersih secara umum tercermin dalam peningkatan arus kas operasi, di
Diamond, perolehan kas lesu pada tahun Fiskal 2010, ketika pendapatan kuat. Hal ini
menimbulkan pertanyaan tentang kualitas pendapatan. Selain itu, pada September 2010, Mendes
telah menjanjikan pertumbuhan EPS sebesar 15 persen hingga 20 persen per tahun selama lima
tahun ke depan. Pada FY2009, FY2010, dan FY2011, $2,6 juta dari bonus tahunan Mendes
sebesar $ 4,1 juta dibayarkan karena Diamond melampaui target EPS-nya, menurut pengajuan
peraturan. Tindakan penipuan Diamond Foods juga meluas hingga secara keliru mengungkapkan
kinerja keuangannya yang kuat secara keseluruhan dalam panggilan konferensi dengan analis
keuangan. Dalam seruannya untuk TA kuartal ketiga 2011, Mendes mengatakan: "Laba per
saham telah meningkat 73 persen menjadi 52 sen, melebihi batas atas kisaran pedoman
perusahaan. Arus kas operasional yang kuat untuk periode tersebut membantu mendanai
peningkatan yang signifikan dalam produk baru dan investasi periklanan karena EBITDA [Laba
sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi] sebesar $31 juta lebih dari dua kali lipat
periode yang sama di tahun sebelumnya."Mengenai peran Deloitte dalam penipuan tersebut, SEC
menuduh Neil menyesatkan mereka dengan memberikan informasi yang salah dan tidak lengkap
untuk membenarkan perlakuan akuntansi yang tidak biasa atas pembayaran tersebut. Perintah
SEC terhadap Mendes menemukan bahwa dia seharusnya mengetahui bahwa biaya kenari yang
dilaporkan Diamond tidak benar karena informasi yang dia terima pada saat itu, dan dia
menghilangkan fakta dalam pernyataan tertentu kepada Deloitte tentang pembayaran kenari
khusus. Satu masalah adalah Neil tidak mendokumentasikan kebijakan akuntansi atau merancang
proses pembayaran petani kenari dan perkiraan biaya kenari. Hal ini diperburuk oleh fakta bahwa
manajemen tidak mengomunikasikan maksud pembayaran secara efektif

STUDI KASUS

Kasus 5-1 Pelaporan Loyalitas dan Penipuan (kasus GVV)

Asumsikan Vick dan Ethan adalah CPA. Ethan Lester dipandang sebagai "karyawan teladan"
yang pantas dipromosikan menjadi CFO. menurut Kelly Fostermann, CEO Fostermann
Corporation, sebuah perusahaan swasta yang sebagian besar berbasis di Maryland yang
merupakan perancang dan pemasar sistem stereofonik global terkemuka. Kelly menilai Lester
adalah karyawan yang jujur berdasarkan tinjauan kinerja dan keengganannya menerima
promosi, dengan menyatakan bahwa dia belum siap untuk posisi tersebut. Dia tidak tahu bahwa
Lester melakukan penipuan $50.000 selama tahun 2015 dengan menggelapkan uang tunai dari
perusahaan. Faktanya, sepertinya tidak ada seorang pun yang menyadarinya karena Lester
mampu mengesampingkan pengendalian internal. Namun, auditor datang dan untuk
memperkuat penipuan tersebut, dia membutuhkan bantuan Vick Jensen, seorang teman dekat
yang merupakan manajer akuntansi. Lester dapat "memerintahkan" Jensen untuk menutupi
penipuan tersebut tetapi berharap dia melakukannya karena persahabatan dan kesetiaan. Selain
itu, Lester mengetahui Jensen telah melakukan penipuannya sendiri dua tahun lalu dan
menutupinya dengan membuat entri jurnal palsu untuk penjualan, retur, transaksi, dan biaya
operasional yang tidak terdokumentasi.
Lester menemui Jensen dan menjelaskan dilemanya. Ia bisa melihat kegelisahan Jensen
mendengar berita itu. Jensen mengira dia telah mengubah sudut pandang keterlibatannya dalam
penipuan setelah dia diam-diam membayar kembali $20.000 yang dia curi dua tahun lalu.
Begini percakapannya.

"Vick, aku butuh bantuanmu. Aku gagal. Kamu tahu Mary dan aku berpisah 10 bulan yang
lalu."
"Ya," kata Vic.
"Yah, aku menjalin hubungan dengan wanita lain yang punya selera berlebihan. Aku malu
mengatakan dia memanfaatkan kelemahanku dan akhirnya aku mengambil $50.000 dari dana
perusahaan."
“Etan, apa yang kamu pikirkan?”
“Jangan terlalu bermoral denganku. Apakah kamu tidak ingat keadaanmu sendiri?”
Vick terdiam beberapa saat lalu bertanya, "Kamu ingin aku melakukan apa?"
"Saya ingin Anda membuat beberapa entri di buku besar untuk menutupi $50.000. Saya
berjanji akan membayarnya kembali, sama seperti Anda. Anda tahu saya baik-baik saja."
Vick bereaksi dengan marah dan berkata, "Anda menyuruh saya untuk melewatkan rekonsiliasi
bank dan Anda akan melakukannya sendiri. Saya percaya pada Anda."
"Aku tahu. Dengar, bantulah aku yang satu ini, dan aku tidak akan pernah memintamu lagi."
Vick menjadi semakin gelisah. Dia mengatakan pada Ethan bahwa dia perlu memikirkannya...
hubungannya dengan auditor dipertaruhkan.

Pertanyaan
1. Analisis fakta kasus dengan menggunakan Fraud Triangle. Sertakan diskusi tentang
kelemahan dalam pengendalian internal.
2. Aturan perilaku profesional manakah yang harus dipertimbangkan Vick dalam
menentukan tindakan? Menjelaskan. Apa kewajiban etis Vick dalam hal ini?
3. Gunakan kerangka "Memberi Suara pada Nilai" untuk membantu Vick memutuskan
tindakan selanjutnya. Mengapa Anda merekomendasikannya?

Jawab
1. Fraud Triangle adalah kerangka yang digunakan untuk menjelaskan faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya penipuan. Terdapat tiga faktor dalam Fraud Triangle, yaitu:
opportunity (kesempatan), rationalization (rasionalisasi), dan pressure (tekanan) [1]. Berikut
analisis fakta kasus dengan menggunakan Fraud Triangle:

- Opportunity: Ethan Lester memiliki kesempatan untuk melakukan penipuan karena ia


memiliki akses ke dana perusahaan dan mampu mengesampingkan pengendalian internal. Vick
Jensen juga memiliki kesempatan untuk menutupi penipuan tersebut karena ia adalah manajer
akuntansi dan memiliki akses ke buku besar perusahaan.
- Rationalization: Ethan Lester merasa terdesak karena ia mengambil uang dari perusahaan
untuk membiayai hubungan dengan wanita lain. Ia merasa malu dan merasa bahwa ia tidak
punya pilihan lain selain mengambil uang tersebut. Vick Jensen juga merasa terdesak karena ia
telah melakukan penipuan sebelumnya dan merasa bahwa ia tidak bisa menolak permintaan
Ethan Lester.
- Pressure: Ethan Lester merasa tertekan karena ia membutuhkan uang untuk membiayai
hubungannya dengan wanita lain. Vick Jensen merasa tertekan karena ia merasa bahwa ia
harus membantu Ethan Lester karena mereka adalah teman dekat.

Kelemahan dalam pengendalian internal adalah salah satu faktor yang memungkinkan
terjadinya penipuan. Dalam kasus ini, Ethan Lester mampu mengesampingkan pengendalian
internal sehingga tidak ada yang menyadari penipuan yang dilakukannya. Hal ini menunjukkan
bahwa perusahaan tidak memiliki sistem pengendalian internal yang efektif untuk mencegah
terjadinya penipuan.
2. Aturan perilaku profesional yang harus dipertimbangkan oleh Vick adalah integritas,
objektivitas, dan kerahasiaan[2]. Vick memiliki kewajiban etis untuk melaporkan penipuan
yang dilakukan oleh Ethan Lester dan tidak boleh membantu menutupi penipuan tersebut. Vick
juga harus menjaga kerahasiaan informasi yang diberikan oleh Ethan Lester dan tidak boleh
membocorkannya kepada pihak lain tanpa persetujuannya.

3. Kerangka "Memberi Suara pada Nilai" dapat membantu Vick memutuskan tindakan
selanjutnya. Kerangka ini melibatkan empat tahap, yaitu: mengumpulkan informasi,
mengidentifikasi nilai yang terlibat, mempertimbangkan alternatif tindakan, dan bertindak
sesuai dengan nilai yang dipilih[4]. Berikut adalah rekomendasi menggunakan kerangka ini:

- Mengumpulkan informasi: Vick harus mengumpulkan informasi tentang penipuan yang


dilakukan oleh Ethan Lester dan dampaknya terhadap perusahaan. Vick juga harus
mempertimbangkan kewajiban etisnya sebagai seorang akuntan.
- Mengidentifikasi nilai yang terlibat: Vick harus mengidentifikasi nilai-nilai yang terlibat
dalam kasus ini, seperti integritas, objektivitas, dan kerahasiaan.
- Mempertimbangkan alternatif tindakan: Vick harus mempertimbangkan alternatif tindakan
yang tersedia, seperti melaporkan penipuan tersebut kepada atasan atau pihak berwenang,
membantu menutupi penipuan tersebut, atau mengundurkan diri dari perusahaan.
- Bertindak sesuai dengan nilai yang dipilih: Vick harus bertindak sesuai dengan nilai-nilai
yang dipilih, seperti integritas dan objektivitas. Vick harus melaporkan penipuan tersebut
kepada atasan atau pihak berwenang dan tidak boleh membantu menutupi penipuan tersebut.

Dalam kasus ini, saya merekomendasikan Vick untuk melaporkan penipuan yang dilakukan
oleh Ethan Lester kepada atasan atau pihak berwenang. Vick harus bertindak sesuai dengan
nilai-nilai yang dipilih, seperti integritas dan objektivitas, dan tidak boleh membantu menutupi
penipuan tersebut. Vick juga harus mempertimbangkan kewajiban etisnya sebagai seorang
akuntan dan melindungi kepentingan perusahaa

DAFTAR PUSTAKA

Gowthorpe, C., & Blake, J. (1998). ETHICAL ISSUES IN ACCOUNTING : Professional Ethics.
Ii, B. A. B. (2012). BAB II Skeptisisme Profesional dalam Auditing. 9–30.
NISP, R. O. (2023). Fraud: Jenis, Penyebab, Cara Mendeteksi & Cara Mencegahnya. OCBC
NISP. https://www.ocbcnisp.com/id/article/2022/03/23/fraud-adalah
Organ GCG. (2016). KOMITE AUDIT. Pelindo Terminal Peti Kemas.
https://ipctpk.co.id/komite-audit-2/#:~:text=Komite Audit merupakan organ
pendukung,dengan laporan keuangan%2C sistem pengendalian
Setiadi. (2019). Jurnal Bisnis dan Akuntansi Unsurya Vol. 4, No. 2, Juni 2019 Materialitas pada
Proses Audit Setiadi. Jurnal Bisnis Dan Akuntansi Unsurya, 4(2), 87–93.

Anda mungkin juga menyukai