Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu akuntansi telah mengembangkan konsep – konsep untuk
mengimbangi kebutuhan akan informasi keuangan yang terus meningkatkat dalam
melaksanakn pembangunan ekonomi dan program – program sosial. Salah satu
ilmu akuntansi menjelaskan terkait dengan kecurangan (fraud). Kecurangan
merupakan bentuk penipuan yang sengaja dilakukan dehiingga dapat
menimbulkan kerugian tanpa disadari olhe pihak yang dirugikan dan memberikan
keuntungan bagi pelaku kecurangan. Secara sedehananya kecurangan adalah
proses pembuatan, beradaptasi meniru, statistik, atau dokumen – dokumen dengan
maksud untuk menipu. Fraud merupakan suatu kejahatan yang serupa dengan
penipuan yang kejahatan untuk memperdaya yang lain, seperti melalui
penggunaan benda yang diperoleh melalui pemalsuan.

Beberapa kasus kecurangan di Indonesia disebabkan oleh beberapa factor


meliputi tidak adanya pengendalian internal dalam suatu organisasi, pengawasan
atau kontrol yang lemah, tingkat kejujuran yang rendah, karakter setiap individu
dan lain sebagainya. Kecurang perusahaan dapat terjadi karena beberapa kondisi
disebut dengan Fraud Triangel (Amin Widjaja, 2013). Setiap perusahaan di
Indonesia secara khusus tentunya berlomba – lomba untuk mempertahankan
keunggulan instansinya. Oleh sebab itu pengendalian internal serta manajemen
dalam perusahaan akan dirancang sebaik mungkin untuk mengatasi hal – hal yang
tidak di inginkan. Jika perusahaan mengadakan pengawasan yang baik dan efektif
akan menghasilkan suatu kinerja yang baik tentunya kepuasan kerja bagi setiap
karyawan akan lebih meningkat dan terlebihnya karyawan akan terbebas dari
segala tekanan secara spesifik tekanan ketaatan.

Dengan maraknya tindakan kecurangan yang terjadi pada pemerintahan,


Inspektorat berperan sebagai aparat terdepan yang bertugas menjaga dan
mengawasi pengelolaan keuangan daerah sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Pengawasan keuangan daerah bertujuan untuk menjamin bahwa semua sumber
daya ekonomi yang dimiliki daerah telah digunakan untuk kepentingan
masyarakat dan telah dipertanggung jawabkan sesuai dengan azas akuntabilitas
dan transparansi. Pencegahan tindakan kecurangan merupakan cara pertama untuk
menghentikan munculnya tindakan kecurangan. Deteksi tindakan kecurangan
biasanya muncul setelah pencegahan tindakan kecurangan gagal. Yunintasari
(2010) menyebutkan bahwa salah satu cara untuk mencegah dan mendeteksi
tindakan kecurangan adalah dengan cara meningkatkan pengendalian internal,
karena pada dasarnya unsur yang menentukan terjadinya kecurangan adalah
manusia itu sendiri dan sistem pengendalian dalam perusahaan tersebut. Manusia
dengan perilaku hidup yang dianutnya menentukan wujud tingkah lakunya dalam
pergaulan dan dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya. Sedangkan suatu
sistem pengendalian intern dibangun untuk menghalangi atau menghambat
kemungkinan terjadinya kecurangan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan kecurangan?
2. Apa sajakah jenis kecurangan?
3. Bagaimana mencegah kecurangan tersebut?
4. Bagaimana bentuk kejahatan akuntansi?
5. Bagaimana cara mendeteksi kecurangan tersebut?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa arti kecurangan
2. Mengetahui jenis – jenis kecurangan
3. Mengetahui cara mencegah kecurangan
4. Mengetahui bentuk kejahatan akuntansi
5. Mengetahui cara mendeteksi kecurangan

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Fraud


Fraud (kecurangan) merupakan penipuan yang sengaja dilakukan dan
menimbulkan kerugian tanpa disadari oleh pihak yang dirugikan tersebut dan
memberikan keuntungan bagi pelaku kecurangan. Kecurangan umumnya terjadi
karena adanya tekanan untuk melakukan penyelewengan atau dorongan untuk
memanfaatkan kesempatan yang ada dan adanya pembenaran (diterima secara
umum) terhadap tindakkan tersebut. Fraud itu sendiri secara umum merupakan
suatu perbuatan yang melanggara hukum yang dilakukan oleh orang – orang dari
dalam atau luar organisasi, dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan
pribadi dan atau kelompoknya yang secara lagsung merugikan pihak lain. Orang
awam sering kali mengasumsikan secara sempit bahwa fraud sebagai tindak
pidana atau korupsi.

Menurut Asosiasi Penguji Penipuan Bersertifikat (Association of Certified


Fraud Examiners/ACFE), kecurangan adalah "penipuan atau keliru dalam menilai
seseorang atau entitas yang mengetahui bahwa keliru dapat menghasilkan
beberapa keuntungan yang tidak sah kepada individu atau entitas atau pihak lain.
Dengan kata lain, kesalahan bukan penipuan (Madan Lal Bhasin, 2013).

2.2 Jenis Fraud (kecurangan)


Sebenarnya terdapat dua tipe kecurangan, yaitu internal dan eksternal.
Kecurangan internal yaitu tindakkan yang tidak legal dari karyawan, manajer dan
eksekutif terhadap tempat dimana mereka bekerja. Sedangakan, kecurangan
Eksternal yaitu kecurangan yang dilakukan oleh Pihak luar terhadap perusahaan,
seperti kecurangan yang dilakukan pelanggan terhadap usaha atau wajib pajak
terhadap pemerintah. Oleh karena itu, setiap fraud dapat di klasifikasikan menurut
Uniform Occuptional Fraud Classification System atau biasa di kenal sebagai
Fraud Tree (Freebuty D, Brown G, 2004)

Terdapat 3 jenis fraud yaitu:

3
1. Penyalahgunaan Aset (Asset Misappropriation)
Aset yang disalahgunakan, yang melibatkan pencurian atau penyalahgunaan
asset organisasi. Penyalahgunaan asset dapat dikategorikan menjadi 2 jenis
yaitu penyimpangan asset berupa kas dan penyimpangan asset berupa
non-kas.
2. Korupsi (Corruption)
Korupsi yaitu menipu secara salah menggunakan pengaruh mereka dalam
transaksi bisnis untuk mendapatkan keuntungan bagi pribadi atau Lembaga,
bertentangan dengan kewajiban mereka kepada atasan mereka atau hak orang
lain.
3. Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud)
Kecurangan Laporan Keuangan dapat didefinisikan sebagai kecurangan yang
dilakukan oleh manajemen dalam bentuk salah saji material Laporan
Keuangan yang merugikan investor dan kreditor. Kecurangan pada laporan
keuangan dapat dikategorikan menjadi dua jenis yaitu Financial dan
non-financial.

2.3 Penyebab Terjadinya Fraud


Pemicu perbuatan fraud pada umumnya merupakan gabungan dari
motivasi dan kesempatan. Motivasi dan kesempatan saling berhubungan. Semakin
besar kebutuhan ekonomi seseorang yang bekerja di suatu organisasi yang
pengendaliannya internnya lemah, maka semakin kuat motivasinya untuk
melakukan fraud. Terdapat beberapa faktor pendorong seseorang untuk
melakukan fraud yaitu sebagai berikut:

a Faktor Generic
Faktor generik yang meliputi opportunity (kesempatan) dan exposure
(pengungkapan) merupakan faktor yang berada pada pengendalian
organisasi. Pada umumnya kesempatan melakukan fraud selalu ada pada
setiap kedudukan, hanya saja adanya kesempatan besar maupun kecil
tergantung kedudukan pelaku menempati kedudukan pada manajemen atau
pegawai biasa.
b Faktor Individu

4
Faktor individu yang meliputi greed (keserakahan) dan need (kebutuhan)
merupakan faktor yang ada pada diri masing-masing individu, dengan arti
berada diluar pengendalian organisasi. Faktor ini terdiri atas dua unsur
yaitu:
1) Greed factor, yaitu moral yang meliputi karakter, kejujuran dan
integritas yang berhubungan dengan keserakahan.
2) Need factor, yaitu motivasi yang berhubungan dengan kebutuhan
seperti terlilit hutang atau bergaya hidup mewah.

2.4 Bentuk Kejahatan Akuntansi


Hakekatnya kejahatan akuntansi bermuara pada pelaporan keuangan yang
menyesatkan bagi penggunanya, termasuk aktivitas yang tidak benar atau ilegal
pada proses pengidentifikasian dan pengukuran transaksi-transaksi keuangan.
Adapun beberapa bentuk kejahatan akuntansi, diantaranya adalah:

1. Manajemen Laba yang Tidak Sah (illegal earnings management)


Manajemen Laba adalah suatu intervensi atas tujuan dalam proses pelaporan
keuangan eksternal yang dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan
pribadi (Schipper, 1989). Manajemen laba terjadi ketika manajer
menggunakan penilaian dalam pelaporan keuangan dan dalam penataan
sanksi untuk mengubah lapora keuangan, untuk menyesatkan stakeholder
tentang kinerja ekonomi perusahaan, atau untuk mempengaruhi hasil
kontraktual yang bergantung pada angka akuntansi yang dilaporkan (Healy
dan Wahlen, 1999). Manajemen laba dapat dikategorikan sebagai kejahatan
akuntansi jika laporan keuangan yang disajikan ditujukan untuk
menyesatkan pengguna laporan keuangan dan mengabaikan atau melanggar
PABU (Prinsip-prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum).
2. Pendapat (opini) Auditor Eksternal yang Tidak Benar
Auditor eksternal diberi wewenang untuk melakukan audit keuangan pada
perusahaan publik. Auditor dianggap melakukan kejahatan jika dalam
menjalankan profesinya mengabaikan atau melanggar Standar Pemeriksaan
Akuntan Publik (SPAP). Salah satu contohnya adalah memberikan pendapat
Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atas laporan keuangan suatu perusahaan
padahal auditor tersebut mengetahui dan menemukan adanya pelanggaran

5
dan kesalahan yang material pada laporan keuangan yang diaudit tersebut.
Hal ini terjadi jika terdapat persekongkolan jahat atau kolusi antara auditor
dengan manajemen perusahaan.
3. Kejahatan Perbankan
Kejahatan akuntansi di perbankan diantaranya dilakukan dengan mengambil
dana nasabah tanpa sepengetahuan nasabah, memanipulasi data nasabah,
memalsukan rekening nasabah dan pemalsuan tanda-tangan nasabah yang
dilakukan oleh pelaku kejahatan. Kejahatan ini termasuk dalam kategori
penggelapan.
4. Kejahatan Akuntansi di Pasar Modal
Kejahatan akuntansi di pasar modal mencakup pelanggaran penyajian
informasi yang tidak benar atau menyesatkan (missleading information).
Hal ini terjadi jika emiten tidak menjalankan kewajiban pelaporan dan
keterbukaan informasi dan isi laporan tersebut mengandung informasi yang
tidak benar atau dapat menyesatkan bagi investor dalam mengambil
keputusan ketika hendak menjual atau membeli saham emiten tersebut.
Kejahatan akuntansi di pasar modal lainnya adalah manipulasi pasar.
Manipulasi pasar ini merupakan modus kejahatan yang menggunakan teknik
dan mekanisme pasar sebagai alat untuk menciptakan pembentukan harga
5. Transaksi dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa
(Related-Party Transactions).
Bentuk pelanggaran ini mencakup transaksi yang material atau dalam
jumlah yang tidak biasa dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa,
yang meliputi (1) penjualan fiktif pada pihak yang memiliki hubungan
istimewa (2) pinjaman kepada atau dari pihak yang memiliki hubungan
istimewa dimana tingkat bunganya lebih rendah dibandingkan pasar (3)
transaksi lainnya dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa dengan
harga yang lebih rendah dibandingkan dengan transaksi normal, dan (4)
pengungkapan yang tidak memadai atas transaksi dengan pihak yang
memiliki hubungan istimewa

6
2.5 Pencegahan Kecurangan
Berikut cara pencegahan yang dapat dilakukan oleh manajemen dan
deteksi yang bisa dilakukan oleh auditor dalam menghadapi suatu kecurangan.
Pencegahan kecurangan pada umumnya adalah aktivitas yang dilaksanakan
manajemen dalam hal penetapan kebijakan, sistem dan prosedur yang membantu
meyakinkan bahwa tindakan yang diperlukan sudah dilakukan dewan komisaris,
manajemen, dan personil lain perusahaan. Maka dari itu, kecurangan yang
mungkin terjadi dapat dicegah dengan cara-cara berikut ini:

a Membangun Pengendalian Internal yang Baik


Pengendalian internal merupakan tanggapan manajemen terhadap risiko
yang diketahui. Salah satu tujuan dari pengendalian internal yakni tujuan
pelaporan keuangan yakni agar laporan keuangan bebas dari salah saji
material. Hal ini berarti, dengan adanya pengendalian internal diharapkan
lapoarn keuangan suatu perusahaan jauh dari adanya kecurangan yang
dilakukan oleh pihak internal peusahaan. Tujuan lain dari adanya
pengendalian internal yakni tujuan kepatuhan terhadap hukum dan
ketentuan perundangundangan. Istilah “internal control” yang digunakan
ISA 315 lebih luas dari kegiatan pengendalian seperti pemisahan tugas,
proses otorisasi, dan rekonsiliasi saldo. Pengendalian internal dalam ISA
315 terdiri atas lima komponen, yakni lingkungan pengendalian, penilaian
risiko, sistem informasi, standar pengendalian, dan pemantauan. Dengan
adanya pengendalian internal yang baik oleh perusahaan, maka risiko
terjadinya kecurangan akan menurun
b Mengefektifkan Kinerja Audit Internal
Beberapaa hal yang harus diperhatikan oleh manajemen agar fungsi internal
audit bisa efektif membantu manajemen dalam melaksanakan tanggung
jawab dengan memeberikan analisa, penilaian, saran dan komitmen
mengenai kegiatan yang diperiksanya adalah sebagai berikut.
1) Departemen internal auditor harus mempunyai kedudukan yang
independen dalam perusahaan. Artinya, ia tidak boleh terlibat dalam
kegiatan operasional perusahaan dan melaporkan kegiatannya kepada
top manajemen.

7
2) Departemen internal auditor harus memiliki uraian tugas secara tertulis,
sehingga setiap auditor mengetahui dengan jelas apa yang menjadi
tugas, wewenang, dan tanggung jawabnya.
3) Auditor internal harus memiliki audit internal manual yang bergna
untuk mencegah terjadinya penyimpangan dan pelaksanaan tugas
4) Departemen audtor internal harus memiliki sumber daya yang
profesional, capable, objective, dan memiliki integritas tinggi
c Mengefektifkan Aktivitas Pengendalian
Efektivitas kegiatan pengendalian yang dimiliki oleh perusahaan dapat
dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya:
1) Review kinerja. Aktivitas pengendalian ini dilakuan dengan mereview
kinerja yang sesungguhnya yang sebelumnya sudah ada dalam
anggaran, prakiraan, dan periode kinerja sebelumnya.
2) Pengendalian fisik. Pengendalian ini dapat mencakup keamanan fisik
aktiva yang dimiliki perusahaan, penjagaan yang memadai atas fasilitas
yang terlindungi dari akses terhadap aktiva dan catatan, otorisasi untuk
akses ke program komputer dan data file, dan juga perhtungan secara
periodik dan pembandingan dengan jumlah yang tercantum dalam
catatan.
3) Pemisahan tugas. Pemisahan tugas dilakukan guna untuk mengurangi
kesempatan bagi seseorang untuk berbuat kecurangan dan sekaligus
menyembunyikan kesalahan atau kecurangan dalam menjalankan
tugasnya. Pemisahan tugasnya misalnya dilakukan pada bagian otorisasi
yang berbeda dengan bagian penyimpanan aktiva dan pencatatan
transaksi.
d Meningkatkan Kultur Organisasi
Kultur perusahaan dapat dicerminkan dari implementasi prinsip-prinsip
GCG (Good Corporate Governance). Pengimplementasian prinsip GCG ini
dapat mendorong kinerja para anggota organisasi untuk bekerja secara
efisien, menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang dapat
menghasilkan timbal balik bagi para pemegang saham atau investir maupun
masyarakat sekitar. Adapun prinsip GCG menurut Saifuddien Hasan, 2000

8
adalah keadilan, transparansi, akuntabilitas, tanggung jawab, moralitas,
kehandalan, dan komtmen.

BAB III

RINGKASAN JURNAL
METODE DETEKSI DAN PENCEGAHAN FRAUD (TINDAKAN
KECURANGAN) PADA INSPEKTORAT DI BALI: PERSEPSI AUDITOR
INTERNAL

Ni Luh Putu Ari Darmayanti; Edy Sujana; Putu Sukma Kurniawan

3.1 Metode Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada Inspektorat di Bali. Tujuan penelitian ini
untuk mengidentifikasi kesadaran auditor akan adanya tindakan kecurangan,
menelaah keberadaan metode deteksi dan pencegahan tindakan kecurangan, dan
untuk menelaah peran konsep Tri Kaya Parisudha dalam mencegah terjadinya
tindakan kecurangan oleh Inspektorat di Bali. Penelitian ini menggunakan
pendekatan deskriptif kualitatif yang dalam pengumpulan data penelitian
menggunakan instrumen kuesioner dan akan dianalisis menggunakan program
SPSS serta melalui wawancara yang digunakan sebagai pendukung hasil
penelitian. Penelitian ini menggunakan data primer yaitu data yang bersumber
dari jawaban responden yang di kumpulkan oleh peneliti.

Populasi dalam penelitian ini adalah auditor internal pemerintah yang


bekerja pada Inspektorat di Bali dengan jumlah 145 orang. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan adalah nonprobability sampling dengan sampling
jenuhdengan mengambil keseluruhan populasi sebagai sampelsehingga jumlah
sampel sebanyak 145 orang. Data didapat dari hasil pengisian kuesioner dianalisis
secara statistik. Skala yang digunakan dalam penyusunan kuesioner penelitian ini
adalah skala likert.

Data yang telah terkumpul terlebih dahulu di uji kualitas data yang dalam
penelitian ini meliputi pengujian validitas dan pengujian reliabilitas. Analisis data

9
dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik deskriptif untuk mengetahui
rata-rata, standar deviasi, maksimum dan juga minimum tiap pernyataan.

3.2 Hasil Penelitian


1. Kesadaran akan Tindakan Kecurangan
Hasil analisis statsistik deskriptif menunjukkan bahwa 96,56% responden
setuju apabila terjadi tindakan kecurangan mereka akan melapor pada
pihak yang berwenang. 96,55% setuju bahwa semua pegawai termasuk
manajemen atas bertanggung jawab untuk mendeteksi dan mencegah
tindakan kecurangan, 82,07% responden setuju bahwa di tempat mereka
bekerja, teknik deteksi dan pencegahan tindakan kecurangan sudah
diperbaiki dalam tiga tahun terakhir. Berdasarkan hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa responden sangat sadar akan pentingnya melaporkan
serta mencegah dan mendeteksi tindakan kecurangan yang terjadi pada
organisasi.
2. Metode Deteksi yang digunakan dan Pencegahan Tindakan
Kecurangan
Metode deteksi dan pencegahan tindakan kecurangan yang paling sering
digunakan adalah audit operasional, review kas, review dan perbaikan
pengendalian internal, menerapkan kebijakan pelaporan fraud, menetapkan
kebijakan kode perilaku/etik, menerapkan kebijakan rotasi pegawai, dan
evaluasi atas pelaksanaan program dan kegiatan.
3. Konsep Tri Kaya Parisudha
Hasil uji statistik deskriptif menunjukkan bahwa rata-rata variabel konsep
Tri Kaya Parisudha berkisar dari 4,07 hingga 4,52. Sebanyak 98,62%
responden setuju bahwa budaya Tri Kaya Parisudha yang menjadi
kepercayaan masyarakat mendukung dalam upaya pendeteksian dan
pencegahan tindakan kecurangan. 84,14% responden setuju bahwa budaya
organisasi mampu mengarahkan perilaku dan sikap pegawai. Berdasarkan
hal tersebut, konsep Tri Kaya Parisudha yang menjadi kepercayaan
masyarakat Bali khususnya masyarakat Hindu yang berisi pedoman
mengenai pikiran, perkataan dan perbuatan yang baik berperan dalam

10
mencegah dan mendeteksi tindakan kecurangan yang terjadi pada
organisasi.

3.3 Kasus Terbaru Fraud di Indonesia


Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Riau menyatakan terungkapnya
kasus hukum oknum pegawai Bank Riau Kepri (BRK) yang terindikasi
melakukan kecurangan atau fraud, dengan nilai kerugian mencapai Rp5 miliar ini
sebagai sebuah musibah yang harus menjadi perhatian khusus manajemen.

Kepala OJK Riau Muhamad Lutfi menilai kasus ini memang membawa
dampak negatif, namun ada juga hikmahnya untuk perbaikan. Sehingga
kedepannya kelemahan sistem bank tersebut dapat diperbaiki dan tidak
menimbulkan masalah yang sama kedepannya. Dia mengakui OJK bersama BRK
juga mengimbau para nasabah lainnya, agar melakukan pengecekan dan
melaporkan apabila mengalami masalah serupa. Langkah ini sebagai upaya
mengetahui apakah masih ada nasabah yang belum sadar telah menjadi korban.

Sampai saat ini manajemen Bank Riau Kepri berkomitmen penuh akan
bertanggungjawab dan akan mengganti semua uang nasabah yang menjadi korban
masalah fraud atau kecurangan tersebut. Manajemen BRK menyatakan tidak akan
pernah kompromi dengan oknum pegawai yang terbukti melakukan fraud.
Direktur Utama Bank Riau Kepri, Andi Buchari mengatakan Bank Riau Kepri
sudah memiliki Sistem internal kontrol dan investigasi fraud yang dapat
mendeteksi dengan baik kasus kecurangan pegawai.

Selanjutnya, dalam rangka penegakan hukum maka BRK melakukan


pelaporan seketika pada kepolisian, untuk memberi peringatan kepada seluruh
pegawai bahwa Bank Riau Kepri menindak tegas pelaku kecurangan. "Penindakan
pelaporan segera dan penahanan pelaku terhadap kasus kecurangan ini adalah
untuk memberi dampak positif dalam rangka konversi BRK menjadi Syariah.
Sehingga ke depan diharapkan dapat mencegah pegawai untuk melakukan fraud,"
kata Andi Buchari.

11
BAB IV

KESIMPULAN

Kecurangan (Fraud) merupakan tindakkan yang disengaja, dirancang


untuk menguntungkan diri sendiri atau kelompok dan merugikan pihak lain.
Pencegahan kecurangan sangat penting dalam menunjang kinerja oraganisasi.
Untuk melihat kinerja organisasi dapat dilihat melalui laporan keuangan. Laporan
keuangan yang berkualitas jika proses akuntansinya terlaksa dengan baik. Dengan
adanya pencegahan kecurangan akuntansi di organisasi, maka pembuatan laporan
keuangan dapat berjalan dengan baik dan efektif karena adanya kebijakan dan
peraturan yang tegas.

Pencegahan kecurangan menggambarkan langkah-langkah untuk


menghindari tindak kecurangan yangterjadi dalam suatu organisasi. Greer
mengilustrasikan ada tiga elemen pemicu fraud yaitu tekanan, kesempatan dan
pembenaran. Untuk mengsukseskan pencegahan kecurangan yaitu dengan cara
menghilangkan salah satu elemen yaitu elemen fraud triangle Enofe, et al (2016).
Kecurang diharapkan dapat diminimalisir sehingga laporan keuangan yang
disajikan dapat sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, tidak terdapat
penyalahgunaan asset, dan korupsi.

12
DAFTAR PUSTAKA

Harahap, J. P. (2021). Analisis Pencegahan Kecurangan Akuntansi dalam


Mengelola Dana Desa pada Desa Melati li. Jurnal Riset Akuntansi dan
Bisnis Vol 21, No1 (2021), 21, 32-45.
Nelcie Valensya Mussa, S. G. (2020). Pencegahan Kecurangan (Fraud)Pada
Perusahan Umum. Kupna Jurnal; Kumpulan Artikel AkuntansiVolume 1,
Nomor 1, 1, 41-50.
Ni Luh Putu Ari Darmayanti, E. S. (2018). METODE DETEKSI DAN
PENCEGAHAN FRAUD (TINDAKAN KECURANGAN) PADA
INSPEKTORAT DI BALI: PERSEPSI AUDITOR INTERNAL. JIMAT
(Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi) Universitas Pendidikan Ganesha
Vol: 9 No: 1 Tahun 2018, 9, 23-34.

13

Anda mungkin juga menyukai