Anda di halaman 1dari 5

UNIVERSITAS TRISAKTI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM S1 AKUNTANSI

FRAUD AND FORENSIC AUDIT

“Fraudulent Financial Statement


(Kecurangan Laporan Keuangan)”
(BAB 2)

Disusun oleh:
Kelompok 2
Anggota:
1. Gita Suryandari (023002004506)
2. Adetya Maharani (023002004507)
3. Fyfhy (023002004509)
4. Kurnia Zailastri (023002004531)

TAHUN PELAJARAN 2020/2021


Fraudulent Financial Statement (Kecurangan Laporan Keuangan)

Dalam akuntansi, dikenal dua jenis kesalahan yaitu kekeliruan (error) yang mengandung
unsur ketidaksengajaan dan kecurangan (fraud) yang bisanya memang disengaja untuk
menaikkan harga saham perusahaan. Kecurangan Laporan Keuangan atau Fraudulent
Financial Reporting adalah salah saji atau pengabaian jumlah dan pengungkapan yang disengaja
dengan maksud menipu para pemakai laporan keuangan. Kecurangan ini biasanya terjadi ketika
sebuah perusahaan melaporkan lebih tinggi dari yang sebenarnya (overstates) terhadap asset atau
pendapatan, atau ketika perusahaan melaporkan lebih rendah dari yang sebenarnya (understates)
terhadap kewajiban dan beban. Kecurangan laporan keuangan dilakukan oleh siapa saja pada
level apa pun dan siapa pun yang memiliki kesempatan.
Menurut Sihombing (2014) urutan keterlibatan pelaku dijelaskan sebagai berikut, Senior
manajemen (CEO, CFO, dan lain-lain). CEO terlibat fraud pada tingkat 72%, sedangkan CFO
pada tingkat 43 %. Karyawan tingkat menengah dan tingkat rendah. Mereka dapat melakukan
kecurangan pada laporan keuangan untuk melindungi kinerja mereka yang buruk atau untuk
mendapatkan bonus berdasarkan hasil kinerja yang lebih tinggi. Menurut Wells et al (2011)
kecurangan adalah “ Fraud is criminal deception intended to financially benefit the deceiver”
yaitu kecurangan adalah penipuan kriminal yang bermaksud untuk memberi manfaat keuangan
kepada si penipu.
Menurut Wells et al (2011) kecurangan laporan keuangan mencakup beberapa modus, antara
lain:
1. Pemalsuan, pengubahan, atau manipulasi catatan keuangan (financial record), dokumen
pendukung atau transaksi bisnis.
2. Penghilangan yang disengaja atas peristiwa, transaksi, akun, atau informasi signifikan
lainnya sebagai sumber dari penyajian laporan keuangan.

3. Penerapan yang salah dan disengaja terhadap prinsip akuntansi, kebijakan, dan prosedur
yang digunakan untuk mengukur, mengakui, melaporkan dan mengungkapkan peristiwa
ekonomi dan transaksi bisnis.

4. Penghilangan yang disengaja terhadap informasi yang seharusnya disajikan dan


diungkapkan menyangkut prinsip dan kebijakan akuntansi yang digunakan dalam membuat
laporan keuangan (Rezaee, 2002).
Kecurangan dibagi dalam tiga kelompok sebagai berikut :
 Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud). Kecurangan Laporan
Keuangan dapat didefinisikan sebagai kecurangan yang dilakukan oleh manajemen dalam
bentuk salah saji material Laporan Keuangan yang merugikan investor dan kreditor.
Kecurangan ini dapat bersifat financial atau kecurangan non financial.
 Penyalahgunaan aset (Asset Misappropriation). Penyalahagunaan aset dapat digolongkan
ke dalam „Kecurangan Kas‟ dan „Kecurangan atas Persediaan dan Aset Lainnya‟, serta
pengeluaran-pengeluaran biaya secara curang (fraudulentdisbursement).
 Korupsi (Corruption). Korupsi dalam konteks pembahasan ini adalah korupsi
menurut ACFE, bukannya pengertian korupsi menurut UU Pemberantasan TPK di
Indonesia. Menurut ACFE, korupsi terbagi ke dalam pertentangan kepentingan (conflict of
interest), suap (bribery), pemberian illegal (illegal gratuity), dan pemerasan (economic
extortion).

Pada dasarnya kecurangan sering terjadi pada suatu suatu entitas apabila :
1. Pengendalian intern tidak ada atau lemah atau dilakukan dengan longgar dan tidak efektif.

2. Pegawai dipekerjakan tanpa memikirkan kejujuran dan integritas mereka.

3. Pegawai diatur, dieksploitasi dengan tidak baik, disalahgunakan atau ditempatkan dengan
tekanan yang besar untuk mencapai sasaran dan tujuan keuangan yang mengarah tindakan
kecurangan.

4. Model manajemen sendiri melakukan kecurangan, tidak efsien dan atau tidak efektif serta
tidak taat terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.

5. Pegawai yang dipercaya memiliki masalah pribadi yang tidak dapat dipecahkan, biasanya
masalah keuangan, kebutuhan kesehatan keluarga, gaya hidup yang berlebihan.

6. Industri dimana perusahaan menjadi bagiannya, memiliki sejarah atau tradisi kecurangan.

Salah satu kasus fraud audit yang paling sering ditemui adalah earning management
(manajemen laba) dan income smoothing (perataan laba). Earning management adalah tindakan
untuk memenuhi target laba yang dilakukan oleh para manajemen secara disengaja. Income
smoothing adalah suatu tindakan manajemen laba yang disengaja dengan memindahkan pos-pos
beban dan pendapatan ke dalam beberapa periode yang bertujuan untuk mengurangi fluktuasi
laba. Sebagai contoh manajemen melebih sajikan pendapatan dengan cara melebih sajikan aset
dan mengakui pendapatan secara tidak tepat.
Setiap usaha untuk mencegah kecurangan atas laporan keuangan harus fokus pada tiga faktor
sebagai berikut:

1. Mengurangi tekanan situational yang mendorong terjadinya kecurangan


a. Hindari penetapan tujuan keuangan yang tidak mungkin dicapai.
b. Hilangkan tekanan yang berasal eksternal yang mungkin dapat menggoda staf akuntansi
untuk menyiapkan kejahatan terhadap laporan keuangan.
c. Pengendalian modal kerja, kelebihan volume produksi, atau pengendaiian terhadap
inventaris.
d. Menetapkan dengan jelas dan prosedur akuntansi yang seragam tanpa adanya klausul
pengecualian.
2. Mengurangi peluang untuk melakukan kecurangan.
a. Menjaga keakuratan dan kelengkapan catatan akuntansi internal.
b. Hati-hati dalam memonitor transaksi bisnis dan hubungan yang bersifat pribadi dari
pemasok, pembeli, agen pembelian, perwakilan penjualan, dan pihak lain-lain yang
berhubungan dalam bertransaksi diantara unit-unit keuangan.
c. Menetapkan sebuah sistem keamanan yang bersifat fisik untuk memastikan aset
perusahaan, termasuk barang jadi, uang tunai, peralatan modal, peralatan, dan barang-
barang lainnya yang berharga.
d. Pembagian fungsi penting diantara karyawan, memisahkan adanya pengendalian penuh
yang berada pada satu orang.
e. Menjaga keakuratan catatan pegawai termasuk memeriksa latar belakang pada karyawan
baru.
f. Mendorong pengawasan yang kuat dan hubungan kepemimpinan yang kuat dalam
kelompok untuk menjamin penegakan prosedur akuntansi.

3. Mengurangi rasionalisasi dari adanya kecurangan untuk memperkuat integritas karyawan.

a. Para manajer harus mempromosikan kejujuran dengan memberikan contoh. Tindakan


tidak Jujur oleh manajemen, bahkan ~jika mereka akan diarahkan pada sasaran di luar
organisasi, menciptakan lingkungan yang tidak jujur dapat digunakan untuk
merasionalisasikan kegiatan bisnis yang tidak sah lainnya oleh karyawan atau pihak
eksternal.
b. Perilaku jujur dan tidak jujur harus didefinisikan dalam kebijakan perusahaan. Kebijakan
akuntansi oleh Organisasi harus berkaitan dengan prosedur akuntansi yang dapat
dipertanyakan atau bersifat controversial.
c. Konsekuensi terhadap pelanggaran aturan dan ketentuan untuk hukuman dari pelaku
kecurangan harus tertulis dengan jelas dan dikomunikasikan

Anda mungkin juga menyukai