Anda di halaman 1dari 11

Pencegahan dan

Deteksi Fraud
Oleh Kelompok 4:
Baiq Muslihatin (A1C016030)
Sri Devi Octaviani (A1C01124)
Ria Riska Setiawati (A1C016132)
Pengertian Fraud (Kecurangan)
G. Jack Bologna, Robert J. Lindquist dan Joseph T. Wells
mendefinisikan kecurangan “Fraud is criminal deception intended to
financially benefit the deceiver ( 1993,hal 3 )” yaitu kecurangan adalah
penipuan kriminal yang bermaksud untuk memberi manfaat keuangan
kepada si penipu. Kriminal di sini berarti setiap tindakan kesalahan
serius yang dilakukan dengan maksud jahat.
Biasanya kecurangan mencakup tiga langkah yaitu
1. Tindakan/ the act.,
2. Penyembunyian/ the concealment dan
3. Konversi/ the conversion
Tipe Kecurangan
Pada dasarnya terdapat dua tipe kecurangan, yaitu:
1. Kecurangan eksternal adalah kecurangan yang
dilakukan oleh pihak luar terhadap suatu
perusahaan/entitas.
2. Kecurangan internal adalah tindakan tidak legal
dari karyawan, manajer dan eksekutif terhadap
perusahaan tempat ia bekerja.
Association of Certified Fraud Examinations (ACFE- 2000), salah satu asosiasi di
USA yang mendarmabaktikan kegiatannya dalam pencegahan dan pemberantasan
kecurangan, mengkategorikan kecurangan dalam tiga kelompok sebagai berikut:
a. Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud),
Kecurangan Laporan Keuangan yaitu kecurangan yang dilakukan oleh manajemen
dalam bentuk salah saji material Laporan Keuangan yang merugikan investor dan
kreditor.
b. Penyalahgunaan aset (Asset Misappropriation),
Penyalahgunaan aset dapat digolongkan ke dalam ‘Kecurangan Kas’ dan ‘Kecurangan
atas Persediaan dan Aset Lainnya’, serta pengeluaran-pengeluaran biaya secara
curang (fraudulent disbursement).
c. Korupsi (Corruption),
Korupsi dalam konteks pembahasan ini adalah korupsi menurut ACFE, bukannya
pengertian korupsi menurut UU Pemberantasan TPK di Indonesia. Menurut
ACFE, korupsi terbagi ke dalam pertentangan kepentingan (conflict of
interest), suap (bribery), pemberian illegal (illegal gratuity), dan pemerasan
(economic extortion).
Penyebab Fraud
Pada dasarnya kecurangan sering terjadi pada suatu suatu entitas apabila :
a. Pengendalian intern tidak ada atau lemah atau dilakukan dengan longgar dan tidak
efektif.
b. Pegawai dipekerjakan tanpa memikirkan kejujuran dan integritas mereka.
c. Pegawai diatur, dieksploitasi dengan tidak baik, disalahgunakan atau ditempatkan
dengan tekanan yang besar untuk mencapai sasaran dan tujuan keuangan yang mengarah
tindakan kecurangan.
d. Model manajemen sendiri melakukan kecurangan, tidak efisien dan atau tidak efektif
serta tidak taat terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
e. Pegawai yang dipercaya memiliki masalah pribadi yang tidak dapat dipecahkan , biasanya
masalah keuangan, kebutuhan kesehatan keluarga, gaya hidup yang berlebihan.
f. Industri dimana perusahaan menjadi bagiannya, memiliki sejarah atau tradisi
kecurangan
Pencegahan Fraud
Pencegahan kecurangan pada umumnya adalah aktivitas
yang dilaksanakan manajemen dalam hal penetapan
kebijakan, sistem dan prosedur yang membantu
meyakinkan bahwa tindakan yang diperlukan sudah
dilakukan dewan komisaris, manajemen, dan personil
lain perusahaan untuk dapat memberikan keyakinan
memadai dalam mencapai 3 tujuan pokok yaitu ;
keandalan pelaporan keuangan, efektivitas dan
efisiensi operasi serta kepatuhan terhadap hukum &
peraturan yang berlaku. ( COSO: 1992)
Lanjutan…
Kecurangan yang mungkin terjadi harus dicegah dengan cara –cara
berikut :
1. Membangun struktur pengendalian internal yang baik
2. Mengefektifkan aktivitas pengendalian
3. Meningkatkan kultur organisasi
4. Mengefektifkan fungsi internal audit
DETEKSI FRAUD
Dalam buku Bastian Indra dijelaskan bahwa indikasi fraud dapat dikenali atau
dideteksi dengan tanda-tanda sebagai berikut :
a. Gejala dari bukti transaksi. Adanya dokumen sumber transaksi yang hilang,
piutang yang telah melewati tanggal jatuh tempo, pembayaran dengan bukti
transaksi salinan.
b. Gejala SPI Tidak ada pemisahan tugas dan fungsi, kurangnya pengamanan aset
strategis, tidak adanya pengecekan jumlah aset, tidak memadai sistem
akuntansi, mengabaikan prosedur atau pengendalian internal yang dibuat.
c. Gaya hidup pegawai terkesan mewah, dan perilaku yang tidak biasa.
d. Adanya pengaduan atau komplain
Selain itu ACFE juga memberikan gambaran secara garis besar
pendeteksian kecurangan berdasar penggolongan kecurangannya yaitu:
1. Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud).
Kecurangan dalam penyajian laporan keuangan umumnya dapat
dideteksi melalui analisis laporan keuangan sebagai berikut:
a. Analisis vertikal, yaitu teknik yang digunakan untuk menganalisis
hubungan antara item-item dalam laporan laba rugi, neraca, atau
laporan arus kas dengan menggambarkannya dalam persentase.
b. Analisis horizontal, yaitu teknik untuk menganalisis persentase
persentase perubahan item laporan keuangan selama beberapa
periode laporan.
c. Analisis rasio, yaitu alat untuk mengukur hubungan antara nilai-nilai
item dalam laporan keuangan.
Lanjutan…
2. Asset Misappropriation (Penyalahgunaan aset).
Adapun teknik yang bisa digunakan untuk mendeteksi penyalahgunaan aset ini adalah:
a. Analytical review
Suatu review atas berbagai akun yang mungkin menunjukkan ketidakbiasaan atau
kegiatan-kegiatan yang tidak diharapkan.
b. Vendor or outsider complaints
Komplain / keluhan dari konsumen, pemasok, atau pihak lain merupakan alat deteksi
yang baik yang dapat mengarahkan auditor untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.
c. Site visit observation.
Observasi ke lokasi biasanya dapat mengungkapkan ada tidaknya pengendalian intern di
lokasi-lokasi tersebut.
Lanjutan…
3. Corruption (Korupsi)
Sebagian besar kecurangan ini dapat dideteksi melalui keluhan
dari rekan kerja yang jujur, laporan dari rekan, atau pemasok
yang tidak puas dan menyampaikan komplain ke perusahaan.
Atas sangkaan terjadinya kecurangan ini kemudian dilakukan
analisis terhadap tersangka atau transaksinya. Pendeteksian
atas kecurangan ini dapat dilihat dari karakteristik si penerima
maupun si pemberi.

Anda mungkin juga menyukai