NIM : 180420024
a. Fraud dapat didefinisikan sebagai suatu penyimpangan atau perbuatan melanggar hukum
(Ilegal Acts) yang dilakukan dengan sengaja, untuk tujuan tertentu, misalnya menipu atau
memberikan gambaran yang keliru (Mislead ) untuk keuntungan pribadi/kelompok secara
tidak Fair, baik secara langsung maupun tidak langsung merugikan pihak lain.
Fraud auditing atau audit kecurangan adalah upaya untuk mendeteksi dan mencegah
kecurangan dalam transaksi-transaksi komersial. Untuk dapat melakukan audit kecurangan
terhadap pembukuan dan transaksi komersial memerlukan gabungan dua keterampilan,
yaitu sebagai auditor yang terlatih dan kriminal investigator.
Sumber : Konsep dan Teori Pemeriksaan Akuntansi oleh Akuntan Publik Oleh Ira Hasti
Priyadi, M.A
b. Sebagai suatu konsep hukum yang luas, kecurangan merupakan setiap tindak
ketidakjujuran yang disengaja untuk merampas hak atau kepemilikan orang atau pihak
lain. Dalam konteks audit atas laporan keuangan, kecurangan didefinisikan sebagai
salah saji dalam laporan keuangan yang dilakukan dengan sengaja. Dua kategori
kecurangan adalah kecurangan dalam laporan keuangan dan penyalahgunaan aset.
Kecurangan dalam laporan keuangan adalah salah saji atau penghapusan terhadap
jumlah ataupun pengungkapan yang sengaja dilakukan dengan tujuan untuk mengelabui
para penggunanya. Sebagian besar kasus melibatkan salah saji terhadap jumlah yang
dilaporkan dibandingkan terhadap pengungkapan.
Sumber : (Generally Accepted Auditing Standard (GAAS) Guide (2006:63).
c. J.S.R. Venables dan KW Impey dalam buku “Internal Audit” (1988, hal 424)
mengemukakan kecurangan terjadi karena :
A. Penyebab Utama
Penyembunyian (concealment). Kesempatan tidak terdeteksi. Pelaku perlu menilai
kemungkinan dari deteksi dan hukuman sebagai akibatnya.
1. Kesempatan / peluang (opportunity). Pelaku perlu berada pada tempat yang tepat,
waktu yang tepat, agar dapat mendapatkan keuntungan atas kelemahan khusus
dalam sistem dan juga menghindari deteksi.
2. Motivasi (motivation). Pelaku membutuhkan motivasi untuk melakukan aktivitas
demikian, suatu kebutuhan pribadi seperti ketamakan/ kelobaan/ kerakusan dan
motivator yang lain.
3. Daya tarik (attraction). Sasaran dari kecurangan yang dipertimbangkan perlu
menarik bagi pelaku.
4. Keberhasilan (success). Pelaku perlu menilai peluang berhasil, yang dapat diukur
baik menghindari penuntutan atau deteksi.
B. Penyebab-penyebab Sekunder
1. “ A Perk “. Kurang pengendalian, mengambil keuntungan aktiva organisasi
dipertimbangkan sebagai suatu tunjangan karyawan.
2. Hubungan antara pemberi kerja/pekerja yang jelek. Yaitu saling kepercayaan dan
penghargaan telah gagal. Pelaku dapat mengemukakan alasan bahwa kecurangan
hanya merupakan kewajibannya.
3. Pembalasan dendam (revenge). Ketidaksukaan yang hebat terhadap organisasi
dapat mengakibatkan pelaku berusaha merugikan organisasi tersebut.
4. Tantangan (challenge). Karyawan yang bosan dengan lingkungan kerja mereka
dapat mencari stimulasi dengan berusaha untuk “memukul sistem”, sehingga
mendapatkan suatu arti pencapaian (a sense of achievement), atau pembebasan
frustasi (relief of frustration).
Disarikan dari buku: Audit Manajemen Kontemporer, Penulis: Drs. Amin Widjaja
Tunggal, AK. MBA., Halaman: 304-305.