A. MENCEGAH FRAUD
Menghilangkan atau menekan need dan greed yang mengawali terjadinya fraud dilakukan sejak
menerima seseorang (recruitment process), meskipun kita tahu bahwa proses itu bukan jaminan
penuh. Ini terus ditanamkan melalui fraud awareness dan contoh-contoh yang diberikan
pemimpin perusahaan atau lembaga. Contoh yang diberikan atasan telah terbukti merupakan
unsur pencegah yang penting. Unsur by opportunity dalam ungkapan di atas biasanya ditekan
oleh pengendalian intern.
1. Internal Control
Davia et al. Mengingatkan kita untuk meyakinkan apa yang dimaksud dengan
pengendalian intern, ketika orang menggunakannya dalam percakapan sehari-hari.
Mereka mencatat sedikitnya empat definisi pengendalian intern sebagai berikut.
a. Definisi 1 (sebelum September 1992) yaitu Kondisi yang diinginkan, atau merupakan
hasil, dari berbagai proses yang dilaksanakan suatu entitas untuk mencegah (prevent)
dan menimbulkan efek jera (deter) terhadap fraud.
b. Definisi 2 (sesudah September 1992), yaitu suatu proses yang dirancang untuk dan
direncanakan oleh dewan, manajemen, dan pegawai untuk memberikan kepastian
yang memadai dalam mencapaikegatan usaha yang efektif dan efisien, keandalan
keuangan, dan kepatuhan terhadap undang-undang dan peraturan lainnya yang
relavan. (definisi COSO)
c. Definisi 3 (AICPA 1988), yaitu untuk tujuan audit saldo laporan keuangan, struktur
pengendalian intern suatu entitas terdiri atas tiga unsur: lingkungan pengendalian,
sistem akuntansi, dan prosedur-prosedur pengendalian. (SAS No. 53)
d. Definisi 4 (khusus untuk mencegah fraud), yaitu suatu sistem dengan proses dan
prosedur yang bertujuan khusus dirancang dan silaksanakan untuk tujuan utama,
kalau bukan satu-satunya tujuan, untuk mencegah dan menghalangi (dengan membuat
jera) terjadi fraud
6. Gejala Gunung Es
Davia et al. mengelompokkan fraud dalam tiga kelompok sebagai berikut.
a. Fraud yang sudah ada tuntutan hukumnya (prosecution), tanpa memperhatikan
keputusan pengadilan.
b. Fraud yang ditemukan, tetapi belum ada tuntutan hukum.
c. Fraud yang belum ditemukan. Davia et al. memperkirakan bahwa dari fraud
universe, Kelompok I hanyalah 20%, sedangkan kelompok II dan III, masing-masing
40%. Kesimpulannya, Lebih banyak yang tidak kita ketahui daripada yang kita
ketahui tentang fraud. Hal yang lebih gawat lagi, fraud ditemukan secara kebetulan.
Mereka tidak bisa, karenanya tidak boleh, memberikan jaminan bahwa mereka bias
menemukan fraud. Fraud dapat atau tidak dideteksi tergantung dari keahlian dan
jangka waktu pelaksanaan audit. Hal ini tentu saja berpengaruh kepada fee yang
dibayarkan pula.
Seluruh pekerjaan didasarkan pada standar audit. Di Indonesia standar yang
digunakan adalah SPAP atau SPKN untuk keuangan Negara.
Jumlah fee bergantung pada luasnya upaya pemeriksaan yang ditetapkan klien.
Praktisi bersedia memperluas jasanya dari tahap proactive review ke tahap
pendalaman/investigative apabila ada indikasi terjadinya fraud.
Ada bermacam-macam teknik audit investigative untuk mengungkap fraud, antara lain:
a. Penggunaan teknik-teknik audit yang dilakukan oleh internal maupun eksternal auditor
dalam mengaudit laporan keuangan.
b. Pemanfaatan teknik audit investigative dalam kejahatan terorganisir dan penyelundupan
pajak penghasilan, yang juga dapat diterapkan terhadap data kekayaan pejabat Negara
c. Penelusuran jejak-jejak uang
d. Penerapan analisis dalam bidang hukum
e. Penggunaan teknik audit investigative untuk mengungkap fraud pengadaan barang
f. Penggunaan computer forensic
g. Penggunaan teknik interogasi
h. Penggunaan teknik penyamaran
i. Pemanfaatan whistleblower
D. PROFILING FRAUD
Profiling merupakan upaya untuk mengidentifikasi profil, dalam bahasa Inggris disebut
profiling. Profiling dalam memberantas kejahatan bukanlah upaya yang baru.
Menurut Manning :
1. Mereka menyepelekan dan tidak menganggap penegak hukum sebagai abdi
masyarakat.
2. Mereka menciptakan "mata uang bawah tanah" (underground currency) dengan
mempertukarkan komoditas.
3. Mereka menyelenggarakan "perkumpulan simpan pinjam" yang sangat informal.
4. Kebanyakan orang Asia yakin bahwa setiap pejabat mempunyai harga, setiap
pejabat dapat dibeli. Suap sangat biasa di Asia. Merupakan way of life yang
mereka anggap sekedar pajak tambahan.
Peringatan dari Manning ini mengingatkan penulis pada beberapa kebijakan KPK
yang merupakan kewajiban bagi pimpinan KPK, yakni:
Menolak dibayari makan, biaya akomodasi dan bentuk kesenangan lain oleh siapapun.
Memberitahukan kepada Pimpinan lain mengenai keluarga, kawan dan pihak lain yang
secara intensif masih berkomunikasi.