Anda di halaman 1dari 9

AKUNTANSI FORENSIK

“FUNGSI INTERNAL CONTROL KAITANYA DENGAN FRAUD,


PENCEGAHAN FRAUD SERTA BAGAIMANA FRAUD DIDETEKSI”

Oleh Kelompok 6

Ni Komang Nova Desi Antari (19/1802622010355)


Ni Nyoman Triska Wahyuni (24/1802622010360)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MAHASARSWATI DENPASAR
2021
PEMBAHASAN

1) MENGETAHUI FRAUD MELALUI FENOMENA GUNUNG ES


Meskipun belum ada penelitian mengenai besarnya fraud (termasuk korupsi) di
Indonesia sukar untuk menyebutkan suatu angka yang handal. Tetapi penelitian yang
dilakukan diluar negeri (dengan sampling) mengindikasikan bahwa fraud yang terungkap,
sekalipun secara absolute besar, namun dibandingkan dengan seluruh fraud yang sebenarnya
terjadi, relative kecil. Inilah gejala gunung es.
Davia et al. dalam tuanakotta (2010:272) mengelompokan fraud dalam tiga kelompok
sebagai berikut:
a) Fraud yang sudah ada tuntutan hukum (prosecution), tanpa memperhatikan bagaimana
keputusan pengadilan.
b) Fraud yang ditemukan, tetapi belum ada tuntutan hukum.
c) Fraud yang belum ditemukan.
Yang bisa diketahui khalayak ramai adalah fraud dalam kelompok I. Dengan dibukanya
kepada umum laporan-laporan hasil pemeriksaan BPK, kelompok II juga bisa diketahui.
Namun khusus untuk fraud yang berupa tindak pidana (korupsi misalnya), hasil pemeriksaan
tersebut masih berupa indikasi. Kalau sudah lebih konkrit sekalipun, itu adalah khusus kasus-
kasus yang berkenaan dengan keuangan Negara.
Fraud dalam kelompok II lebih sulit lagi diketahui karena adanya lembaga
perlindungan hukum yang sering dimanfaatkan tertuduh, yakni pencemaran nama baik
(slander dan libel).
Apalagi fraud dalam kelompok III, tertutup rapat, hanya diketahui Tuhan dan
pelakunya. Cleh karena itu, tidak mungkin kita dapat menjawab besar besaran yang
berhubungan dengan fraud secara keseluruhan yang sesungguhnya terjadi (fraud universe)
seperti berikut:
a) Berapa di antara fraud universe yang sudah ditemukan?
b) Berapa dari fraud universe yang sudah ditemukan juga sudah ada tuntutan hukum?
c) Berapa dari fraud universe yang belum ditemukan?
d) Apakah fraud dalam Kelompok II dan III serupa atau sama sifatnya seperti fraud dalam
Kelompok I? Ataukah “lebih gawať"?
e) Apakah kita (perusahaan, negara, Lembaga lembaga) perlu meningkatkan pencegahan
dan deteksi (penemuan) fraud?
Davia et al. memperkirakan bahwa dari fraud universe, Kelompok I hanyalah 20%,
sedangkan Kelompok I dan III masing-masing 40%. Kesimpulannya lebih banyak yang tidak
kita ketahui daripada yang kita ketahui tentang fraud. Yang lebih gawat lagi, fraud ditemukan
secara kebetulan.
Tidak jarang, indikasi-indikasi fraud yang dikaji lebih dalam pada investigasi akhirnya
diputuskan tidak terjadi fraud, padahal sesungguhnya fraud sudah terjadi. Kasus-kasus
semacam ini sering dialami pada waktu indikasi fraud ditemukan oleh suatu tim,
diinvestigasi oleh tim lain.
Akan tetapi ada yang lebih gawat, kalau persentase fraud dari setiap kelompok tadi
benar. Kalau statistik itu benar, ini berarti pengetahuan atau awareness kita mengenai fraud
cukup rendah. Ketika kita membanggakan telah menemukan fraud berukuran miliaran
bahkan triliunan rupiah, di luar sana ada pelaku (yang belum ketahuan) menertawakan pada
investigator menyedihkan dari gejala gunung es.

2) MEMAHAMI PENCEGAHAN FRAUD MELALUI PENGENDALIAN INTERNAL


Pengendalian intern atau internal control mengalami perkembangan dalam pemikiran
dan praktiknya. Oleh karena itu, Davia et al. Mengingatkan kita untuk meyakinkan apa yang
dimaksud dengan pengendalian intern, ketika orang menggunakannya dalam percakapan
sehari-hari. Mereka mencatat sedikitnya empat definisi pengendalian intern sebagai berikut.
a) Definisi 1 (sebelum September 1992) yaitu Kondisi yang diinginkan, atau merupakan
hasil, dari berbagai proses yang dilaksanakan suatu entitas untuk mencegah (prevent) dan
menimbulkan efek jera (deter) terhadap fraud.
b) Definisi 2 (sesudah September 1992), yaitu suatu proses yang dirancang untuk dan
direncanakan oleh dewan, manajemen, dan pegawai untuk memberikan kepastian yang
memadai dalam mencapai kegatan usaha yang efektif dan efisien, keandalan keuangan,
dan kepatuhan terhadap undang-undang dan peraturan lainnya yang relavan. (definisi
COSO).
c) Definisi 3 (AICPA 1988), yaitu untuk tujuan audit saldo laporan keuangan, struktur
pengendalian intern suatu entitas terdiri atas tiga unsur: lingkungan pengendalian, sistem
akuntansi, dan prosedur-prosedur pengendalian. (SAS No. 53)
d) Definisi 4 (khusus untuk mencegah fraud), yaitu suatu sistem dengan proses dan prosedur
yang bertujuan khusus dirancang dan silaksanakan untuk tujuan utama, kalau bukan satu-
satunya tujuan, untuk mencegah dan menghalangi (dengan membuat jera) terjadi fraud.
Fraud-Specific Internal Control
Perusahaan besar berkebutuhan yang berbeda dari yang kecil. Perusahaan go publik
berbeda dari yang tertutup. Terlepas dari perbedaan antar-perusahaan, dasar-dasar utama dari
desain pengendalian intern untuk mengangani fraud banyak kesamaannya. Dasar-dasar utama
inilah yang akan dibahas. Semua pengendalian dapat digolongkan dalam pengendalian intern
aktif dan pengendalian intern pasif. Kata kunci untuk pengendalian intern aktif adalah to
prevent, mencegah. Kata kunci untuk pengendalian pasif adalah to deter, mencegah karena
konsekuensinya terlalu besar, membuat jera.
Pengendalian Intern Aktif
Pengendalian Intern Aktif Pengendalian yang membatasi, menghalangi, atau menutup
akses si calon pelaku fraud. Sarana-sarana yang digunakan antara lain tanda tangan, tanda
tangan kaunter (caountersigning), password atau PIN, pemisahan tugas, pengendalian aset
secara fisik, pengendalian persediaan secara real time, pagar, gembok, tembok dan semua
bangunan pengahalang fisik, pencocokan dokumen, dan formulir yang sudah dicetak
nomornya.
Kelemahan Pengendalian Intern Aktif
a) Kelemahan manusia merupakan musuh utama pengendalian internal aktif
b) Sangat rawan invasi (ditembus) pelaku fraud
c) Biayanya mahal Banyak unsur pengendalian intern aktif yang menghambat pelayanan
Pengendalian Intern Pasif
Pengendalian yang tidak menampakkan adanya pengamanan, namun ada peredaman
yang membuat pelanggar atau pelaku fraud akan jera.
Sarana-sarana yang digunakan: pengendalian yang khas untuk masalah yang dihadapi
(customized control), jejak audit (audit trails), audit yang fokus (focused audits), pengintaian
atas kegiatan utama (survillance of key activities), pemindahan tugas (rotation of key
personel).
Kesimpulan Pengendalian Intern Pasif
a) Tidak mahal.
b) Tidak tergantung pada manusia, tidak people dependent.
c) Tidak memengaruhi produktifitas, tidak menghambat pelayanan.
d) Tidak rawan untuk ditembus atau disusupi pelaku fraud.

3) MENGENALKAN STANDAR AUDIT UNTUK MENEMUKAN FRAUD


Kalau auditor independen bekerja tanpa standar audit, ia menempatkan dirinya dalam
posisi yang sangat lemah. Terutama ketika ia memberikan audit yang diharapkan
menemukan fraud. Maka diperlukan fraud-specific examination. Para praktisi harus tahu apa
yang mereka harapkan dari standar untuk pemeriksaan yang secara spesifik ditujukan untuk
menemukan fraud. Sekurang-kurangnya para praktisi harus menyadari hal-hal berikut:
a) Mereka tidak bisa memberikan jaminan bahwa mereka bisa menemukan fraud. Klien
dapat membatasi upaya menemukan fraud di atas jumlah tertentu dengan pengertian
bahwa potensi menemukan fraud ini tergantung kepada waktu dan keahlian yang
digunakan.
b) Seluruh pekerjaan didasarkan atas standar audit
c) Jumlah fee bergantung pada luasnya upaya pemeriksaan yang ditetapkan klien
d) Praktisi bersedia untuk memperluas jasanya dari tahap proactive review ke tahap
pendalaman apabila ada indikasi terjadinya fraud. Tentunya dengan tambahan fee.

4) AUDIT UMUM DAN PEMERIKSAAN FRAUD


Masih banyak orang beranggapan bahwa suatu perusahaan atau instansi pemerintah
yang telah djaudit/diperiksa laporan keuangannya maka otomatis akan terbebas dari fraud.
Padahal terdapat perbedaan antara audit secara umum dengan pemeriksaan fraud yang
tergambar pada tabel berikut ini:

Permasalahan Auditing Fraud Examination


Recurring Non-recurring
Timing Audit dilakukan secara teratur, Pemeriksaan fraud hanya dilakukan
berkala dan berulang kembali ketika timbul indikasi
Spesific
General
Pemeriksaan fraud difokuskan pada
Scope Lingkupnya adalah pemeriksaan
dugaan, tuduhan dan sangkaan yang
umum atas data keuangan
spesifik
Opinion Affix blame
Tujuannya memberikan opini Tujuannya untuk memastikan apakah
Objective
atas kewajaran laporan fraud benar-benar terjadi
keuangan dan siapa yang bertanggungjawab
Adversarial
Non-adversarial
Relationship Karena harus menentukan siapa yang
Sifatnya tidak bermusuhan
bersalah maka sifatnya bermusuhan
Audit techniques Fraud examination techniques
Dilakukan terutama yang Dilakukan dengan memeriksan
Methodology
menyangkut masalah data dokumen, telaah data eksternal dan
keuangan wawancara
Proof
Professional skepticism
Pemeriksa fraud berupaya
Auditor melaksanakan tugasnya
Presumption mengumpulkan bukti untuk
dengan berdasarkan skeptic
mendukung atau membantah dugaan,
secara profesional
tuduhan atau sangkaan

5) TEKNIK PEMERIKSAAN FRAUD


Ada bermacam-macam teknik audit investigasi dalam mengungkapkan fraud, teknik
tersebut antara lain adalah:
a) Penggunaan teknik-teknik audit yang lebih mendalam dan luas
b) Pemanfaatan teknik audit infestigatif dalam kejahatan terorganisir dan penyelundupan
pajak penghasilan
c) Penelusuran jejak-jejak arus uang
d) Penerapan teknik analisis dalam bidang hukum
e) Penggunaan teknik audit investigatif untuk mengungkap fraud di PBJ 13
f) Penggunaan computer forensic
g) Penggunaan teknik interograsi
h) Penggunaan operasi penyamaran
i) Pemanfaatan Whistleblower
KESIMPULAN
Meskipun belum ada penelitian mengenai besarnya fraud (termasuk korupsi) di Indonesia
sukar untuk menyebutkan suatu angka yang handal. Tetapi penelitian yang dilakukan diluar
negeri (dengan sampling) mengindikasikan bahwa fraud yang terungkap, sekalipun secara
absolute besar, namun dibandingkan dengan seluruh fraud yang sebenarnya terjadi, relative kecil.
Inilah gejala gunung es.
Pengendalian intern atau internal control mengalami perkembangan dalam pemikiran dan
praktiknya. Semua pengendalian dapat digolongkan dalam pengendalian intern aktif dan
pengendalian intern pasif.
Kalau auditor independen bekerja tanpa standar audit, ia menempatkan dirinya dalam
posisi yang sangat lemah. Masih banyak orang beranggapan bahwa suatu perusahaan atau
instansi pemerintah yang telah djaudit/diperiksa laporan keuangannya maka otomatis akan
terbebas dari fraud. Ada bermacam-macam teknik audit investigasi dalam mengungkapkan fraud.
DAFTAR PUSTAKA

Tuanakotta, T. (2010). Akuntansi Forensik & Audit Investigatif. Jakarta: Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai