Anda di halaman 1dari 16

INTEGRITAS: Jurnal Antikorupsi, 7 (2), 217-232

e-ISSN/p-ISSN: 2615-7977/2477-118X
DOI: 10.32697/integritas.v7i2.795
©Komisi Pemberantasan Korupsi

Efektifkah Audit Forensik dengan Dukungan


Whistleblowing Digunakan untuk Mendeteksi Suap?
Eka Wirajuang Daurrohmah, Dekar Urumsah, Yuni Nustini
Universitas Terbuka
Universitas Islam Indonesia
Universitas Islam Indonesia

ekawirajuang@ecampus.ut.ac.id, dekar.urumsah@uii.ac.id, nustini@uii.ac.id

Abstract
The purpose of this study is to determine the effectiveness of forensic audits in detecting bribery
with the support of whistleblowing. This qualitative research uses the phenomenological method
with semi-structured interviews with 14 employees of Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). This
study reveals that bribery is hidden fraud, so whistleblowing can be used as the first, then can be
carried out for forensic audit as long as valid and relevant. Detection of bribery using forensic
audit is faster and easier because the procedures are focused, detailed and rigid. The conclusion
is forensic audits effective in detecting bribery with the support of whistleblowing.

Keywords: Whistleblowing, Forensic Audit, Bribery Detection, Catching Operation

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas audit forensik dalam mendeteksi
suap dengan dukungan whistleblowing. Penelitian kualitatif ini menggunakan metode
fenomenologi dengan teknik wawancara semi struktur kepada 14 orang pegawai Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK). Penelitian ini mengungkapkan bahwa suap merupakan fraud
yang hidden sehingga whistleblowing dapat dijadikan langkah awal terungkapnya suap, yang
kemudian dapat dilakukan audit forensik selama valid dan relevan. Pendeteksian suap
menggunakan audit forensik lebih cepat dan mudah karena dalam prosedurnya fokus,
terperinci dan rigid. Maka dapat disimpulkan bahwa audit forensik efektif dalam mendeteksi
suap dengan dukungan whistleblowing.

Kata Kunci: Whistleblowing, Audit Forensik, Deteksi Suap

217
Efektifkah Audit Forensik dengan Dukungan Whistle-Blowing Digunakan untuk Mendeteksi Suap?

Pendahuluan Berdasarkan laporan tahunan KPK,


Fraud sering diberi nama yang berla- kasus penyuapan merupakan kasus ko-
inan dalam istilah sehari-hari, seperti pe- rupsi dengan persentase terbanyak, yaitu
nipuan, penyembunyian, atau pelanggaran sebesar 65,86%. Sehingga penulis me-
kepercayaan (The IIA’s, 2015). Internatio- nyimpulkan bahwa korupsi berupa kasus
nal Standards on Auditing (ISA) mende- penyuapan adalah yang paling sering
finisikan fraud sebagai aktivitas yang ditemui di Indonesia. Bukan hanya di
dilakukan dengan sengaja oleh seseorang Indonesia, jumlah korupsi yang paling
dalam organisasi baik itu staf, manajer, parah di dunia adalah suap (Shepherd et
maupun pihak ketiga yang melakukan al., 2021). Penyuapan bisa berupa tindak-
penipuan untuk keuntungan pribadi atau an menawarkan/memberi/menjanjikan/
kelompok dan melanggar hukum (Ahmad, meminta/menerima keuntungan finansial
2019). Secara global, fenomena fraud ter- atau lainnya untuk mempengaruhi tindak-
jadi di sektor pemerintahan maupun non– an atau sebuah keputusan (Jain, 2020).
pemerintah (Marbun, 2018). Pada saat ini, telah banyak metode
Skema fraud yang sering dilakukan di untuk mendeteksi tindakan fraud. Suap
berbagai Negara adalah korupsi (ACFE, adalah juga merupakan fraud, sehingga
2021). Korupsi merupakan salah satu jenis metode yang digunakan untuk mendeteksi
tindakan fraud yang selalu mendapat per- fraud pun dapat diterapkan untuk menge-
hatian utama setiap organisasi, tidak ter- tahui terjadi atau tidaknya suap. Diketa-
kecuali bagi lembaga sektor publik hui, metode yang dapat mendeteksi fraud
(Mapuasari & Mahmudah, 2018). Peneliti- dengan cukup akurat menurut (Madzivire
an fraud global yang dilakukan oleh the et al., 2020) adalah audit forensik. Dikata-
Association of Certified Fraud Examiners kan oleh (Mircheska et al., 2020) audit
(ACFE) tahun 2020 melaporkan total rugi forensik adalah kegiatan yang meliputi
karena kasus korupsi melebihi $ 3 miliar, mengoleksi, memverifikasi, memproses,
dengan kerugian rata-rata per kasus sebe- menganalisis dan menyajikan data dalam
sar $ 200.000 (ACFE, 2021). Jumlah per- rangka mengumpulkan kejadian dan bukti
kara korupsi pada tahun 2020 yang men- nyata dalam bidang sengketa hukum dan
jadi beban di Pengadilan Negeri di seluruh keuangan, adanya penyimpangan serta
Indonesia mencapai 2.019 perkara pencegahan fraud.
(Direktorat Jenderal Badan Peradilan Praktik audit forensik di Indonesia
Umum, 2021). hanya dilaksanakan oleh auditor Badan
Sedangkan data kasus korupsi pada Pemeriksa Keuangan (BPK), Badan
tahun 2020 dari laporan Komisi Pembe- Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
rantasan Korupsi (KPK) berdasarkan (BPKP), Kantor Akuntan Publik (KAP), dan
modusnya dapat dilihat dalam Tabel 1. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
Tabel 1. Data Persentase Kasus Korupsi yang memiliki sertifikat Certified Fraud
Examiners (CFE) atau Certified Forensic
Nama Kasus Prosentase
Auditor (CFrA). Penerapan audit forensik
Pembelian Aset/Jasa 21,03
Perizinan 2,05 yang berlangsung di Indonesia dilaksana-
Suap 65,86 kan guna mengetahui adanya fraud,
Pungli 2,32 menyelidiki apakah terjadi fraud, ingin
Penyelewengan Anggaran 4,46 mengetahui ada/tidaknya kerugian finan-
TPPU 3,39
Menghalangi Tidakan KPK 0,89 sial dan memberikan kesaksian sebagai
Total 100 pakar. Audit forensik efektif dalam mende-
(Komisi Pemberantasan Korupsi, 2021) teksi fraud dikarenakan dalam prosesnya

218
Eka Wirajuang Daurrohmah, Dekar Urumsah, Yuni Nustini

audit forensik menggunakan teknik pro- penerapan audit forensik yang didukung
aktif dan reaktif (Gbegi et al., 2018). dengan whistleblowing dalam mendeteksi
Keberhasilan pelaksanaan audit suap.
forensik membutuhkan sumber yang rele-
Tinjauan Pustaka
van dan tepat dalam proses pencarian dan
pembuktian bukti yang dikumpulkan. Hal Fraud
ini dikarenakan audit forensik memerlu- Fraud menurut Albrecht et al. (2018)
kan bukti yang cukup, layak serta benar merupakan sebuah istilah generik dan
agar bukti tersebut dapat dijadikan alat meliputi segala aktivitas yang terjadi
bukti pada proses litigasi. Menurut ACFE, karena kepandaian seseorang, dengan
laporan yang berasal dari whistleblower maksud memperoleh keuntungan mele-
merupakan sumber yang baik untuk men- bihi orang lain menggunakan cara tipu
curigai terjadinya fraud dengan angka sta- muslihat, licik dan tidak adil. Menurut
tistik sebesar 43% pada tahun 2020 Pernyataan Standar Auditing (PSA) No. 70,
(ACFE, 2021). Lebih lanjut, (Puryati & fraud diterjemahkan menjadi penipuan.
Febriani, 2020) menyatakan bahwa Fraud sering juga disebut dengan istilah
whistleblowing dapat mencegah adanya yang berbeda-beda, yang menggambarkan
kasus fraud. Whistleblowing juga dapat aktivitas mencuri, menyerobot, memeras,
mendeteksi fraud lebih cepat daripada mengisap, menggelapkan, memalsu dan
tanpa adanya whistleblowing (Gottschalk, sebagainya. Sedangkan dari perspektif
2020). Selain itu, Whistleblowing dapat hukum, ungkapan 'kecurangan' umumnya
berkontribusi memperbaiki kualitas dari tidak digunakan dalam undang-undang te-
audit forensik dalam menemukan terjadi- tapi berfokus pada kejahatan yang cen-
nya fraud (Panjaitan, 2018). derung menggunakan kata-kata seperti
Selanjutnya, salah satu cara agar audit pencurian, kepura-puraan, mendapatkan
forensik berhasil, yaitu dengan mengguna- properti dengan penipuan atau kesalahan
kan bukti dan informasi yang bersumber Akuntansi (Hepworth, 2018).
dari whistleblowing dalam proses Ada beberapa macam fraud pada
pengumpulan dan pembuktian yang nanti- kegiatan bisnis. ACFE mengelompokan
nya akan digunakan untuk mendeteksi dan dalam tiga kategori, yaitu:
mengungkapkan fraud. Fraud dalam pene- Penyalahgunaan Aset
litian ini difokuskan pada kasus suap. Ada- Penyalahgunaan atau pencurian harta
nya whistleblowing akan memudahkan atau kekayaan yang dalam bahasa hukum
auditor mendapatkan informasi relevan disebut sebagai “mengambil” harta dengan
yang akan menuntun mereka pada bukti cara tidak sah secara hukum. Apabila
yang diharapkan (Andon et al., 2018). tidakan ini dilakukan oleh orang yang me-
Penelitian ini akan dilakukan di miliki kewenangan mengelola atau meng-
kalangan auditor forensik BPK kantor per- awasi harta tersebut, maka dikatakan
wakilan Provinsi Daerah Istimewa Yogya- sebagai penggelapan. Tindakan “mencuri”,
karta (DIY), kantor perwakilan Provinsi dalam fraud tree merupakan larceny, se-
Jawa Tengah, kantor perwakilan Provinsi dangkan tindakan “menggelapkan” adalah
DKI Jakarta dan kantor pusat. Adapun embezzlement (Tuanakotta, 2018). Penya-
dalam penelitian ini lebih difokuskan pada lahgunaan kekayaan/harta oleh ACFE
suap, karena dengan tingginya kasus suap dikategorikan sebagai: (1) penggunaan
di Indonesia berdasarkan data yang dirilis kas secara tidak benar (cash misappropri-
KPK, maka penulis menyadari bahwa ation); dapat berupa tindakan skimming,
perlu adanya ekplorasi apakah efektif

219
Efektifkah Audit Forensik dengan Dukungan Whistle-Blowing Digunakan untuk Mendeteksi Suap?

larceny atau fraudulent disbursements. (2) menyusun laporan non-keuangan


penggunaan secara tidak benar kekayaan (Tuanakotta, 2018). Penyajian laporan
bukan kas (non-cash misappropriation) keuangan yang tidak jujur dapat terlak-
misalnya misuse dan larceny atas barang sana dengan cara melakukan hal-hal beri-
sediaan atau harta bentuk lain (ACFE, kut ini: (1) mengakui penerimaan yang
2021). sebenarnya tidak ada (fictitious revenues);
(2) melaporkan pendapatan (revenue)
Korupsi
dan/atau beban (expenses) pada periode
Korupsi menurut Rose (2018) meru- yang salah; (3) tidak melaporkan adanya
pakan tindakan yang dilakukan dengan utang dan beban (concealed liabilities and
cara menyalahi wewenangnya atau expenses) dengan tujuan untuk memper-
melanggar aturan-aturan pelaksanaan kecil utang dan biaya sehingga kondisi
untuk mendapatkan keuntungan berupa finansial perusahaan nampak lebih baik;
kedudukan/pangkat atau uang bagi (4) menghilangkan atau menuliskan infor-
kepentingan sendiri (dirinya, keluarganya, masi yang tidak benar secara sengaja pada
kelompoknya). Selanjutnya, menurut catatan atas laporan keuangan (improper
Tuanakotta (2018) korupsi diartikan seba- disclosures); dan (5) aset dilaporkan pada
gai penyalahgunaan kedudukan/ pangkat nilai yang salah (improper asset valuation).
pada level pemerintahan (misuse of public
office) bagi keuntungan diri sendiri Teori Fraud Pentagon
Undang-Undang Republik Indonesia Teori fraud pentagon dikenalkan oleh
Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan (Marks, 2012) yang merupakan perluasan
atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun dari teori fraud triangle yang dikemuka-
1999 tentang Pemberantasan Tindak kan oleh Cressey (1972) dan teori fraud
Pidana Korupsi (2001) menyatakan bah- diamond yang dikemukakan oleh Wolfe
wa korupsi meliputi segala tindakan yang dan Hermanson (2004). Elemen-elemen
menentang hukum untuk memperkaya fraud pentagon antara lain (Marks, 2012):
dirinya, orang dan badan lain yang ber- (1) Opportunity atau kesempatan, adalah
akibat merugikan kekayaan dan ekonomi kontrol yang lemah karena membuat
negara; menyelewengkan otoritasnya orang memiliki peluang untuk melaksana-
karena pangkat/kedudukannya sehingga kan kecurangan. (2) Pressure atau tekan-
dapat merugikan keuangan/perekonomi- an, menumbuhkan motif untuk melaksa-
an Negara; penyuapan; penggelapan nakan dan menyembunyikan kecurangan.
dalam jabatan; pemerasan dalam jabatan; (3) Rasionalization atau rasionalisasi, ada-
pemborongan; dan gratifikasi yang subjek lah penyebab pembenaran dilakukannya
hukumnya adalah setiap orang baik orang- pencurian atau kecurangan. (4) Compe-
perorangan dan/atau korporasi dan tence atau kompetensi, adalah kepandaian
pegawai negeri. pegawai mensiasati sistem dan prosedur
atau pengendalian internal, pengembang-
Kecurangan di dalam Laporan Keuangan
an upaya menyembunyikan dan mengen-
Kecurangan di dalam laporan keuang- dalikan lingkungan sosial demi keuntung-
an merupakan penyampaian laporan an diri sendiri. (5) Arrogance atau arogan,
keuangan dan non-keuangan yang menye- merupakan perasaan superior atas hak
satkan. Kecurangan laporan keuangan atau ketamakan dari orang yang percaya
dalam gambar fraud tree terbagi menjadi bahwa pengendalian internal tidak ber-
dua. Pertama, fraud di dalam menyiapkan laku dalam individu.
laporan keuangan. Kedua, fraud dalam

220
Eka Wirajuang Daurrohmah, Dekar Urumsah, Yuni Nustini

Suap eksternal yang disampaikan kepada per-


Penyuapan merupakan salah satu usahaan/instansi. Atas dugaan tersebut
bentuk korupsi seperti dalam teori yang maka tersangka atau transaksi-transaksi
dikemukakan oleh ACFE (2021). Sedang- yang dilakukannya akan ditelusuri dan
kan dalam Undang-Undang Republik dianalisis kejadiannya. Sedangkan untuk
Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 Tentang kasus suap, pendeteksiannya dapat dite-
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor lusur dari ciri-ciri perilaku yang menerima
31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan suap maupun yang memberi suap (ACFE,
Tindak Pidana Korupsi (2001) dan 2021). Adanya audit forensik juga penting
menurut KPK (2021) disebutkan bahwa untuk mengurangi jumlah timbulnya
contoh bentuk korupsi adalah korupsi tindakan kecurangan (Saifullah Shakir &
terkait suap menyuap. Bentuk penyuapan Abbas, 2020).
menurut (United Nations Office on Drugs Whistleblowing
and Crime, 2004) antara lain menyuap
Whistleblowing adalah terminologi
pejabat publik nasional, menyuap pejabat
yang mulai digunakan ketika diberlakukan
publik asing, dan menyuap pejabat publik
Sarbanes-Oxley Act. Peraturan ini telah
organisasi internasional. Sedangkan
membuat karyawan untuk melaporkan
Albrecht et al. (2018) mendefinisikan suap
apabila menjumpai terjadi pelanggaran
adalah dimana seseorang menawarkan,
dengan tidak memiliki ketakutan kepada
memberi, menerima atau meminta suatu
orang yang dilaporkan (Saxton & Neely,
hal yang benilai agar memperoleh perla-
2019). Shawver dan Shawver (2018)
kuan resmi atau keputusan bisnis tanpa
mendefinisikan whistleblowing merupa-
sepengetahuan atau persetujuan dari
kan tindakan mengungkapkan oleh sese-
principal.
orang dalam sebuah institusi atas ditemui-
Oleh karena itu, dapat disimpulkan
nya tindakan illegal, amoral, atau atau
bahwa suap adalah bagian dari korupsi,
tidak sah atas perintah seorang atasan
bukan hanya menyangkut pegawai negeri
kepada stafnya yang menyebabkan tindak-
atau penyelenggara negara bahkan peja-
an yang berbeda dari staf tersebut. Menu-
bat publik yang menyalahgunakan jabat-
rut Indayani dan Yunisdanur (2020),
annya, tetapi juga setiap orang yang bukan
whistleblowing adalah aktivitas seorang
pegawai negeri. Suap menyuap bertujuan
informan yang mengekspos fraud terma-
untuk meningkatkan kekayaan dan atau
suk suap dalam sebuah organisasi dengan
kekuasaan. Jika pemilik proyek meme-
tujuan untuk menghentikan fraud
nangkan kontrak maka akan langsung
tersebut.
dapat menguntungkan penyuap. Penyuap
Seorang whistleblower akan mela-
sering kali adalah orang yang dekat
porkan suap pada media yang tepat dan
dengan yang memutuskan alokasi sumber
pihak berwenang yang memiliki kekuatan
daya keuangan (Chan et al., 2021). Era saat
dan dianggap bersedia melakukan tindak-
ini, kemajuan teknologi telah membuat
an korektif. Whistleblowing melibatkan
teknik deteksi suap menjadi lebih proaktif
tindakan melaporkan suap dalam organi-
dengan cara menganalisa data dan tran-
sasi ke pihak internal atau eksternal.
saksi untuk memisahkan gejala suap
(Francis et al., 2015) menyatakan bahwa
(Albrecht et al., 2018).
tujuan whistleblowing mencakup untuk
Sebuah tindakan kecurangan, biasa-
mengekspos suap, untuk menghentikan
nya berhasil diketahui dari keluhan dan
suap, untuk mencegah suap dan memper-
laporan teman bekerja, ataupun pihak
tahankan posisi seseorang. Menurut

221
Efektifkah Audit Forensik dengan Dukungan Whistle-Blowing Digunakan untuk Mendeteksi Suap?

Tuanakotta (2018) dikatakan bahwa sebe- mengenai pernyataan untuk menetapkan


narnya whistleblower merupakan pega- korespondensinya dengan aturan/stan-
wai dari perusahaan itu sendiri, meskipun dar/kriteria yang telah ditentukan di
demikian dapat juga merupakan pihak pengadilan. Aktivitas dalam audit forensik
dari luar perusahaan misalnya kostumer, adalah mengumpulkan, memverifikasi,
supplier, maupun masyarakat secara mengolah, menganalisis dan melaporkan
umum. Whistleblower wajib menunjukan data untuk mendapatakan fakta dan bukti
bukti, informasi, dan indikasi yang dapat konkret di dalam bidang sengketa hukum
dipercaya bahwa telah terjadi tidakan dan keuangan, adanya penyimpangan
suap, agar supaya dapat dilacak dan serta pencegahan fraud (Enofe et al., 2015;
diambil tindakan. Parr, 2018). Aktivitas dalam audit forensik
Sementara itu, whistleblowing system berfokus pada mendeteksi, menganalisis
didefinisikan sebagai sistem yang desain dan mengkomunikasikan bukti yang men-
tentang kriteria fraud dan suap yang di jadi dasar suatu peristiwa keuangan dan
sampaikan oleh whistleblower. Sistem pe- pelaporan (Dobrowolski, 2020; Smith &
laporan pelanggaran mencakup 5W+1H, Crumbley, 2009).
tindak lanjut dari laporan, hadiah dan Aktivitas dalam audit forensik meli-
pengamanan/lindungan untuk whistle- puti mengumpulkan bukti-bukti dilanjut-
blower, dan hukuman atau sanksi bagi kan dengan menilai kesesuaian bukti atau
pihak yang bersalah (McLaren et al., 2019), temuan audit dengan ukuran pembuktian-
sehingga whistleblower tidak enggan nya selama proses persidangan. Kegiatan
untuk melaporkan adanya tindakan suap. audit forensik adalah perluasan dari peng-
Efektifitas whistleblowing dalam menemu- gunaan prosedur standar audit standar
kan transaksi suap diakui oleh akuntan menuju ke pengumpulan bukti yang diper-
maupun para regulator di banyak negara lukan dalam sidang di pengadilan. Peme-
di dunia, termasuk Amerika Serikat riksaan forensik mencakup langkah-
(Gholami & Salihu, 2019; Oladinrin et al., langkah tertentu yang dilaksanakan untuk
2017; Vandekerckhove & Phillips, 2019). tujuan menyediakan bukti. Langkah-
Menurut Hasanah et al. (2017) jika kebi- langkah dan cara-cara yang digunakan
jakan dan prosedur whistleblowing dite- dalam audit forensik ditujukan untuk
rapkan dengan baik dan sukses dalam mendeteksi dan menyelidiki fraud yang
sebuah organisasi, maka akan menjadi sis- berarti mengungkap seluruh tindakannya
tem peringatan dini yang baik bagi organi- dan mengidentifikasi pelakunya (Saifullah
sasi untuk menghilangkan fraud termasuk Shakir & Abbas, 2020).
suap sebelum masalah menjadi lebih Perkembangan jasa audit forensik
buruk. dapat diuraikan sebagai berikut (Quick,
2017), (1) Manajemen anti-fraud dan
Audit Forensik
kepatuhan, peran auditor adalah untuk
Dobrowolski (2020) menyatakan, mencegah dan mengoreksi kecurangan
audit forensik adalah pengujian atas bukti dalam dunia bisnis. Kepakaran seorang
mengenai sebuah pernyataan atau pela- fraud auditor dapat diperluas penugasan-
poran informasi untuk menemukan keter- nya diantaranya untuk melakukan evalua-
kaitannya dengan aturan, prinsip-prinsip, si laporan keuangan, yang disebabkan oleh
standar yang mencukupi dan mendukung window dressing yang dapat mentebabkan
sebagai alat bukti di pengadilan. Begitu keputusan yang diambil investor salah,
juga menurut Dada et al. (2013) audit sebab laporan keuangannya menyesatkan
forensik merupakan audit atas bukti pemakai. (2) Investigasi forensik, yaitu

222
Eka Wirajuang Daurrohmah, Dekar Urumsah, Yuni Nustini

pemberian jasa forensik dalam bentuk kili institusi pemerintah. Pengambilan


investigasi fraud yaitu pengungkapan fak- sampel berasal dari BPK Pusat dan Per-
ta dalam kasus. (3) Dukungan sengketa wakilan karena pada dasarnya perhitung-
dan litigasi, dalam hal ini auditor mem- an kerugian negara merupakan kewenang-
berikan jasa dalam bentuk saksi ahli an pusat. Namun, dalam pelaksanaannya
dengan memberikan keterangan sesuai bisa Pusat sendiri yang melakukan peme-
dengan keahliannya ataupun sebagai riksaan atau kerjasama dengan Perwakil-
konsultan litigasi yang memberi nasehat an.
serta konsultasi. (4) Teknologi forensik, Seluruh auditor dalam penelitian ini
auditor dapat memberikan jasa dalam merupakan auditor yang telah mempunyai
bentuk teknologi pencegahan ataupun pengalaman dalam penugasan sebagai
teknologi reaktif. auditor forensik yang berupa perhitungan
kerugian negara (PKN) serta ada juga yang
Metode Penelitian
telah mempunyai pengalaman dalam
Penelitian ini menggunakan metode
penugasan audit investigatif yang merupa-
fenomenologi dengan pendekatan kualita-
kan ruang lingkup dari kewenangan audi-
tif. Metode fenomenologi merupakan studi
torat unit investigasi (AUI) BPK. Penelitian
yang berusaha menemukan “esensi” atas
ini menggunakan data primer. Data diper-
sebuah fenomena yang dialami oleh
oleh dengan teknik wawancara secara
beberapa individu (Creswell & Creswell,
semi-structured. Sebelum melaksa-naan,
2018). Penelitian ini bertujuan untuk me-
peneliti memiliki daftar pertanyaan atau
rumuskan model studi lapangan efektivi-
serangkaian topik yang ingin diliput serta
tas audit forensik dalam mendeteksi suap
menyusun panduan wawancara; meski-
dengan dukungan whistleblowing.
pun demikian, terdapat fleksibilitas dalam
Selanjutnya, populasi dalam peneliti-
hal saat/waktu wawancara dan bagai-
an ini adalah seluruh auditor forensik yang
mana pertanyaan diajukan serta bagaima-
telah menangani kasus fraud di Indonesia.
na agar orang yang diwawancara dapat
Sampel penelitian dikumpulkan menggu-
merespon sesuai dengan yang diha-
nakan teknik non probability sampling
rapkan (Evans, 2018). Selain itu peneliti
secara purposive sampling. Penelitian ini
menggunakan alat perekam suara untuk
bersifat kualitatif, dimana pengambilan
memudahkan dalam pengambilan data.
sampel menggunakan dasar situasi sosial
Penelitian ini menggunakan triangu-
yang mencakup 3 unsur, yaitu lokasi, pela-
lasi metode dan triangulasi teori. Trian-
ku dan aktifitas. Jumlah sampel penelitian
gulasi adalah metode yang dapat menguji
ini 14 orang yang merupakan auditor BPK
keabsahan data, yang dilaksanakan
dan berpengalaman melakukan Perhi-
dengan cara membandingkan informasi
tungan Kerugian Negara (PKN).
yang berbeda dengan memakai informan
Tabel 2 merupakan daftar 14 orang
yang berbeda pada saat wawancara untuk
partisipan wawancara yang peneliti pilih
mencocokan kebenaran informasinya.
sesuai dengan demografi. Audit forensik di
Adapun informan dalam penelitian ini
BPK lebih dikenal sebagai pemeriksaan
berjumlah 14 partisipan, sehingga peneliti
perhitungan kerugian negara (PKN) yang
menanyakan informasi yang berbeda yang
merupakan bagian dari audit investigasi.
didapat dari hasil wawancara kepada
Alasan pemilihan sampel auditor BPK ada-
informan lainnya. Hal itu peneliti maksud-
lah karena auditor BPK mempunyai tugas
kan untuk mengetahui apakah informasi
sebagai auditor eksternal institusi peme-
tersebut benar ataukah tidak. Melalui
rintah sehingga auditor BPK dapat mewa-
berbagai perspektif partisipan wawancara

223
Efektifkah Audit Forensik dengan Dukungan Whistle-Blowing Digunakan untuk Mendeteksi Suap?

tersebut diharapkan memperoleh hasil dan sifat-sifatnya, pengkodean data awal,


yang mendekati kebenaran. Dalam peneli- pengkodean data tingkat kedua, dan
tian ini metode triangulasi digunakan diakhiri dengan pengkategorian. Selain itu,
untuk menguji keabsahan dengan cara digunakan juga framework matrik untuk
membandingkan informasi yang diperoleh membantu peneliti dalam penulisan pe-
dari hasil penelitian dengan teori yang ngutipan dan mengkroscek sumber ketika
digunakan sehingga tidak terjadi bias menyajikan data penelitian. Peneliti kemu-
peneliti atas temuan di lapangan dalam dian merumuskan temuan penelitian dan
membuat kesimpulan. mendiskusikan hasil penelitian dengan
Analisis data dalam penelitian ini peneliti yang lain. Setelah yakin dengan
menggunakan analisis konten dengan hasil penelitian yang dilakukan selanjut-
bantuan Computer Assisted Qualitative nya peneliti menyusun kesimpulan akhir.
Data Analysis Software (CAQDAS) yaitu
software Nvivo 11 untuk untuk proses Pembahasan
coding. Proses coding adalah interaktif Informasi yang diperoleh dari hasil
dimana peneliti melakukan kategorisasi wawancara akan dipergunakan oleh pene-
data menggunakan dasar konsep-konsep liti untuk mendeskripsikan hasil analisis
yang muncul dari dalam data, memban- atas whistleblowing yang mempengaruhi
dingkan konsep-konsep dan/atau katego- audit forensik dalam mendeteksi suap di
ri-kategori data kemudian menyatukan pemerintahan dan efektivitas audit foren-
kembali seluruh konsep serta kategori sik untuk pendeteksian suap. Data dalam
data satu dengan yang lain yang memiliki penelitian ini didapatkan dari penelitian
hubungan (Maher et al., 2018). lapangan berupa wawancara semi struk-
Tahap pengkodean data mencakup tur dengan jumlah partisipan wawancara
(Kamasak et al., 2017; Saldaña, 2021) 14 orang pemeriksa dari Badan Pemeriksa
analisis baris demi baris dari berbagai Keuangan (BPK) yang telah memiliki
transkrip yang dihasilkan dari wawancara pengalaman dalam pelaksanaan audit
yang dimulai dengan menemukan dan forensik. Berikut ini peneliti uraikan
mengidentifikasi konsep-konsep sentral hasilnya.
Tabel 2. Demografi Partisipan Wawancara
Partisipan
Jabatan Jenis Kelamin Kerja Masa PKN Penempatan Terakhir
Wawancara
A Pemeriksa Laki-laki 7-9 tahun 1 kali BPK Perwakilan DIY
B Pemeriksa Laki-laki >9 tahun >5 kali BPK Perwakilan Maluku
C Pemeriksa Perempuan 7-9 tahun 1 kali BPK Perwakilan DIY
D Pemeriksa Laki-laki >9 tahun >5 kali BPK Perwakilan DIY
E Pemeriksa Laki-laki >9 tahun 5 kali BPK Perwakilan DKI
F Pemeriksa Laki-laki >9 tahun 1 kali BPK Perwakilan DKI
G Pemeriksa Laki-laki >9 tahun 4 kali BPK Perwakilan DKI
H Pemeriksa Laki-laki 4-6 tahun 1 kali BPK Pusat
I Pemeriksa Laki-laki 7-9 tahun 2 kali BPK Perwakilan Palembang
J Pemeriksa Perempuan >9 tahun 2 kali BPK Perwakilan Jawa Tengah
K Pemeriksa Laki-laki >9 tahun 5 kali BPK Perwakilan Jawa Tengah
L Pemeriksa Laki-laki >9 tahun 2 kali BPK Perwakilan Jawa Tengah
M Pemeriksa Laki-laki >9 tahun 2 kali BPK Perwakilan Jawa Tengah
N Pemeriksa Laki-laki >9 tahun 5 kali BPK Perwakilan Jawa Tengah

224
Eka Wirajuang Daurrohmah, Dekar Urumsah, Yuni Nustini

Walaupun sudah ada mekanisme


Pelaksanaan Whistleblowing di
Institusi Pemerintah perlindungan whistleblower, akan tetapi
penerapannya dinilai belum maksimal.
Hasil wawancara partisipan dan di-
“Kalau mekanismenya sudah ada tapi pene-
analisis kontennya menunjukkan, bahwa
rapannya belum.” (Partisipan M). Sementa-
seluruh partisipan menyatakan whistle-
ra itu, pelaku whistleblower seringkali
blowing bermanfaat dan penting bagi
berasal dari pihak internal. walaupun ada
institusi pemerintah. Seperti yang disam-
dari pihak eksternal. Hal ini dapat dilihat
paikan langsung oleh partispian I dalam
dari pernyataan partisipan B dan partisi-
penyataan berikut ini:
pan N, sebagai berikut:
“Ya bermanfaat, karena fraud itu
“Iya, kalau internal sudah jelas. Kalau
sebagian besar fraud terungkap karena
eksternal bisa jadi. Yang banyak
adanya tip/aduan jadi memang masih
melaporkan dari internal.” (Partisipan
menjadi pengungkap utama terjadinya
B).
fraud.” (Partisipan I).
“Bisa, tapi seharusnya dari internal
Lebih lanjut partisipan I menyampai- karena yang tau semuanya adalah
kan bahwa penerapan whistleblowing di internal walaupun mungkin dia orang
institusi pemerintah belum efektif dikare- eksternal tapi dia dapatnya dari internal
nakan beberapa faktor internal. Berikut juga.” (Partisipan N).
kutipan pernyataannya: Selanjutnya, pihak yang sering dila-
“Belum, meskipun sudah ada sistem tapi porkan dalam whistleblowing adalah yang
kan kadang beda penafsiran antara setara dengannya. Seperti pernyataan dari
regulator dengan whistleblower seperti partisipan berikut ini: “Bisa sih biasanya
whistleblower yang sudah sering mela- memang mulai manajemen menengah ini
por tetapi tidak pernah ditindak lanjuti yang berani.” (Partisipan A). Selain dari
sehingga patah semangat. Disisi lain
manajemen menengah, whistleblower juga
regulator tidak bisa melanjutkan aduan
yang dilaporkan karena buktinya tidak akan melaporkan kecurangan yang dilaku-
cukup. Jadi belum ada kejelasan menge- kan oleh seniornya. Hal itu di sampaikan
nai aduan yang cukup untuk ditindak- oleh 11 partisipan, salah satunya dalam
lanjuti itu seperti apa.” (Partisipan I). pernyataan partisipan N:
Belum efektifnya penerapan whistle- “Seharusnya ya karena tujuannya
blowing di institusi pemerintah tidak antara lain adalah melaporkan pelang-
hanya dijelaskan oleh partisipan I, akan garan oleh siapapun.” (Partisipan N).
tetapi hal itu dinyatakan oleh 12 partisi- Adapun identitas dari Whistleblower
pan wawancara lainya. Adapun dalam hal selalu menggunakan nama samaran ketika
mekanisme perlindungan Whistleblower, mengungkapkan kecurangan. Sebagaima-
di Indonesia sendiri sudah ada ruang na pernyataan dari partisipan M berikut
lingkup lembaganya. Hal itu disampaikan ini: “Kebanyakan dengan anonim.” (Partisi-
oleh 12 partisipan, seperti pernyataan dari pan M). Kemudian, menurut 13 partisipan
partisipan B sebagai berikut: para whistleblower akan melaporkan
“Mungkin untuk yang sampai level whistleblowing-nya tersebut ke pihak eks-
saksi/korban ada dalam bentuk LPSK ternal. Seperti dalam pernyataan partisi-
(lembaga perlindungan saksi dan pan H: “O iya kan di luar lebih efektif karena
korban) tapi kalau lingkub yang lebih orang akan lebih jera.” (Partisipan H).
kecil misal di kantor atau sejenisnya
setauku tidak ada.” (Partisipan B)

225
Efektifkah Audit Forensik dengan Dukungan Whistle-Blowing Digunakan untuk Mendeteksi Suap?

Hubungan Whistleblowing dan Audit ing, meningkatkan perlindungan whistle-


Forensik blower.” (Partisipan K). Kemudian Whistle-
Berdasarkan hasil wawancara yang blowing juga harus dapat mencantumkan
peneliti himpun dari 14 partisipan, diper- bukti, “Yang jelas pelaporan itu harus ada
oleh hasil bahwa whistleblowing mempu- bukti sehingga lebih mudah untuk ditindak-
nyai peran dalam membantu proses audit lanjuti.” (Partisipan J). Lebih lanjut,
forensik. Hal tersebut disampaikan lang- peningkatan sistem deteksi suap melalui
sung oleh G dan partisipan I, berikut ini whistleblowing dengan cara membangun
pernyataannya: kesadaran masyarakat, memaksimalkan
peran media dan tindak lanjut perlindung-
“Bisa membantu informasinya.” (Partisi-
an dari whistleblower. Seperti yang diung-
pan G)
kapkan oleh beberapa partisipan dalam
“Ya dapat sebagai penyedia informasi
awal dan untuk klarifikasi.” (Partisipan pernyataan berikut ini:
I) “Membangun kesadaran orang untuk
Hasil laporan tersebut, kemudian menjadi whistleblower dengan segala
akan ditindak lanjut. Sebagaimana disam- sarana dan memberikan perlindungan
kepada whistleblower.” (Partisipan L)
paikan oleh partisipan B dan partisipan K,
“Membuat media yang jelas sehingga
dalam pernyataan berikut:
informan dapat menginformasikan de-
“Ya, intinya bukti tidak bisa diterima ngan baik dan perlindungan whistle-
secara langsung harus kita verifikasi, blower.” (Partisipan M)
validasi, atau cari bukti lain jika
memang diperlukan/pendukung.” “Kalau saya mekanisme perlindungan
(Partisipan B). whistleblower dan evaluasi agar ada
kejalasan status.” (Partisipan D)
“Ya. Jika whistleblowing-nya itu jelas
maka akan ditindaklanjuti dan harus Hubungan Audit Forensik dan Deteksi
ada bukti permulaan.” (Partisipan K). Suap
Hubungan Whistleblowing dan Deteksi Berdasarkan wawancara, diperoleh
Suap hasil sebanyak 12 responden menyatakan
Berdasarkan wawancara mengenai bahwa audit forensik dapat membantu
whistleblowing terhadap deteksi suap, mendeteksi suap. Hal ini diungkapkan da-
diperoleh hasil bahwa, whistleblowing lam pernyataan yang diwakili oleh partisi-
mempunyai peran dalam membantu pan B dan partisipan L sebagai berikut:
pendeteksian suap. Pernyataan tersebut “Salah satu langkah dalam pemeriksaan
dilontarkan langsung oleh partisipan A, investigatif adalah flow the money.
“Bisa karena sudah punya barang bukti.” Sangat bisa membantu mendeteksi ada-
(Partisipan A), demikian juga yang disam- nya suap karena fraud itu kan hidden
paikan oleh partisipan L, yang menyatakan tapi aliran uang kan sekarang kan
mudah dilihat alirannya karena gak
bahwa whistleblowing berperan mende-
mungkin orang akan bawa-bawa uang
teksi suap, “Sepanjang itu valid, iya.” cas banyak banget.” (Partisipan B)
(Partisipan L).
“Tujuan PKN adalah menghitung
Selain itu, meningkatkan sistem de- kerugian. untuk suap bisa saja terdeteksi
teksi suap melalui whistleblowing dapat tapi bukan tujuan utama.” (Partisipan
dilaksanakan melalui beberapa cara, se- L)
perti yang disampaikan oleh partisipan K. Lebih lanjut, disampaikan oleh 10
“Memaksimalkan whistleblowing, apresi- partisipan wawancara bahwa audit foren-
asi whistleblower, sosialisasi whistleblow- sik ternyata dapat mendeteksi suap

226
Eka Wirajuang Daurrohmah, Dekar Urumsah, Yuni Nustini

dengan lebih cepat. Seperti ungkapan nya harus ada bukti karena pelaku
pernyataan dari partisipan B dan E berikut kemungkinan akan menyembunyikan
ini: informasi.” (Partisipan N).
“Audit forensik merupakan salah satu Lebih lanjut, hasil akhir dari peneliti-
bagian untuk mengungkap adanya an dapat dipahami dengan mudah yang
fraud ya tentunya menjadi lebih akan peneliti uraikan secara singkat dalam
gampang untuk mendeteksi fraud itu konstruk model studi lapangan pada
tadi, suap salah satunya. Jadi kita sudah Gambar 1.
terfokus disitu harusnya lebih cepat dan
gampang.” (Partisipan B)
“Ya karena audit forensik dirancang
untuk pendalaman karena lebih detail.”
(Partisipan E)
Sementara itu, menurut 7 partisipan
wawancara, bahwa audit forensik dapat
meninjau kontrol internal institusi. Hal ini
dapat dilihat dari pernyataan partisipan E,
sebagai berikut:
“Pada saat pemeriksaan laporan ke-
uangan berikutnya akan menjadi perha-
tian untuk pengendalian internalnya.
Dari sisi internal kontrol pasti iya akan
Gambar 1. Konstruk Model Studi Lapangan
merancang sistem yang lebih baik lagi.”
(Partisipan E) Suap merupakan salah satu masalah
yang pelik di institusi pemerintah. Salah
Sebagai tambahan dari hasil analisis
satu cara yang dapat dilakukan untuk
konten, diperoleh temuan menarik varia-
memberantas suap yaitu dengan pende-
bel lain yang terkait dengan penelitian ini
teksian suap. Dalam pendeteksian suap
dan muncul secara tiba-tiba. Tetapi tidak
terdapat berbagai metode. Salah satu
hanya sebagai penjelas dari model pene-
metode untuk mendeteksi suap adalah
litian, melainkan suatu aksi nyata yang
audit forensik. Pendeteksian suap meng-
dapat dijalakan sebagai tindak lanjut dari
gunakan audit forensik lebih cepat dan
pendeteksian suap dengan salah satu
mudah karena dalam prosedurnya lebih
informasi awal menggunakan
fokus, terperinci dan lebih rigid. Oleh
whistleblowing.
karena itu, dapat dikatakan bahwa audit
Temuan tersebut, yakni proses tang-
forensik efektif untuk pendeteksian suap.
kap tangan para pelaku suap dari hasil
Hal ini sejalan dengan penelitian yang
whistleblowing seperti yang dikemukakan
dilakukan oleh Enofe et al. (2015). Audit
oleh partisipan dalam wawancara berikut
forensik membutuhkan informasi dan
ini:
bukti yang valid. Salah satu cara memper-
“Pembuktian suap itu paling sulit untuk oleh informasi dan bukti yang valid
dideteksi, untuk benar-benar mengeta- berasal dari whistleblowing. Panjaitan
hui terjadi suapnya harus OTT (operasi (2018) menyebutkan bahwa whistleblow-
tangkap tangan). Laporan suap bisa jadi ing dapat menjadi salah satu sumber bukti
sebagai jalan pembuka sehingga terjadi- dalam audit forensik selama bukti tersebut

227
Efektifkah Audit Forensik dengan Dukungan Whistle-Blowing Digunakan untuk Mendeteksi Suap?

relevan. Suap merupakan fraud yang pihak eksternal tergantung kepercayaan


hidden sehingga justru dari whistleblowing masing-masing whistleblower.
inilah banyak terungkap. Hal ini sejalan Pengawas internal dan audit regular
dengan penelitian yang dilakukan oleh juga dapat digunakan untuk mendeteksi
ACFE (2021) yang menyatakan bahwa suap. Selain itu, operasi tangkap tangan
fraud paling banyak terungkap dari tip. dapat menjadi salah satu metode pengung-
Namun, agar laporan dari whistleblowing kapan suap yang informasi awalnya dapat
ini ditindaklanjuti maka perlu dilampirkan berasal dari whistleblowing selama
bukti yang valid. Di institusi pemerintah informasi dan bukti yang berikan valid.
sendiri telah menerapkan dan mendorong
pelaksanaan whistleblowing, tetapi tindak Penutup
lanjutnya belum efektif. Hal ini sejalan Audit forensik merupakan salah satu
dengan penelitian yang dilakukan oleh metode yang dapat digunakan untuk men-
Zarefar dan Arfan (2017) yang menyebut- deteksi suap. Pendeteksian suap meng-
kan bahwa penerapan whistleblowing gunakan audit forensik efektif karena
cukup efektif dan penelitian yang dilaku- lebih cepat dan lebih mudah. Hal ini kare-
kan oleh Pramudyastuti et al. (2021) yang na prosedur audit forensik adalah fokus,
menyebutkan penerapan whistleblowing terperinci dan rigid.
belum maksimal. Salah satu cara memperoleh infor-
Sementara itu, para whistleblower masi dan bukti dalam mendeteksi suap
dapat berasal dari pihak internal maupun berasal dari whistleblowing. Suap meru-
eksternal institusi. Selama dia mengetahui pakan fraud yang hidden sehingga adanya
informasi dan mempunyai bukti yang whistleblowing inilah menjadikan langkah
relevan maka dapat menjadi whistle- awal praktik suap terungkap. Agar laporan
blower. Adapun dalam pelaksanaannya di dari whistleblowing ini ditindaklanjuti,
lapangan, whistleblower ada yang mela- maka perlu dilampirkan bukti yang valid.
porkan bawahannya, yang setara dengan Sejauh ini dalam institusi pemerintah
whistleblower, atau teman dekatnya, bah- sendiri telah menerapkan dan mendorong
kan seniornya bisa saja dilaporkan. Siapa pelaksanaan whistleblowing, akan tetapi
pun yang dilaporkan, hal itu tidaklah tindak lanjutnya belum efektif.
begitu penting, selama tujuan dari whistle- Hasil laporan whistleblowing terse-
blower ialah untuk melaporkan pelanggar- but dapat menjadi langkah awal pendetek-
an-pelanggaran yang terjadi di institusi. sian suap dengan dilakukannya audit fo-
Seseorang dapat menjadi whistle- rensik, karena sudah ada bukti permulaan
blower, dikarenanakan dirinya sudah tidak selama bukti tersebut valid. Oleh karena
tahan atau terlibat langsung dengan masa- itu, berdasarkan model penelitian yang di-
lah tersebut. Selanjutnya dalam pelaporan, hasilkan dari penelitian ini dapat dikata-
whistleblower seringkali menggunakan kan bahwa audit forensik efektif dalam
anonim. Namun, dalam beberapa kejadian mendeteksi suap dan whistleblowing dapat
ada juga yang menggunakan identitas, mendukung audit forensik dalam mende-
karena ada institusi-institusi tertentu yang teksi suap. Adanya whistleblowing juga
mewajibkan penggunaan identitas untuk dapat membantu pendekteksian suap,
pelaporan agar lebih dipercaya pelaporan- sehingga memungkinkan untuk dilakukan
nya dan bisa segera ditindaklanjuti. Pela- operasi tangkap tangan dari para pelaku
poran whistleblowing ada yang ditunjuk- suap, walaupun saat ini diketahui pelaksa-
kan kepada pihak internal ada juga kepada naan whistleblowing di institusi pemerin-
tah Indonesia sendiri belum bisa dikata-

228
Eka Wirajuang Daurrohmah, Dekar Urumsah, Yuni Nustini

kan sempurna. Namun, dengan adanya Research design: Qualitative,


whistleblowing tersebut, diketahui dapat quantitative and mixed methods
menurunkan praktik suap di Indonesia approaches. Sage Publications.
dari tahun ke tahun. Dada, S. O., Owolabi, S. A., & Okwu, A. T.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat (2013). Forensic accounting a
memberikan kontribusi bagi auditor fo- panacea to alleviation of fraudulent
practices in Nigeria. International
rensik dalam menangani kasus suap, serta
Journal of Business Managment, and
diharapkan menjadi evaluasi bagi penentu Economic Research, 4(5), 787–792.
kebijakan untuk menjadi lebih baik dalam http://ijbmer.com/docs/volumes/v
membuat kebijakan terkait pendeteksian ol4issue5/ijbmer2013040503.pdf
suap. Direktorat Jenderal Badan Peradilan
Umum. (2021). Laporan
Referensi pelaksanaan kegiatan direktorat
ACFE. (2021). Report to the nations: 2020 jenderal badan peradilan umum
Global study on occupational fraud tahun 2020.
and abuse. Dobrowolski, Z. (2020). Forensic auditing
Ahmad, A. A. B. (2019). The extent of and weak signals: a cognitive
Jordanian external auditor approach and practical tips.
commitment in applying ISA ″240″ European Research Studies Journal,
and its effect in reducing fraud in XXIII(Special Issue 2), 247–259.
financial statement. International https://doi.org/10.35808/ersj/182
Journal of Business and Social 1
Science, 10(2), 74–80. Enofe, A. O., Omagbon, P., & Ehigiator, F. I.
https://doi.org/10.30845/ijbss.v10 (2015). Forensic audit and
n2p9 corporate fraud. IIARD International
Albrecht, W. S., Albrecht, C. O., Albrecht, C. Journal of Economics and Business
C., & Zimbelman, M. F. (2018). Fraud Management, 1(8), 55–64.
examination (6th ed.). Cengage Evans, C. (2018). Analysing semi-
Learning. structured interviews using thematic
Andon, P., Free, C., Jidin, R., Monroe, G. S., & analysis: Exploring voluntary civic
Turner, M. J. (2018). The impact of participation among adults. SAGE
financial incentives and perceptions Publications, Ltd.
of seriousness on whistleblowing Francis, R. D., Armstrong, A. F., & Foxley, I.
intention. Journal of Business Ethics, (2015). Whistleblowing: a three part
151(1), 165–178. view. Journal of Financial Crime,
https://doi.org/10.1007/s10551- 22(2), 208–218.
016-3215-6 https://doi.org/10.1108/JFC-03-
Chan, F., Gibbs, C., Boratto, R., & Speers, M. 2014-0011
(2021). Understanding Gbegi, D. O., Chia, G. A., & Duenya, M. I.
transnational bribery: a corporate (2018). Analysis of public
crime framework. Crime, Law and acceptability of forensic audit
Social Change, 75(3), 221–245. practice in Benue State Local
https://doi.org/10.1007/s10611- Government Councils. AE-FUNAI
020-09924-z Journal of Accounting, Business and
Cressey, D. R. (1972). Other people’s Finance, 2(1), 178–186.
money: a study of the social Gholami, H., & Salihu, H. A. (2019).
psychology of embezzlement. Free Combating corruption in Nigeria:
Press. the emergence of whistleblowing
Creswell, J. W., & Creswell, J. D. (2018). policy. Journal of Financial Crime,

229
Efektifkah Audit Forensik dengan Dukungan Whistle-Blowing Digunakan untuk Mendeteksi Suap?

26(1), 131–145. TPK berdasarkan jenis perkara. Anti-


https://doi.org/10.1108/JFC-10- Corruption Clearing House Korupsi.
2017-0102 https://acch.kpk.go.id/id/statistik/
tindak-pidana-korupsi/tpk-
Gottschalk, P. (2020). Private policing of
berdasarkan-jenis-perkara
white-collar crime: case studies of
internal investigations by fraud Madzivire, E. T., Nyamwanza, L.,
examiners. Police Practice and Mushonga, W., Takachicha, M. T., &
Research, 21(6), 717–738. Mulonda, D. (2020). An investigation
https://doi.org/10.1080/15614263 on the effectiveness of forensic audit
.2020.1789461 as a tool for fraud detection and
prevention. Journal of Accounting,
Hasanah, M., Masyhad, M., & Lestari, T.
Business and Finance Research,
(2017). Penerapan tindakan
10(2), 49–67.
pencegahan, pendeteksian, dan
https://doi.org/10.20448/2002.10
audit investigasi dalam upaya
2.49.67
meminimalisasi kecurangan
pemberian kredit pada PT. Bank Maher, C., Hadfield, M., Hutchings, M., & de
Jatim, tbk. Cabang Pembantu Darmo Eyto, A. (2018). Ensuring rigor in
Surabaya. E-Journal Akuntansi qualitative data analysis: A design
Equity, 3(1), 131–142. research approach to coding
http://fe.ubhara.ac.id/ojs/index.ph combining NVivo with traditional
p/equity/article/view/455 material methods. International
Journal of Qualitative Methods,
Hepworth, N. (2018). Fraud and
17(1), 160940691878636.
corruption. In P. C. Kratcoski & M.
https://doi.org/10.1177/16094069
Edelbacher (Eds.), Public Money &
18786362
Management (Vol. 15, Issue 1).
Springer International Publishing. Mapuasari, S. A., & Mahmudah, H. (2018).
https://doi.org/10.1007/978-3- Korupsi berjamaah: Konsensus
319-92333-8 sosial atas gratifikasi dan suap.
INTEGRITAS: Jurnal Antikorupsi,
Indayani, I., & Yunisdanur, V. (2020). A
4(2), 18.
study of whistleblowing intentions
https://doi.org/10.32697/integrita
in government sector. Jurnal Reviu
s.v4i2.279
Akuntansi Dan Keuangan, 10(2),
285. Marbun, A. N. (2018). Suap di sektor
https://doi.org/10.22219/jrak.v10i privat: Dapatkah dijerat? Integritas:
2.10269 Jurnal Antikorupsi, 3(1), 53.
https://doi.org/10.32697/integrita
Jain, R. (2020). Bribery and firm
s.v3i1.140
performance in India: A political
economy perspective. Journal of Marks, J. (2012). The mind behind the
Asian Economics, 68, 101181. fraudsters crime: key behavioral and
https://doi.org/10.1016/j.asieco.20 environmental elements. Freud
20.101181 Conference.
Kamasak, R., Kar, A., Yavuz, M., & Baykut, S. McLaren, J., Kendall, W., & Rook, L. (2019).
(2017). Qualitative methods in Determinants of related party
organizational research: An example transactions in Jordan: Financial and
of grounded theory data analysis. In governance factors. Australasian
Handbook of research on Accounting, Business and Finance
organizational culture and diversity Journal, 13(1), 44–75.
in the modern workforce (pp. 23–42). https://doi.org/10.14453/aabfj.v13
IGI Global. i1.6
Komisi Pemberantasan Korupsi. (2021). Mircheska, K., Karadjova, V., Blazheva, S., &

230
Eka Wirajuang Daurrohmah, Dekar Urumsah, Yuni Nustini

Malakovska, M. (2020). The International Journal of Business and


importance of forensic audit and Technology Management, 2(3), 35–
differences in relation to financial 48.
audit. International Journal of https://myjms.mohe.gov.my/index.
Sciences:Basic and Apllied Research, php/ijbtm/article/view/10810
54(2), 190–200.
Quick, R. (2017). Forensic service supply by
https://gssrr.org/index.php/Journa
audit firms: classification, market,
lOfBasicAndApplied/article/view/1
methods, and prior research.
1269
Darmstadt University of
Oladinrin, O. T., Ho, C. M. F., & Lin, X. Technology.
(2017). Critical analysis of https://riuma.uma.es/xmlui/handl
whistleblowing in construction e/10630/14717
organizations: Findings from Hong
Rose, J. (2018). The meaning of corruption:
Kong. Journal of Legal Affairs and
testing the coherence and adequacy
Dispute Resolution in Engineering
of corruption definitions. Public
and Construction, 9(2), 04516012.
Integrity, 20(3), 220–233.
https://doi.org/10.1061/(ASCE)LA.
https://doi.org/10.1080/10999922
1943-4170.0000205
.2017.1397999
Panjaitan, I. A. (2018). Analysis
Saifullah Shakir, & Abbas, G. (2020). Role
whistleblowing: Meningkatkan hasil
of forensic auditing in enhancing the
audit forensik dalam pengungkapan
efficiency of public sector
tindakan korupsi oleh auditor
organization. Review of Management
pemerintah. Jurnal Insitusi
Sciences, II(1), 40–59.
Politeknik Ganesha Medan, 1(1), 50–
http://rmsjournal.com/index.php/
60.
admin/article/view/30
https://jurnal.polgan.ac.id/index.ph
p/juripol/article/view/90 Saldaña, J. (2021). The coding manual for
qualitative researchers. SAGE.
Parr, R. L. (2018). Intellectual property:
valuation, exploitation and Saxton, G. D., & Neely, D. G. (2019). The
infringement damages (5th ed.). John relationship between Sarbanes–
Wiley & Sons, Inc. Oxley policies and donor advisories
in nonprofit organizations. Journal
Pramudyastuti, O. L., Rani, U., Nugraheni,
of Business Ethics, 158(2), 333–351.
A. P., & Susilo, G. F. A. (2021).
https://doi.org/10.1007/s10551-
Pengaruh penerapan
018-3843-0
whistleblowing system terhadap
tindak kecurangan dengan Shawver, T. J., & Shawver, T. A. (2018). The
independensi sebagai moderator. impact of moral reasoning on
Jurnal Ilmiah Akuntansi, 6(1), 115. whistleblowing intentions. In
https://doi.org/10.23887/jia.v6i1.3 Research on Professional
2335 Responsibility and Ethics in
Accounting (Vol. 21, pp. 153–168).
Undang-Undang Republik Indonesia
https://doi.org/10.1108/S1574-
Nomor 20 Tahun 2001 tentang
076520180000021005
Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Shepherd, D. A., Parida, V., & Wincent, J.
Pemberantasan Tindak Pidana (2021). Bribery from a micro,
Korupsi, (2001). demand-side perspective. Small
Business Economics, 57(4), 1661–
Puryati, D., & Febriani, S. (2020). The
1680.
consequence of whistleblowing
https://doi.org/10.1007/s11187-
system and internal control toward
020-00389-x
fraud prevention: A study on
Indonesian state owned enterprise. Smith, G., & Crumbley, D. (2009). Defining

231
Efektifkah Audit Forensik dengan Dukungan Whistle-Blowing Digunakan untuk Mendeteksi Suap?

a forensic audit. Journal of Digital 007-9524-z


Forensics, Security and Law, 4(1),
Vandekerckhove, W., & Phillips, A. (2019).
61–80.
Whistleblowing as a protracted
https://doi.org/10.15394/jdfsl.200
process: a study of UK
9.1054
Whistleblower journeys. Journal of
The IIA’s. (2015). Standards for the Business Ethics, 159(1), 201–219.
professional practice of internal https://doi.org/10.1007/s10551-
auditing. In Brink’s Modern Internal 017-3727-8
Auditing (Issue January, pp. 215–
Wolfe, D. T., & Hermanson, D. R. (2004).
233). John Wiley & Sons, Inc.
The fraud diamond: Considering the
https://doi.org/10.1002/97811191
four elements of Fraud. Journal of
80012.ch9
Accounting Research, 32(1), 18–54.
Tuanakotta, T. M. (2018). Akuntansi
Zarefar, A., & Arfan, T. (2017). Efektifitas
forensik & audit investigatif (6th ed.).
whistleblowing system internal.
Salemba Empat.
Jurnal Akuntansi Keuangan Dan
United Nations Office on Drugs and Crime. Bisnis, 10(2), 25–33.
(2004). United Nations Convention https://jurnal.pcr.ac.id/index.php/j
against corruption. In United akb/article/view/1562
Nations.
.
https://doi.org/10.1007/s10551-

232

Anda mungkin juga menyukai