Anda di halaman 1dari 21

1.

1 Latar Belakang

Pada era globalisasi ini Kasus fraud atau kecurangan dalam laporan
keuangan di Indonesia tidak hanya terjadi pada sektor pemerintahan saja,
melainkan pada sektor perusahaan hal tersebut juga ditemukan. Timbulnya
kecurangan atau Fraud dalam pelaporan keuangan ada beberapa factor atau alasan
oleh pihak yang melakukan kecurangan tersebut salah satunya ingin meraup
keuntungan yang banyak sehingga menimbulkan kerugian dalam perusahaan.
Kasus fraud terjadi bukan hanya pada lini staff saja, tetapi bisa dilakukan lebih dari
satu orang dan bisa saling bekerjasama dalam melakukan penggelapan keuangan,
istilah kejahatan kerah putih mempunyai arti bahwa yang melakukan pelanggaran
terdiri dari orang-orang yang mempunyai kedudukan penting dalam perusahaan
ataupun lembaga pemerintahan yang memiliki legitimasi ekonomi namun
kekuasaan tersebut disalahgunakan untuk keuntungan ilegal atau untuk
melakukan kegiatan ilegal demi keuntungan pribadi atau organisasi.
Korupsi adalah kegiatan penyalahgunaan wewenang,jabatan dan tanggung
jawab dengan cara menggelapkan dana,aset atau yang lainya demi meraup
keuntungan pribadi ataupun organisasi. Sedangkan menurut para ahli Nurdjana
(1990) korupsi berasal dari bahasa Yunani yaitu “corruptio” yang berarti
perbuatan yang tidak baik,buruk,curang,dapat disuap,tidak bermoral
menyimpang dari kesucian,melanggar norma-norma agama materil,mental dan
hukum.
Menurut (UU No 20 tahun 2001)UU No 20 tahun 2001 korupsi adalah
tindakan melawan hukum dengan maksud memperkaya diri sendiri,orang
lain,atau korupsi yang berakibat merugikan negara atau perekonomian negara.
Di Indonesia kasus korupsi sering ditemukan di beberapa perusahaan
maupun lembaga pemerintahan, bahkan Indonesia termasuk negara dengan kasus
korupsi yang tingkatanya tinggi walaupun pada bulan Januari tahun 2020 indeks
persepsi korupsi di Indonesia ada di skor 40 dan rangking 85 dari 180 negara.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh peneliti Transparency International
Indonesia (TII) Wawan Suyatmiko dalam pemaparan IPK 2019 di gedung Sequis
Center (sumber CNN Indonesia).
Kasus korupsi merupakan kasus yang paling merugikan di Indonesia
dengan presentase yang sangat tinggi yaitu sebesar 69,9% diikuti oleh fraud
laporan keuangan dengan presentase 9,2% lalu Penyalahgunaan Aset/Kekayaan
Negara dan Perusahaan berada dibawah sendiri dengan presentase 4%. Kasus ini
merupakan kasus yang sangat berdampak pada keuangan Negara dikarenakan
penggelapan dana dan kecurangan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung
jawab menyebabkan kerugian besar bagi negara maupun perusahaan. Berikut
Tabel data kasus fraud yang paling merugikan di Indonesia.

Tabel Data Fraud


No. Jenis Fraud Jumlah Kasus Presentase
1. Fraud Laporan Keuangan 22 9,2 %
2. Korupsi 167 69,9%
3. Penyalahgunaan Aset/Kekayaan 10 4%
Negara dan Perusahaan
Sumber: ACFE Indonesia, Survei Fraud Indonesia 2019

Menurut beberapa ahli, korupsi tidak hanya merugikan di satu bidang saja
melainkan di banyak bidang, menurut Karyono (2013:150) menyatakan tindakan
korupsi tidak hanya meliputi pada perbuatan yang memenuhi unsur-unsur delik
yang menimbulkan kerugian pada perekonomian negara, tetapi juga tindakan
menyimpang yang merugikan masyarakat seperti penyuapan, komisi, penyalah
gunaan wewenang, nepotisme, bisnis orang dalam, sumbangan illegal.
Dengan banyaknya kasus fraud yang terjadi di Indonesia, upaya untuk
memberantas kasus tersebut dilakukan oleh lembaga negara seperti: Kejaksaan,
Kepolisian, Badan Pemeriksa Keuangan, Komisi Pemberantasa Korupsi. Pelaku
(fraud) yang semakin cerdik untuk melakukan kecurangan tersebut
mengakibatkan auditor eksternal seperti Kantor Akuntan Publik (KAP) banyak
dilibatkan untuk menemukan kecurangan (fraud) tersebut

Badan Pemeriksa Keuangan akan semakin ketat dan memastikan audit


keuangan pada pemerintahan akan melibatkan Kantor Akuntan Publik (KAP)
meski audit tersebut tidak dilakukan di seuruh pemerintahan daerah (BPK, 2019).
Salah satu contoh Pemkot Gorontalo pada tanggal 23/04/2019 telah menerapkan
sistem pemeriksa keuangan yang baru dengan melibatkan BPK dan Kantor
Akuntan Publik dan dalam pemeriksaan kali ini sangat ketat karena pada tahun
lalu tim BPK banyak tolerasnsi atau semacam kemudahan, sedangkan Kantor
Akuntan Publik saat meminta data

mau tidak mau OPD harus siap berbeda dengan BPK yang masih memberikan
waktu, dari sini dapat dilihat dalam hal ketegasan mungkin Kantor Akuntan Publik
lebih unggul. Oleh karena itu dengan Kondisi saat ini banyak melibatkan auditor
eksternal dan akan menjadikan sebuah tantangan untuk dapat berperan lebih nyata
dan signifikan dalam memberantas kecurangan (fraud). Kecurangan atau fraud
menurut Karyono (2013),adalah penyimpangan dan perbuatan melanggar hukum
(illegal act) yang dilakukan dengan sengaja untuk tujuan tertentu misalnya menipu
atau memberikan gambaran keliru (mislead) yang dilakukan kepada pihak-pihak
lain, yang dilakukan oleh orang-orang baik dari dalam maupun dari luar
organisasi. Kecurangan dapat diperiksa dengan dilakukanya audit investigasi,
audit investigasi adalah kegiatan pemeriksaan yang bertujuan untuk memeriksa
keuangan,asset,atau pada akun-akun yang disepakati dengan klien disuatu
lembaga pemerintah atau perusahaan yang terindikasi kecurangan atau tidak.
Menurut Amin (2001,205) Forensic Accounting sometimes called fraud auditing
or Investigative accounting, is a skill that goes beyond the realm of corporation
and management fraud, embezzlement, or commercial bribery indeed, forensic
accounting skills go beyond the general realm of white collar crime. Sedangakn
menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan aparatur negara No.
PER/05/M.PAN/03/2008 Tahun 2008 Audit Investigasi adalah proses mencari,
menemukan, dan mengumpulkan bukti secara sistematis yang bertujuan
mengungkapkan terjadi atau tidaknya suatu perbuatan dan pelakunya guna
dilakukan tindakan hukum selanjutnya.Seiring berkembangnya jaman para pelaku
fraud mulai pandai dalam melakukan kecuranganya agar tidak terindikasi oleh
pemeriksa oleh karena itu dibutuhkan tenaga ahli yang berkompeten agar dapat
memberantas kecurangan. Kompeten tidaknya auditor dapat dilihat dari
pengalaman auditor dalam menangani masalah fraud (kecurangan) selain dari
pengalaman auditor yang berkompeten tetap harus mengikuti pelatihan-pelatihan
agar wawasan dan ilmunya bertambah guna mengungkap kasus fraud. Seorang
auditor juga harus memahami aturan-aturan dan Prosedur-prosedur dalam
pemeriksaan pun juga harus diterapkan oleh auditor agar sesuai dengan ketentuan
dan tidak menyalahi aturan yang berlaku.

Dengan dilibatkan auditor eksternal, diperlukan seorang auditor yang


berkompeten dalam audit investigasi. Karena Audit ini pada dasarnya menerapkan
audit yang lazim diketahui umum, namun memasukan ciri, pengetahuan, dan
kemampuan investigasi agar dapat mengungkapkan indikasi fraud di sebuah
perusahaan ataupun lembaga. Audit investigasi umumnya merupakan
pengembangan lebih jauh atas hasil audit operasional yang menunjukan adanya
indikasi kecurangan.
Purjono (2011:2) menyatakan di Indonesia, audit investigasi mulai di
terapkan ketika terungkapnya kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI)
pada tahun 2001 dengan tersangka Samandikun Hartono dan Kaharudin Ongko.
Kasus tersebut terungkap atas kerjasama pihak kejaksaan sebagai penyidik dan
auditor investigatif dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Dengan dilibatkan auditor eksternal yang berkompeten di bidang
investigasi diharapkan pelaksanaan audit investigasi membantu untuk mencegah
dan mendeteksi terjadinya fraud. Banyaknya tindakan fraud yang terjadi pada
bidang akuntansi, penulis dengan latar belakang diatas melakukan penelitian
dengan judul “AUDIT FRAUD PADA SIKLUS PENGELUARAN STUDI
KASUS DI PT X”

(-PENGERTIAN SIKLUS PENGELUARAN)


-KESEPAKATAN PEMERIKSAAN dengan client

1.2 Rumusan masalah

1. Bagaimana prosedur audit fraud saat melakukan pemeriksaan?


2. Bagaimana bentuk kecurangan yang dilakukan oleh suatu pihak?
3. Apa saja faktor yang menyebabkan terjadinya fraud?
4. Bagaimana hasil dari pemeriksaan audit fraud?
5. Apakah terdapat pengaruh dari kefektifan pengendalian internal dengan bentuk
kecurangan?

1.3 Batasan masalah

Batasan masalah bertujuan untuk membatasi objek yang akan diteliti agar
tidak menyimpang terlalu jauh. Pembatasan penelitian audit fraud adalah
1. Penelitian yang dilakukan audit fraud berfokus pada siklus pengeluaran di
perusahaan.
2. Area audit fraud :
• Laporan Siklus pengeluaran kas di perusahaan
3. Evaluasi laporan siklus pengeluaran dengan melaksanakan prosedur audit fraud
yang sesuai Standart Profesional Akuntan Publik (SPAP) dengan pengujian full
vouching pada siklus pengeluaran.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini untuk


1. Mengetahui bagaimana prosedur audit fraud saat melakukan pemeriksaan.
2. Mengetahui bentuk-bentuk fraud yang ada di suatu perusahan
3. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya fraud.
4. Untuk mengetahui hasil keluaran atas pemeriksaan audit fraud di perusahaan
5. Untuk menganalisa pengaruh keefektifan pengendalian internal terhadap bentuk
kecurangan di perusahaan.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pihak-pihak yang


berkepentingan seperti kampus dan mahasiswa akuntansi, guna untuk menambah
ilmu pengetahuan tentang audit fraud,dari prosedur melakukan
pemeriksaan,mengetahui bentuk-bentuk fraud yang ada di perusahaan,faktor-
faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya fraud,dan hasil dari pemeriksaan
audit fraud di suatu perusahaan.

1.6 Daftar Istilah

Audit Fraud
Adalah upaya untuk memeriksa apakah ada kecurangan di suatu perusahaan
dengan memeriksa akun-akun yang sudah disepakati antara client dan auditor.
Siklus pengeluaran
Adalah suatu kegiatan yang berulang-ulang yang berkaitan dengan keluarnya kas
untuk pembayaran atas barang atau jasa.
BAB II KAJIAN TEORI

2.1 Landasan teori

Sukrisno (2012:4) berpendapat audit adalah suatu pemeriksaan yang


dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap
laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan
pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat
memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.
Al Haryono (2010:11) menyatakan pengauditan adalah suatu proses
sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan

asesrsi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi secara obyektif


untuk menentukan tingkat kepatuhan antara asersi tersebut dengan kriteria yang
telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang
berkepentingan.
Pengertian Audit Menurut A Statement of Basic Auditing Concepts
atau yang disingkat ASOBAC menyatakan, Audit merupakan sebuah proses
sistematis untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti kejadian ekonomi secara
objektif mengenai kebijakan serta aktivitas ekonomi untuk menentukan tingkat
kecocokan/kesesuaian antara pernyataan dengan kriteria yang telah ditetapkan
dan menyampaikan hasilnya kepada pihak yang berkepentingan.

Menurut PSAK (2006) Audit adalah suatu proses sistematis yang secara
objektif memperoleh serta mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang aktivitas
ekonomi untuk lebih meyakinkan tingkat keterkaitan hubungan antara asersi atau
pernyataan dengan kenyataan kriteria yang sudah ditetapkan dan
menyampaikann hasilnya kepada pihak yang memiliki kepentingan.

Sunarto (2003:94) menyatakan 10 macam prosedur audit yang biasa


dilakukan auditor, yakni:
1. Prosedur analitik;

2. Meginspeksi;

3. Mengkonfirmasi;

4. Mengajukan pertanyaan;
5. Menghitung;

6. Menelusuri;

7. Mencocokkan ke dokumen;

8. Mengamati;

9. Melakukan ulang;

10. Teknik audit dengan bantuan computer.


Berdasarkan pengerrtian dari para ahli dapat disimpulkan audit adalah suatu
pemeriksaan yang dilakukan secara independen dan sistematis dengan memeriksa
laporan keuangan yang sudah disiapkan managemen suatu perusahaan atau lembaga
dan mengevaluasi bukti-bukti pendukung untuk menjelaskan suatu dasar atas laporan
tersebut yang bertujuan memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan
keuangan. Dalam memberikan opini seorang partner sebelumnya mengevaluasi atas
bukti-bukti dari hasil pemeriksaan di lapangan pada suatu lembaga pemerintah
maupun perusahaan. Dari hasil evaluasi tersebut seorang partner akan memberikan
pendapat kepada client yaitu ada 4 jenis :

1. Wajar Tanpa Pengecualian


Laporan keuangan dapat dinyatakan wajar tanpa pengecualian jika
auditor tidak menemukan kecurangan dan kesalahan secara material,
laporan keuangan akan diberikan opini wajar tanpa pengecualian jika
a. Laporan keuangan disajikan lengkap
b. Bukti atas laporan keuangan tersebut lengkap
c. Laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku
d. Tidak terdapat ketidak pastian tentang perkembangan di masa yang
akan datang
2. Wajar Dengan Pengecualian
Opini ini diberikan jika saat semua laporan keuangan sudah disajikan
kepada auditor tetapi tidak membatasi ruang lingkup auditor atas bukti-
bukti tersebut.
3. Disclaimer
Opini ini diberikan kepada auditor ketika tidak berhasil menyakinkan
dirinya,karena kurangnya pengetahuan auditor.Bahwa dari keseluruhan
laporan keuangan yang disajikan secara wajar. Kondisi yang
menyebabkan auditor menyatakan tidak memberikan pendapat adalah :

• Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkup audit.


• Auditor tidak independen dalam hubungan dengan kliennya.

4. Tidak Wajar
Opini ini diberikan saat laporan keuangan yang disajikan kepada auditor
tidak sesuai dengan GAAP (Generally Accepted Accounting Principles)
dan membuat salah saji material pada laporan keuangan.

Jenis-jenis Audit

Menurut Sukrisno Agoes : 2004 menyebutkan tiga jenis Auditing yang umum
dilaksanakan. Ketiga jenis tersebut yaitu :

1. Operasional Audit ( Pemeriksaan Operasional/Manajemen) Operasional atau


management audit merupakan pemeriksaan atas semua atau sebagian
prosedur dan metode operasional suatu organisasi untuk menilai efisiensi ,
efektifitas, dan ekonomisasinya. Audit operasional dapat menjadi alat
manajemen yang efektif dan efisien untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
Hasil dari audit operasional berupa rekomendasirekomendasi perbaikan bagi
manajemen sehingga audit jenis ini lebih merupakan konsultasi manajemen.
2. Compliance Audit ( Audit Ketaatan ) Compliance Audit merupakan
pemeriksaan untuk mengetahui apakah prosedur dan aturan yang telah
ditetapkan otoritas berwenang sudah ditaati oleh personel di organisasi
tersebut. Compliance Audit biasanya ditugaskan oleh otoritas berwenang
yang telah menetapkan prosedur/ peraturan dalam perusahaan sehingga hasil
audit jenis ini tidak untuk dipublikasikan tetapi untuk intern manajemen.
3. Financial audit ( Audit atas Laporan Keuangan ) Pemeriksaan atas laporan
keuangan merupakan evaluasi kewajaran laporan keuangan yang disajikan
oleh manajemen secara keseluruhan dibandingkan dengan standar akuntansi
keuangan yang berlaku umum. Dalam pengertiannya apakah laporan
keuangan secara umum merupakan informasi yang dapat ditukar dan dapat
diverifikasi lalu telah disajikan sesuai dengan kriteria tertentu. Umumnya
kriteria yang dimaksud adalah standar akuntansi yang berlaku umum seperti
prinsip akuntansi yang berterima umum. Hasil audit atas laporan keuangan
adalah opini auditor yaitu Unqualified Opinion, Qualified Opinion,
Disclaimer Opinion dan Adverse Opinion.
Menurut Sukrisno Agoes (2012), ditinjau dari luasnya pemeriksaan,
maka jenis-jenis audit dapat dibedakan atas :
1. Pemeriksaan Umum (General Audit), yautu suatu pemeriksaan umum atas
laporan keuangan yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) yang
independen dengan maksud untuk memberikan opini mengenai kewajaran
laporan keuangan secara keseluruhan.
2. Pemeriksaan Khusus (Special Audit), yaitu suatu bentuk pemeriksaan yang
hanya terbatas pada permintaan auditee yang dilakukan oleh Kantor Akuntan
Publik (KAP) dengan memberikan opini terhadap bagian dari laporan
keuangan yang diaudit, misalnya pemeriksaan terhadap penerimaan kas
perusahaan. dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) dengan
memberikan opini terhadap bagian dari laporan keuangan yang diaudit,
misalnya pemeriksaan terhadap penerimaan kas perusahaan.
Jenis-jenis audit ditinjau dari bidang pemeriksaan
1. Audit Laporan Keuangan
2. Audit Operasional
3. Audit Ketaatan
4. Audit Sistem Informasi
5. Audit Forensik
6. Audit investigasi
7. Audit Lingkungan

Sedangkan Berdasar Kelompok atau pelaksana audit ada 4 jenis yaitu:

1. Auditor Ekstern
2. Auditor Intern
3. Auditor Pajak
4. Auditor Pemerintah

2.1.1 Fraud
Fraud atau kecurangan merupakan sebuah aktivtitas yang melanggar aturan dan
merugikan satu pihak maupun banyak pihak dikarenakan penggelapan dana,atau
korupsi yang mengakibatkan berkurangnya asset di suatu perusahaan ataupun
lembaga pemerintah. Banyak upaya dari pemerintah dalam mencegah kecurangan
salah satunya membentuk KPK dan BPK yang diharapkan agar bisa memberantas
kecurangan-kecurangan yang ada di lembaga pemerintahan, lemahnya sistem hukum
di negara ini menyebakan para pelaku kecurangan tidak jera dan tidak takut akan
ancaman-ancaman yang diberikan negara. Dalam sektor perusahaan yang baik akan
membentuk tim audit internal yang ditujukan untuk mengevaluasi di perusahaan
tersebut ada indikasi kecurangan atau tidak jika dirasa tidak memumpuni maka audit
eksternalpun juga akan ikut andil dilibatkan dalam pemeriksaan keuangan.

Banyaknya kasus fraud yag ada di Indonesia menandakan lemahnya sistem


pengendalian internal pada lembaga dan perusaahaan,banyak factor-faktor dan
alasan yang menyebabkan terjadinya kegiatan fraud.

Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) ada beberapa pasal


yang mencakup pengertian fraud seperti:
1. Pasal 368: Pemerasan dan Pengancaman (definisi KUHP: “dengan maksud untuk
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, memaksa
seseorang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan untuk memberikan barang
sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang itu atau orang
lain, atau supaya membuat utang maupun

menghapuskan piutang”)

2. Pasal 362: Pencurian (definisi KUHP: “mengambil sesuatu, yang seluruhnya atau
sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan
hukum”);

3. Pasal 372: Penggelapan (definisi KUHP: “dengan sengaja dan melawan hukum
memiliki barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang
lain, tetapi yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan”);
4. Pasal 378: Perbuatan Curang (definisi KUHP: “dengan maksud untuk
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan
memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat, ataupun
rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang
sesuatu kepadanya, atau supaya memberi utang maupun menghapuskan piutang”);
5. Pasal 396: Merugikan pemberi piutang dalam keadaan pailit;

6. Pasal 406: Menghancurkan atau merusakkan barang;

7. Pasal 209, 210, 387, 388, 415, 417, 418, 419, 420, 423, 425, dan 435 yang

secara khusus diatur dalam Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana


Korupsi (Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999).

Menurut Tunggal (2012:189) menyatakan fraud adalah penipuan di bidang


keuangan yang disengaja, yang dimaksudkan untuk mengambil aset atau hak
orang maupun pihak lain. Menurut Association of Certified Fraud Examiners
(ACFE), Fraud merupakan perbuatan melawan hukum yang dilakukan dengan
sengaja untuk tujuan tertentu, seperti manipulasi atau memberikan laporan keliru
kepada pihak lain

Kecurangan atau fraud dibagi dalam 3 kelompok sebagai berikut:

1. Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud) yaitu kecurangan


laporan keuangan yang dilakukan manajemen dalam bentuk salah saji material
yang dapat merugikan pemegang saham dan investor. Kecurangan ini dapat
berbentuk financial maupun non financial dan dapat dilakukan melaui beberapa
cara yaitu dengan :
• Mencatat pendapatan fiktif
• Mencatat pendapatan,beban yang tidak sesuai dengan tanggal
• Menyembunyikan atau menghilangkan pendapatan atau beban
agar terlihat menguntungkan
• Menghilangkan sebuah informasi atau memberikaninformasi
yang salah
• Menilai suatu asset dengan tidak tepat secara sengaja
2. Penyalahgunaan asset (Asset Misapprriation) dapat dimasukan pada kecurangan
kas dan aset penyalahgunaan ini terbagi menjadi dua yaitu :
1. penyalahgunaan kas (cash misappropriation) yang dapat dilakukan dalam
bentuk skimming, larceny, atau fraudulent disbursement,
2. penyalahgunaan non-kas (non-cash missapropriation) yang dapat dilakukan
dalam bentuk penyalahgunaan pencurian terhadap persediaan dan aset-aset
lainnya.
3. Korupsi yaitu kegiatan yang melanggar dengan cara menggelapkan uang atau aset
demi meraup keuntungan pribadi maupun organisasi. Black’s Law Dictionary
dalam Wells (2007) mendefenisikan “corrupt” sebagai spoiled, tainted, depraved,
debased, morally degenerate. Skema korupsi (corruption schemes) dapat dipecah
menjadi empat klasifikasi:
o pertentangan kepentingan (conflict of interest).
o suap (bribery).
o pemberian ilegal (illegal gratuity).
o pemerasan ekonomi (economic extortion).
2.1.2 Siklus Pengeluaran

Siklus pengeluaran merupakan hal sangat yang penting di suatu perusahaan


maupun lembaga pemerintahan dikarenakan semua kegiatan operasional
menyangkut pembelian barang,pembayaran jasa dan biaya-biaya lainya selalu
melibatkan pengeluaran kas. Pengeluran uang harus ada bukti-bukti yang sangat
jelas dikarenakan bukti-bukti tersebut akan dipertanggungjawabkan kepada atasan,
bukti yang jelas dapat menjadikan patokan untuk proses keluarnya kas agar tidak
timbulnya kecurangan salah satunya yang sering diotemukan perusahaan adalah
mark up pada pembelian barang. Oleh karena itu dalam pengeluaran harus memiliki
invoice dan harus diarsipkan di dokumen karena sebagai landasan untuk meyusun
laporan keuangan, karena jika hanya menunjukan jumlahnya atau nominal saja
maka pengeluaran tersebut tidak bisa dijadikan landasan dasar atas pembelian atau
pembayaran suatu jasa dan barang.(Menurut Marshall B Roomney): Siklus
pengeluaran adalah rangkaian kegiatan bisnis dan operasional pemrosesan data
terkait yang berhubungan dengan pembelian serta pembayaran barang dan jasa.
Tujuan utama dalam sistQm pengeluaran adalah untuk meminimalkan biaya total
memperoleh dan memelihara persediaan, perlengkapan, dan berbagai layanan yang
dibutuhkan organisasi untuk berfungsi
Perusahaan yang baik harus memiliki sistem dan kebijakan yang tegas dalam
penegeluran kas,pembelian,aktiva tetap,aktiva tidak tetap dan pembayran hutang
diharapkan agar pihak yang terkait pada siklus pengeluaran bertanggung jawab,lebih
disiplin,dan tidak meremehkan administrasi. Sering ditemukan disuatu perusahaan
ataupun lembaga pemerintah pihak-pihak yang terkait dengan pengeluaran
meremehkan pengeluaran yang tidak material seperti contoh pada saat pembelian
pensil ataupun yang tidak material lainya sering ditemukan tidak ada nota
dikarenakan dianggap remeh dan tidak penting padahal jika dikalkulasi dalam
setahun akan menjadi material oleh karena itu perusahaan harus membuat Standar
Operasional Perusahaan yang tegas yang berisi dalam pengeluaran apapun harus ada
bukti yang mendasar dan dapat dipertanggungjawabkan walaupun pengeluaran
tersebut tidak material.
Menurut Considine dan Parkes (2012:481) siklus pengeluaran terdiri dari 2
fase. Fase pertama adalah pembelian, dimana perusahaan berinteraksi secara terus
menerus dengan pihak eksternal (supplier) untuk mendapatkan barang atau jasa.
Tujuan dari pembelian adalah mendapatkan barang untuk mendapat hal tersebut
dalam pembelian perlu disetujui oleh supplier yang sudah diotorisasi. Dalam
pembelian biasanya timbul suatu utang dan ini harus dicatat denga baik dan tepat,
siklus pengeluaran merupakan salah satu siklus yang paling penting karena terlibat
dalam penyediaan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh perusahaan maupun
lembaga pemerintahan.
Dokumen-dokumen yang digunakan dalam pencatatan siklus pengeluaran
harus lengkap dan tepat untuk menjamin kejelasan pengeluaran dan ada yang di
tanggung jawabkan atas bukti pengeluaran tersebut.
Menurut Considine dan Parkes (2012:446), ada beberapa dokumen yang dibutuhkan
didalam siklus pengeluaran. Dokumen-dokumen tersebut adalah:
Dokumen Keterangan
Mengizinkan bagian rekuisisi untuk membuat daftar
Purchase requisistion
pembelian barang atau jasa. Dokumen ini hanya
diperuntukan bagian internal perusahaan.
Berguna sebagai bukti pembelian dan juga mengikat
Purchase order
kontraantara perusahaan dengan supplier
Daftar dari supplier yang sudah disetujui oleh
Vendor list
perusahaan yang juga sudah menentukan harga
dengan supplier
Detail dari jumlah barang yg dibeli dan jumlah harga
Purchase invoce
dan kodisi barang. Dokumen ini di persiapkan oleh
supplier.
Dibuat oleh supplier dan biasanya didampingi
Good packing slip
dengan barang yang sudah dipesan.
Menyediakan semua detail pesanan seperti detail
Receiving report
supplier, berat barang, nomor barang, dan deskripsi
dari barang. Divisi penerimaan yang membuat
laporan ini
Untuk memberi notifikasi kepada supplier untuk
Remittance advice
barang yang akan dibayarkan. Dokumen ini bisa
disiapkan oleh bagian finance atau supplier

Sumber: Accounting Information Systems 4th edition


2.2 Penelitian Terdahulu

Dari hasil penelitian (Yayuk Andri Susantil;Univeersitas


Airlangga;FEB,2014) dengan judul PENDEKTESIAN KECURANGAN
LAPORAN KEUANGAN DENGAN ANALISIS FRAUD TRIANGLE
memiliki tujuan untuk menganalisis pengaruh antara financial statement fraud
dengan variabel proksi fraud triangle. Penelitian mengenai financial statement
fraud ini masih sulit untuk diteliti. Berdasarkan bab sebelumnya, pengukuran
financial statement fraud dalam penelitian ini menggunakan proksi manajemen
laba.

Hasil dari analisis dan pengujian hipotesis, dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

1. Rationalization yang diproksikan dengan pergantian KAP memiliki pengaruh

signifikan pada tingkat siginifikansi 5% artinya dapat digunakan untuk

mendeteksi financial statement fraud yang diproksikan dengan manajemen laba.

2. Financial stability yang diproksikan dengan perubahan aset tidak berpengaruh

signifikan, artinya tidak dapat digunakan untuk mendeteksi financial statement

fraud.

3. External pressure yang diproksikan dengan arus kas bebas tidak berpengaruh

signifikan, artinya tidak dapat digunakan untuk mendeteksi financial statement

fraud.

4. Personal financial need yang diproksikan dengan kepemilikan saham oleh orang

dalam tidak berpengaruh signifikan, artinya tidak dapat digunakan untuk

mendeteksi financial statement fraud.

5. Financial targets yang diproksikan dengan ROA tidak berpengaruh signifikan,

artinya tidak dapat digunakan untuk mendeteksi financial statement fraud.

6. Nature of industry yang diproksikan dengan transaksi dengan pihak istimewa


tidak berpengaruh signifikan, artinya tidak dapat digunakan untuk mendeteksi

financial statement fraud.

7. Ineffective monitoring yang diproksikan dengan dewan komisaris independen

tidak berpengaruh signifikan, artinya tidak dapat digunakan untuk mendeteksi

financial statement fraud.

Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa poin keterbatasan yang mungkin

akan mempengaruhi hasil penelitian. Adapun beberapa keterbatasan tersebut

antara lain:

1. Penelitian ini hanya menggunakan sampel perusahaan manufaktur dengan enam

tahun penelitian. Hal ini berpotensi menyebabkan hasil penelitian tidak mampu

menangkap gambaran sebenarnya secara keseluruhan mengenai pengaruh

financial statement fraud yang diukur dengan variabel financial stability, external

pressure, personal financial need, financial targets, nature of industry, ineffective

monitoringdan rationalization.

2. Penelitian ini hanya terbatas pada data sekunder berupa laporan keuangan auditan

sebagai sumber data, sehingga tidak cukup untuk mengungkapkan variabel apa

saja yang mempengaruhi Financial statement fraud.

Saran

Adapun saran yang diusulkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk investor, kreditur, dan pemegang saham:

Sebaiknya berhati-hati dan lebih skeptis dalam memperhatikan informasi yang


dimuat dalam laporan keuangan, terutama terkait masalah kecurangan pelaporan

keuangan. Para praktisi diharapkan mampu menganalisa laporan keuangan

perusahaan agar dapat mengetahui kondisi perusahaan sebenarnya.

2. Karena adanya keterbatasan dalam penelitian ini, maka saran untuk penelitian

selanjutnya:

1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah variabel proksi dari fraud

triangle agar cakupan variabel penelitian menjadi lebih luas, misalnya

organizational structure.

2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menemukan proksi untuk financial

stability, external pressure, personal financial need, external targets, nature of

industry, ineffective monitoring, karena proksi untuk variabel tersebut yaitu

perubahan aset, arus kas bebas, kepemilikan saham oleh orang dalam, return on

asset, transaksi pihak istimewa, dan dewan komisaris independen masih sulit

diteliti dalam penelitian ini. Penelitian selanjutnya, dapat

menggunakan proksi, seperti leverage. Selain itu, proksi financial statement fraud

dapat menggunakan proksi penyajian laporan keuangan kembali.

3. Penelitian selanjutnya dapat menambah jumlah sampel kategori perusahaan agar

dapat memprediksi kasus financial statement fraud pada kategori perusahaan lain,

seperti perusahaan nonkeuangan dan perusahaan keuangan.

4. Penelitian selanjutnya juga sebaiknya memperluas periode pengamatan agar dapat

lebih menggambarkan financial statement fraud atau kecurangan pelaporan

keuangan.
BAB III

3.1 Obyek Penelitian


Obyek penelitian merupakan hal yang paling mendasar dalam suatu penelitian
dikarenakan penulis akan melakukan pengolahan,pemillahan dan penafsiran atas
data yang diteliti. Objek penelitian dalam skripsi ini adalah Audit Fraud pada
siklus pengeluaran Studi Kasus Di PT X dimana penulis akan meneliti sebuah data
di perusahaan PT X sesuai dengan data yang diberikan dan prosedur yang sesuai
dengan KAP apakah terindikasi kecurangan (fraud)

3.2 Jenis Penelitian


*Penelitian kali ini menggunakan metode kualitatif yaitu metode riset yang
sifatnya memberikan penjelasan dengna menggunakan analisis, pada saat
pelaksanaan metode ini memiliki sifat yang subjektif dimana proses penelitian
lebih diperlihatkan dan cenderung fokus ke teori..
*Penelitian kali ini menggunakan metode kuantitatif yang dilakukan secara
sistematis,terstruktur dan terperinci saat pelaksanaan metode ini focus pada
penggunaan angka,table,grafik,dan diagram untuk menampilkan hasil data.
3.3 Sumber data dan data yang dibutuhkan
Sumber data penelitian merupakan fakor utama dalam melakukan penelitian dan
dijadikan pertimbangan untuk menentukan metode pengumpulan data yang akan
digunakan. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer
dan sekunder
1. Data Primer merupakan data peneltian yang diperoleh secara langsung tanpa
perantara atau lebih tepatnya dari sumber asli. Data primer diperoleh melalui
wawancara dengan bagian personal di PT X terhadap kondisi pada bagian
keuangan,pengarsipan data,dan kuisioner mengenai standar operasional
perusahaan.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang telah diperoleh peneliti secara tidak langsung
atau melalui perantara dari pihak lain. Data sekunder tersebut dapat berupa
bukti,catatan, atau laporan historis yang telah tersusun di arsip yang menjelaskan
PT X

3.4 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

1. Kuisioner
Yaitu dengan mengajukan daftar pertanyaan kepada responden yang sudah
ditentukan,yaitu diberikan kepada pegawai di PT x yang berisi pertanyaan yang
berhubungan dengan masalah yang akan diteiti.
2. Wawancara yaitu metode survei dengan cara mengajukan pertanyaan secara lisan
kepada subyek penelitian. Dalam wawancara ini dilakukan dengan bertanya
langsung kepada pegawai PT X
3. Observasi
Yaitu serangkaian kegiatan yang dilakukan penulis dengan cara langsung
mengamati suatu objek.
4. Dokumentasi
Merupakan metode pengumpulan data dengan cara melihat dan menggunakan
laporan dan catatan yang ada di Perusahaan PT X data yang dibutuhkan yaitu
siklus pengeluaran.

3.5 Teknik Analisis Data


Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
analitis dengan pendekatan studi kasus. menurut (Sugiono: 2009; 29) adalah suatu
metode yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap
objek yang diteliti melalui data atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana
adanya tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk
umum. Selanjutnya jenis penelitian ini yaitu dengan mengamati aspek-aspek
tertentu secara spesifik untuk memperoleh data. Data yang diperoleh dalam
penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualtitatif. Berikut ini merupakan
penjelasan analisis data kuantitaif dan kualitatif:
1. Analisis data Kualitatif
Dengan megamati siklus pengeluaran di PT X, dalam penerapan apakah sudah
sesuai dengan prosedur yang berlaku.
2. Analisis data Kuantitatif
Dengan mengamati penerapan standar operasional di perusahaan apakah berjalan
dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai